Anda di halaman 1dari 4

EMERINTAH KA KABUPATEN GARUT

UPT PUSKESMAS KARANGPAWITAN


Jl. Raya Karangpawitan No. 29 Telp 0262442238 Kec. Karangpawitan 44182
SMS/Pengaduan : 0819904228918
Email :uptkarangpawitan@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


KEGIATAN PEMICUAN LIMA PILAR STBM
PUSKESMAS KARANGPAWITAN TAHUN 2022

I. PENDAHULUAN
Di Indonesia sekitar 30.8% anak balita mengalami stunting,
(Riskesdas 2018) dan merupakan prevalensi stunting terbesar ke 5 di
dunia. Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan tahun 2016 menemukan bahwa 27,5% anak dibawah lima
tahun (balita) dan sebesar 21,7% anak dibawah dua tahun mengalami
stunting. Hal ini menyebabkan mereka mudah sakit, memiliki postur
tubuh yang lebih pendek dari balita seusianya, tidak memiliki
kemampuan kognitif yang memadai, sehingga tidak saja merugikan bagi
individu tetapi juga merugikan kondisi sosial ekonomi jangka panjang
bagi Indonesia.

Berbagai studi dan analisis yang dilakukan oleh akademisi,


Kemenkes, WHO, Bank Dunia, maupun UNICEF menemukan keterkaitan
antara ketersediaan akses sanitasi yang layak dan stunting. Riskesdas
2013 menunjukkan daerah yang memiliki akses sanitasi yang rendah
cenderung memiliki kasus stunting yang lebih tinggi. Studi Lancet (2013)
menemukan bahwa intervensi gizi spesifik, termasuk melalui ketersediaan
akses air minum dan sanitasi yang layak, dapat mengurangi prevalensi
stunting hingga 20%. Diterapkannya pendekatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) oleh Kemenkes sejak 2008 telah meningkatkan akses
sanitasi dari 48,56% di tahun 2008 ke 67,80% di tahun 2016.
Diadopsinya pendekatan STBM ke dalam program-program air minum
juga telah berkontribusi pada peningkatan akses dari 46,45% tahun 2008
ke 71,14% di tahun 2016. Masih ada sekitar 80 juta penduduk Indonesia
yang belum memiliki akses sanitasi yang layak dan 74 juta yang belum
memiliki akses air minum yang layak (BPS, 2017).

II. LATAR BELAKANG


Rendahnya akses sanitasi masyarakat erat kaitannya dengan
tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan. Sanitasi yang
buruk berhubungan dengan penyebaran cacing parasit, seperti Ascaris
dan cacing tambang. Apabila tinja manusia dibuang sembarangan ke
lingkungan, dapat mencemari sumber air dan makan. Hal tersebut, dapat
meningkatkan penularan penyakit melalui oral-fecal. Penanganan
pembuangan tinja manusia yang aman, akan menurunkan penyakit
diare, parasit usus, dan trachoma. Pemenuhan kebutuhan air bersih
akan berpotensi untuk menurunkan angka kesakitan beberapa penyakit
seperti scabies, demam typhoid, trachoma, diare dan disentry.
Diare sebagian besar disebabkan oleh air yang tidak bersih, sanitasi
dan hygiene yang buruk. Sebanyak 361.000 anak yang berusia dibawah
5 tahun di dunia meninggal karena diare (WHO 2015). Pada tahun 2015,
di Indonesia terjadi 18 kali KLB diare dengan dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 2,47% (Kementerian Kesehatan RI 2016).
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan upaya
pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan
masyarakat dan perubahan perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan
nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 852/MENKES/ SK/IX/2008. Kepmenkes tersebut bertujuan
untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi
hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih
dan sanitasi pada tahun 2015. Tahun 2014, Kepmenkes ini diganti
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.3 Tahun 2014 tentang STBM
(Kepmenkes 2014).
Adapun tujuan penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan
perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Diharapkan pada
tahun 2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh
masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia (Dirjen P2PL 2014).
Terdapat 5 pilar didalam STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan
Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah
Tangga (PLC-RT). Dari kelima pilar STBM, pilar pertama yaitu stop Buang
Air Besar Sembarangan (BABS) menjadi perhatian karena dianggap
memiliki peran penting dalam tranmisi penyakit.. Pilar pertama
merupakan pilar utama yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat, karena masalah tersebut menyangkut masalah kesehatan
lingkungan yang akan berdampak luas terhadap masyarakat disekitar.
Selain itu, pilar pertama merupakan akses utama menuju sanitasi total.
Kabupaten Garut mentargetkan sebagi Kabupaten ODF pada tahun
2022. Dari 9 Desa yang ada di Wilayah UPT Puskesmas Karangpawitan,
terdapat satu Desa lagi yang belum mencapai ODF yaitu desa Situsari.

III. TUJUAN
Tujuan Umum :
Terwujudnya perilaku hygiene dan saniter dari masyarakat wilayah
kerja Puskesmas Karangpawitan.

Tujuan Khusus :
1. Tercapainya 100 % Masyarakat di wilayah kerja Karangpawitan, Stop
Buang Air Besar Sembaraangan
2. Tercapainya 80 % Masyarakat di wilayah kerja Karangpawitan,
melaksanakan CTPS pada 5 waktu penting.
3. Tercapainya 80 % Masyarakat di wilayah kerja Karangpawitan,
melakukan pengelolaan air minum yang aman.
4. Tercapainya 60 % Masyarakat di wilayah kerja Karangpawitan,
melakukan pengelolaan sampah rumah tangga yang aman
5. Tercapainya 60 % Masyarakat di wilayah kerja Karangpawitan,
melakukan pengelolaan limbah cair rumah tangga yang aman

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Melakukan pra pemicuan
2. Melakukan pemicuan
3. Melakukan pendampingan pasca pemicuan

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Kegiatan pemicuan 5 Pilar STBM, dilaksanakan melalui metode
advokasi/persuasi kepada pemangku kebijakan, FDG dengan
masyarakat, transect walk, pemetaan sanitasi, simulasi, kordinasi dan
evaluasi hasil pemicuan, sampai masayrakat yang masih BABS siap
berubah untuk Stop BABS dan dapat mengakses jamban aman atau
jamban layak. Selain itu masyarakat bersedia mengimplementasikan 4
pilar STBM lainnya.
Cara yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pemicuan 5 Pilar
STBM.
1. Survei/pemetaan lokasi pemicuan, untuk menetapkan sasran lokasi
pemicuan.
2. Menyiapkan tim pemicuan
3. Menentukan tanggal pelaksanaan kegiatan
4. Melakukan koordinasi dengan pihak pemnagku kebijakan setmpat
(Kades, RW/RT)
5. Menyiapkan sarana prasarana pemicuan
6. Membagikan undangan kepada pihak yang akan diundang
7. Melaksanakan kegiatan sesuai jadwal secara diskusi dan tanya jawab.

VI. PENERIMA MANFAAT


Sasaran primer sebagai penerima manfaat dari kegiatan pemicuan
STBM ini adalah masyarakat yang masih BABS, belum
mengimplementasikan CTPS, rumah tangga yang belum melakukan
pengelolaan air minum aman, sampah yang aman dan limbah cair aman.

VII. JADWAL PELAKSANAAN


N Kegiatan Tahun 2022
o
Ja Feb Ma Ap Mei Juni Jul Agust Sept Okt Nop Des
n r r i

1 Pemicuan √ √ √ √
5 Pilar
STBM.
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Hal yang dievaluasi adalah perubahan perilaku hygiene dan saniter
yang terjadi di masyarakat. Masyarakat dapat mengakses jamban layak
atau aman. Selain itu masyarakat senantiasa mengimplementasikan 5
pilah STBM dalam kehidupan sehari-hari, sehingga derajat kesehatan
masyarakat dapat meningkat.
Selain itu, peran serta lintas proggram dan lintas sektor terhadap
keberhasilan program STBM ini, menjadi salah sartu bahan evaluasi.

IX. PEMBIAYAAN
Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan dana dari Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) 2022 yang dianggarkan pada Puskesmas
Karangpawitan.

X. PENUTUP
Demikian Kerangka Acuan Kegiatan ini dibuat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Garut,

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Karangpawitan Sanitarian Penanggung Jawab

Hj. Sukmanah Laelasarip, S.Kep., Ners Yanti Puspayanti, SKM


NIP. 19680215 198901 2 001 NIP. 19830327 201001 2 013

Anda mungkin juga menyukai