Anda di halaman 1dari 11

Osilasi

Kata yang terpikirkan saat mendengar kata osilasi atau gerak harmonik adalah gerakan benda yang bulak-
balik yang terus berulang-ulang. Osilasi ini secara sederhana dapat diterjemahkan menjadi suatu gerak
bulak-balik terhadap titik setimbang secara periodik. Contoh sederhana yang dapat kita rasakan adalah
gerak jantung kita, gempa bumi, namun gerak tersebut merupakan gerak osilasi yang cukup kompleks.
Gerak osilasi yang dapat diamati lainnya adalah gerak pendulum, benda yang terikat dengan pegas. Adapun
yang akan kita bahas dalam materi kali ini adalah gerak harmonik sederhana. Gerak harmonik sederhana
(GHS) ini merupakan gerak periodik yang memiliki simpangan atau kecepatan sebagai fungsi sinusoidal
(dapat berupa fungsi sinus atau cosinus) terhadap waktu. GHS ini memiliki karakteristik yaitu periode dari
gerak (waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu siklus penuh) tidak bergantung pada amplitudo
(simpangan terjauh terhadap titik setimbang), dan memiliki persamaan diferensial linier dengan koefisien
yang konstan (tidak dibahas lebih lanjut). Adapun solusi dari GHS (untuk kasus 1 dimensi) ini dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝑥(𝑡) = 𝐴 cos(𝜔𝑡 + 𝜙 )
dengan 𝑥 adalah simpangan (dapat berupa perpindahan ataupun dalam bentuk perpindahan sudut), 𝐴 adalah
amplitudo getaran, 𝜔 adalah frekuensi sudut osilasi, dan 𝜙 adalah fase awal. Jika kita mencari kecepatan,
turunkan simpangan terhadap waktu.
𝑑𝑥
𝑣(𝑡) = = −𝜔𝐴 sin(𝜔𝑡 + 𝜙 ) = −𝑣 sin(𝜔𝑡 + 𝜙 )
𝑑𝑡
Ternyata diperoleh juga fungsi sinusoidal terhadap waktu dengan amplitudo kecepatan sebesar 𝑣 = 𝜔𝐴.
Jika kita turunkan kembali kecepatan terhadap waktu untuk mendapatkan percepatan, akan didapat:

𝑑 𝑥
𝑎(𝑡) = = −𝜔 𝐴 cos(𝜔𝑡 + 𝜙 )
𝑑𝑡
Atau dapat dituliskan menjadi:

𝑑 𝑥
= −𝜔 𝑥
𝑑𝑡
Nah ini adalah fungsi yang khas yang akan memberikan solusi gerak harmonik sederhana. Ciri dari GHS
ini adalah percepatan berbanding lurus terhadap simpangan dengan arah yang berlawanan. Sebagai catatan,
persamaan ini akan tercapai jika simpangan osilasi cukup kecil sebab untuk simpangan yang besar akan
membuat osilasi menjadi osilasi non-linier. Adapun untuk menentukan periode atau frekuensi dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
𝜔 2𝜋
𝑇= ;𝑓 =
2𝜋 𝜔
Agar mendapatkan persamaan gerak tersebut pada GHS, dapat diselesaikan dengan menggunakan beberapa
metode. Dua diantaranya adalah:
(i) Hukum II Newton (Σ𝐹 = 𝑚𝑎)
(ii) Hukum Kekekalan Energi Mekanik (𝑑𝐸/𝑑𝑡 = 0)
Untuk mempermudah dalam penulisan, kita gunakan operator dot sebagai notasi turunan terhadap waktu
sehingga:

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.


𝑑𝑥 𝑑 𝑥
= 𝑥̇ ; = 𝑥̈
𝑑𝑡 𝑑𝑡
A. Osilasi Sistem 1 Benda
Sebagai contoh untuk menyelesaikan persoalan osilasi 1 dimensi, kita akan mencoba menganalisis
osilasi dari pegas, setelah itu kita analisis persoalan gerak pendulum matematis. Sekarang kita coba analisis
gerak osilasi pegas dengan konfigurasi vertikal. Untuk menyelesaikan persoalan osilasi, kita cari terlebih
dahulu posisi setimbangnya. Misalkan panjang awal pegas adalah 𝑙, lalu diberi beban bermassa 𝑚 hingga
meregang sebesar 𝑦 .

Cara I:
Tinjau saat titik setimbang: −𝑘𝑦 + 𝑚𝑔 − 𝑘Δ𝑦 = 𝑚Δ𝑦̈…(2)
Σ𝐹 = 0 Substitusikan persamaan (1) ke (2), didapat:

𝑚𝑔 − 𝑘𝑦 = 0 −𝑘Δ𝑦 = 𝑚Δ𝑦̈
𝑘𝑦 = 𝑚𝑔 … (1) 𝑘
Δ𝑦̈ = − Δ𝑦 … (3)
𝑚
Kemudian pegas diganggu dengan diberi
simpangan kecil Δ𝑦 terhadap titik setimbang Terlihat bahwa persamaan (3) merupakan
(arah Δ𝑦 ini dipilih sebagai arah sumbu 𝑦 positif persamaan osilasi, dengan frekuensi sudut:
dari sistem ini dengan 𝑦 = 0 adalah koordinat
atap). Sehingga diperoleh: 𝑘
𝜔=
𝑚
𝑑 𝑦
Σ𝐹 = 𝑚𝑎 = 𝑚
𝑑𝑡 Maka periode osilasinya:
𝑑 𝜔 1 𝑚
−𝑘(𝑦 + Δ𝑦) + 𝑚𝑔 = 𝑚 (𝑙 + 𝑦 + Δ𝑦) 𝑇= =
𝑑𝑡 2𝜋 2𝜋 𝑘
𝑙 dan 𝑦 merupakan konstanta, sehingga:

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.


Cara II:
Pada cara ke-2, untuk menentukan frekuensi Hubungan besar percepatan dengan besar
sudut osilasi dapat dilakukan dengan mencari simpangan terhadap titik setimbang adalah:
besar percepatan atau percepatan sudut dari
sistem terlebih dahulu. Pada sistem di atas, arah 𝑎 = 𝜔 |𝑦|
percepatan adalah ke atas. Sehingga besar 𝑘|𝑦| = 𝑚𝜔 |𝑦|
percepatan dapat dihitung dengan:
Maka akan didapat frekuensi sudut osilasi
|Σ𝐹 | = 𝑚|𝑎 | sebesar:
𝑘|𝑦 + 𝑦 | − 𝑚𝑔 = 𝑚|𝑎 |
𝑘
𝑘|𝑦| = 𝑚|𝑎 | 𝜔=
𝑚

Cara III:
Pada sistem ini diasumsikan tanpa gesekan, Karena energi sistem kekal maka:
sehingga benda bergerak dengan energi yang
𝑑𝐸/𝑑𝑡 = 0
konstan (pilih sumbu 𝑦 positif untuk kasus ini
adalah ke atas mengingat menggunakan energi 𝑑𝐸
potensial). Adapun energi sistem ini adalah: = 𝑚Δ𝑦̈Δ𝑦̇ + 𝑘(𝑦 + Δ𝑦)Δ𝑦̇ − 𝑚𝑔Δ𝑦̇
𝑑𝑡
1 1 0 = (𝑚Δ𝑦̈ + 𝑘Δ𝑦 + (𝑘𝑦 − 𝑚𝑔))Δ𝑦̇
𝐸 = 𝑚𝑦̇ + 𝑘(𝑦 + Δ𝑦) − 𝑚𝑔(𝑙 + 𝑦 + Δ𝑦)
2 2
0 = 𝑚Δ𝑦̈ + 𝑘Δ𝑦
𝑦 = −(𝑙 + 𝑦 + Δ𝑦)
𝑘
𝑦̇ = −Δ𝑦̇ Δ𝑦̈ = − Δ𝑦
𝑚
1 1
𝐸= 𝑚Δ𝑦̇ + 𝑘(𝑦 + Δ𝑦) − 𝑚𝑔(𝑙 + 𝑦 + Δ𝑦) Sama seperti solusi sebelumnya.
2 2

Sekarang kita akan coba untuk aplikasikan pada bandul matematis. Misalkan bandul menyimpang sejauh
𝜃 dengan 𝜃 sangat kecil seperti pada gambar berikut:

Maka untuk menyelesaikan persoalan ini dapat diselesaikan dengan 2 cara berikut ini:
Cara I:

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.


Dengan menggunakan persamaan newton untuk GHS akan terpenuhi hanya jika 𝜃 bernilai sangat
gerak rotasi, persamaan gerak di atas dapat kecil (0 − 10°, dalam radian sudut ini sangatlah
dituliskan menjadi: kecil mendekati nol) sehingga sin 𝜃 ≈ 𝜃. Maka
persamaan di atas menjadi:
Σ𝜏 = 𝐼𝛼 = 𝑚𝑙 𝜃̈
𝑔
Lihat bahwa arah torsi pada gambar berlawanan 𝜃̈ = − 𝜃
𝑙
dengan arah simpangan 𝜃 sehingga:
Persamaan gerak di atas merupakan persamaan
−𝑚𝑔 sin 𝜃 𝑙 = 𝑚𝑙 𝜃̈ osilasi dengan frekuensi sudut sebesar:
Sehingga akan didapat: 𝑔
𝜔=
𝑔 𝑙
𝜃̈ = − sin 𝜃
𝑙

Cara II:
Pada sistem bandul pada gambar, percepatan 𝑚𝑔𝑙|𝜃| = 𝑚𝑙 |𝛼|
sudut mengarah masuk bidang kertas (putarannya
searah jarum jam diambil sebagai nilai positif). Besar percepatan sudut untuk osilasi adalah:
Maka besar percepatan sudut dapat ditentukan |𝛼| = 𝜔 |𝜃|
dengan:
Maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi:
|Σ𝜏| = 𝐼|𝛼|
𝑚𝑔𝑙|𝜃| = 𝑚𝑙 𝜔 |𝜃|
𝑚𝑔𝑙 sin |𝜃| = 𝑚𝑙 |𝛼|
Sehingga didapat:
Untuk sudut kecil:
𝑔
sin 𝜃 ≈ 𝜃 𝜔=
𝑙

Cara III:
Total energi bandul di atas adalah: 𝑑𝐸/𝑑𝑡 = 0
1 𝑑𝐸
𝐸 = 𝑚𝑣 − 𝑚𝑔𝑙 cos 𝜃 = 𝑚𝑙 𝜃̇𝜃̈ + 𝑚𝑔𝑙𝜃̇ sin 𝜃 = 0
2 𝑑𝑡
1 𝑚𝑙 𝜃̈ + 𝑚𝑔𝑙 sin 𝜃 𝜃̇ = 0
𝐸 = 𝑚𝜃̇ 𝑙 − 𝑚𝑔𝑙 cos 𝜃
2
𝑔
Karena tidak ada gesekan, energi sistem kekal, 𝜃̈ = − sin 𝜃
𝑙
sehingga:
Sama seperti yang didapat di cara sebelumnya.
B. Osilasi Sistem Beberapa Benda
Pada osilasi sistem beberapa benda, maka osilasi ini disebut juga dengan osilasi terkopel. Yakni
beberapa benda berosilasi terhadap posisi setimbangnya masing-masing, namun getarannya saling terkait
satu sama lain. Untuk menyelesaikan persoalan ini dapat dilakukan dengan menggunakan hukum newton

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.


ataupun menggunakan mekanika lagrangian untuk mendapatkan persamaan gerak. Sebagai catatan:
penggunaan hukum newton sangat disarankan dalam pengerjaan persoalan ini yang biasanya muncul di
OSN tingkat nasional. Kesalahan sedikit pada penggunaan metode lagrangian akan berakibat fatal, yaitu
peserta akan diberikan nilai sempurna jika dapat menjawab dengan benar, dan mendapat nilai nol jika
jawaban peserta tersebut keliru. Adapun langkah-langkah menyelesaikan osilasi terkopel adalah sebagai
berikut. Agar lebih mudah kita selesaikan persoalan berikut:

Dua buah benda dengan massa 𝑚 dan 𝑚 digantung pada tali dengan panjang yang sama 𝑙 dan
terikat satu sama lain dengan sebuah pegas dengan panjang awal tak teregang/terkompres 𝐿. Tentukan
semua mode normal sistem ini beserta frekuensi sudut yang bersesuaiannya! Untuk menyelesaikan
persoalan osilasi terkopel dapat melalui langkah sebagai berikut:
(i) Tentukan persamaan gerak sistem ini
Menentukan persamaan gerak dapat diselesaikan dengan menggunakan hukum newton atau mekanika
lagrangian. Pada persoalan ini kita coba gunakan hukum newton. Tinjau suatu keadaan massa 𝑚
menyimpang sejauh 𝜃 dan massa 𝑚 menyimpang sejauh 𝜃 . Diagram benda bebas sistem dapat dilihat
pada gambar berikut:

Tinjau benda 1: Tinjau benda 2:

Σ𝜏 = 𝐼 𝜃 ̈ Σ𝜏 = 𝐼 𝜃 ̈

−𝑚 𝑔𝑙 sin 𝜃 + 𝑘(𝑥 − 𝑥 )𝑙 cos 𝜃 = 𝑚 𝑙 𝜃 ̈ −𝑚 𝑔𝑙 sin 𝜃 − 𝑘(𝑥 − 𝑥 )𝑙 cos 𝜃 = 𝑚 𝑙 𝜃 ̈


−𝑚 𝑔𝑙 sin 𝜃 + 𝑘(𝑙 sin 𝜃 − 𝑙 sin 𝜃 )𝑙 cos 𝜃 −𝑚 𝑔𝑙 sin 𝜃 − 𝑘(𝑙 sin 𝜃 − 𝑙 sin 𝜃 )𝑙 cos 𝜃
= 𝑚 𝑙 𝜃 ̈ … (1) = 𝑚 𝑙 𝜃 ̈ … (2)

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.


Untuk sudut 𝜃 dan 𝜃 kecil:
sin 𝜃 ≈ 𝜃 ; sin 𝜃 ≈ 𝜃 ; cos 𝜃 ≈ 1; cos 𝜃 ≈ 1
Sehingga persamaan (1) dan (2) menjadi:

−(𝑚 𝑔𝑙 + 𝑘𝑙 )𝜃 + 𝑘𝑙 𝜃 = 𝑚 𝑙 𝜃 ̈ −(𝑚 𝑔𝑙 + 𝑘𝑙 )𝜃 + 𝑘𝑙 𝜃 = 𝑚 𝑙 𝜃̈
𝑔 𝑘 𝑘 𝑔 𝑘 𝑘
− + 𝜃 + 𝜃 = 𝜃 ̈ … (1𝑎) − + 𝜃 + 𝜃 = 𝜃̈ … (2𝑎)
𝑙 𝑚 𝑚 𝑙 𝑚 𝑚

Persamaan (1a) dan (2a) merupakan persamaan gerak sistem ini. Mengapa disebut osilasi terkopel? Sebab
berdasarkan persamaan (1a) dan (2a) simpangan benda 1 dan benda 2 saling terkait (tidak saling bebas).
(ii) Buat persamaan gerak menjadi persamaan dalam bentuk matriks (persoalan nilai eigen)
Untuk kasus osilasi, turunan kedua dari simpangan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝜃̈ = −𝜔 𝜃
Maka persamaan (1a) dan (2a) dapat dituliskan menjadi sebagai berikut:
𝑔 𝑘 𝑘
+ 𝜃 − 𝜃 = 𝜔 𝜃 … (1𝑏)
𝑙 𝑚 𝑚
𝑘 𝑔 𝑘
− 𝜃 + + 𝜃 = −𝜔 𝜃 … (2𝑏)
𝑚 𝑙 𝑚
Kedua persamaan di atas dapat diubah menjadi bentuk matriks, yaitu:

𝑔 𝑘 𝑘
+ −
⎛𝑙 𝑚 𝑚 ⎞ 𝜃 𝜃
⎜ =𝜔 … (3)
𝑘 𝑔 𝑘⎟ 𝜃 𝜃
− +
⎝ 𝑚 𝑙 𝑚 ⎠

Persamaan (3) merupakan persamaan eigen, dengan menggunakan penyelesaian persamaan eigen, akan
didapatkan nilai eigen yaitu 𝜔 dan 𝜔 dan vektor eigen (yang menunjukan syarat dari mode normal yang
sesuai dengan nilai eigennya). Jumlah nilai eigen bergantung pada berapa banyak jumlah variabel bebasnya.
Pada kasus ini hanya terdapat dua variabel bebas yaitu 𝜃 dan 𝜃 sehingga hanya ada 2 nilai eigen saja
(iii) Cari nilai 𝝎 untuk setiap mode normal, dengan syarat mode normal untuk setiap 𝝎 tersebut.
Setelah terbentuk persamaan eigen, kita selesaikan persoalan di atas dengan metode sebagai berikut:

𝑔 𝑘 𝑘
+ −
⎛𝑙 𝑚 𝑚 ⎞ 𝜃 1 0 𝜃
⎜ =𝜔
𝑘 𝑔 𝑘⎟ 𝜃 0 1 𝜃
− +
⎝ 𝑚 𝑙 𝑚 ⎠

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.


𝑔 𝑘 𝑘
+ −
⎛𝑙 𝑚 𝑚 ⎞ 𝜃 𝜃
⎜ = 𝜔 0
𝑘 𝑔 𝑘⎟ 𝜃 0 𝜔 𝜃
− +
⎝ 𝑚 𝑙 𝑚 ⎠

𝑔 𝑘 𝑘
⎛⎛ 𝑙 + 𝑚 −
𝑚 ⎞ 0 ⎞ 𝜃

⎜⎜ − 𝜔 ⎟ =0
𝑘 𝑔 𝑘⎟ 0 𝜔 ⎟ 𝜃
− +
𝑚 𝑙 𝑚 ⎠
⎝⎝ ⎠
𝑔 𝑘 𝑘
+ −𝜔 −
⎛𝑙 𝑚 𝑚 ⎞ 𝜃
⎜ ⎟ 𝜃 =0
𝑘 𝑔 𝑘
− + −𝜔
⎝ 𝑚 𝑙 𝑚 ⎠
Solusi dari persamaan matriks di atas adalah matriks kanan bernilai nol (simpangan bernilai nol [tidak
mungkin karena simpangan berubah-ubah setiap waktu]), atau matriks kiri bernilai nol (determinannya nol).
Karena simpangan tidak nol, maka solusi dari persamaan di atas adalah determinan matriks kiri yang nol.
𝑔 𝑘 𝑘
+ −𝜔 −
𝑙 𝑚 𝑚 𝑔 𝑘 𝑔 𝑘 𝑘
= + −𝜔 + −𝜔 − =0
𝑘 𝑔 𝑘 𝑙 𝑚 𝑙 𝑚 𝑚 𝑚
− + −𝜔
𝑚 𝑙 𝑚
2𝑔 𝑚 + 𝑚 𝑔 𝑔 𝑚 +𝑚
𝜔 − + 𝑘 𝜔 + + 𝑘=0
𝑙 𝑚 𝑚 𝑙 𝑙 𝑚 𝑚
Dari persamaan di atas didapat:

1 2𝑔 𝑚 + 𝑚 2𝑔 𝑚 + 𝑚 𝑔 𝑔𝑘 𝑚 + 𝑚
𝜔 , = + 𝑘 ± + 𝑘 −4 +
2 𝑙 𝑚 𝑚 𝑙 𝑚 𝑚 𝑙 𝑙 𝑚 𝑚

Untuk mempermudah persoalan, kita pilih kasus khusus dengan besar kedua massa adalah sama 𝑚 =
𝑚 = 𝑚, maka solusinya menjadi:

1 2𝑔 2𝑘 2𝑔 2𝑘 𝑔 2 𝑔𝑘
𝜔 , = + ± + −4 +
2 𝑙 𝑚 𝑙 𝑚 𝑙 𝑚 𝑙

1 2𝑔 2𝑘 4𝑔 4𝑘 8𝑔𝑘 4𝑔 8𝑔𝑘
𝜔 , = + ± + + − −
2 𝑙 𝑚 𝑙 𝑚 𝑚𝑙 𝑙 𝑚𝑙

1 2𝑔 2𝑘 4𝑘 1 2𝑔 2𝑘 2𝑘
𝜔 , = + ± = + ±
2 𝑙 𝑚 𝑚 2 𝑙 𝑚 𝑚

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.


Didapat:
𝑔 2𝑘 𝑔
𝜔 = + … (4𝑎) 𝜔 = … (4𝑏)
𝑙 𝑚 𝑙
Dengan matriks untuk kasus ini:
𝑔 𝑘 𝑘
+ −𝜔 − 𝜃
𝑙 𝑚 𝑚 =0
𝑘 𝑔 𝑘 𝜃
− + −𝜔
𝑚 𝑙 𝑚
Substitusi (4a) ke persamaan matriks di atas:
𝑘 𝑘
− − 𝜃 𝑘
𝑚 𝑚 =0⟹− (𝜃 + 𝜃 ) = 0
𝑘 𝑘 𝜃 𝑚
− −
𝑚 𝑚
Artinya mode normal untuk frekuensi osilasi 𝜔 tercapai saat:
𝜃 = −𝜃
Benda 1 dan benda 2 memiliki besar simpangan yang sama namun dalam arah yang berlawanan. Untuk
mode normal ke 2, substitusi (4b) ke persamaan matriks, didapat:
𝑘 𝑘
− 𝜃 𝑘
𝑚 𝑚 =0⟹ (𝜃 − 𝜃 )
𝑘 𝑘 𝜃 𝑚

𝑚 𝑚
Artinya mode normal kedua dengan frekuensi osilasi 𝜔 tercapai saat:
𝜃 =𝜃
Kedua menyimpang dengan besar simpangan yang sama dengan arah yang sama. Coba lihat nilai frekuensi
sudut osilasi 𝜔 sama seperti frekuensi sudut osilasi bandul saja tanpa pegas. Hal tersebut dapat kita pahami
untuk mode normal ini dengan besar simpangan yang sama dan arah yang sama, maka pegas tidak
teregang/terkompres selama mode normal kedua ini terpenuhi, artinya gerak osilasi benda seperti tanpa
pegas saja. Mode normal ini adalah kondisi osilasi yang muncul hanya satu kondisi saja yaitu saat syarat
simpangannya terpenuhi. Bagaimana jika tidak ada salah satu terpenuhi? Maka osilasi sistem ini merupakan
gabungan dari kedua mode normal ini.
Metode Lagrange
Metode lagrange adalah salah satu metode untuk mendapatkan persamaan gerak dengan meninjau
energi (metode yang menggunakan energi selain lagrangian adalah Hamiltonian) dari benda berbeda
dengan hukum newton yang menggunakan tinjauan gaya yang bekerja pada benda. Fungsi lagrange
didefinisikan sebagai berikut:
𝐿 ≅𝑇−𝑉
dengan 𝑇 adalah energi kinetik dan 𝑉 adalah energi potensial. Fungsi lagrange ini adalah fungsi yang
bergantung terhadap variabel bebas dari posisi dan juga turunan pertamanya. Masing-masing partikel

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.


memiliki variabel bebasnya masing-masing. Jika kita memiliki satu partikel bergerak dalam sumbu x saja,
maka fungsi lagrange ini adalah sebagai fungsi dari 𝑥̇ dan 𝑥. Persamaan gerak akan didapatkan dengan
menggunakan persamaan euler-lagrange. Adapun persamaan euler-lagrange dapat dituliskan sebagai
berikut:
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
− =0
𝑑𝑡 𝜕𝑞̇ 𝜕𝑞
dengan 𝑞 adalah variabel bebas ke-i, dan 𝑞̇ adalah turunan pertamanya terhadap waktu. Operator 𝜕
menunjukan turunan parsial, yang artinya turunan hanya diturunkan pada variabel terkait, dengan
menganggap variabel lainnya konstan. Sebagai contoh untuk gerak 1 dimensi ke arah x, maka persamaan
gerak dapat didapat dengan menyelesaikan:
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
− =0
𝑑𝑡 𝜕𝑥̇ 𝜕𝑥
Untuk gerak benda dengan variabel bebas 𝑥, 𝑦, dan 𝑧 maka persamaan gerak dapat diselesaikan dengan
menyelesaikan tiga persamaan berikut:
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿 𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿 𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
− = 0; − = 0; − =0
𝑑𝑡 𝜕𝑥̇ 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦̇ 𝜕𝑦 𝑑𝑡 𝜕𝑧̇ 𝜕𝑧
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
(i) Tentukan titik origin (0,0) lalu tentukan posisi setiap partikel dan kecepatannya.
Misalkan kita gunakan persoalan dua bandul di atas untuk aplikasi. Asumsikan titik (0,0) adalah titik
poros dari bandul massa 𝑚 , maka posisi tiap partikel (arti 𝑥 pada persamaan di bawah berbeda dengan
gambar diukur terhadap titik acuan 𝑥 = 0) pada suatu waktu tertentu (lihat gambar) adalah:

𝑥 = 𝑙 sin 𝜃 ⟹ 𝑥 ̇ = 𝑙 cos 𝜃 𝜃 ̇ 𝑥 = 𝐿 + 𝑙 sin 𝜃 ⟹ 𝑥 ̇ = 𝑙 cos 𝜃 𝜃 ̇

𝑦 = −𝑙 cos 𝜃 ⟹ 𝑦 ̇ = 𝑙 sin 𝜃 𝜃 ̇ 𝑦 = −𝑙 cos 𝜃 ⟹ 𝑦 ̇ = 𝑙 sin 𝜃 𝜃 ̇

(ii) Tentukan persamaan lagrangenya


Tentukan energi kinetik dan energi potensial sistem kedua benda terlebih dahulu:
1 1
𝑇 = 𝑇 + 𝑇 = 𝑚 𝑥 ̇ + 𝑦̇ + 𝑚 𝑥 ̇ + 𝑦̇
2 2
1 1
𝑇 = 𝑚 (𝑙 𝜃 ̇ cos 𝜃 + 𝑙 𝜃 ̇ sin 𝜃 ) + 𝑚 (𝑙 𝜃 ̇ cos 𝜃 + 𝑙 𝜃 ̇ sin 𝜃 )
2 2
1 1
𝑇 = 𝑚 𝑙 𝜃̇ + 𝑚 𝑙 𝜃̇
2 2
Kemudian total energi potensial sistem ini adalah:
1
𝑉 = 𝑚 𝑔𝑦 + 𝑚 𝑔𝑦 + 𝑘(𝑥 − 𝑥 − 𝐿)
2
1
𝑉 = −𝑚 𝑔𝑙 cos 𝜃 − 𝑚 𝑔𝑙 cos 𝜃 + 𝑘(𝑙 sin 𝜃 − 𝑙 sin 𝜃 )
2
Sehingga fungsi lagrange kasus ini adalah:

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.


𝐿 ≅𝑇−𝑉
1 1 1
𝐿 = 𝑚 𝑙 𝜃̇ + 𝑚 𝑙 𝜃̇ + 𝑚 𝑔𝑙 cos 𝜃 + 𝑚 𝑔𝑙 cos 𝜃 − 𝑘𝑙 (sin 𝜃 − sin 𝜃 )
2 2 2
(iii) Selesaikan persamaan gerak dengan menggunakan persamaan euler lagrange.
Pada sistem ini terdapat 2 variabel bebas yaitu 𝜃 dan 𝜃 . Persamaan gerak persoalan di atas dapat
diselesaikan dengan persamaan euler-lagrange untuk masing-masing variabel:
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
− =0
𝑑𝑡 𝜕𝜃 ̇ 𝜕𝜃
𝑑
𝑚 𝑙 𝜃̇ − (−𝑚 𝑔 sin 𝜃 − 𝑘𝑙 (sin 𝜃 − sin 𝜃 )(− cos 𝜃 )) = 0
𝑑𝑡
𝑚 𝑙 𝜃 ̈ + (𝑚 𝑔 + 𝑘𝑙 cos 𝜃 ) sin 𝜃 − 𝑘𝑙 cos 𝜃 sin 𝜃 = 0 … (∗)
Kemudian untuk variabel kedua:
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
− =0
𝑑𝑡 𝜕𝜃 ̇ 𝜕𝜃
𝑑
𝑚 𝑙 𝜃̇ − (−𝑚 𝑔𝑙 sin 𝜃 − 𝑘𝑙 (sin 𝜃 − sin 𝜃 ) cos 𝜃 ) = 0
𝑑𝑡
𝑚 𝑙 𝜃 ̈ + (𝑚 𝑔𝑙 + 𝑘𝑙 cos 𝜃 ) sin 𝜃 − 𝑘𝑙 cos 𝜃 sin 𝜃 = 0 … (∗∗)
Untuk sudut kecil kedua persamaan di atas dapat dituliskan menjadi:

𝑚 𝑙 𝜃 ̈ + (𝑚 𝑔 + 𝑘𝑙 )𝜃 − 𝑘𝑙 𝜃 = 0 … (∗)

𝑚 𝑙 𝜃 ̈ + (𝑚 𝑔 + 𝑘𝑙 )𝜃 − 𝑘𝑙 𝜃 = 0 … (∗∗)
Persis seperti persamaan gerak yang didapatkan dari hukum newton.
C. Kestabilan
Ada tiga jenis kondisi yang dapat dialami oleh benda yaitu stabil, labil dan netral. Yang ketiganya
memiliki keadaan setimbangnya masing-masing. Suatu benda dikatakan stabil jika benda tersebut diberi
gangguan dari titik setimbangnya maka ia akan kembali ke titik setimbang mula-mula. Ciri suatu kondisi
dikatakan stabil adalah sebagai berikut:
(i) Jika pada titik tersebut benda dalam keadaan setimbang (total gaya nol), jika 𝑉 merupakan fungsi dari
posisi 𝑥, 𝑦, dan 𝑧 maka gaya akibat potensial tersebut didefinisikan sebagai berikut:
𝑑𝑉 𝑑𝑉 𝑑𝑉
𝐹⃗ = −∇𝑉 = − 𝑥+ 𝑦+ 𝑧̂
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
Σ𝐹 = 0 (titik setimbang)
(ii) Pada titik setimbang, merupakan titik dengan potensial paling minimum. Sebagai contoh jika kita
berada pada titik paling dalam di jurang, saat kita mencoba mendaki ke atas maka kita akan condong
untuk kembali turun ke titik paling dalam itu kembali. Atau secara matematis kurva potensial mengarah
ke atas, dapat dinyatakan dengan:
𝑑 𝑉 𝑑 𝑉 𝑑 𝑉
∇ 𝑉= + + >0
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.


Untuk kondisi netral, saat diberi gangguan benda akan berada dalam kesetimbangan yang baru (∇ 𝑉 = 0).
Sedangkan untuk kondisi labil, benda tidak akan mencapai kesetimbangan kembali (mula-mula berada pada
titik potensial maksimum ∇ 𝑉 < 0).

Soal – Jawab Osilasi


1. (OSK 2009) Sebuah sistem bandul sederhana mempunyai panjang tali 𝐿 berada dalam medan
gravitasi 𝑔. Beban yang digunakan mempunyai massa 𝑚 dan dapat dianggap berbentuk massa titik.
Pada posisi vertikal di bawah titik O terdapat sebuah paku pada jarak 𝐿/2 dari O. Akibat paku ini,
ayunan bandul berubah arah seperti ditunjukkan pada gambar. Sudut simpangan mula-mula
𝜃 dipilih sedemikian rupa sehingga ketinggian maksimum (titik A) massa m relatif terhadap titik
terendah (titik B) adalah ℎ . Anggap simpangan sudut 𝜃 kecil.

a. Berapakah ketinggian ℎ pada titik C (titik C adalah posisi simpangan maksimum).


b. Hitung periode osilasi sistem (yaitu gerak dari A – B – C – B – A).
Jawab:
a. Selama pergerakan dari A hingga C,
𝐿
diasumsikan tidak terdapat gesekan, 𝑇 = 2𝜋
𝑔
sehingga energi mekanik sistem kekal.
Jika pada titik C merupakan posisi Lalu pada gerak B-C atau C-B, sistem ini
simpangan maksimum (energi kinetik dapat dipandang seperti osilasi pendulum
nol), maka ketinggian ℎ : dengan panjang tali 𝐿/2 yang memiliki
𝐸𝑀 = 𝐸𝑀 periode:
Tinjau ketinggian nol adalah tanah: 𝐿
𝐸𝑃 + 𝐸𝐾 = 𝐸𝑃 + 𝐸𝐾 𝑇 = 2𝜋
2𝑔
𝑚𝑔𝐿(1 − cos 𝜃 ) + 0 = 𝑚𝑔ℎ + 0
ℎ = 𝐿(1 − cos 𝜃 ) = ℎ Maka pada sistem ini periode dalam satu
Jadi ketinggian ℎ adalah 𝐿(1 − cos 𝜃 ). siklus merupakan penjumlahan dari
b. Saat dilepaskan, sistem ini dapat setengah siklus pendulum dengan
dipandang seperti ini: panjang 𝐿 ditambah dengan setengah
Pada gerak A-B atau B-A, ini merupakan siklus pendulum dengan panjang 𝐿/2.
osilasi pendulum dengan panjang 𝐿 yang Sehingga total perioda untuk satu siklus
memiliki periode: adalah:

©Mohamad Reza Nurrahman, S.Si.

Anda mungkin juga menyukai