Kata yang terpikirkan saat mendengar kata osilasi atau gerak harmonik adalah gerakan benda yang bulak-
balik yang terus berulang-ulang. Osilasi ini secara sederhana dapat diterjemahkan menjadi suatu gerak
bulak-balik terhadap titik setimbang secara periodik. Contoh sederhana yang dapat kita rasakan adalah
gerak jantung kita, gempa bumi, namun gerak tersebut merupakan gerak osilasi yang cukup kompleks.
Gerak osilasi yang dapat diamati lainnya adalah gerak pendulum, benda yang terikat dengan pegas. Adapun
yang akan kita bahas dalam materi kali ini adalah gerak harmonik sederhana. Gerak harmonik sederhana
(GHS) ini merupakan gerak periodik yang memiliki simpangan atau kecepatan sebagai fungsi sinusoidal
(dapat berupa fungsi sinus atau cosinus) terhadap waktu. GHS ini memiliki karakteristik yaitu periode dari
gerak (waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu siklus penuh) tidak bergantung pada amplitudo
(simpangan terjauh terhadap titik setimbang), dan memiliki persamaan diferensial linier dengan koefisien
yang konstan (tidak dibahas lebih lanjut). Adapun solusi dari GHS (untuk kasus 1 dimensi) ini dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝑥(𝑡) = 𝐴 cos(𝜔𝑡 + 𝜙 )
dengan 𝑥 adalah simpangan (dapat berupa perpindahan ataupun dalam bentuk perpindahan sudut), 𝐴 adalah
amplitudo getaran, 𝜔 adalah frekuensi sudut osilasi, dan 𝜙 adalah fase awal. Jika kita mencari kecepatan,
turunkan simpangan terhadap waktu.
𝑑𝑥
𝑣(𝑡) = = −𝜔𝐴 sin(𝜔𝑡 + 𝜙 ) = −𝑣 sin(𝜔𝑡 + 𝜙 )
𝑑𝑡
Ternyata diperoleh juga fungsi sinusoidal terhadap waktu dengan amplitudo kecepatan sebesar 𝑣 = 𝜔𝐴.
Jika kita turunkan kembali kecepatan terhadap waktu untuk mendapatkan percepatan, akan didapat:
𝑑 𝑥
𝑎(𝑡) = = −𝜔 𝐴 cos(𝜔𝑡 + 𝜙 )
𝑑𝑡
Atau dapat dituliskan menjadi:
𝑑 𝑥
= −𝜔 𝑥
𝑑𝑡
Nah ini adalah fungsi yang khas yang akan memberikan solusi gerak harmonik sederhana. Ciri dari GHS
ini adalah percepatan berbanding lurus terhadap simpangan dengan arah yang berlawanan. Sebagai catatan,
persamaan ini akan tercapai jika simpangan osilasi cukup kecil sebab untuk simpangan yang besar akan
membuat osilasi menjadi osilasi non-linier. Adapun untuk menentukan periode atau frekuensi dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
𝜔 2𝜋
𝑇= ;𝑓 =
2𝜋 𝜔
Agar mendapatkan persamaan gerak tersebut pada GHS, dapat diselesaikan dengan menggunakan beberapa
metode. Dua diantaranya adalah:
(i) Hukum II Newton (Σ𝐹 = 𝑚𝑎)
(ii) Hukum Kekekalan Energi Mekanik (𝑑𝐸/𝑑𝑡 = 0)
Untuk mempermudah dalam penulisan, kita gunakan operator dot sebagai notasi turunan terhadap waktu
sehingga:
Cara I:
Tinjau saat titik setimbang: −𝑘𝑦 + 𝑚𝑔 − 𝑘Δ𝑦 = 𝑚Δ𝑦̈…(2)
Σ𝐹 = 0 Substitusikan persamaan (1) ke (2), didapat:
𝑚𝑔 − 𝑘𝑦 = 0 −𝑘Δ𝑦 = 𝑚Δ𝑦̈
𝑘𝑦 = 𝑚𝑔 … (1) 𝑘
Δ𝑦̈ = − Δ𝑦 … (3)
𝑚
Kemudian pegas diganggu dengan diberi
simpangan kecil Δ𝑦 terhadap titik setimbang Terlihat bahwa persamaan (3) merupakan
(arah Δ𝑦 ini dipilih sebagai arah sumbu 𝑦 positif persamaan osilasi, dengan frekuensi sudut:
dari sistem ini dengan 𝑦 = 0 adalah koordinat
atap). Sehingga diperoleh: 𝑘
𝜔=
𝑚
𝑑 𝑦
Σ𝐹 = 𝑚𝑎 = 𝑚
𝑑𝑡 Maka periode osilasinya:
𝑑 𝜔 1 𝑚
−𝑘(𝑦 + Δ𝑦) + 𝑚𝑔 = 𝑚 (𝑙 + 𝑦 + Δ𝑦) 𝑇= =
𝑑𝑡 2𝜋 2𝜋 𝑘
𝑙 dan 𝑦 merupakan konstanta, sehingga:
Cara III:
Pada sistem ini diasumsikan tanpa gesekan, Karena energi sistem kekal maka:
sehingga benda bergerak dengan energi yang
𝑑𝐸/𝑑𝑡 = 0
konstan (pilih sumbu 𝑦 positif untuk kasus ini
adalah ke atas mengingat menggunakan energi 𝑑𝐸
potensial). Adapun energi sistem ini adalah: = 𝑚Δ𝑦̈Δ𝑦̇ + 𝑘(𝑦 + Δ𝑦)Δ𝑦̇ − 𝑚𝑔Δ𝑦̇
𝑑𝑡
1 1 0 = (𝑚Δ𝑦̈ + 𝑘Δ𝑦 + (𝑘𝑦 − 𝑚𝑔))Δ𝑦̇
𝐸 = 𝑚𝑦̇ + 𝑘(𝑦 + Δ𝑦) − 𝑚𝑔(𝑙 + 𝑦 + Δ𝑦)
2 2
0 = 𝑚Δ𝑦̈ + 𝑘Δ𝑦
𝑦 = −(𝑙 + 𝑦 + Δ𝑦)
𝑘
𝑦̇ = −Δ𝑦̇ Δ𝑦̈ = − Δ𝑦
𝑚
1 1
𝐸= 𝑚Δ𝑦̇ + 𝑘(𝑦 + Δ𝑦) − 𝑚𝑔(𝑙 + 𝑦 + Δ𝑦) Sama seperti solusi sebelumnya.
2 2
Sekarang kita akan coba untuk aplikasikan pada bandul matematis. Misalkan bandul menyimpang sejauh
𝜃 dengan 𝜃 sangat kecil seperti pada gambar berikut:
Maka untuk menyelesaikan persoalan ini dapat diselesaikan dengan 2 cara berikut ini:
Cara I:
Cara II:
Pada sistem bandul pada gambar, percepatan 𝑚𝑔𝑙|𝜃| = 𝑚𝑙 |𝛼|
sudut mengarah masuk bidang kertas (putarannya
searah jarum jam diambil sebagai nilai positif). Besar percepatan sudut untuk osilasi adalah:
Maka besar percepatan sudut dapat ditentukan |𝛼| = 𝜔 |𝜃|
dengan:
Maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi:
|Σ𝜏| = 𝐼|𝛼|
𝑚𝑔𝑙|𝜃| = 𝑚𝑙 𝜔 |𝜃|
𝑚𝑔𝑙 sin |𝜃| = 𝑚𝑙 |𝛼|
Sehingga didapat:
Untuk sudut kecil:
𝑔
sin 𝜃 ≈ 𝜃 𝜔=
𝑙
Cara III:
Total energi bandul di atas adalah: 𝑑𝐸/𝑑𝑡 = 0
1 𝑑𝐸
𝐸 = 𝑚𝑣 − 𝑚𝑔𝑙 cos 𝜃 = 𝑚𝑙 𝜃̇𝜃̈ + 𝑚𝑔𝑙𝜃̇ sin 𝜃 = 0
2 𝑑𝑡
1 𝑚𝑙 𝜃̈ + 𝑚𝑔𝑙 sin 𝜃 𝜃̇ = 0
𝐸 = 𝑚𝜃̇ 𝑙 − 𝑚𝑔𝑙 cos 𝜃
2
𝑔
Karena tidak ada gesekan, energi sistem kekal, 𝜃̈ = − sin 𝜃
𝑙
sehingga:
Sama seperti yang didapat di cara sebelumnya.
B. Osilasi Sistem Beberapa Benda
Pada osilasi sistem beberapa benda, maka osilasi ini disebut juga dengan osilasi terkopel. Yakni
beberapa benda berosilasi terhadap posisi setimbangnya masing-masing, namun getarannya saling terkait
satu sama lain. Untuk menyelesaikan persoalan ini dapat dilakukan dengan menggunakan hukum newton
Dua buah benda dengan massa 𝑚 dan 𝑚 digantung pada tali dengan panjang yang sama 𝑙 dan
terikat satu sama lain dengan sebuah pegas dengan panjang awal tak teregang/terkompres 𝐿. Tentukan
semua mode normal sistem ini beserta frekuensi sudut yang bersesuaiannya! Untuk menyelesaikan
persoalan osilasi terkopel dapat melalui langkah sebagai berikut:
(i) Tentukan persamaan gerak sistem ini
Menentukan persamaan gerak dapat diselesaikan dengan menggunakan hukum newton atau mekanika
lagrangian. Pada persoalan ini kita coba gunakan hukum newton. Tinjau suatu keadaan massa 𝑚
menyimpang sejauh 𝜃 dan massa 𝑚 menyimpang sejauh 𝜃 . Diagram benda bebas sistem dapat dilihat
pada gambar berikut:
Σ𝜏 = 𝐼 𝜃 ̈ Σ𝜏 = 𝐼 𝜃 ̈
−(𝑚 𝑔𝑙 + 𝑘𝑙 )𝜃 + 𝑘𝑙 𝜃 = 𝑚 𝑙 𝜃 ̈ −(𝑚 𝑔𝑙 + 𝑘𝑙 )𝜃 + 𝑘𝑙 𝜃 = 𝑚 𝑙 𝜃̈
𝑔 𝑘 𝑘 𝑔 𝑘 𝑘
− + 𝜃 + 𝜃 = 𝜃 ̈ … (1𝑎) − + 𝜃 + 𝜃 = 𝜃̈ … (2𝑎)
𝑙 𝑚 𝑚 𝑙 𝑚 𝑚
Persamaan (1a) dan (2a) merupakan persamaan gerak sistem ini. Mengapa disebut osilasi terkopel? Sebab
berdasarkan persamaan (1a) dan (2a) simpangan benda 1 dan benda 2 saling terkait (tidak saling bebas).
(ii) Buat persamaan gerak menjadi persamaan dalam bentuk matriks (persoalan nilai eigen)
Untuk kasus osilasi, turunan kedua dari simpangan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝜃̈ = −𝜔 𝜃
Maka persamaan (1a) dan (2a) dapat dituliskan menjadi sebagai berikut:
𝑔 𝑘 𝑘
+ 𝜃 − 𝜃 = 𝜔 𝜃 … (1𝑏)
𝑙 𝑚 𝑚
𝑘 𝑔 𝑘
− 𝜃 + + 𝜃 = −𝜔 𝜃 … (2𝑏)
𝑚 𝑙 𝑚
Kedua persamaan di atas dapat diubah menjadi bentuk matriks, yaitu:
𝑔 𝑘 𝑘
+ −
⎛𝑙 𝑚 𝑚 ⎞ 𝜃 𝜃
⎜ =𝜔 … (3)
𝑘 𝑔 𝑘⎟ 𝜃 𝜃
− +
⎝ 𝑚 𝑙 𝑚 ⎠
Persamaan (3) merupakan persamaan eigen, dengan menggunakan penyelesaian persamaan eigen, akan
didapatkan nilai eigen yaitu 𝜔 dan 𝜔 dan vektor eigen (yang menunjukan syarat dari mode normal yang
sesuai dengan nilai eigennya). Jumlah nilai eigen bergantung pada berapa banyak jumlah variabel bebasnya.
Pada kasus ini hanya terdapat dua variabel bebas yaitu 𝜃 dan 𝜃 sehingga hanya ada 2 nilai eigen saja
(iii) Cari nilai 𝝎 untuk setiap mode normal, dengan syarat mode normal untuk setiap 𝝎 tersebut.
Setelah terbentuk persamaan eigen, kita selesaikan persoalan di atas dengan metode sebagai berikut:
𝑔 𝑘 𝑘
+ −
⎛𝑙 𝑚 𝑚 ⎞ 𝜃 1 0 𝜃
⎜ =𝜔
𝑘 𝑔 𝑘⎟ 𝜃 0 1 𝜃
− +
⎝ 𝑚 𝑙 𝑚 ⎠
𝑔 𝑘 𝑘
⎛⎛ 𝑙 + 𝑚 −
𝑚 ⎞ 0 ⎞ 𝜃
⎜
⎜⎜ − 𝜔 ⎟ =0
𝑘 𝑔 𝑘⎟ 0 𝜔 ⎟ 𝜃
− +
𝑚 𝑙 𝑚 ⎠
⎝⎝ ⎠
𝑔 𝑘 𝑘
+ −𝜔 −
⎛𝑙 𝑚 𝑚 ⎞ 𝜃
⎜ ⎟ 𝜃 =0
𝑘 𝑔 𝑘
− + −𝜔
⎝ 𝑚 𝑙 𝑚 ⎠
Solusi dari persamaan matriks di atas adalah matriks kanan bernilai nol (simpangan bernilai nol [tidak
mungkin karena simpangan berubah-ubah setiap waktu]), atau matriks kiri bernilai nol (determinannya nol).
Karena simpangan tidak nol, maka solusi dari persamaan di atas adalah determinan matriks kiri yang nol.
𝑔 𝑘 𝑘
+ −𝜔 −
𝑙 𝑚 𝑚 𝑔 𝑘 𝑔 𝑘 𝑘
= + −𝜔 + −𝜔 − =0
𝑘 𝑔 𝑘 𝑙 𝑚 𝑙 𝑚 𝑚 𝑚
− + −𝜔
𝑚 𝑙 𝑚
2𝑔 𝑚 + 𝑚 𝑔 𝑔 𝑚 +𝑚
𝜔 − + 𝑘 𝜔 + + 𝑘=0
𝑙 𝑚 𝑚 𝑙 𝑙 𝑚 𝑚
Dari persamaan di atas didapat:
1 2𝑔 𝑚 + 𝑚 2𝑔 𝑚 + 𝑚 𝑔 𝑔𝑘 𝑚 + 𝑚
𝜔 , = + 𝑘 ± + 𝑘 −4 +
2 𝑙 𝑚 𝑚 𝑙 𝑚 𝑚 𝑙 𝑙 𝑚 𝑚
Untuk mempermudah persoalan, kita pilih kasus khusus dengan besar kedua massa adalah sama 𝑚 =
𝑚 = 𝑚, maka solusinya menjadi:
1 2𝑔 2𝑘 2𝑔 2𝑘 𝑔 2 𝑔𝑘
𝜔 , = + ± + −4 +
2 𝑙 𝑚 𝑙 𝑚 𝑙 𝑚 𝑙
1 2𝑔 2𝑘 4𝑔 4𝑘 8𝑔𝑘 4𝑔 8𝑔𝑘
𝜔 , = + ± + + − −
2 𝑙 𝑚 𝑙 𝑚 𝑚𝑙 𝑙 𝑚𝑙
1 2𝑔 2𝑘 4𝑘 1 2𝑔 2𝑘 2𝑘
𝜔 , = + ± = + ±
2 𝑙 𝑚 𝑚 2 𝑙 𝑚 𝑚
𝑚 𝑙 𝜃 ̈ + (𝑚 𝑔 + 𝑘𝑙 )𝜃 − 𝑘𝑙 𝜃 = 0 … (∗)
𝑚 𝑙 𝜃 ̈ + (𝑚 𝑔 + 𝑘𝑙 )𝜃 − 𝑘𝑙 𝜃 = 0 … (∗∗)
Persis seperti persamaan gerak yang didapatkan dari hukum newton.
C. Kestabilan
Ada tiga jenis kondisi yang dapat dialami oleh benda yaitu stabil, labil dan netral. Yang ketiganya
memiliki keadaan setimbangnya masing-masing. Suatu benda dikatakan stabil jika benda tersebut diberi
gangguan dari titik setimbangnya maka ia akan kembali ke titik setimbang mula-mula. Ciri suatu kondisi
dikatakan stabil adalah sebagai berikut:
(i) Jika pada titik tersebut benda dalam keadaan setimbang (total gaya nol), jika 𝑉 merupakan fungsi dari
posisi 𝑥, 𝑦, dan 𝑧 maka gaya akibat potensial tersebut didefinisikan sebagai berikut:
𝑑𝑉 𝑑𝑉 𝑑𝑉
𝐹⃗ = −∇𝑉 = − 𝑥+ 𝑦+ 𝑧̂
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
Σ𝐹 = 0 (titik setimbang)
(ii) Pada titik setimbang, merupakan titik dengan potensial paling minimum. Sebagai contoh jika kita
berada pada titik paling dalam di jurang, saat kita mencoba mendaki ke atas maka kita akan condong
untuk kembali turun ke titik paling dalam itu kembali. Atau secara matematis kurva potensial mengarah
ke atas, dapat dinyatakan dengan:
𝑑 𝑉 𝑑 𝑉 𝑑 𝑉
∇ 𝑉= + + >0
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧