Skripsi Fitri Print Sidang Oke
Skripsi Fitri Print Sidang Oke
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
RAMADHAYANI SYAHFITRI
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2021 M / 1442 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis telah dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umat Islam dari alam kebodohan kealam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan beserta keluarga dan sahabat beliau sekalian.
Penulisan skripsi merupakan salah satu tugas mahasiswa dalam
menyelesaikan studi di suatu lembaga pendidikan untuk memperoleh gelar
Sarjana (S1) dalam bidang studi Hukum Tata Negara pada Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri Langsa. Untuk memenuhi hal tersebut penulis
memilih judul “Tinjauan Fiqh Syafi’iyah Terhadap Tenaga Kerja Wanita
Menurut Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai
pihak. Dengan keikhlasan dan ketulusan hati, penulis menghanturkan terima kasih
yang tidak terhingga dan penghargaan setinggi- tingginya kepada :
1. Ayahanda Sakimin dan Ibunda Kuswati yang tidak pernah lelah
mengiringi doa, semangat, perhatian, dan kasih sayang kepada ananda
hingga terselesaikan skripsi ini.
2. Calon Mertua Ayahanda Gunardi dan Ibunda Ernila, yang sudah penulis
anggap seperti orang tua penulis sendiri.
3. Ibu Anizar, M.A selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu,
bimbingan, petunjuk, dan memberikan arahan hingga selesainya skripsi ini
dan juga Bapak Rasyidin, S.H.I, M.H.I. selaku Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktunya, membimbing dan pengarahan sejak awal
sehingga terselesaikan skripsi ini.
4. Bapak Syawaluddin Ismail, Lc, MA. Selaku Ketua Jurusan Hukum Tata
Negara
i
5. Bapak Muhajir, S.Ag., L.L.M selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberi pencerahan yang sangat bermanfaat dan berkelas kepada penulis.
6. Keluarga yang penulis sayangin kakak-kakak Lisnawati, Suratik, Susanti,
Pristiwanti, Dewi Purwanti, Abangda M. Syahran, Faisal Ridho dan Adik
Tari juga Andini tercinta yang telah memberikan motivasi dan semangat
serta dukungan kepada penulis.
7. Bapak Dr. H. BASRI, MA selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Langsa
8. Yang terkasih Calon Suami Eygi Gunawan yang tiada hentinya
memberikan nasehat, dukungan, motivasi serta dorongan kepada penulis
agar penulis lebih giat dalam penyusunan skripsi hingga selesai.
9. Kepada sahabat-sahabatku (Maya Devi, Risma Asni, Elvira Octaviana, Nurul
Akmalia, Megawati dan Nur Syakira) serta teman-teman seperjuangan di
Program studi Hukum Tata Negara angkatan 2017 atas segala bantuan dan
motivasinya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
RAMADHAYANI SYAHFITRI
NIM : 2032017052
ii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
E. Kajian Pustaka ..................................................................................... 6
F. Metodologi Penelitian ......................................................................... 9
G. Sistematika dan Teknik Penulisan ...................................................... 13
ii
B. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Tenaga Kerja Wanita
Menurut Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 ........................... 47
1. Dasar Kebijakan Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja
Wanita di Bidang Ketenagakerjaan ......................................... 47
2. Perlindungan Terhadap Hak Pekerja Wanita di Bidang
Ketenagakerjaan ...................................................................... 50
C. Analisa Penulis .................................................................................... 55
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 57
B. Saran .................................................................................................... 59
iii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Tinjauan Fiqh Syafi’iyah Terhadap Tenaga Kerja Wanita
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Permasalahan yang diteliti adalah Bagaimana Perspektif Fiqh Syafi’iyah Terhadap
Tenaga Kerja Wanita serta Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Hak
Tenaga Kerja Wanita Perspektif Fiqh Syafi’iyah dan Undang – Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk
mengetahui Perspektif Fiqh Syafi’iyah Terhadap Tenaga Kerja Wanita dan Untuk
mengetahui Perlindungan Hukum Terhadap Hak Tenaga Kerja Wanita Perspektif
Fiqh Syafi’iyah dan UndangiUndang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif
deskriptif, yaitu metode penelitian yang memanfaatkan data kualitatif dan
dijabarkan secara deskriptif, yang mana pengolahan datanya akan dijabarkan
secara rinci dalam bentuk deskripsi analisis. Adapun hasil penelitian ini adalah (1)
pandangan Fiqh Syafi’iyah terhadap tenaga kerja wanita ialah tidak membebankan
tugas pemenuhan kebutuhan ekonomi pada kaum wanita, seorang wanita boleh
bekerja bagi yang sudah menikah asal mendapat izin dari suami dan menjalankan
pekerjaan sesuai dengan syari’at yang berlaku dalam Islam. (2) Perlindungan
Hukum terhadap tenaga kerja wanita menurut Fiqh Syafi’iyah dan UU No. 13
Tahun 2003 sama-sama memberi perlindungan terhadap seorang pekerja wanita
sebagaimana mestinya.
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nasional. Sumber daya itu berinteraksi dengan modal pembangunan yang lain,
yaitu sumber daya alam yang ditambah dengan peran teknologi dan pembangunan
pekerjaan dan demikian juga dengan pasal 27 ayat (2) UUD 1945“ tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.1
Tenaga kerja wanita merupakan bagian dari tenaga kerja yang telah
melakukan kerja baik untuk diri sendiri maupun bekerja dalam hubungan kerja
atau dibawah pemberi perintah (dalam hal ini pengusaha atau badan-badan hukum
lainnya). Mengingat tenaga kerja wanita merupakan pihak yang lemah dari
wanita itu ingin bekerja, tetap saja tidak dapat dipungkiri karena pekerjaan akan
1
Republik Indonesia Undang-undang ketenagakerjaan UU No.13 Tahun 2003 pasal 5
1
2
memberikan konrtibusi yang tidak sedikit kepada semua pihak secara langsung
bekerja. Wanita yang telah menikah boleh bekerja jika mendapat izin dari suami,
bagi yang belum menikah ia mendapat izin dari walinya. Meski demikian, hak
memberi izin oleh suami ini gugur secara otomatis jika sang suami tidak memberi
nafkah pada sang istri. Namun Tidak semua pekerjaan boleh dilakukan. Kriteria
pertama yakni pekerjaan yang dilakukan tidak termasuk perbuatan maksiat dan
Pasal 67 sampai dengan Pasal 101 meliputi perlindungan buruh penyandang cacat,
anak, perempuan, waktu kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, pengupahan dan
mengatur hak dan kewajiban bagi para tenaga kerja maupun para pengusaha di
adalah perlindungan tenaga kerja yang bertujuan agar bisa menjamin hak- hak
2
As-Safi’i, Imam Muhammad bin Idris, Al-Uum, Darul Wafa’ 2001. Juz 6
3
asasi manusia yang diakui dan dilindungi oleh undang-undang. Hak Perempuan
khusus dalam pengaturan jaminan perlindungan hak asasi manusia. Pada umunya
pemberian hak bagi perempuan sama dengan hak-hak lain seperti yang telah
dengan alasan tadi maka lebih dipertegas lagi. Asas yang mendasari hak bagi
perempuan diantaranya hak perspektif gender dan anti diskriminasi dalam artian
memiliki hak yang seperti kaum laki-laki dalam bidang pendidikan, hukum,
terhadap peran itu sendiri, tetapi apa dampak atau akibat yang ditimbulkannya
untuk keluarga. Seperti halnya sedikitnya waktu bersama keluarga, peran ganda
untuk keluarga dan penggunaan waktu, urusan rumah tangga, pekerjaan, sosial
pemikiran di atas, maka peran dan beban jangan dilihat sebagai sesuatu yang
3
Ibid, h. 270
4
namun tidak membuat perempuan kehilangan fitrah dan jati dirinya sebagai
perempuan. Tanggung jawab sosial dan tanggung jawab moril, tetap diemban
sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban kepada Sang Maha Pencipta yang
yang tak pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Banyak ayat Al-quran
yang mengupas tentang kewajiban manusia untuk bekerja dan berusaha mencari
ﻮﺭ
ُ ﺸُ ﺸﻮﺍْ ِﻓﻲ َﻣﻨَﺎ ِﻛ ِﺒ َﻬﺎ َﻭ ُﻛﻠُﻮﺍْ ِﻣﻦ ِ ّﺭ ۡﺯ ِﻗ ِۖۦﻪ َﻭﺇِ َﻟ ۡﻴ ِﻪ ٱﻟﻨﱡ
ُ ﻮﻻ َﻓ ۡﭑﻣ َ ُﻫ َﻮ ٱﻟﱠﺬِﻱ َﺟ َﻌ َﻞ َﻟ ُﻜ ُﻢ ۡٱﻷ َ ۡﺭ
ٗ ُﺽ ﺫَﻟ
( ١٥ : )ا
Artinya : Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka
jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-
Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
memperdebatkan bolehkah seorang wanita (istri) bekerja diluar rumah. Dalam hal
ulama tentang wanita bekerja diluar rumah. Pendapat yang paling ketat
yang telah diberikan dan ditentukan oleh Allah. Peran wanita secara alamiah,
menurut pandangan ini adalah menjadi istri yang dapat menenangkan suami,
melahirkan, mendidik anak, dan mengatur rumah. Dengan kata lain tugas wanita
4
Nurul Hidayati. Peran Ganda Perempuan Bekerja (Antara Domestic Dan Publik).
Muazah, no. 7 (2015): h. 109-188
5
rumah termasuk orang yang berbuat dzalim terhadap dirinya, karena melampui
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
Wanita ?
C. Tujuan Penelitian
5
Naqiyah Mukthtar,‛Telah terhadap Perempuan Karier dalam Pandangan Hukum Islam‛
dalam Wacana Baru Sosial : 70 Tahun Ali Yafie, (Bandung : Mizan, 1997), Cet. I, h. 164
6
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
yang diperoleh.
2. Secara Praktis
E. Kajian Pustaka
Fiqh Syafi’iyah terhadap tenaga kerja wanita menurut undang – undang nomor 13
mendasar terhadap wanita yang ikut serta bekerja dalam ruang lingkup publik,
maka disajikan beberapa dari penelitian terdahulu untuk mewakili buku-buku dan
7
skripsi yang tidak disebutkan secara langsung dalam bentuk sub pembahasan
Pertama skripsi Taufan Bayu Aji, dengan judul skripsinya “Tenaga kerja
Boyolali dan permasalahan apa saja yang timbul antara pekerja wanita dan
cara mengatasinya”.6
Hukum Terhadap Tenaga Kerja Wanita Dalam Perjanjian Kerja (Studi Kasus
6
Taufan Bayu Aji, “Tenaga kerja wanita (studi tentang perlindungan hukum menurut
undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan di PT Adetek Boyolali)”. Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 2010
7
Muh. Herismant Buscar S, “Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Tenaga Kerja
Wanita Pada Malam Hari Di Swalayan Kec. Rappocini Kota Makassar menurut Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003”, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Makassar 2015
8
Ngemplak Kabupaten Boyolali)”. Dalam penelitian ini, yang dikaji dan diteliti
adalah Bagaimanakah perlindungan hukum atas hak Tenaga Kerja Wanita (TKW)
dalam perjanjian kerja yaitu tentang perlindungan upah. Perlindungan upah yang
dimaksud adalah hak setiap Tenaga Kerja Wanita untuk memperoleh upah sesuai
dengan standar upah dan TKW yang diteliti adalah TKW dari Desa Donohudan
Malaysia.8
persamaan judul Fiqh Syafi’iyah terhadap tenaga kerja wanita menurut undang –
yang telah diangkat di atas, juga tidak ditemukan hasil yang serupa dengan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini. Dari uraian tersebut peneliti perlu melakukan
penelitian tentang begaimana peran Fiqh Syafi’iyah terhadap tenaga kerja wanita
8
Leksono Dwi Martanto, Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Wanita Dalam
Perjanjian Kerja (Studi Kasus Mantan Tenaga Kerja Wanita Malaysia Di Desa Donohudan
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali), Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta. 2010
9
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang teratur dan terpikir secara runtut dan
mengembangkan dan guna menguji kebenaran maupun ketidak benaran dari suatu
1. Pendekatan Penelitian
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
9
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2007, h. 22
10
2. Jenis Penelitian
3. Sumber Data
10
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek , (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h. 50
11
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), h. 106
11
yaitu suatu cara berfikir dari hal-hal yang bersifat umum lalu diambil
12
M. Nazir, Metode Penelitian, cet.ke-5, (Jakarta; Ghalia Indonesia, 2003), h. 27.
13
Sri Hapsari Wijayanti dkk, Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), h. 222
12
6. Teknik Penelitian
sebagai berikut :
pernyataan.
14
Ibid, h. 29
13
umum.16
yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum adalah terdiri empat (4) bab
yang tiap bab terbagi dalam sub bagian dan daftar pustaka, untuk memudahkan
dan menyeluruh tentang pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan
skripsi yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian,
kerangka teori, tinjauan pustaka, metode yang digunakan dalam penulisan skripsi
15
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landaan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja
Rosdakarya : Bandung, 2006. h. 18
16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. 2006, h. 9
14
pengertian kepada pembaca agar dapat mengetahui secara garis besar pokok
pengertian tenaga kerja dan jenis – jenis hak dan kewajiban pekerja, lalu tenaga
kerja wanita menurut Fiqh Syafi’iyah mencakup pekerjaan yang dilarang dan
dibolehkan untuk wanita, kemudian juga faktor yang melatar belakangi wanita
menjadi tenaga kerja dan yang terakhir hambatan yang dihadapi wanita sebagai
BAB III berupa Hasil Analisis, bab ini memberikan penjabaran tentang
hasil analisis yang sudah dilakukan penulis terhadap judul yaitu Tinjauan Fiqh
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dalam ajaran Islam, kekuatan iman semata-mata belum akan memberikan arti
penting bagi kehidupan, tanpa diikuti oleh aktivitas dan amal perbuatan atau kerja.
dalam hal mencari, mengelola dan membagi harta pada dasarnya banyak ayat dan
hadist yang memerintahkan orang yang beriman untuk berusaha dan berikhtiar
mencari karunia Allah. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Qasas ayat 77.
َ (َ )ۡ َ َ ٓ أ+َ (
ِ
ۡ)َ َ" َ ِ! َ ٱ ُّ ۡ' َ ۖ َوأ#َ$ %&
ِ َ
َ ََ ََ َ َّ
ٱ ُ ٱ ّ َار ٱ ِ ة ۖ و
َ َٰ َ َٓ
َوٱ ۡ َ ِ ِ ءا
ۡ ُ ۡ ُّ ُ َ َ َّ َّ َۡ َ َ َۡ َ َ َ َ َّ
(٧٧: )ﺍﻟﻘﺼﺺ9ِ ( َ ِ / : ٱ78 ِ 9 2 ِ 5 ٱ0ِ 1 ( د/ ٱ
ض إِن ٱ4 ِ "ۡ , ٱ ُ إ ِ ۡ ۖ َو
Artinya : Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan
berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
Dalam ayat diatas menunjukkan usaha serius untuk mencari dan mengambil
diatas bumi adalah berusaha sesuai dengan keahlian dan profesi masing-masing.
1
Ewzar, Hadist Ekonomi, (Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, 2013), hlm. 44
15
16
Oleh karena itu ayat ini menganjurkan setiap individu muslim untuk aktif bekerja
Dan di saat-saat beraktifitas, sebaiknya tetap berzikir, yaitu dalam bekerja selalu
mengingat Allah.
itu mengatur dan bertanggung jawab atas urusan rumah suaminya." Hal ini
sedemikian rupa, sehingga mereka merasa aman dan tenteram dalam surga
perempuan untuk bekerja namun dengan ketentuan tertentu. Ulama menilai tidak
ada larangan dalam Islam bagi perempuan yang ingin menjadi dokter, guru,
2
Al Mausû'ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah, 1997
3
Ahmad, Idris , Fiqh al-Syafi’iyah, (Jakarta: Karya Indah, 1986)
17
diperbolehkan untuk bekerja. Perempuan yang telah menikah boleh bekerja jika
mendapat izin dari suami, bagi yang belum menikah ia mendapat izin dari
walinya. Meski demikian, hak memberi izin oleh suami ini gugur secara otomatis
jika sang suami tidak memberi nafkah pada sang istri. Namun Tidak semua
pekerjaan boleh dilakukan. Kriteria pertama yakni pekerjaan yang dilakukan tidak
perempuan hanya di rumah saja dan berdiam diri. Nabi Muhammad SAW pernah
Ini artinya perempuan juga harus melakukan sesuatu dan bukan menganggur saja.
Manshur juga menyebut Islam tidak pernah melarang seorang perempuan untuk
bekerja. Dalam buku berjudul 'Pintar Fikih Wanita', ia menyebut pemepuan boleh
perempuan untuk berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Imam Abu
Hanifah dalam kitab Bada’i al-Shana’i haram pekerjaan asisten pribadi bagi
4
Abdurrahman Al-Jaziri, Syeikh, Kitab Salat Fikih Empat Mazhab (Syafi’iyah, Hanafiah,
Malikiah, dan Hambaliah), Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika). 2011.
5
As-Safi’i, Imam Muhammad bin Idris, Al-Uum, Darul Wafa’ 2001. Juz 6
6
Manshur Al-Qadir ’Abd, Buku Pintar Fiqih Wanita. Jakarta: Zaman. 2009
18
timbul ketika dia berduaan dengan atasannya yang seorang laki-laki bukan
muhrimnya.
menghalangi atau membatasi gerak seorang perempuan. Hal ini perlu menjadi
menyusui, dan menjaga keluarga. Perlu ada sinergi antara aktvitas yang dilakukan
sebagai berikut.8
7
Ibid, 2009
8
Skripsi Muh. Herismant Buscar S. Perlindungan Tenaga Kerja Wanita Pada Malam
Hari. Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, h. 33
19
dengan lain jenis, tidak mendapat izin dari suaminya, dan lain
sebagainya.
laki-laki, karena hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai kepala rumah
tangga. Islam telah menetapkan bahwa kepala rumah tangga adalah tugas
pokok dan tanggung jawab laki-laki, seperti yang tertuang dalam firman
َٓ َ َ َ َّ َ َّ َ ٓ ّ َ َ ََ ُ
Kِ وJٖ Hۡ َ 0ٰ ABَ Fۡ Gُ EHۡ َ ُ ٱDE1 َ ِ C ِ ٱ & ِ َ( ء0ABَ ّ ِ َ< ل @ ّ? ٰ ُ>=ن:ٱ
ُ َّ َ[ ٱ/ِ )َ َ C 7ۡ Zَ Aِۡ ّ O ٞ ٰXَ /ٰY َ O
ٌ ٰ َ ٰ َ ُ ٰ َ ٰ َّ َ ۡ ٰ َ ۡ َ ۡ ْ ُ َ َ
ۚ ِ ِ ِ Tِ UV OPِ AQ R1 Fۚ Gِ ِ :?!=ا ِ! أM/$أ
َّ ُ ُ ۡ َ َ َۡ َّ ُ ُ ُ ۡ َ َّ ُ ُ َ َّ ُ َ ُ ُ َ ُ َ َ ٰ َّ َ
ۖ ^= K ِ eٱ و ِd <
ِ E :ٱ 0ِ 1 ^ وc^=^ وٱbHِ 1 ^`=زa =ن1 ] 0ِ \وٱ
ٗ َ ّ ٗ َ َ َ َ َّ َّ ً َ َّ ۡ َ َ ْ ُ ۡ َ َ َ ۡ ُ َ ۡ َ َ ۡ َ
: )ا &( ۤءn ِ "+ ِ AB ن+ ۗ إِن ٱA ِ kl Gِ AB =اZ", A1 FgUHhِن أf1
(٣٤
Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”.
20
oleh perempuan dan laki-laki, ada juga beberapa pekerjaan yang khusus
yang membutuhkan kerja otot selamanya akan menjadi bagian dari tugas laki-
kepantasan akan pekerjaan yang akan dikerjakan. Hal itu adalah pembagian
yang wajar dan realistis dari sebuah pekerjaan yang menggerakkan kehidupan
Dalam Islam tidak ada larangan bagi laki-laki atau perempuan untuk
bekerja, baik di dalam ataupun di luar rumah. Dalam Surah An-Nahl, Ayat 97
ٗ َ ّ َ ٗ ٰ َ َ ُ َّ َ ۡ ُ َ َ ٞ ۡ ُ َ ُ َ َ ُ ۡ َ َ َ ّ ٗ ٰ َ َ َ ۡ َ
ۖ x"ِ h ۥ ) =ةvUwِ 8UA1 !ِ t> =^ و0ٰ s$ ٍ أو أ+ ِ! ذ8ِ Ap Dِ B !
َ ُ َ ۡ َ ْ ُ َ َ َ ۡ َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ َّ َ ۡ َ َ َ
(٩٧ : D8U =ن )اA H{ =ا$ + ! ِ ()5ِC F^ < أFGUyzِ cU و
wanita bekerja dalam Islam di luar rumah adalah pertama mubah atau
diperbolehkan. Syaikh Abdul Aziz Bin Baz juga berpendapat bahwa Islam
memenuhinya.9 Lebih jelas terdapat dalam firman Allah SWT surah At-
َ َ ُّ َ ۡ ۡ ُ ُ َ َ َّ َ ْ ُ ۡ ُ
0ٰ ِ ُ َ دون إlَ =نۖ َوUُِ !t ُ :ۥ َوٱvُ =lُ َو َرFۡ gA َ | ُ َ( َ َ ى ٱ1 =اA َ | ٱDِ @َو
َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ ُ َ ُ ُ ّ َ َ َ َ َّ َ ۡ َ ۡ ٰ َ
(١٠٥ : xK= =ن )اA H, F U+ ِ C Fg€ِ"&ُ ِ `• ٰ ة: وٱ7 ِ Z ٱFِ ِ A~
9
Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Baz, Majmu’ Fatawi Wa Maqolat
Mutanawwa’at, Riyad: Daar al Qasim, 1420.
22
mengenai wanita yang mencakup hak dan kewajiban yang telah ditetapkan
oleh Islam. Jika wanita mesti keluar rumah untuk bekerja, maka hal-hal
َ 9ِ "ۡ {ُ َ َّ َوGُ <و َ ُ 1ُ َ bۡ /َ 8ۡ yَ ٰ ^ِ َّ َوQَ ۡC‚َ ۡ !ِ َ Eۡ Eُ Zۡ {َ Oٰ•َِ !tۡ ُ Aِۡ ّ D@ُ َو
ِ ِ
َ 9ِ "ۡ {ُ َ َّ ۖ َوGK=ُ <ُ 0ٰ Aَ Bَ َّ ِ^ ُ ] ُ َ ۡ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ َّ َّ ُ َ َ
ِِ ِ ِ C Kِ E ۖ وGUِ! Gƒ ! ِ إG &yِز
ٓ َ ۡ ۡ َّ ٓ َ ۡ ۡ َّ َ ُ ُ ٓ َ َ ۡ َ َّ ٓ َ َ ۡ َ َّ َ ُ ُ َّ َّ ُ َ َ
َ َ َ َ
ِ ءU ‚ أوGِ ِ „ U ‚ أوGِ ِ =H ِ ءC أو ءاGِ ِ „ C أو ءاGِ ِ =H"ِ ِ إG &yِز
َ! َّ أَ ۡوG„ٓ (َِ a َّ أَ ۡوGِ ٰ ?َ َ َ أ0ِٓ UَC َّ أ َ ۡوGِ$ٰ?َ ۡ إ0ِٓ UَC َّ أَ ۡوGِ$ٰ?َ ۡ َّ أ َ ۡو إG َ =Hُ ُ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
َ َّ ۡ َ ۡ ُ َ َّ َ َ َ َ ََ
Fۡ : َ 9ِŠ ٱDِ /‰ِ ّ ّ ِ َ< ِل أوِ ٱ: ِ! َ ٱxِ Kَ ِ ۡرf َ ‡ ۡ ِ أ ْو ِˆ ٱHِ ِ "ٰT ّ أوِ ٱGُ Uُ ٰ †َ ۡ9‚ O ۡ … A>
ۡ َ َ َ ۡ َ ٓ ّ َ َ ََ ْ ۡ
!ِ َ /ِ ]ُ9 !َ Fَ AHۡ ُ ِ ّ Gِ ِ A<ُ ۡر5ِC َ Kۡ ِ Eَ9 َو2ِت ٱ & ِ َ( ء ِ ٰ Œ=ۡ B 0ٰ AB ُ واGَ b{َ
ّ َ ُ ۡ ُ ۡ ُ َّ َ َ َ ُ ۡ ُ ۡ َ ُّ َ ً َ َّ َ ْ ُ ُ َ َّ َ
: =رU =ن )ا8ِ A/, FgAH =نUِ!t : ٱv9‚ H ِ < ِ ٱ0 ِ ٓ=ا إK= ۚ وGِ ِ &yِز
(٣١
Sisi sababiyah (tali pernikahan, yaitu suami), sisi ulul arham (kerabat
jauh, yaitu saudara laki-laki seibu dan paman kandung dari pihak ibu serta
keturunan laki-laki dari keduanya), dan sisi pemimpin (yaitu hakim dalam
kewajiban syar’i yang harus di patuhi oleh setiap muslimah yang telah akil
َ ََ ۡ ۡ ٓ َ َ َٰ ۡ َ ّ ُ َ ُ َ َٓ
!ِ ّ Gِ ۡ AB َ ِ' ۡ ُ9 َ ِ U!ِ t ُ : َِ( ِء ٱaَو ِ Uَ Kَ َو <
ِ •ز5ِ D@ 0ُّ ِ "Uّ ٱGَ {ّ •Ž ٰ
َ ٗ ُ َ ُ َّ َ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ ََ ۡ َ ََۡ َ ٰ َ َّ َ
: ابz) ) ٗ )ا ِ ّرn=ر /‡ ذ{ ۗ و’ن ٱt9 A1 َ َ Hۡ {ُ أن0ٰٓ $أد ِ :‘ ۚ Gِ ِ"wِ"ٰ•<َ
(٥٩
tanpa dipisahkan oleh tabir), menjaga sikap dan tutur kata (tidak
keluar rumah bahkan untuk bekerja. Namun hendaknya dipahami lagi, jenis-
jenis pekerjaan seperti apa yang boleh dilakukan oleh wanita, sesuai dengan
25
negeri tersebut.
dewasa dan remaja putri. Untuk mengajar kaum pria, boleh apabila
e) Menenun dan menjahit, tentu ini adalah perkerjaan yang dibolehkan dan
10
Adnan bin Dhaifullah Alu asy-Syawabikah, Wanita Karir : “Profesi Wanita di Ruang
Publik yang Boleh dan yang Dilarang dalam Fiqih Islam, penerbit: Pustaka Imam Asy’Syafi’i. h.
15
11
Ibid, h. 17
26
bahwa salah satu tanda kiamat adalah maraknya perniagaan hingga kaum
i) Tata rias kecantikan. Tentu saja hal ini diperbolehkan dengan syarat tidak
gigi, menato badan, mencabut alis, juga dilarang pula melihat aurat wanita
tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap
melakukan pekerjaan, antara lain orang yang bekerja, orang yang sedang
rumah tangga. Adapun pengertian tenaga kerja yang lain, tenaga kerja
12
Ibid, h. 18
27
barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.13
tenaga kerja. Pada tahun 1997 Undang-Undang ini diganti dengan Undang-
a) Adanya peraturan,
c) Upah
13
Dzulkifli Umar dan Usman Handoyo, Kamus Hukum (Dictionary Of Law New Edition)
(Cet: 1, t.t; Quantum Media Press, 2000), h. 360
14
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan
15
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Edisi. I, (Cet. 1, Jakarta:
Sinar Grafika, 2009), h. 4
28
c) Peraturan Pemerintah
d) Peraturan Presiden
e) Peraturan Daerah.16
Power) adalah produk orang yang bekerja, orang yang sedang mencari
pekerja, orang yang mengurus rumah tangga serta orang yang sedang
16
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
17
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan‑Ketentuan Pokok Mengenai
Tenaga Kerja
18
Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi aksara. 2011
19
Ibid, 2009
29
tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dan tenaga kerjas dan
lembur
e. Pasal 79 ayat 1 : pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada
pekerja
g. Pasal 85 ayat 1 : pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi
20
Molenaar, R.E. Forced Expiratory Volume in One Second (FEV1) pada Penduduk yang
Tinggal di Dataran Tinggi. Jurnal e-Biomedic. 2014
21
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Hak Pekerja/Buruh
30
perlindungan atas :
nilai-nilai agama
22
Ibid, Undang-undang Tentang Hak Pekerja/Buruh
23
Erni R. Ernawan, Etika Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 69
31
diperusahaan tersebut.
bermoral.
32
b) Pasal 126 ayat (1) : pengusaha, serikat pekerja dan pekerja wajib
24
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
33
a) Faktor Ekonomi
pria, serta makin disadari perlunya kaum wanita ikut berpartisipasi dalam
25
Audina Agta Lianda, Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Wanita Bekerja Sebagai Buruh Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Menurut Perpsektif
Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Raden Intan,
Lampung. 2019 h. 36
34
26
Nina Darayani dkk, Motivasi Tenaga Kerja Wanita Dalam Meningkatkan Pendapatan
Keluarga Melalui Usaha Tani Nenas (Ananas Comusus L. Merr) Di Desa Lubuk Karet Kecamatan
Betung Kabupaten Banyuasin, (Jurnal Societa, Vol. IV, No. 2), Desember 2015, h. 64
27
Afriyame Manalu dkk, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Sebagai
Buruh Harian Lepas (Bhl) Di Pt. Inti Indosawit Subur Muara Bulian Kecamatan Maro Sebo Ilir
Kabupaten Batanghari, (Jurnal Sosio Ekonomika Bisnis, Vol. XVII, No. 2), 2014, hlm. 92
35
1) Tingkat Umur
tua. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat umur maka akan
terutama penduduk usia muda yang menikah. Bagi seseorang yang telh
masuk pada masa pension atau yang secara fisik sudah tidak mampu
untuk bekerja.
28
Pajaman Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Jakarta: FEUI,
2001), h. 38
36
2) Tingkat Pendidikan
29
Ibid, h. 48-52
30
Fauzia, Wanita : Aktivitas Ekonomi dan Domestik, (Jurnal PWS, Vol. 5 No. 25), Januari
2012, h. 9
37
BAB III
HASIL PENELITIAN
prosedur pekerjaannya.
Wanita yang telah menikah boleh bekerja jika mendapat izin dari
suami, bagi yang belum menikah ia mendapat izin dari walinya. Meski
demikian, hak memberi izin oleh suami ini gugur secara otomatis jika
sang suami tidak memberi nafkah pada sang istri. Namun Tidak semua
kehormatan keluarga.
37
38
dan mentalnya.1
laki-laki juga diharamkan bagi kaum wanita.2 Hanya saja, Allah juga
dalam bekerja, sehingga dalam bekerja mereka harus patuh dan tunduk
pada kaidah-kaidah moral dan sosial tadi. Dan hal yang serupa juga
harus patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah moral dan sosial tadi.
1
Ahmad, Idris , Fiqh al-Syafi’iyah, (Jakarta: Karya Indah, 1986)
2
Sukri Sri Suhandjati, Pemahaman Islam dan Tantangan Keadilan Gender, (Yogyakarta:
Gama Media, 2002), h. 36.
39
Berangkat dari realitas ini, maka jika dalam suatu kondisi seorang
wanita dihadapkan pada tugas dan kewajiban rumah tangga serta aktivitas
anak-anak dibebankan pada kaum laki-laki. Hal ini sesuai dengan firman
َّ ُ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َّ ُ َ ٰ َ ۡ َ َ ۡ ۡ ُ ُ ٰ َ َ ۡ َ
&ِ' ِ ِ ! ِ أراد أن ِ أو ِ ۞وٱ ٰ ِ ت
ُ َّ َ ُ َ ۡ َ ُ َ ُۡ َ ُ ۡ ََ ََ َ َ
8 9: وف ِ4 ُ ۡ َ !6ِ7 ّ .ُ 1 َ 2ِۡ 3 ّ َو.ُ /ۥ رِز-ُ ِ ٱ! َ ۡ ! د+ *ٱ! ّ *) ۚ َو
ََ َ َ َ ُ َّ ٞ ُ ۡ َ َ َ َ َ َ ۢ ُ َ َ َّ َ ُ َ َ َ ۡ ُ َّ ٌ ۡ َ
+ * ِ ِ هۚ ِۦ و7 ۥ- ! د ِ ِ و7 ٰ ِ ةE رAB: ۚ . @>=< إ ِ و
ََ ُ َََ َ ُّۡ َ َ ً َ َ َ َ ۡ َ َ َٰ ُ ۡ ۡ
Q ٖ ورWX و.VِL اض َ
ٖ : * Sِ Q ِن أراداPQ ۗ Nِ !O JKِL ث ِ ِٱ! َار
َ حVَ Zُ َ َQ &ۡ ^ ُ َ ٰ َ ۡ َ ْ ٓ ُ ۡ َ ۡ َ َ ۡ ُّ َ َ ۡ َ
' ِ ا أو2X & أن1 َ ۗ [ن أرد.ِ ۡ *َ َحVَ Zُ
َdٱَّ َّ َ ْ ٓ ُ َ ۡ َ َ َّ ْ ُ َّ َ ُ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ َ ٓ َّ ُ ۡ َّ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ
وٱ* ا أنd ا ٱc1وف وٱ bِ !6ِ7 &'`: ءاL &' @ & إِذا9 *
(٢٣٣ : ةce )اS
ٞ ِ َ7 ۡ َ ُ َن1َ َ 7
ِ
Artinya: “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua
tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan
kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka
dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena
anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena
anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula.
40
dalam kehidupan keluarga. Yang pertama yaitu tugas suci seorang istri
istri tersebut. Yang dimaksud di sini adalah, agar istri dapat menunaikan
mereka untuk menjadi salah satu pilar keluarga yang baik, sehingga
Islam juga membukakan pintu bagi wanita untuk turut aktif dalam
berbagai aktivitas yang dia sukai, baik aktivitas sosial, keilmuan, ataupun
3
Tafsir Ringkas Kemenag RI, Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 233
4
Mansour Fakih, Analisis Gender & Transformasi Sosial. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2005), h. 47
42
Syafi’iyah
setelah melewati beberapa tahun, kini wanita mulai diakui dapat setara
dengan pria.
5
Depertemen Agama RI. Membina Keluarga Sakinah, Ditjen Bimas Islam Dan
Penyelenggara Haji. Jakarta. 2005
43
antara pria dan wanita secara adil. Dan Islam pun tidak menghalangi
seorang wanita untuk ke luar dari rumah untuk memasuki dunia kerja
juga mengancam mereka dengan janji yang pedih pada hari kiamat, dan
44
lain, panggilan itu biasanya dianggap remeh oleh para pekerja wanita.
tanpa disadari oleh para pekerja wanita hal tersebut sudah melanggar hak
Islam. Akan tetapi tidak terdapat makna secara kontektual dari ayat diatas,
perlu adanya penafsiran bagi ahli ulama untuk mengetahui hal-hal yang
dimaksud dari akad-akad disini adalah perjanjian kerja bagi kedua belah
6
Ahmad Al-Mursi Husaun Jauhar, Maqashid Syari’ah, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2009), h. 141
7
As-Safi’i, Imam Muhammad bin Idris, Al-Uum, Darul Wafa’ 2001. Juz 6
45
pihak. Perlindungan hukum bagi pekerja sudah diatur secara jelas dalam
Islam, perlu adanya penafsiran dari ayat Al-qur’an yang tidak dijelaskan
secara kontekstual, akan tetapi perlu dipahami dari makna yang tersurat.
sudah tercantum dalam setiap akad yang ditunaikan. Karena setiap janji
kehidupan sehari-hari.
8
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh ,( Jakarta: Amzah, 2011), h. 308
46
jenis dan keturunan yang kedua ditaati dan dilaksanakan oleh manusia
ditangani. Hal ini karena selain seluruh rakyat masih sibuk dengan
9
Purbadi Hardjoprajitno, dkk. Modul : Sejarah Hukum Ketenagakerjaan dan Ratifikasi
Konvensi ILO, Yogyakarta. 1999, h. 10
49
memperjuangkan kepentingan-kepentingannya.10
10
Ibid, h. 11
11
Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003), h. 61
50
Ketenagakerjaan
12
Ibid, h. 33.
51
adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Untuk ini
sebenarnya sudah ada produk hukum yang dapat dijadikan dasar dalam
Indonesia
Ketenagakerjaan
layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras,agama, dan aliran politik
memberikan peluang yang sangat besar bagi wanita yang ingin bekerja di
dalam bidang dan keinginannya dengan catatan wanita tersebut mau dan
hak yang sama dalam memperoleh pekerjaan yang diinginkan sesuai mau
dan mampu dalam bekerja serta memperoleh kehidupan yang layak dan
hak-haknya dalam bekerja. Hal ini juga dianut oleh UUD 1945 Pasal 27
ayat (2) yang menyebutkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas
dijelaskan bahwa:15
07.00;
13
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Edisi terbaru
Penjelasan Umum (Jakarta:Fokusindo Mandiri, 2012), h. 85.
14
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) (Jakarta, Sinar Grafika, 2002), h. 38.
15
Aris Ananta, Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lembaga Demografi, 1990).
53
memberi rasa nyaman bagi pekerja wanita dan pekerja laki-laki terutama
tindak kekerasan.16
16
Cindy Dwi Yuliandi, dkk. Manajerial : Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) Di Lingkungan Kerja, Jakarta. 2019, h. 103
54
bekerja pada waktu malam. Malam hari adalah waktu antara pukul 18.00
wanita antara pukul 23.00 s.d pukul 07.00 wajib memberikan makanan
pulang bekerja antara pukul 23.00 s.d pukul 05.00”. seorang pekerja yang
memberikan wanita hak cuti atau waktu istirahat kepada pekerja yang
harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu
C. Analisa Penulis
diwajibkan kepada kaum wanita. Pekerjaan yang diharamkan bagi kaum laki-laki
juga diharamkan bagi kaum wanita. Hanya saja, Allah juga telah menetapkan
kaidah-kaidah moral dan sosial bagi kaum laki-laki dalam bekerja, sehingga
dalam bekerja mereka harus patuh dan tunduk pada kaidah- kaidah moral dan
sosial tadi. Dan hal yang serupa juga dibebankan pada kaum wanita, sehingga
dalam setiap pekerjaan, wanita harus patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah moral
dan sosial tadi. Dengan demikian, setiap pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki
berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrim, sebagaimana dilarangnya hal yang
serupa bagi kaum laki-laki. Larangan ini mengandung konsekwensi bahwa wanita
merusak kehormatan dirinya. Demikian pula halnya kaum laki-laki, mereka juga
17
Pasal 83, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjan, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2003
56
ekonomi terhadap istri dan anak-anak dibebankan pada kaum laki-laki. Perlindungan
pasal 76 UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pada dasarnya semua umat
manusia baik laki-laki maupun wanita adalah sama kedudukannya sebagai pekerja
lingkungan kerjanya dan hasil-hasil yang diperoleh dari kerja yang dilakukannya.
Sehingga menurut pandangan Fiqh Syafi’iyah, hal ini bukan merupakan suatu tingkat
dan kelas dalam masyarakat. Namun setidaknya pekerja wanita harus mengetahui
bekerja. Dimana yang paling utama dari ketiga tanggung jawabnya adalah tugas di
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan selagi masih dalam aturan Allah Swt. Perspektif Fiqh Syafi’iyah
Undang No.13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan dapat dilihat dari dua
(2) Ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam hidupan sehari-hari. (3)
Ditaati dan dilaksanakan baik dan benar. Kedua, pelaku hukum Islam
57
58
Hak-hak yang diberikan oleh Islam terhadap tenaga kerja yang berupa
sangat urgen.
kesehatan kerja, perlindungan khusus bagi tenaga kerja wanita, anak, dan
jaminan sosial pekerja. Dalam kontek Syari’at Islam yang pertama dapat
kepemilikan harta benda, dan yang terakhir adalah terjaminnya hak atas
oleh manusia dalam hidupan sehari-hari dan yag terakhir dapat ditaati dan
B. Saran
terkait dengan judul Tinjauan Fiqh Syafi’iyah Terhadap Tenaga Kerja Wanita
yang ada atau belum. Dan peran aktif kesadaran pekerja wanita sendiri
serta perusahaan juga sangat diperlukan. Untuk tenaga kerja agar selalu
kewajiban tenaga kerja itu sendiri sehingga tidak mudah dirugikan atau
terkhusus untuk para wanita yang sudah memiliki suami dan anak. Karena
3. Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan dokumentasi bagi pihak
Tata Negara sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang. Untuk itu
Ilmu Syariah
Diajukan Oleh:
RAMADHAYANI SYAHFITRI
2032017052
Fakultas Syari’ah
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Tinjauan Fiqh Syafi’iyah Terhadap
Tenaga Kerja Wanita Menurut Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan” adalah benar hasil karya sendiri dan orisinil sifatnya. Apabila dikemudian
hari ternyata/ terbukti hasil plagiasi karya orang lain atau dibuatkan orang lain, maka akan
dibatalkan dan saya siap menerima sanksi akademik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ramadhayani Syahfitri