Anda di halaman 1dari 2

Nama : Arief Hardi Rahman

Kelas : XII IPS I

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Hari/Tanggal : Senin, 9 November 2020

Gaya Hidup yang Baru

Hari demi hari kian silih berganti, lembaran baru kubuka tiap harinya. Kumulai aktivitas harianku
sesuai plan kegiatan yang kubuat kemarin malam. Entah apakah plan itu sesuai dengan hari esok
ataupun tidak, terealisasi ataupun tidak, tetap akan kubuat. Kemudian, esok hari pun tiba. Ku dengar
kata-kata temanku tentang munculnya wabah baru di di China yang dapat menular dengan mudahnya.
Pada awalnya, berita itu tidak ku hiraukan terlebih ada klaim yang mengakatakan bahwa wabah itu tak
bisa sampai di tempat ber-iklim tropis. Namun, saat ku tahu bahwa wabah itu mulai menyebar di sini,
saat itulah dimulainya masalah besar.

Saat mulainya pandemi, semua kegiatan-kegiatanku mulai terganggu. Sekolah yang awalnya
hanya belajar dirumah selama dua minggu, kini meledak hingga satu tahun. Menurutku, ini merupakan
kebohongan terbesar sepanjang hidupku. Lebih berat lagi saat masuk pertengahan pandemi, keadaan
ekonomi kami mulai terjadi penurunan, kebosananku telah mencapai titik jenuhnya. Bahkan ibadah
Jum’at pun dipersulit. Sekolahku hanya sebatas virtual, kurangnya interaksi dengan teman-temanku
cenderung menjerumuskanku pada sifat individualis. Hari-hariku kuhabiskan hanya dengan membantu
orang tuaku di rumah. Memang hal yang bagus, namun aku juga butuh akan interaksi dengan dunia luar.
kemudian aku berfikir, apakah hanya ini caraku menghabiskan waktu saat pandemi? Apakah tidak ada
alternatif lain agar aku bisa berinteraksi kembali?

Seketika itu aku tersadar, bahwa bukanlah suatu alasan bagiku untuk mengatakan bahwa
pandemi bagaikan pembatas antara kita dengan dunia luar. Namun, ada berbagai manfaat yang ku
dapat dari diriku sendiri atau mungkin orang banyak. Ku ikuti semua Protokol kesehatan yang
kemungkinan dapat meminimalisir penularan. Ku ikuti orang-orang yang bersepeda, lalu aku pergi
kemanapun dengan sepeda sekaligus olahraga. Aku tetap bisa berkumpul diluar rumah, bahkan dapat
membantu orang-orang dalam pembagian bantuan sosial. Walaupun didalam rumah pun, keseharianku
tetap produktif dengan ikut dalam peran karya di dalam organisasi lain. Walaupun berjaga jarak, aku
tetap bisa berkumpul dengan teman-teman.

Pandemi memang merenggangkan hubungan kita dengan dunia luar, namun aku tetap dapat
berinteraksi ketika aku berani keluar dari zona nyaman. Jadi yang seharusnya kulawan adalah rasa
malasku. Karena rasa malas, ku jadikan pandemi itu sebagai alasan untuk tidak berinteraksi dengan
dunia luar. Mulai detik ini, kubuka lembaran baru namun dengan metode terbaru.

3. Adakah Komplikasi dalam cerita tersebut, jelaskan !


 Ada, komplikasi ada di paragraf dua. Yang dimana pada paragraf itu menceritakan berbagai
masalah yang dihadapi tokoh tersebut saat pandemi tiba.
4. Adakah penggunaan kata sifat yang menggambarkan karakter/latar suasana dan tuliskan bagian
yang menggunakan kata sifat tersebut!
 Ada, contohnya pada kata “Lebih berat lagi saat masuk pertengahan pandemi,…” yang
menunjukkan suasana yang gelisah akan dampak dari pandemi tersebut.
5. Tuliskan keunggulan cerita tersebut !
 Singkat, mudah dipahami bahkan dikalangan SMP, terdapat sisipan edukasi, Jelas, tidak terlalu
banyak tokoh sehingga tidak membingungkan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai