Anda di halaman 1dari 4

Tugas 1 PAI Dhamar Adhi Susetyo (044104146)

1. Konstruksi pengertian iman dalam Al-quran berkaitan dengan assyaddu hubban (QS.
Al-Baqarah (2): 165), qalbu, mata, dan telinga (QS. Al-A’raaf (7):179)
a. ayat dan terjemah QS. Al- Baqarah (2): 165

‫ظلَ ُم ۡ ٓۡوا ا ِۡذ‬


َ َ‫ِّلؕ ِؕ َولَ ۡو يَ َرى الَّذ ِۡين‬ِ ‫شدُّ ُحبًّا ِ ه‬ َ َ ‫ّٰللاِؕ َوالَّذ ِۡينَ ٰا َمنُ ۡ ٓۡوا ا‬
ِ‫ب ه‬ ِ ‫ّٰللا ا َ ۡندَادًا ي ُِّحب ُّۡونَ ُه ۡم َك ُح‬
ِ ‫اس َم ۡن يَّت َّ ِخذُ ِم ۡن د ُۡو ِن ه‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ۡ
ِ ‫شد ِۡيدُ ال َعذَا‬
‫ب‬ َ َ‫ّٰللا‬‫ِّل َج ِم ۡيعًاؕ  َّوا َ َّن ه‬ ۡ َ ۡ
ِ ‫يَ َر ۡونَ ال َعذَاب ا َ َّن القُ َّوةَ ِ ه‬

Terjemahan arti: Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain
Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-
orang yang berbuat zhalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari
Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat
azab-Nya (niscaya mereka menyesal).
b. Pengertian Hubban dalam ayat di atas:
Pada kalimat asyaddu hubban lillah. Hub artinya kecintaan atau kerinduan.
Asyaddu merupakan kata superlatifsyadiid (sangat). Asyaddu hubban mengandung
makna perilaku atau sikap yang memperlihatkan rasa kecintaan atau kerinduan yang
luar biasa. Lillah artinya kepada atau terhadap Allah. Dari ayat tersebut tergambar
bahwa iman merupakan sikap (atitude), yaitu kondisi mental yang memperlihatkan
kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Allah. Orang-orang yang
beriman kepada Allah berarti orang yang rela berkorban jiwa dan raganya untuk
mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.
c. Pengertian iman kepada Allah menurut ayat di atas
Melihat dari ayat yang telah diartikan pada pembahasan di atas, keimanan berasal
dari kata “iman”. Dalam memahami pengertian iman dalam ajaran islam caranya
yaitu dengan mengumpulkan ayat-ayat Al-quran atau hadis yang secara redaksi
terdapat kata iman, atau kata lain yang dibentuk dari kata tersebut yaitu “aamana”
(fi'il madhi/bentuk telah), “yu’minu” (fi’il mudhari/bentuk sedang atau akan), dan
mukminun (pelaku/orang yang beriman). Selanjutnya dari ayat-ayat atau hadis
tersebut dicari pengertiannya
d. Ayat dan terjemahan QS. Al-A’raaf (7):179

‫َولَ ُهم َءاذَان‬ ‫ص ُرونَ ِب َها‬ِ ‫نس ۖ لَ ُهم قُلُوب َّّل يَفقَ ُهونَ ِب َها َو َل ُهم أَعيُن َّّل يُب‬ ِ ‫ٱْل‬
ِ ‫يرا ِمنَ ٱل ِج ِن َو‬ ً ِ‫َولَقَد ذَ َرأنَا ِل َج َهنَّ َم َكث‬
ۡٓ ٰ ۡٓ ٰ
َ‫ٱل ٰغَ ِفلُون‬ ‫ُه ُم‬ َ‫أ ۟و َلئِك‬ُ َ َ‫أ‬
ۚ ‫ض ُّل‬ ‫هُم‬ ‫بَل‬ ‫كَٱْلَن ٰ َع ِم‬ َ‫أ ۟ولَئِك‬ُ ۚ ۡٓ ‫ِب َها‬ َ‫يَس َمعُون‬ ‫َّّل‬

Terjemah arti: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-
ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.
e. pengertian iman kepada Allah SWT menurut ayat QS. Al-A’raaf (7):179
Yang dimaksud iman yaitu keyakinan dari dalam hati dengan dibuktikan dengan
amal perbuatan yang melibatkan seluruh indera manusia. Manusia dan jin
mendapatkan anugerah berupa hati dari Allah, namun terkadang tidak dipergunakan
dengan meyakini dan mengimani ayat-ayat Allah. Mereka lebih mengutamakan
hawa nafsunya diatas segalanya, sehingga apa yang telah diberikan-Nya tidak
digunakan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaannya. Seharusnya dengan
hati, akal, dan seluruh anggota tubuh yang dianugerahkan oleh Allah, manusia dan
jin dapat semakin yakin akan keberadaan Allah, kebesaran, dan kekuasaan Allah.
Dengan demikian manusia dan jin akan lebih taat dan beribadah hanya kepada
Allah.
f. pengertian iman kepada Allah SWT dari kedua ayat di atas
• QS. Al-Baqarah (2): 165: keimanan berasal dari kata “iman”. Dalam
memahami pengertian iman dalam ajaran islam caranya yaitu dengan
mengumpulkan ayat-ayat Al-quran atau hadis yang secara redaksi terdapat
kata iman, atau kata lain yang dibentuk dari kata tersebut yaitu “aamana”
(fi'il madhi/bentuk telah), “yu’minu” (fi’il mudhari/bentuk sedang atau
akan), dan mukminun (pelaku/orang yang beriman)
• QS. Al-A’raaf (7):179: Yang dimaksud iman yaitu keyakinan dari dalam
hati dengan dibuktikan dengan amal perbuatan yang melibatkan seluruh
indera manusia. Dengan hati, akal, dan seluruh anggota tubuh yang
dianugerahkan oleh Allah, manusia dan jin seharusnya menjadi semakin
yakin akan keberadaan Allah, kebesaran, dan kekuasaan Allah. Dengan
demikian manusia dan jin akan lebih taat dan beribadah hanya kepada Allah

2. Kandungan ayat-ayat Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan Q.S. Qaaf (50):16
a. Terjemahan Q.S. Ali-Imran (3): 190-191 dan penjelasan secara ringkas hakikat
manusia menurut kedua ayat tersebut
• Terjemahan arti Q.S. Ali-Imran (3): 190: “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal”
Pemjelasan: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi yang tanpa
ada contoh sebelumnya dan dalam pergantian malam dan siang dan
perbedaan waktu keduanya dengan memanjang dan memendek benar-benar
merupakan petunjuk-petunjuk dan bukti-bukti yang agung atas keesaan
Allah bagi orang-orang yang mempunyai akal-akal yang selamat
• Terjemaahan arti Q.S. Ali-Imran (3): 191: “(yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”
Penjelasan: Orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam segala
kondisinya, yaitu dalam keadaan berdiri ketika shalat, duduk di masjlis
mereka, dan bersandar ketika dalam keadaan junub. Mereka berpikir tentang
kehebatan penciptaan langit, bumi dan meyakininya. Mereka berkata:
“Wahai Tuhan Kami, Engkau tidak menciptakan hal ini sia-sia dan hanya
sebagai hiburan, namun Engkau menciptakannya sebagai petunjuk atas
kuasa dan hikmahMu. Kami menyucikanmu dari segala sesuatu yang tidak
sesuai denganMu dan dari kesia-siaan. Maka jadikanlah ketaatan kami
kepadaMu itu sebagai pelindung dari neraka”
b. Terjemahan Q.S. Qaaf (50): 16 dan penjelasan secara ringkas hakikat manusia
menurut ayat tersebut
• Terjemahan arti Q.S. Qaaf (50): 16: Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan
Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
• Penjelasan: Allah memberitahukan bahwa Dia-lah semata yang
menciptakan jenis manusia, baik lelaki maupun perempuan, Dia yang
mengetahui hal-ihwal manusia serta rahasia mereka dan bisikan jiwa
mereka, dan sesungguhnya Dia “lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya,” yang merupakan sesuatu yang terdekat pada manusia yaitu urat
saraf yang tersimpan dibalik urat lehernya. Hal ini menyeru manusia untuk
selalu muraqabah terhadap Pencipta yang mengetahui hati dan batinnya,
yang lebih dekat kepadanya dalam berbagai keadaannya sehingga manusia
akan merasa malu ketika Allah melihatnya melakukan yang dilarang atau
tidak melaksanakan yang diperintahkan.
c. Hakikat kesempurnaan manusia menurut ketiga ayat di atas
Ketiga ayat diatas menjelaskan bahwa di antara bukti kekuasaan Allah bahwasanya
Allah menciptakan manusia dan menjadikannya ada dari yang sebelumnya tidak
ada, dan bahwasanya Allah juga mengetahui hal-hal yang membahayakan, serta apa
yang disembunyikan di dalam hati. Sesungguhnya Allah Maha Dekat daripada
sedekat urat yang berada di leher, yaitu urat yang mengalirkan darah yang
terhubung kepada jantung, maka tiada yang tersembunyi bagi Allah sesuatu hal
apapun dan bersifat selamanya.

3. Manusia dari sisi perwujudannya sebagai makhluk sosial


a. Pengertian terminologis tentang masyarakat
Secara terminologis masyarakat adalah bagian dari kajian sosiologi yang
mengandung unsur yang sangat kompleks. Misalnya, masyarakat desa, masyarakat
agama, masyarakat, agraris dll. Beberapa ciri tentang masyarakat yang penting ntuk
dipahami adalah bahwa: Masyarakat hidup Bersama, bergaul dalam kurun waktu
yang lama, dan kesadaran anggota menjadi satu kesatuan suatu kelompok.
b. Asal-usul masyarakat menurut fitrah manusia dalam QS. Al-Hujuraat: 13 dan QS.
Az-Zukhruf: 32
Berdasarkan ayat-ayat di atas asal-usul masyarakat berasal dari fitreah manusia
untuk Bersama dengan orang lain. Dengan demikian akan terbentuk hubungan
sosial yang melahirkan norma dan aturan. Terdapat tiga garis besar pembentuk
masyarakat yaitu: individu-individu yang membangun kelompok, hubungan sosial,
dan aturan.
c. Kriteria masyarakat beradab dan sejahtera dari sudut pandang masyarakat madani.
Masyarakat madani yang dideklarasikan oleh Nabi adalah masyarakat yang adil,
terbuka, dan demokratis, dengan berlandaskan ketakwaan terhadap Allah dan
semua ajaran-ajaran-Nya. Takwa kepada Allah diwujudkan dengan semangat
membangun hubungan baik dengan Allah dan manusia. Hubungan tersebut
dilandasi dengan akhlak dan budi yang luhur.
d. Prinsip-prinsip umum masyarakat beradab dan sejahtera.
• Keadilan
Keadilan merupakan sunatullah di mana Allah menciptakan alam ini dengan
prinsip keadilan dan keseimbangan yang menjadi hukum jagat raya.
Keadilan adalah sikap yang mencerminkan ketakwaan.
• Supremasi hukum
Keadilan ditegakkan dengan adanya aturan hukum. Menegakkan hukum
yang adil merupakan Amanah yang diperintahkan untuk dilaksanakan
kepada yang berhak. Hal ini ditunjukkan dalam firman Allah Surat An-
Nisaa’ ayat 58.
• Egalitarianism (persamaan)
Artinya bahwa semua masyarakat madani tidak membeda-bedakan atas
dasar keturunan, ras, etnis, dll. Melainkan mereka menghargai sebuah
prestasi.
• Pluralisme
Pluralisme merupakan penerimaan masyarakat terhadap suatu
kemajemukan sebagai realitas yang objektif. Pluralisme disini harus disertai
sikap yang tulus bahwa keberagaman merupakan karunia Allah dan bagian
dari rahmat-Nya.
• Pengawasan sosial
Pengawasan sosial secara individu maupun Lembaga merupakan suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan dalam usaha pembentukan masyarakat
yang beradab dan sejahtera. Pengawasan yang dilakukan harus
berlandaskan prinsip fitrah manusia baik sehingga senantiasa bersikap
husnu al-dzan yakni berdiris atas dasar asas-asas tidak bersalah sebelum
terbukti.

Sumber:
Nurdin, Ali., Syaiful Mikdar., dan Wawan Suharman. 2021. Pendidikan Agama Islam. Banten:
Universitas Terbuka.
www.tafsirweb.com

Anda mungkin juga menyukai