Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1 ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (DHAMAR ADHI SUSETYO NIM

044104146)
1. Hakikat pendidikan nilai dalam pendidikan umum
Tujuan pokok dari pendidikan umum adalah untuk mengembangkan nilai-nilai dan
keterampilan sosial sebagai acuan utama dalam berinteraksi di masyarakat (Raven
dalam Hertati Suandi dkk, 2021: 1.19). Hertati Suandi dkk (2021: 1.19) menyatakan
bahwa banyak pakar memaknai bahwa pendidikan umum adalah pendidikan nilai.
Dapat diartikan juga bahwa pendidikan nilai merupakan dasar atau pondasi utama bagi
Pendidikan umum itu sendiri. pendidikan nilai itu sendiri meliputi budi pekerti, nilai,
norma, dan moral. Nilai yang dimaksud dalam hal ini adalah ide gagasan yang dianggap
penting sebagai pedoman hidup. Nilai diartikan jugai sebagai tolok ukur sesuatu yang
bermakna yang berkaitan dengan perilaku manusia. Seperti pemaknaan atas apa yang
dianggap baik, buruk, dana apa yang dianggap salah dan benar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pondasi utama dalam pendidikan umum adalah pendidikan nilai.
Tingkat keberhasilan tujuan dari pendidikan umum sendiri akan sangat bergantung
pada pendidikan nilai. Contohnya: Dalam budaya jawa dikenal yang namnya unggah-
ungguh. Saya sendiri sebagai salah satu orang jawa selalu diajarkan bahwa Ketika
berbicara dengan orang yang lebih dewasa gunakan Bahasa yang santun, Bahasa jawa
krama (halus). Maka dalam hal ini unggah-ungguh beribacara dengan orang tua
dianggap baik apabila menggunakan Bahasa yang santun yaitu Bahasa jawa krama
(halus)

2. Etnosentrisme, diskriminasi, dan prejudis menjadi permasalahan kebudayaan di


Indonesia
a. Etnosentrisme merupakan paham yang menyatakan bahwa suatu
individu/kelompok menganggap bahwa dirinya lebih baik daripada yang lain.
Paham ini menganggap bahwa nilai-nilai yang mereka anut adalah yang terbaik dan
dijadikan standar untuk menilai individu/kelompok lain (Hertati Suandi dkk, 2021:
2.24). Paham ini sebenarnya baik bahwa sebenarnya dapat menunjukkan eksistensi
dan jati diri terhadap nilai dan budaya kelompoknya asalkan dilakukan dengan tidak
berlebihan. Etnosentrisme yang berlebihan akan menimbulkan permasalahan dan
konflik. Sebagai contoh: Di Papua masih terdapat sejumlah masyarakat yang
mempertahankan penggunaan koteka, sedangkan Sebagian lain sudah
menggunakan busana msyarakat modern. Dengan etnosentrisme yang berlebihan
sebagian akan memandang bahwa penggunaan koteka dianggap sudah tidak
mengikuti perkembangan zaman dan dianggap terbelakang. Hal semacam ini dapat
memicu konflik antar kelompok.
b. Prejudis merupakan paham yang menganggap suatu individu/kelompok lebih
rendah dengan asumsi/parameter tingkah laku, nilai, dan kebiasaan dari
individu/kelompok tersebut. Prejudis erat kaitannya dengan stereotipe atau
pemikiran buruk seseorang tentang individu/kelompok lain (Hertati Suandi, 2021:
2.25). Contoh perilaku prejudis: pemikiran bahwa orang Batak itu kasar, orang
orang Jawa pendendam, dan orang Padang itu pelit.
c. Diskriminasi merupakan perilaku yang menciderai individu/kelompok budaya. Hal
ini sering dijumpai sebagai hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat
(Hertati Suandi, 2021: 2.25). Contoh perilaku diskriminasi: Perlakuan pemerintah
yang berbeda terkait ketersediaan sarpras di perkotaan dan di daerah terpencil.

3. Dampak perkembangan teknologi terhadap peradaban manusia di Indonesia


Banyak teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas manusia. Contoh
paling mudahnya ialah kehadiran gadget sebagai sarana komunikasi dan pencarian
informasi. Teknologi yang terus berkembang ini tidak bisa dipandang selalu memberi
dampak negatif atau positif ke masyarakat. Teknologi dapat dipandang positif ketika
membawa manfaat besar dan membantu aktivitas manusia. Namun, teknologi juga
dapat dipandang negatif jika memberi dampak buruk ke masyarakat, contohnya
perubahan nilai yang mengarah ke hal negatif atau lain sebagainya. Perkembangan atau
kemajuan teknologi yang semakin pesat ini membawa pengaruh di berbagai bidang
kehidupan manusia, salah satu contohnya bidang sosial dan budaya. Salah satu akibat
kemajuan teknologi yang berdampak positif di bidang sosial dan budaya yaitu
meningkatnya sektor ekonomi.
Dampak seperkembangan teknologi di Indonesia dapat ditinaju dari berbagai sector
sebagai berikut: Cara berkomunikasi, Dulu masyarakat Indonesia banyak yang
menjalin komunikasi dengan cara surat menyurat atau mengirim SMS. Namun, adanya
kemajuan teknologi telah mengubah kebudayaan di masyarakat dalam hal menjalin
komunikasi. Kini, masyarakat terbiasa menjalin komunikasi lewat e-mail ataupun lewat
media sosial lainnya. Perubahan kebudayaan ini membawa dampak positif untuk
masyarakat karena bisa menjalin komunikasi tanpa batas ruang dan waktu. Tetapi
kemajuan teknologi ini juga bisa dipandang negatif ketika membuat masyarakat jarang
menjalin komunikasi tatap muka. Sehingga dikhawatirkan bisa menjauhkan kita dari
orang-orang di sekitar. Cara berpakaian, Cara berpakaian masyarakat saat ini sudah
banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lainnya. Saat ini bisa ditemui dengan mudah, cara
berpakaian yang bersifat lebih modern dan bisa menjangkau berbagai kalangan,
khususnya anak muda. Tentunya cara berpakaian ini harus disesuaikan dengan pakaian
di Indonesia. Tidak semuanya bisa langsung diterapkan karena ada yang sesuai dan
tidak. Contohnya memakai bikini saat berenang di pantai, hal ini masih dipandang
belum sesuai dengan budaya Indonesia. Gaya hidup, Kemajuan teknologi
memudahkan orang untuk menemukan berbagai informasi di internet. Tanpa disadari
gaya hidup individu atau kelompok mulai berubah. Perubahan ini ada yang bersifat
positif dan ada pula yang negatif. Contoh perubahan gaya hidup yang positif ialah rajin
olahraga, menjaga pola hidup sehat, mengurangi konsumsi daging, dan lain sebagainya.
Contoh perubahan gaya hidup yang negatif ialah penggunaan narkoba, pergaulan bebas,
dan lain sebagainya. Gaya berbahasa, Gaya berbahasa juga ikut berubah seiring
majunya teknologi. Bahasa daerah mulai jarang digunakan dan digantikan dengan
bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional. Karena tidak semua warga Indonesia
mengerti bahasa daerah wilayah lainnya. Penggunaan bahasa asing sebagai gaya
berkomunikasi sehari-hari juga semakin terlihat. Contohnya menggunakan dan
memadukan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Hal ini tidaklah salah, asalkan
kita tetap menjaga kelestarian bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

Sumber:
Suandi, Hertati dkk. 2021. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Banten: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai