Pengaruh Seks Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi
Pengaruh Seks Bebas Terhadap Kesehatan Reproduksi
Kesehatan
Reproduksi.
Berdasarkan
definisi
WHO,
kesehatan
adalah
"a
complete
physical,
mental,
and
social
well-‐being,
and
not
merely
the
absence
of
disease
and
infirmity"
yang
dapat
diterjemahkan
sebagai
“keadaan
lengkap
mengenai
kesejahteran
manusia
baik
secara
fisik,
mental
dan
sosial
bukan
hanya
1
terbebas
dari
berbagai
penyakit
tetapi
juga
dari
berbagai
kelemahan
dan
kecacatan”.
Kesehatan
reproduksi
adalah
kesehatan
dalam
segala
hal
yang
berkaitan
dengan
sistem
reproduksi
baik
fungsi
maupun
prosesnya.(1)
Gambar
1.
Alat
reproduksi
luar
perempuan
(vulva)
Alat
reproduksi
dalam
dapat
digambarkan
sebagai
berikut:
Gambar
2
a.
Alat
reproduksi
dalam
perempuan,
tampak
depan
2
Gambar
2b.
Alat
reproduksi
perempuan,
tampak
samping
Alat
reproduksi
laki-‐laki.(2)
Alat
reproduksi
laki-‐laki
juga
terdiri
atas
dua
bagian
yakni:
1. Alat
reproduksi
luar
atau
alat
kelamin
luar
(penis
dan
skrotum)
2. Alat
reproduksi
dalam
atau
alat
kelamin
dalam
(testis,
epididimis,
vas
deferens,
duktus
ejakulatorius,
vesikula
seminalis,
kelenjar
prostat
dan
kelenjar
bulbouretralis
Secara
skematis,
gambar
alat
reproduksi
laki-‐laki
adalah
sebagai
berikut:
Gambar
3.
Alat
reproduksi
laki-‐laki,
tampak
samping
Mengapa
orang
melakukan
hubungan
seks?
Hubungan
seks
adalah
insting
primitif
yang
ada
pada
kelompok
hewan
dan
manusia.
Penelitian
menunjukkan
banyak
alasan
mengapa
manusia
tertarik
dan
senang
melakukan
hubungan
seks,
tetapi
pada
dasarnnya
ada
dua
3
alasan
pokok
yakni
untuk
memperoleh
keturunan
(procreation)
dan
memperoleh
kepuasan
atau
kenikmatan
(pleasure).(3)
Agama
Islam
jelas
menegaskan
bahwa
nafsu
seks
adalah
pemberian
Allah
SWT
yang
fitrah
dan
harus
disyukuri
(QS
3,
Ali
Imran:14)
sehingga
penyalurannya
harus
diatur
melalui
jalur
yang
benar
dan
diridhoi,
yakni
melalui
perkawinan
yang
sah
(nikah)
dan
tidak
boleh
dilakukan
secara
sembarangan
(zina,
lesbian
dan
homoseksual).
Penciptaan
manusia
berjenis
kelamin
laki-‐laki
dan
perempuan
jelas
dengan
dua
tujuan:
pertama
untuk
memperbanyak
keturunan
sebagaimana
tertera
dalam
surat
An
Nisa
(4):1
sebagai
berikut:
yang
artinya:
Hai
sekalian
manusia,
bertakwalah
kepada
Tuhan-‐mu
yang
telah
menciptakan
kamu
dari
seorang
diri,
dan
dari
padanya
Allah
menciptakan
isterinya;
dan
dari
pada
keduanya
Allah
memperkembang
biakkan
laki-‐laki
dan
perempuan
yang
banyak.
Dan
bertakwalah
kepada
Allah
yang
dengan
(mempergunakan)
nama-‐Nya
kamu
saling
meminta
satu
sama
lain,
dan
(peliharalah)
hubungan
silaturrahim.
Sesungguhnya
Allah
selalu
menjaga
dan
mengawasi
kamu.
(QS
An
Nisa,
4:1).
4
Sesungguhnya
pada
yang
demikian
itu
benar-‐benar
terdapat
tanda-‐tanda
bagi
kaum
yang
berfikir
.
5
Insidensi
Angka
kejadian
IMS
di
Indonesia
sulit
diketahui
karena
pencatatan
dan
pelaporan
yang
tidak
baik,
di
samping
banyak
di
antara
pengidapnya
yang
tidak
memeriksakan
diri,
tetapi
kejadiannya
cenderung
meningkat
dari
waktu
ke
waktu.
1. Lebih
dari
1
juta
orang
di
dunia
mengalami
infeksi
baru
setiap
hari
atau
lebih
dari
357
juta
penederita
baru
setiap
tahun
dengan
4
penyakit
terbanyak:
chlamydia,
gonorrhoea,
syphilis
and
trichomoniasis.
2. Lebih
dari
500
juta
perempuan
diperkirakan
menderita
herpes
simplex
virus
(HSV).
3. Lebih
dari
290
juta
perempuan
terinfeksi
oleh
human
papillomavirus
(HPV).
4. Lebih
dari
900.000
ibu
hamil
terinfeksi
syphilis
yang
mengakibatkan
lebih
dari
350.000
bayi
lahir
bermasalah
termasuk
stillbirth
di
tahun
2012.
5. Dalam
beberapa
kasus,
IMS
dapat
memberikan
efek
serius
jangka
panjang
seperti
infertilitas.
6. Resistensi
obat
terutama
untuk
gonorea
merupakan
ancaman
serius
dunia
untuk
penanggulangan
akibat
IMS.
6
Diagnosis
7
2. Pemeriksaan
ginekologis.
Pada
pemeriksaan
inspekulo
terlihat
vagina
dan
serviks
yang
hiperemis,
discharge
yang
berlebih
yang
umumnya
bersifat
mukopurulent.
Pada
palpasi,
terdapat
rasa
nyeri
tekan
pada
perut
bawah,
nyeri
goyang
serviks,
dan
nyeri
pada
pemeriksaan
bimanual.
Bisa
teraba
masa
di
pelvis,
unilateral
atau
bilateral,
yang
umumnya
menunjukkan
adanya
abses
tuboovarium.
3. Pada
pemeriksaan
laboratorium
dijumpai
lekositosis,
dan
peningkatan
C
reactive
protein
(CRP).
4. Pada
pemeriksaan
ultrasonografi,
bisa
dijumpai
adanya
masa
kistik
yang
tidak
lain
adalah
abses
tuboovarium
(Gambar
5).
Seperti
telah
disebut
di
depan,
sebagian
besar
IMS
dan
PID
dapat
diobati.
Jika
tidak
dan
berlangsung
kronis
maka
bahaya
yang
ditimbulkan
antara
lain
nyeri
pelvik
kronis,
kerusakan
organ,
gangguan
kehamilan,
hamil
di
luar
kandungan,
infertilitas
dan
bahkan
kematian.
Penyakit
yang
dapat
diobati
adalah
yang
disebabkan
oleh
bakteri
atau
kuman
lain
seperti
chlamydia,
gonorrhea,
syphilis
dan
trichomoniasis
(7).
Beberapa
penyakit
yang
disebabkan
oleh
virus
lebih
sulit
untuk
diobati.
Pengobatan
biasanya
hanya
untuk
memperlambat
pertumbuhan
atau
mengurangi
kemungkinan
kekambuhan.
Infeksi
virus
tersebut
antara
lain:
herpes
genitalis
(HSV
2),
Hepatitis
B,
HPV
dan
HIV.
Herpes
genitalis
menyebabkan
ulcus
di
daerah
genital
yang
sangat
infeksius
dan
rasa
nyeri
yang
8
hebat,
apalagi
bila
terdapat
infeksi
sekunder.
Hepatitis
B
menyebabkan
kerusakan
hati
sampai
sirosis
atau
kanker
hati.
HPV
dapat
memicu
pertumbuhan
kanker
serviks,
terutama
tipe
16
dan
18.
Gambar
6.
Herpes
genitalis
(HSV
2)
pada
perempuan
Gambar
7.
HSV
2
yang
menyerang
bibir,
penis
dan
vulva
Gambar
8.
Infeksi
HPV
berlanjut
menjadi
kanker
serviks
9
Gambar
9.
Infeksi
HIV
di
mulut
dan
lidah
Gambar
10.
Syphilis
sekunder
Pengobatan.
Pengobatan
terbaik
adalah
pencegahan.
Ada
jembatan
keledai
untuk
mengingatnya
yakni
A,
B,
C,
D:
A. Abstinence,
artinya
menahan
untuk
tidak
melakukan
hubungan
seks.
B. Be
faithful,
artinya
setia
dengan
pasangannya
(monopartner
atau
tidak
selingkuh).
C. Condom,
artinya
gunakan
kondom
kalau
memang
tidak
bisa
menahan
hubungan
seks
yang
halal.
D. Drugs,
artinya
gunakan
vaksin
terutama
untuk
mencegah
infeksi
HPV,
dan
hepatitis
B.
Agama
Islam
jelas
melarang
adanya
seks
bebas,
tetapi
menganjurkan
hubungan
seks
yang
halal,
sebagaimana
tertera
dalam
surat
Al
Isra
(17):32
10
yang
berbunyi:
yang
artinya:
“Dan
janganlah
kamu
mendekati
zina;
sesungguhnya
zina
itu
adalah
suatu
perbuatan
yang
keji,
dan
jalan
yang
buruk”.
Sebaliknya,
Islam
menganjurkan
pernikahan
sebagaimana
firman
Allah
SWT:
Hai
para
pemuda,
barangsiapa
diantara
kamu
yang
sudah
mampu
menikah,
maka
nikahlah,
karena
sesungguhnya
nikah
itu
lebih
dapat
menundukkan
pandangan
dan
lebih
dapat
menjaga
kemaluan.
Dan
barangsiapa
yang
belum
mampu,
maka
hendaklah
ia
berpuasa,
karena
berpuasa
itu
baginya
(menjadi)
pengekang
syahwat”.
[HR.
Jamaah].
11
Ringkasan
1. Hubungan
seks
adalah
insting
manusia
yang
bersifat
fitrah
dan
harus
disyukuri,
dan
penyalurannya
harus
sesuai
dengan
kaedah-‐kaedah
norma
dan
agama.
Agama
Islam
jelas
melarang
hubungan
seks
bebas
(zina,
hubungan
sesama
jenis
dll).
2. Hubungan
seks
bebas
berpotensi
mengidap
IMS
dengan
segala
komplikasinya
seperti:
nyeri
pelvik
kronis,
infertilitas,
hamil
di
luar
kandungan.
3. Komplikasi
lebih
berat
lagi
adalah
tertular
infeksi
HIV
dan
HPV
yang
dapat
memicu
timbulnya
kanker
serviks
4. Pengobatan
terbaik
adalah
pencegahan
dengan
mengingat
4
ABCD:
abstinence,
be
faithful,
use
condom
dan
drugs
(vaccine).
5. Lakukan
hubungan
seks
secara
halal:
tidak
hanya
bersih,
aman,
tetapi
juga
berpahala
dan
diridhoi
Allah.
Allahuma
amiin.
Referensi
1.
Callahan
D.
The
WHO
definition
of
health.
1973;1(3):77–87.
2.
Baley
R.
Male
and
Female
Reproductive
System
Organs
[Internet].
2016.
Available
from:
file:///Users/risanto/Downloads/Male
and
Female
Reproductive
System
Organs.html
3.
Kashdan
TB.
13
Reasons
Why
People
Have
Sex
|
Psychology
Today
[Internet].
2016.
Available
from:
file:///Users/risanto/Downloads/Kespro
Remaja/13
Reasons
Why
People
Have
Sex
%7C
Psychology
Today.html
4.
World
Health
Organization.
Sexually
transmitted
infections
[Internet].
2016.
Available
from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs110/en/
5.
Cental
for
Disease
Control.
Incidence
,
Prevalence
,
and
Cost
of
Sexually
Transmitted
Infections
in
the
United
States.
Vol.
40,
Incidence
,
Prevalence
,
and
Cost
of
Sexually
Transmitted
Infections
in
the
United
States.
2013.
p.
1–4.
6.
Royal
Colege
of
Obstetricians
and
Gynecologists.
Management
of
Acute
Pelvic
Inflammatory
Disease.
2008.
1-‐11
p.
7.
Vaughn
B,
Manlove
J.
A
DOLESCENT
HEALTH
HLIGHLIGHT
Sexually
Transmitted
Diseases
(
STDs
).
2013;
8.
Centers
for
Disease
Control
and
Prevention.
Sexually
Transmitted
Dseases
Treatment
Guidelines.
Vol.
64,
MMWR
Recommendations
and
Reports.
2015.
1-‐137.
12