Abstrak
Masuknya aliran panas dari bawah reservoir ke dalam medium berpori di dalamnya
mempengaruhi kondisi tekanan, entalpi, dan temperatur di dalam reservoir. Hal ini
terjadi karena panas mengalir dari daerah bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur
lebih rendah. Panas mengalir melalui daerah patahan (fracture zone) yang memiliki
permeabilitas dan porositas lebih tinggi dari daerah sekitarnya di dalam reservoir untuk
kemudian terjadi perpindahan panas secara konduksi menuju daerah sekitarnya. Tulisan
ini mensimulasikan proses perpindahan panas dengan mengamati distribusi temperatur
dan aliran fluida pada medium berpori. Metode numerik yang digunakan adalah metode
elemen hingga. Hasil yang ditampilkan adalah distribusi tekanan, kecepatan aliran
fluida, dan distribusi temperatur dan kemudian diinterpretasikan.
Perpindahan panas pada sistem panas bumi adalah perpindahan energi panas dari daerah
yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih rendah. Perpindahan panas
dapat terjadi dalam tiga mekanisme, yaitu: konduksi, konveksi, dan radiasi. Pada sistem
panas bumi, hanya konduksi dan konveksi yang berperan. Perpindahan panas secara
konduksi adalah perpindahan energi karena adanya getaran molekul pada batuan.
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan energi melalui pergerakan dari
fluida.
Perpindahan panas yang terjadi di dalam bumi merupakan persoalan kompleks
karena melibatkan banyak parameter dan bersifat inhomogen dan anisotropi. Sehingga
penyelesaian persoalan perpindahan panas dalam bumi memerlukan asumsi -asumsi
untuk menyederhanakan permasalahan. Untuk masalah yang kompleks dapat dikerjakan
dengan menggunakan metode numerik. Salah satu metode numerik yang dapat digunakan
adalah Metode Elemen Hingga (Finite Elemen Method ). Metode elemen hingga adalah
salah satu metode numerik yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan syarat
batas dalam bentuk persamaan differensial dengan mencari solusi pada domain-domain
kecil dengan menerapkan syarat batas.
Ide utama dalam metode elemen hingga adalah membagi geomerti domain dari
permasalahan menjadi sub-sub domain yang lebih kecil atau sering disebut sebagai
elemen hingga. Bentuk elemen yang sering digunakan adalah elemen segitiga dan
quadrilateral. Pada tulisan ini Penulis melakukan perhitungan solusi permasalahan syarat
167
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
batas dengan menggunakan metode elemen hingga pendekatan Galerkin. Metode elemen
hingga diterapkan pada persamaan perpindahan panas konduksi-konveksi dengan solusi
berupa distribusi temperatur pada domain dua dimensi.
2. METODE PENELITIAN
u( x, y) 1 2 x 3 y (1)
Ti 1 2 xi 3 y i
T j 1 2 x j 3 y j (2)
Tk 1 2 x k 3 y k
1
1
x y x y j ui x yi xi y u j xi y j x j yi u
2A j k k k k k (3)
2
1
2A j
y y ui y yi u j yi y j u
k k
k
3
1
x x j ui xi x u j x j xi u
2A k k
k
168
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
dengan
Ni
1
ai bi x ci y
2A
Nj
1
2A
a j bjxcj y (5)
Nk
1
ak bk x ck y
2A
dan
ai x j y k x k y j bi y j y k ci x k x j
a j x k y i xi y k b j y k y i c j xi x k
a k xi y j x j y i bk yi y j c k x j xi
wi ( x) R( x)dx 0 (6)
Dimana fungsi bobot diganti dengan fungsi bantu atau shape function dari metode elemen
hingga yang digunakan sebagai aproksimasi. Dengan meninjau persamaan kecepatan
aliran fluida dan persamaan perpindahan panas konduksi-konveksi pada keadaan tunak
serta menerapkan metode residual dan syarat batas Neumann maka diperoleh:
N j N j
K ije N i C p u x x
uy dxdy
y
(7)
N i N j
k x
x
ky
y
dxdy
e
f ie N i Qdxdy (8)
e
T T
pie N i k x x n x k y y n y dl (9)
e
169
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
u u
0
0 n
n
u
qout
n
u u
0 0
n n
u
qout
n
170
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
2 9.85x10-12 m2
3 1x10-12 m2
0.1102x103 Pa.s
k1 2.34 W/m.oC
k2 2.0 W/m.oC
k3 0.2 W/m.oC
w 998.2 Kg/m3
Cpw 4200 J/kgK
Cps 2250 J/kgK
Q
K (10)
( dT / dz)
dengan Q adalah laju aliran panas per satuan luas dan dT/dz adalah gradien temperatur.
Satuan dari konduktivitas panas adalah W/m.K. Panas spesifik batuan adalah suatu
parameter yang menyatakan banyaknya panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu
persatuan massa batuan tersebut sebesar 1 oC.
171
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
aliran fluida dengan permeabilitas batuan, viskositas fluida serta gradien tekanan antar
jarak tempuh aliran. Berikut merupakan persamaan Darcy:
u p gD (11)
. p 0 (13)
2
p0 (14)
Pada kasus sistem panas bumi QG menggambarkan sumber panas bumi. Dalam tulisan ini
QG diasumsikan sama dengan nol. Sedangkan k adalah konduktivitas panas yang
menggambarkan seberapa mudah panas dapat ditransmisikan. Kemudian ρ densitas fluida
dan Cp adalah kapasitas panas.
172
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
Pressure Distribution x 10
6
0 4
-50 2
1
Depth (m)
-100 0
-1
-2
-150
-3
-4
-200
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 5 Distribusi tekanan pada reservoir homogen.
Velocity x 10
-4
0
5
-50
4
Depth (m)
-100
3
-150
2
-200 1
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Pressure Distribution x 10
6
0
-50
0.5
Depth (m)
-100 0
-0.5
-150
-1
-200
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 7 Distribusi tekanan pada reservoir 2 lapis
173
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
Velocity x 10
-3
0
3
2.5
-50
2
Depth (m)
-100 1.5
1
-150
0.5
-200
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 8 Arah aliran fluida pada resesvoir 2 lapis
Pressure Distribution x 10
5
0 6
4
-50
2
Depth (m)
-100 0
-2
-150
-4
-6
-200
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 9 Distribusi tekanan pada reservoir 3 lapis
Velocity x 10
-3
0
3.5
3
-50
2.5
Depth (m)
2
-100
1.5
-150 1
0.5
-200
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 10 Arah aliran fluida pada reservoir 3 lapis
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin besar nilai permeabilitas yang diberi,
maka nilai tekanan akan semakin kecil dan dapat juga dilihat bahwa semakin besar nilai
permeabilitas yang diberi maka kecepatan aliran fluida akan semakin cepat.
174
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
Pressure Distribution x 10
5
100 10
80 8
60 6
40 4
Depth (m)
2
20
0
0
-2
-20
-4
-40
-6
-60
-8
-80
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 11 Distribusi tekanan pada reservoir topografi lembah
Velocity x 10
-3
100
6
5
50
Depth (m)
0 3
2
-50
1
-20 0
-40 -0.5
-60 -1
-80 -1.5
-100 -2
-120
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 13 Distribusi tekanan pada reservoir topografi gunung
175
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
Velocity x 10
-3
50 7
0 5
Depth (m)
-50 3
-100 1
Pada reservoir topografi lembah dan gunung distribusinya mengikuti model topografinya
dan aliran fluidanya semakin cepat pada daerah yang permeabilitasnya besar.
-50 400
350
Depth (m)
-100 300
250
-150 200
150
-200 100
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 15 Distribusi temperatur pada reservoir homogen
Temperature Distribution
0
450
-50 400
350
Depth (m)
-100 300
250
-150 200
150
-200 100
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
176
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
-50 400
350
Depth (m)
-100 300
250
-150 200
150
-200 100
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 17 Distribusi temperatur pada reservoir 3 lapis
200
-20
100
-40
0
-60
-100
-80
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 18 Distribusi temperatur pada topografi lembah
Pada model diatas terjadi perpindahan panas secara konduksi yaitu antara sumber panas
dan lingkungan sekitarnya, sedangkan antara sumber panas dan fluida terjadi perpindahan
panas secara konveksi.
Temperature Distribution
80 500
60 450
40 400
20 350
0 300
Depth (m)
-20 250
-40 200
-60 150
-80 100
-100 50
-120
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Horizontal Distance (m)
Gambar 19 Distribusi temperatur pada topografi gunung
177
JURNAL SAINTIFIK VOLUME 4 NOMOR 2 JULI 2018
Pada model diatas terjadi perpindahan panas secara konduksi yaitu antara sumber panas
dan lingkungan sekitarnya. Aliran konveksi tidak begitu terbentuk. Ini diakibatkan karena
penempatan nilai permeabilitas suatu batuan pada model tidak diatur sedemikian rupa
sehingga tidak terbentuk seperti yang real.
4. KESIMPULAN
Dari hasil pemodelan kecepatan aliran fluida dan perpindahan panas konduksi-
konveksi disimpulkan bahwa nilai tekanan bergantung pada nilai permeabilitas batuan.
Semakin kecil nilai permeabiltas maka nilai tekanan semakin besar dan aliran fluida juga
ditentukan pada nilai permeabilitas. Semakin besar nilai permeabilitas maka kecepatan
aliran fluida akan semakin cepat. Distribusi temperatur bergantung pada nilai
konduktivitas batuan. Semakin besar nilai konduktivitas maka distribusi temperatur akan
semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2007.http://infoenergi.wordpress.com/2007/03/13egs-dan-masa-depan-energi-
panasbumi-di-indonesia/
C. Polycarpu. Anastasis. 2006. An Introduction to the Finite Element Method in
Electromagnetism. Morgan & Claypool Publisher : USA.
Gold, T.L.:” Verttical Two-Phasa Steap-Water flow in Geothermal Well”, J. Pet. Tech.
(Aug.1974) 833-842.
Kumar C P 2009 Groundwater Flow Models. Scientist Institute of hydrology, Rookie
Uttaranchal.
Lewis, R. W., K. Morgan, H.R. Thomas, and K.N. seetharamu, 1996, The Finite Element
Method in Heat Transfer Analysis, John Wiley and sons, Chichester, West Sussex,
England
Lewis, R. W., P. Nithiarasu, and K. N. Seetharamu, 2004, Fundamental of the Finite
Element Method for Heat and fluid flow, John Wiley and sons, Chichester, West
Sussex, England.
R. Baigoria, L.O. Ottone, J.L. Pousa, F. Di Leo, J. Maranon, AOSTRA J.R., 8(1992)1-10.
R, Salvius. 2014. Mathematical Modelling of Groundwater Flow. University of Dar es
Saalam.
Singarimbun, A. A Numerical Model of Magmatic Hydrothermal System A Case Srudy of
Kuju Volcano, Central Kyushu, Japan-Kyushu University, Fukuoka Japan. 1997
178