Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :

Tevi Fitriani (4121019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2021
A. Konsep Teori Penyakit
1. Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/ DBD (dengue
hemoragic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, tromsitopenia dan ditesis hemoragi.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengan (dengue shock syndrome) adal demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/ shock (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue :

DD/DBD
Derajad Derajad Laboratorium
`

Demam disertai 2 atau Leukopenia trombositopenia, tidak


lebih tanda: di temukan bukti
DD  
mialgia sakit kepala, ada kebocoran plasma serolgi
nyeri retroorbital,atralgia dengue positif
Gejala diatas ditambah Trombositopenia {<100.000/ul}
DBD I
uji bendung positif bukti ada kebocoran plasma
Gejala diatas ditambah
DBD II  
perdarahan spontan
Gejala di atas ditambah
kegagalan sirkulasi  
DBD III
{kulit dingin dan lembab  
serta gelisah}
Syok berat disertai
 
DBD IV dengan tekanan darah
 
dan nadi tidak terukur

Klasifikasi derajad DBD menurut WHO :


Derajat Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya menifestasi perarahan
1 adalah uji tornoquet positif

Derajat
Derajad 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan/atau pendarahan lain
2
Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
Derajat
tekanan nadi menurun {< 20 mmHg} atau hipotensi disertai kulit dingin,
3
lembab, dan pasien menjadi gelisah
Gejala 4 Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak daoat diukur

2. Anatomi dan fisiologi

Gambar 1 Anatomi Pembuluh Darah (Pearce 2006) Gambar 2 Anatomi Darah (Syaifudin 2011)

Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang mempunyai fungi


sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu membawa
nutrisi, oksigen dari usus dan paru-paru untuk kemudian diedarkann keseluruh
tubuh.
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu
tubuh, karena dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat
produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan
permukaan tubuh yang ada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya
homeostasis suhu (termoregulasi). Sel-sel darah dalam tubuh manusia terdiri
dari:
a. Eritrosit
Di dalam sel eritrosit didapat hemglobin yaitu suatu senyawa
kimiawi yang tediri dari atas molekul yang mempunyai ion Fe (besi) yang
terkait dengan rantai globulin (suatu senyawa protein). Hemoglobin
berperan mengangkut O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%,
pada perempuan 12-14 gr%.

b. Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara
menghncurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis
leuksit yaitu neutrofil, eosinoofil, basofil, limfosit, monosit. Jumah nomal
leukosit 5.000-9.000 /mm3. Bila jumlanya berkurang disebut
leukopenia. Jika tubuh tidak membuat lekosit sama sekali disebut
agranulasitosis.
c. Trombosit
Trombosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang
merupkan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya yaitu
megakaryosit, di sumsum tulang dan lien. Ukurannya sekitar 2-4
mikron, dan umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit mempunyai
kemampuan untuk melakukan :
- daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
- daya adhesi (melekat)
- daya agregasi (berkelompok)
3. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia
den-3 serotype terbanyak. Infeksi serotype akan menimbulkan antibody terhadap
serotype yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap
serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotype lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat
serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia. (Sudoyo
Aru, dkk 2009).
4. Patofisiologi

Menurut Huda dan Kusuma 2015 Virus dengue masuk ke dalam tubuh
manusia akan menyebabkn klien mengalami viremia. Beberapa tanda dan
gejala yang muncul seperti demam, sakit kepala, mual nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada
sistem vskuler. Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang umum
pada sistem vaskuler yang mengakibatkan terjadinya penngkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah. Plasma dapat menembus dinding skuler
selama proses perjalanan penyakit, dari mulai demam hingga klien mengalami
renjatan berat. Volume plasma dapat meniurun hingga 30%. Hal ini lah
yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami kegagalan sirkulasi.
Adanya kebocoran plasma ini jika tidak segera di tangani dapat
menyebabkn hipokisia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirnya
dapat berakibat fatal yaitu kematian. Virmia juga menimbulkan agresi trombosit
dalam darah sehingga menyebabkan trombositopeni yang berpengaruh pada
proses pembekuan 15 darah.
5. Komplikasi
Menuruut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung

6. Manifestasi Klinis
1. Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbital
c. Mialgia/ arthralgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan
f. Leukopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif : atau ditemukan DD / DBD yang
sudah di konfirmasi pada lokasi pada waktu yang sama.
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarakan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegaskan bila semua
hal dibawah ini dipenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasannya bersifat
bifasik.
b. Manifestasi pendarahan yang biasanya berupa:
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan.
d) Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.000/ ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan :
a) Peningkatan nilai hematocrit ≥ 20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin.
b) Penurunan nilai hematokrit ≥ 20% setelah pemberian cairan yang
adekuat.
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura.
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD diatasi disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu :
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun ≤ 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin- lembab
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Trombositopeni (100.000/ mm3)
b. Hb dan PCV meningkat (20%)
c. Leukopeni (ungkin normal atau leukositosis)
d. Isolasi virus
e. Serologi (Uji H); respon antinody sekunder
f. Pada renjatan yabg berat, periksa: Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan), Fasal hemostasis,
FDP, EKG, foto dada, BUN, creatinin serum.

B. Konsep Proses Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama: Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF
untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang: Didapatkan adanya keluhan panas
mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran
composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7,
dan anak semakin lemah. kadang-kadang disertai dengan keluhan
batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan
bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit,
gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.
d. Riwayat penyakit dahulu : Penyakit apa saja yang pernah diderita pada
DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus
yang lain.
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik
secara umum:
1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit.
5) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil
(gradeIII), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun (
sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi
(diatas 37,5oC)
2. Diagnose Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spamse otot-
otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.
b. Hipertermia b.d proses ifeksi virus dengue.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran flasma darah.(hal
306)
d. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (penekanan intra abdomen).
e. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intavaskuler ke
ekstravaskuler.
f. Resiko syok (hypovolemik) b.d pendarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intavaskuler ke ekstravaskuler.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
h. Resiko pendarahan b.d penurunan factor-factor pembekuan darah
(trombositopeni).
G. RENCANA KEPERAWATAN DHF

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Ketidakefektifan NOC NIC
pola nafas b.d jalan - Respiratory status : Airway Management
nafas terganggu Ventilation - Buka jalan nafas, gunakan teknik
akibat spasme otot- - Respiratory status : chin lift atau jaw thrust bila perlu
otot pernafasan, Airway patency - posisikan pasien untuk
nyeri, hipoventilasi - Vital sign status meminimalkan ventilasi
Kriteria hasil : - Identifikasi pasien perlunya
- Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas buatan
batuk efektif dan suara - Pasang mayo bila perlu
nafas yang bersih, tidak - Lakukan fisioterapi dada bila perlu
ada sianosis dan dyspneu - Keluarkan secret dengan batuk atau
(mampu mengeluarkan suction
sputum, mampu bernafas - Auskultasi suara nafas, catat adanya
dengan mudah, tidak ada suara tambahan
pursed lips) - Lakukan suction pada mayo
- Menunjukan jalan nafas - Berikan bronkodilator bila perlu
yang paten (klien tidak - Berikan pelembab udara kassa
merasa tercekik, irama basah NaCl lembab
nafas, frekuensi - Atur intake untuk cairan
pernafasan dalam rentan mengoptimalkan keseimbangan
normal, tidak ada suara - Monitor respirasi dan status O2
nafas tambahan) Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oxygen
- Monitor aliran oxygen
- Pertahankan posisi pasien
- Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oxygen
Vital sign Monitoring
- Monitor TTV
- Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan
dan banfingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum
selama dan setelah aktifitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor suara paru
- Monitor pola nafas abnormal
- Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
- Monitor adanya chusing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
2 Hipertermia b.d NOC NIC
proses infeksi virus Thermoregulation Fever treatment
dengue Kriteria hasil : - Monitor suhu sesering mungkin
- Suhu tubuh dalam - Monitor IWL
rentang normal - Monitor warna dan suhu kulit
- Nadi dan RR dalam - Monitor TD, nadi dan RR
rentang normal - Monitor penurunan tingkat
- Tidak ada perubahan kesadaran
warna kulit dan tidak ada - Monitor WBC, Hb dan Hct
pusing - Monitor intake dan output
- Berikan antipiretik
- Lakukan tapid spone
- kolaborasi pemberian cairan
intravena
- Kompres pasien pada lipatan paha
dan axila
Temperature regulation
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan monitoring suhu secara
continu
- Monitor TD, nadi dan RR
- Tingkatkan intake cairan ndan
nutrisi
- Selimuti pasien
- Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dan kedinginan
- Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
- Berikan antipiretik bila perlu
Vital sign Monitoring
- Monitor TTV
- Catat adanya fluktuasi TD
- Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan
dan banfingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum
selama dan setelah aktifitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor suara paru
- Monitor pola nafas abnormal
- Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
- Monitor adanya chusing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
3 Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan - Circulation status Peripheral Sensation Manajemen
perifer b.d - Tissue Perfusion : (Manajemen sensai perifer)
kebocoran plasma Cerebral - Monitor adanya daerah tertentu
darah Kriteria hasil : yang peka terhadap
Mendemonstrasikan panas/dingin/tajam/tumpul
ststus sirkulasi yang - Monitor adanya paratese
ditandai dengan : - Intruksikan keluarga untuk
- Tekanan systole dan mengobservasi kulit jika ada lesi atau
diastole dalam rentang laserasi
yang diharapkan - Gunakan sarung tangan untuk
- Tidak ada ortostatik proteksi
hipertensi - Batasi gerakan pada kepala, leher
- Tidak ada tanda-tanda dan punggung
peningkatan tekanan - Monitor kemampuan BAB
intrakranial (tidak lebih - Kolaborasi pemberian analgetik
dari 15 mmHg) - Monitor adanya tromboplebitis
Mendemonstrasikan - Diskusikan mengenai penyebab
kemampuan kognitif perubahan sensasi
yang ditandai dengan :
- Berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
- Menunjukan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
- Memproses informasi
- Membuat keputusan
dengan benar
Menunjukan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak
ada gerakan-gerakan
involunter
4 Nyeri akut b.d cidera NOC NIC
biologis (penekanan - Pain level Pain Management
intra abdomen) - Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara
- Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
- Mampu mengontrol kualitas dan faktor presipitasi
nyeri (tahu penyebab - Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan teknik - Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
mencari bantuan) - Kaji kultur yang mempengaruhi
- Melaporkan bahwa respon nyeri
nyeri berkurang dengan - Evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan manajemen lampau
nyeri - Bantu pasien dan keluarga untuk
- Mampu mengenali nyeri mencari dan menemukan dukungan
(skala, intensistas, - Kontrol lingkungan yang dapat
frekuensi dan tanda nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu
Menyatakan rasa nyaman ruangan, pencahayaan dan
setelah nyeri berkurang kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penangan nyeri
(farmakologi, nonfarmakologi dan
personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Cek intruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik lebih
dari satu
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik pilhan, rute,
pemberian, dan dosis optimal
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
- Evaluasi efektifitas analgesik, tanda
dan gejala.
5 - NOC NIC
 Fluid balance Fluid management
 Hydration - Timbang popok/pembalut jika
 Nutritional status : diperlukan.
food and fluid intake - Pertahankan catatan intake dan
Kriterisa hasil : output yang akurat.
 Mempertahankan - Monitor status hidrasi
urine output sesuai (kelembaban membran mukosa,
dengan usia dan BB, nadi adekuat, tekanan darah
BJ, urine normal, ortostatik), jika diperlukan
HT normal. - Monitor vital sign
 Tekanan darah, nadi, - Monitor masukan makanan/
suhu tubuh dalam cairan dan hitung intake kalori
batas normal. harian
 Tidak ada tanda - Kolaborasikan pemberian cairan
dehidrasi, IV
elastisistas turhor - Monitor status nutrisi.
kulit baik, membran
- Berikan cairan IV pada suhu
mukosa lembab,
ruangan
tidak ada rasa haus
- Dorong masukan oral
yang berlebihan.
- Berikan penggantian nesogastrik
susai output.
- Dorong keluarga untuk
membantu makan pasien
- Tawarkan snack
- Kolaborasi dengan dokter
- Persiapan untuk transfusi
Hypovolemia management
- Monitor status cairan termasuk
intake
- Pelihara IV line
- Monitor tanda vital
- Penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Monitor adanya tanda gagal
ginjal.
6 Resiko syok NOC NIC
Definis :  Syok prevention Syok prevention
Beresiko terhadap  Syok management - Monitor status sirkulasi BP,
ketidakcukupan aliran Kriteria hasil : warna kulit, suhu kulit, denyut
darah kejaringan  Nadi dalam batas jantung, HR, dan ritme, nadi
tubuh, yang dapat yang diharapkan perifer, dan kapiler refill/.
mengakibatkan  Irama jantung dalam - Monitor suhu dan pernafasan.
disfungsi seluler yang batas yang - Monitor input dan output.
mengancam jiwa diharapkan - Monitor hemodinamik invasi
Faktor resiko  Frekuensi nafas yang sesuai
 Hipotensi dalam batas yang - Monitor tanda dan gejala
 Hipovolemi diharapkan ansietas
 Hipoksemia  Irama pernapasan - Monitor tanda awal syok
 Hipoksia dalam batas yang
- Ajarkan keluarga dan pasien
diharapkan
 Infeksi tentang tanda dan gejala
 Natrium serum dbn
 Spesis datangnya syok.
 Kalium serum dbn
 Sindrom respons Syok management
 Klorida serum dbn
inflamasi - Monitor fungsi neurologis
 Kalsium serum dbn
sistemik. - Monitor tekanan nadi
 Magnesium serum
- Monitor status cairan, output
dbn
input
 PH darah serum dbn
- Catat gas darah arteri dan
Hidrasi :
 Indicator oksigen dijarangan.
 Mata cekung tidak - Monitor EKG
dapat ditemukan - Memantau tingkat karbon
 Demam tidak dioksida sublingualdan/
ditemukan tenometry lambung, sesuai.
 TD dbn - Masukan dan memelihara
 Hematokrit DBN besarnya karbonase akses IV.
7 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari  Nutritional status : Nutrition management
kebutuhan tubuh  Nutritional status : - Kaji adanya alergi makanan
Definisi : asupan food an fluid intake - Kolaborasi dengan ahli gizi
nutrisi tidak cukup  Nutritional status : untuk menentukan jumlah kalori
untuk memenuhi nutrient intake dan nutrisi yang dibutuhkan
kebutuhan metabolik  Weight control pasien.
Kriteria hasiL : - Anujrkan pasien untuk
 Adanya peningkatan meningkatkan protein dan
bb sesuai dengan vitamin C .
tujuan - Berikan substansi gula.
 Bb ideal sesuai - Kaji kemampuan pasien untuk
dengan tinggi badan mendapatkan nutrisi dan
 Mampu kandungan kalori.
mengidentifikasi Nutrition monitoring
kebutuhan nutrisi - Bb pasien dalam batas normal
 Tidak ada tanda-
- Monitor adanya penuruan bb
tanda malnutrisi
- Monitor turgor kulit
 Menunjukan
- Monitor mual dan muntah
peningkatan fungsi
- Monitor intake nutrisi dan kalori
menelan.
 Tidak terjadi
penurunan bb yang
berarti.

Anda mungkin juga menyukai