Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERIODESASI SASTRA INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh :
Sela Putri Herawati

PROGRAM STUDI ILMU BAHASA DAN BUDAYA


SMA NEGERI 1 KEPANJEN
TAHUN PELAJARAN 2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “Periodisasi Sastra Indonesia” ini dengan baik. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erma Syifaul
Hasanah, S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan kepada
semua piham yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,
maka dari itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan
kearah kesempurnaan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Kepanjen, 08 Agustus 2021


Penulis,

Sela Putri Herawati

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 4
1.2 RUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 PUJANGGA LAMA 5
2.2 SASTRA MELAYU LAMA 5
2.3 ANGKATAN BALAI PUSTAKA 6
2.4 PUJANGGA BARU 8
2.5 ANGKATAN ‘45 9
BAB III PENUTUP 11
A. KESIMPULAN 11
B. SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulisan atau lisan berdasarkan
pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga ke perasaan dalam bentuk yang imajinatif, cerminan
kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media bahasa. Sedangkan
sastra Indonesia adalah sebuah karya sastra yang ditulis oleh orang Indonesia, menggunakan
bahasa Indonesia, dan dengan semangat kebangsaan Indonesia. Perjalanan sastra Indonesia sejak
lahir hingga sekarang sudah cukup panjang, perjalanan panjang itu dapat diibaratkan sebagai
mata rantai yang berkesinambungan dari waktu kewaktu dan menggambarkan adanya dinamika
pergantian tradisi.
Perkembangan karya sastra Indonesia sampai saat ini tidak terlepas dari pengaruh karya
sastra pada periode-periode sebelumnya seperti karya sastra lama, karya sastra zaman peralihan,
sastra Indonesia modern, angkatan 30-an, angkatan 45, angkatan 66, angkatan 70, dst. Pada
makalah ini penulis akan membahas mengenai Pujangga Lama, Melayu Lama, angkatan Balai
Pustaka, Pujangga Baru, dan Angkatan 45. Untuk pembahasan lebih lanjut, penulis akan
membahas pada bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam
makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian Pujangga Lama dan karya sastra nya?
2. Apa pengertian Sastra Melayu Lama dan karya sastra nya?
3. Apa pengertian angkatan Balai Pustaka?
4. Bagaimana ciri-ciri karya sastra angkatan Balai Pustaka?
5. Apa saja karya sastra angkatan Balai Pustaka?
6. Apa pengertian Pujangga Baru?
7. Bagaimana ciri-ciri karya sastra angkatan Pujangga Baru?
8. Apa saja karya sastra angkatan Pujangga Baru?
9. Apa pengertian angkatan ‘45?
10. Bagaimana ciri-ciri karya sastra angkatan ‘45?
11. Apa saja karya sastra angkatan ‘45?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas,maka tujuan ditulisnya makalah
ini adalah sebagai berikut:

4
 Mengetahui pengertian dan latar belakang terbentuknya angkatan Pujangga Lama, Sastra
Melayu Lama, Balai Pustaka, Pujangga Baru, dan angkatan ‘45
 Mengetahui karya sastra beserta ciri-cirinya dari angkatan Pujangga Lama, Sastra Melayu
Lama, Balai Pustaka, dan angkatan’45
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pujangga Lama


2.1.1 Pengertian
Karya sastra Indonesia yang termasuk dalam periode Pujangga Lama adalah karya karya
yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya sastra di Indonesia didominasi oleh
syair, pantun, gurindam, dan hikayat. Karya sastra pada kesusastraan lama masih berkisar pada
cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut (lisan). Cerita pada masa ini bersifat istana sentries
(mengisahkan kehidupan raja-raja).

2.1.2 Karya Sastra

 Sejarah Melayu
 Hikayat Abdullah
 Hikayat Andaken Penurat
 Hikayat Bayan Budiman
 Hikayat Djahidin
 Hikayat Hang Tuah
 Hikayat Kadirun
 Hikayat Kalila dan Damina
 Hikayat Masydulhak
 Hikayat Pandja Tanderan
 Hikayat Putri Djohar Manikam
 Hikayat Tjendera Hasan Tsahibul
 Hikayat Syair Bidasari
 Syair Ken Tambuhan
 Syair Raja Mambang Jauhari
 Syair Raja Siak.

2.2 Sastra Melayu Lama


2.2.1 Pengertian
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-1942, umumnya
berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera; Langkat, Tapanuli. Padang dan daerah
Sumatera lainnya; juga dikalangan orang Tionghoa dan masyarakat Indo Eropa. Karya sastra

5
Melayu Lama pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.

2.2.2 Karya Sastra


 Robinson Crusoe (terjemahan)
 Lawan lawan Merah
 Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
 Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
 Kapten Flamberger (terjemahan)
 Nyai Dasima  oleh G. Francis (Indo)
 Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
 Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
 Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
 Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
 Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (Indo)
 Dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu Lama lainnya.

2.3 Angkatan Balai Pustaka


2.3.1 Pengertian
Angkatan Balai Pustaka adalah penamaaan yang diberikan terhadap karangan-karangan
yang diterbitkan Balai Pustaka, yaitu muncul pada tahun 1920-an. Balai Pustaka didirikan pada
tahun 1908, tetapi baru tahun 1920-an kegiatannya dikenal banyak pembaca (Purwoko, 2004:
143). Berawal ketika pemerintah Belanda mendapat kekuasaan dari Raja untuk mempergunakan
uang sebesar F.25.000 setiap tahun guna keperluan sekolah bumi putera yang ternyata justru
meningkatkan pendidikan masyarakat. Commissie voor de Inlandsche School-en Volkslectuur,
yang dalam perkembangannya berganti nama Balai Poestaka, didirikan dengan tujuan utama
menyediakan bahan bacaan yang “tepat” bagi penduduk pribumi yang menamatkan sekolah
dengan sistem pendidikan Barat. Sebagai pusat produksi karya sastra, Balai Poestaka mempunyai
beberapa strategi signifikan (Purwoko, 2014: 147), yaitu :

1. Merekrut dewan redaksi secara selektif


2. Membentuk jaringan distribusi buku secara sistematis
3. Menentukan kriteria literer
4. Mendominasi dunia kritik sastra

Pada masa ini bahasa Melayu Riau dipandang sebagai bahasa Melayu standar yang lebih
baik dari dialek-dialek Melayu lain seperti Betawi, Jawa, atau Sumatera. Oleh karena itu, para
lulusan sekolah asal Minangkabau, yang diperkirakan lebih mampu mempelajari bahasa Melayu
Riau, dipilih sebagai dewan redaksi. Beberapa diantaranya adalah Armjin Pene dan Alisjahbana.
Angkatan Balai Poestaka baru mengeluarkan novel pertamanya yang berjudul Azab dan

6
Sengsara karya Merari Siregar pada tahun 1920-an. Novel yang mengangkat fenomena kawin
paksa pada masa itu menjadi tren baru bagi dunia sastra. Novel-novel lain dengan tema serupa
pun mulai bermunculan.

2.3.2 Ciri-Ciri

Adapun ciri-ciri karya sastra pada angkatan balai pustaka, yaitu :

1. Menggunakan perumpamaan klise, pepatah, dan peribahasa.


2. Sebagian besar menggunakan alur lurus.
3. Teknik penokohan dan perwatakannya menggunakan analisis langsung.
4. Menggunakan pusat pengisahan metode orang ketiga dan orang pertama.
5. Bersifat didaktis.
6. Peristiwa yang diceritakan sesuai dengan realita di kehidupan masyarakat.
7. Puisinya berbentuk syair dan pantun.
8. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan.
9. Tema yang diangkat perihal adat istiadat.

2.3.3 Karya Sastra

a. Puisi : Bahasa, Bangsa, dan Tanah Air (kumpulan puisi). Karya Muhammad
Yamin

b. Prosa:

1) Siti Nurbaya, Karya Marah Rusli.

Buku Siti Nurbaya oleh Marah Rusli (Roman,1922) mendapat


penghargaan dari ahli sastra dan kritikus sastra. Dengan terbitnya buku
Siti Nurbaya tahun 1922 itu, tercapailah puncak roman yang
sesungguhnya. Karena pengarang telah berhasil menciptakan sebuah
roman atau sebuah komposisi yang layak diterima dan masuk akal. Tidak
saja mempersoalkan masalah-masalah nyata tetapi juga mengemukakan
manusia-manusia yang hidup.

2) Tak Putus Dirundung Malang, Dian yang Tak Kunjung Padam, dan Anak
Perawan di Sarang Penyamun. Ketiganya karya Sutan Takdir
Alisyahbana.

3) Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Robert Anak Surapati (Roman Sejarah),


karya Abdul Muis.

7
Buku Salah Asuhan oleh Abdul Muis (Roman, BP,1928) ini mendapat
penghargaan dari ahli sastra dan kritikus sastra. Masalah yang dikupasnya
bukan kawin paksa lagi, melainkan sepakterjang pemuda terpelajar yang
lupa daratan karena pendidikan Barat dan mencemoohkan bangsanya
sendiri (bangsa Timur). Hal itu menunjukan kekhawatiran Abdul Muis.

4) Azab dan Sengsara, Si Jamin dan Si Johan, Binasa Karena Gadis


Priangan, karya Merari Siregar.

2.4 Pujangga Baru


2.4.1 Pengertian

Pujangga Baru adalah penamaan bagi karangan-karangan para pengarang yang


berkecimpung atau beriringan dengan terbitnya majalah Poedjangga Baroe (Golongan Pujangga
Baru). Pada tahun 1933, Armijn Pane, Amir Hamzah, dan Sultan Takdir Alisjahbana mendirikan
sebuah majalah yang diberi nama Poejangga Baroe. Majalah Poedjangga Baroe menjadi wadah
khususnya bagi seniman atau pujangga yang ingin mewujudkan keahlian dalam berseni.
Poedjangga Baroe merujuk pada nama sebuah institusi literer yang berorientasi ke aneka
kegiatan yang dilakukan para penulis pemula. Majalah ini diharapkan berperan sebagai sarana
untuk mengoordinasi para penulis yang hasil karyanya tidak bisa diterbitkan Balai Poestaka
(Purwoko, 2004: 154).

Selain memublikasikan karya sastra, majalah ini juga merintis sebuah rubrik untuk
memuat esai kebudayaan yang diilhami oleh Alisjahbana dan Armijn Pane. Kelahiran majalah
Poedjangga Baroe menjadi titik tolak kebangkitan kesusastraan Indonesia. S.T. Alisjahbana,
dalam artikel Menudju Masjarakat dan Kebudajaan Baru, menjelaskan bahwa sastra Indonesia
sebelum abad 20 dan sesudahnya memiliki perbedaan yang didasari pada semangat
keindonesiaan dan keinginan yang besar akan perubahan.

Adapun karakteristik karya sastra pada masa itu terlihat melalui roman-romannya yang
sangat produktif dan diterima secara luas oleh masyarakat. Pengarang yang paling produktif
yaitu Hamka dan Alisjahbana. Hamka, dalam Mengarang Roman, mengatakan Roman adalah
bentuk modern dari hikayat. Roman memperhalus bahasa yang sebelumnya sangat karut marut
menyerupai kalimat Tionghoa sehingga secara tidak langsung roman-roman yang ada mampu
memicu minat baca masyarakat yang awalnya tidak gemar membaca.

2.4.2 Ciri-Ciri
1. Menggunakan bahasa Indonesia modern.
2. Aliran yang dianut romantis idealis (penuh cita-cita).
3. Bertema nasional dan lebih kompleks dibanding angkatan sebelumnya.
4. Bentuk puisinya adalah puisi bebas dan lebih mementingkan keindahan bahasa.

8
5. Terpengaruh angkatan barat, terutama angkatan’80 Belanda.
6. Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.
7. Bentuk puisinya berbaris: distikon, quin, kuatrin, cektek, tersina, septina, oktat,
syair, soneta.

2.4.3 Karya Sastra

a. Manusia Baru (drama), karya Sanusi Pane


b. Layar Terkembang, karya Sutan Takdir Alisyahbana.

Layar Terkembang (Roman,BP,1936) ini mendapat apresiasi para ahli sastra dan
kritikus sastra. Buku ini merupakan roman yang banyak dikaji, terutama oleh para
ahli sastra. Buku ini merupakan pancaran cita-cita Sutan Takdir Alisyahbana
untuk mengangkat derajat bangsa Indonesia ke taraf yang sejajajr dengan bangsa-
bangsa lain. Layar Terkembang merupakan roman yang baik pada zaman perang.

c. Buah Rindu (kumpulan puisi), Nyanyi Suci (berisi kerinduan seseorang pada
Tuhannya/puisi), Bhagawat Gita (prosa), karya Amir Hamzah.

2.5 Angkatan ‘45


2.5.1 Pengertian

Angkatan ’45 adalah penamaan bagi karangan-karangan para pengarang tahun 1940-an,
yaitu pada zaman penjajahan Jepang dan zaman kemerdekaan Indonesia. Keberadaan angkatan
ini erat hubungannya dengan Surat Kepercayaan Gelanggang. Konsep humanisme universal
menjadi acuan Perkumpulan Gelanggang karena mereka merasa karya-karya yang dibuat oleh
Angkatan Pujangga Baru kurang realistis pada masa itu. Angkatan Pujangga Baru yang beraliran
romatis dinilai terlalu utopis dan hanya mementingkan estetika.

Berbeda dengan Angkatan Pujangga Baru, Angkatan ’45 beraliran


ekspresionismerealistik. Karya-karya yang dihasilkan bergaya ekspresif, menggambarkan
identitas si seniman dan juga realistis. Dalam hal ini, realistis berarti fungsional atau berguna
untuk masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Angkatan ’45 menganut pendapat
seni untuk masyarakat, sementara Pujangga Baru menganut pendapat seni untuk seni.

Tema yang banyak diangkat dalam karya-karya seni Angkatan ’45 adalah tema tentang
perjuangan kemerdekaan. Dari karya-karya bertemakan perjuangan itulah amanat yang
menyatakan bahwa perjuangan mencapai kemerdekaan tak hanya dapat dilakukan melalui politik
atau angkat senjata, tetapi perjuangan juga dapat dilakukan melalui karya-karya seni.Angkatan
’45 mulai melemah ketika sang pelopor, Chairil Anwar, meninggal dunia. Selain itu, Asrul Sani,
yang juga merupakan salah satu pelopor mulai menyibukkan diri membuat skenario film.

9
Kehilangan akan kedua orang tersebut membuat Angkatan ’45 seolah kehilangan kemudinya.
Akhirnya, masa Angkatan ’45 berakhir dan digantikan dengan Angkatan’50.

2.5.2 Ciri-Ciri

1. Aliran yang digunakan romantis realistis dan ekspresionisme.

2. Cerita berdasarkan realita (sesuai kenyataan)

3. Menggunakan bahasa sehari-hari.

4. Temanya merupakan kebebasan individu.

5. Banyak menggunakan alur sorot balik.

6. Mengemukakan masalah kemanusiaan umum.

7. Menggunakan kata-kata, frasa, dan kalimat ambigu.

8. Puisi bebas tidak terikat pembagian bait, jumlah baris, dan persajakan.

2.5.3 Karya Sastra

a. Aku, Kerawang Bekasi, Diponegoro, Beta Pattirajawane, Isa, kumpulan puisi


Kerikil Tajam Yang Terhempas dan Yang Luput . Karya Chairil Anwar (Raja
Puisi)

b. Harimau! Harimau! (Roman), Jalan Tak Ada Ujung (Roman), Tak Ada Esok
(Roman). Karya Mochtar Lubis.

c. Surabaya, Corat-coret di Bawah Tanah, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Karya Idrus (Raja Prosa).

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sastra Indonesia adalah sebuah karya tulisan atau lisan yang ditulis oleh orang Indonesia,
menggunakan bahasa Indonesia, dan dengan semangat kebangsaan Indonesia. Perjalanan
panjang pada perkembangan sastra Indonesia dibagi menjadi beberapa angkatan. Pada angkatan
Pujangga Lama, Melayu Lama, dan Balai Pustaka masih digunakan bahasa melayu dan
terpengaruh tradisi dan adat istiadat. Sedangkan pada angkatan Pujangga Baru dan angkatan ’45
karya sastra nya menggunakan bahasa Indonesia, terpengaruh kebudayaan negara lain, dan
akhirnya melahirkan kebudayaan nasional.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis memberikan beberapa saran kepada para
pembaca agar :
1. Meningkatkan minatnya dalam mengetahui perkembangan sastra di Indonesia
2. Menggali lebih jauh tentang sastra Indonesia karena saat ini akses mengenai informasi
sejarah sastra Indonesia masih sangat terbatas.
3. Melakukan pembinaan bagi siswa yang berpotensi dan berminat dalam pembuatan karya
tulis.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/resource/work/8543019, diakses pada 06 Agustus 2021 pukul 14.16


https://pustamun.blogspot.com/2017/05/apa-sih-sastra-indonesia-itu-penjelasan.html?m=1,
diakses pada 06 Agustus 2021 pukul 19.08
Antara, IGP. 1985. Teori Sastra. Singaraja: Setia Kawan
https://www.google.com/amp/s/titikdua.net/periodisasi-sastra-indonesia/amp/, diakses pada 07
Agustus 2021 pukul 12.34
https://www.academia.edu/resource/work/8496892, diakses pada 07 Agustus 2021 pukul 14.33

12

Anda mungkin juga menyukai