Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)


2.1.1 Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiastuti, dkk., 2010).
2.1.2 Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
1. Menurut harapan hidupnya
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500
gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.
2. Menurut masa gestasinya
a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).

4
3. Faktor Penyebab
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati dan Ismawati, 2010 yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi
kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari
1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal
yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.

5
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
2.2 Permasalahan pada BBLR
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan
yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang
belum stabil (Surasmi, dkk., 2007).
1. Ketidakstabilan suhu tubuh
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C-
37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan
yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi
panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan,
produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai,
belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas
permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga
mudah kehilangan panas.
2. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot
respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping
itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan
resiko terjadinya aspirasi.
3. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal
melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan

6
substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa
kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi
terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki
perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita
infeksi.
4. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang
menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut
dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus,
menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh,
meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini
menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
5. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan
timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi
perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi
bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
6. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula
darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan
terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat
mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar
40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress
dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun
sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat
metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat
pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi.

7
Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang
rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.
2.3 Penatalaksanaan BBLR
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang
menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal
ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang
dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun
penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008):
1. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen
dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko
mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti
ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan,
diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika
mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi
oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian
oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of
prematurity.
2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan
panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas
merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular,
neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan
yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan
pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal
bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan
Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.

8
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat
dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi
dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain
sebagai penggantinya.
b. Pemancar pemanas
c. Ruangan yang hangat
d. Inkubator
3. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan
semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi
BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan
denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
infeksi antara lain :
a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
c. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki
ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau
disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun
sarung tangan untuk mencegah penularan.
4. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi
(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini
dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik
diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang
sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.

9
5. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan
oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring
dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting
untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam
menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi
menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,
saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress
dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap,
menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan
penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan
menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.
Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami
distensi abdomen yang dapat mempengaruh
6. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah
menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin.
Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi
hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas
dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas
bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat

10
kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan
kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih
banyak.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan,
pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik
dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur
bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga
mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
7. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.
Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan
dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio
dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat
memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik
adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang
berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai
memberikan rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK
karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan
lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
8. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan
dan membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua
biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan
bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari
ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap

11
kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut
wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam
menghadapi krisis emosional, antara lain dengan memberi kesempatan
pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam perawatan
bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui
kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih
nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain yang
dapat diberikan perawat adalah dengan menginformasikan kepada orang
tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa
bayinya memperoleh perawatan yang terbaik dan orang tua selalu
mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.

12
2.2 Management Asuhan Kebidanan Pada Neonatus , Bayi Dan Balita
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
a. Nama klien : meliputi nama klien, nama ibu dan nama
ayah yang bertujuan untuk dapat mengenal,
memanggil klien agar tidak keliru dengan
pasien lain.
b. Umur : untuk mengetahui umur pasien, umur ibu
dan umur ayah.
c. Jenis Kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin klien.
d. Agama : untuk mempermudah bidan melakukan
pendekatan dalam meberikan asuhan
kebidanan.
e. Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelegtual
karena pengaruh sikap dan perilaku
kesehatan.
f. Pekerjaan : untuk mengetahui taraf hidup dan sosial
ekonomi pasien
g. Penghasilan : untukmengetahui kondisi ekonomi pasien
h. Alamat : untuk mengetahui pasien tinggal dimana
sehingga memudahkan bidan melakukan
kunjungan
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan atau keadaan klien saat ini, keluhan
utama yang disampaikan oleh ibu adalah keadaan anaknya saat
ini, sakit yang diderita anak saat ini

13
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menahun seperti jantung, hipertensi, penyakit
menurun seperti diabetes mellitus, asma, penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, HIV / AIDS.
a. Riwayat prenatal, natal, dan post natal
1) Prenatal
Berisi riwayat ibu saat kehamilan misalnya perdarahan,
eklamsi, preeklamsi dan sebagainya.
2) Natal
Berisi riwayat ibu saat persalinan apakah bayi lahir
dengan sectio cesarea, vacum, normal spontan belakang
kepala.
3) Post natal
Berisi keadaan bayi setelah persalinan, misalnya ikterus.
4. Riwayat Pemberian Vit K Dan Imunisasi
Berisi anakah anak sudah mendapat imunisasi vitamin K,
tanggal berapa pemberiannya, apakan reaksi yang di dapat
setelah pemberian vitamin K.
Imunisasi HB O biasanya di berika pada anak usia 0-7 hari, catat
tanggal dan reaksi setelah pemberian,
Imunisasi BCG biasanya di berikan pada anak usia 1 bulan,
Imunisasi DPT di berikan pada anak usia 2, 3, 4 bulan,
Imunisasi Polio di berikan pada anak usia 1, 2, 3, 4 bulan,
Imunisasi Campak diberikan pada anak usia 9 – 11 bulan
5. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Pola nutrisi
Berapa kali anak di beri ASI, jika anak di beri MP ASI
berapa kali, bagaimana komposisinya.
b. Pola eliminasi

14
Bagaimana pola eliminasi anak yang terdiri dari BAB,
bagaimana frekwensinya, konsistensinya, warna, bau, dan
ada keluhan atau tidak. BAK bagaimana frekwensinya,
warna, bau, dan ada keluhan atau tidak.
c. Pola istirahat
Istirahat yang di lakukan dalam sehari berapa jam,normalnya
anak tidur pagi 2 jam malam 6 jam dan siang 2 jam.
d. Pola personal hygiene
Dalam sehari berapa kali anak mandi, dan ganti popok.
e. Pola aktivitas
Apa saja aktifitas yang sudah dapat di kerjakan oleh anak.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik, cukup, lemah
Kesadaran : composmentis ( sadar penuh, baik /
sempurna), apatis ( perhatian berkurang ),
somnolent ( mudah tidur walaupun di ajak
bicara ), sopor ( harus dengan rangsangan
kuat ), sopora comateus ( hanya tinggal
reflek kornea saja ), coma ( tidak ada
respon )
TTV : Nadi : 120-160 x/menit
RR : 40-60 x/menit
Suhu : 36,5-37,5 oC
Antropometri : BB : 2500-3500 gram
PB : 45-50
Lika : 33-35 cm
Lida : 30-33 cm
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Rambut : warna rambut, bersih/ tidak, ada kutu /

15
tidak, rontok / tidak, ada kaput / tidak
Wajah : ada edema / tidak, ada cloasma / tidak,
pucat / tidak, syanosis / tidak
Mata : simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak,
sklera ikterus atau tidak.
Hidung : bersih/tidak, ada pernafasan uping
hidung/tidak, ada polip/tidak
Telinga : simetris, tidak ada serumen,tidak ada
mastoiditis
Mulut : bersih / tidak, ada caries/tidak, ada lesi /
Tidak, ada labioskisis /tidak,
labiopalatoskisis / tidsk
Leher : pergerakannya simetris/ tidak, ada
pembesaran kelenjar thyroid/ tidak, ada
pembesaran vena jugularis/tidak
Dada : ada lesi/tidak, ada tarikan dinding
dada/tidak, ada eritema/ tidak
Abdomen : ada lesi/tidak, ada infeksi / tidak
Genetalia : Laki-laki : bersih/tidak, lubang uretra
tepat pada glen penis/tidak
testis sudah turun pada
scrotum/belum
Perempuan : bersih/tidak, labia mayora
sudah menutupi labia
minora/ belum, klitoris
terpisah dengan vagina/tidak
Ekstremitas : simetris/tidak, edema/tidak, ada lesi/tidak
3. Reflek Primitive
Rooting : refleks mencari, akan menghilang pada umur 3-4
bulan, bisa menetap sampai umur 12 bulan
Sucking : refleks menghisap, menetap selama masa bayi

16
Swallowing : refleks menelan, menetap selama masa bayi
Morro : refleks terkejut, lebih kuat selama 2 bulan dan
menghilang pada umur 3-4 bulan
Grasphing : refleks menggenggam, menghilang pada umur 3-4
bulan
Babinski : refleks geli, dijumpai sampai umur 2 tahun
4. Pemeriksaan Penunjang
Urine : untuk mengetahui kandungan urine
Darah : untuk mengetahui jumlah komponen darah
Rontgen : untuk melihat adanya kelainan tubuh bayi

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa : NCB SMK....menit atau jam
NCB KMK....menit atau jam
NCB BMK....menit atau jam
NKB SMK....menit atau jam
NKB KMK....menit atau jam
NKB BMK....menit atau jam
NLB SMK....menit atau jam
NLB KMK....menit atau jam
NLB BMK....menit atau jam
DS : Data yang di peroleh dari ibu pasien melalui anamnesa
DO : Data yang di peroleh dari pemeriksaan yang di lakukan
oleh petugas kesehatan / bidan terhadap anak mengenai
diagnnosa.
B. Masalah : masalah yang di temukan pada neonatus
DS : Data yang di peroleh dari ibu pasien melalui anamnesa
DO : Data yang di peroleh dari pemeriksaan yang di lakukan
oleh petugas kesehatan / bidan terhadap anak mengenai
masalah.

17
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Meliputi diagnosa potensial dan antisipasinya serta masalah potensial.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Mengidentifikasi kebutuhan segera jika terdapat masalah potensial
V. INTERVENSI
Dx : NCB SMK....menit atau jam
NCB KMK....menit atau jam
NCB BMK....menit atau jam
NKB SMK....menit atau jam
NKB KMK....menit atau jam
NKB BMK....menit atau jam
NLB SMK....menit atau jam
NLB KMK....menit atau jam
NLB BMK....menit atau jam
Tujuan : setelah di lakukan asuhan kebidanan, bayi dapat
menjalankan masa nifas dengan aman tanpa ada
komplikasi
Kriteria hasil : mengacu pada penegakan diagnosa
Intervensi : melakukan asuhan pada anak sesuai dengan kebutuhan
Rasional : alasan yang mendukung intervensi berdasarkan teori yang
ada dan tidak di buat – buat
Mx : masalah yang di alami anak
Tujuan : setelah di lakukan asuhan, anak dapat mengatasi masalah
dan menjalankan masanya dengan aman tanpa ada
komplikasi
Kriteria hasil: mengacu pada penegakan masalah
Intervensi : melakukan asuhan pada anak sesuai dengan kebutuhan
Rasional : alasan yang mendukung intervensi berdasarkan teori yang
ada dan tidak di buat – buat
VI. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi

18
VII. EVALUASI
Mengacu pada kriteria hasil dengan menggunakan metode
pendokumentasian SOAP

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 07 Juni 2016
Pukul : 08.00 WIB
MRS : 01-06-2016
A. Data Subyektif
2. Biodata
Nama : By. Ny.”P”
Tanggal lahir : 01-06-2016
Jenis kelamin : Laki - Laki
Usia : 6 hari
Biodata Orang tua
Nama Ibu : Ny.”P” Nama Ayah : Ny.”I”
Usia : 30 tahun Usia : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : -
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : Ngronggot, Nganjuk Alamat : Ngronggot,Nganjuk

3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya lahir dengan berat badan 2400 gram dan
belum bisa minum.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarganya tidak pernah ada yang
menderita penyakit menurun seperti penyakit kuning, penyakit
jantung, penyakit sesak napas, dan lainnya.

20
5. Riwayat Prenatal, Natal, dan Post Natal
 Prenatal
Trimester I : Ibu tidak mual dan muntah pada bulan pertama
sampai bulan kedua, ibu 2x memeriksakan
kehamilannya ke petugas kesehatan.
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu 3x
memeriksakan kehamilannya ke petugas
kesehatan.
Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu 2x
memeriksakan kehamilannya ke petugas
kesehatan.
 Natal
Tempat persalinan : Ruang Operasi RSM
Ahmad Dahlan, Kediri
Tanggal/Jam persalinan : 1–6–2016 / 23.25 WIB
Jenis persalinan : Sectio Caesarea
Komplikasi dalam persalinan : Ketuban Pecah Dini (KPD)
Keadaan Bayi
- Jenis kelamin : Laki – laki
- BB / PB : 2400 gram / 45 cm
- LK / LD : 30 cm / 33 cm
- Apgar Score : 7-8
- Cacat bawaan : Tidak ada
- Massa gestasi : 37-38 minggu
Postnatal
Bayi menangis spontan, sesak (-), gerakan aktif, tidak mau
minum, gumoh (+).
6 Riwayat Pemberian Vit K Dan Imunisasi
Bayi Ny. “P” sudah mendapat injeksi vitamin K tanggal 1 juni 2016,
jam 23.35 WIB, dan belum diberikan imunisasi apapun karena berat
badan lahir rendah.

21
7 Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Bayi minum ASI, bila ASI tidak mencukupi diberi susu formula
BBLR, 12x30cc/24 jam per OGT.
b. Istirahat
Waktu lebih banyak dihabiskan untuk tidur dan menangis, bila
BAB, BAK dan haus.
c. Eliminasi
BAB : Warna kuning jernih, 1-2x/hari
BAK : Warna kuning jernih, 5-6x/hari
d. Personal hygiene
Bayi di seka 2x yaitu pagi dan sore hari, serta perawatan tali pusat
setiap selesai mandi, ganti popok dan baju setiap selesai diseka dan
apabila basah.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Suhu : 36,6°C
BBL/BBS : 2400 gram/2400 gram
PB : 45 cm
Nadi : 124x/menit
RR : 36x/menit
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Tidak tampak adanya benjolan, tidak tampak
adanya cephalhematoma, caput succedaneum,
rambut hitam tipis, ubun-ubun tidak cekung.
Muka : bulat, tidak kebiruan, tidak ada kelainan kulit.

22
Mata : Simetris, sclera putih terdapat gambaran tipis
pembuluh darah, conjungtiva tidak anemis.
Hidung : Simetris, tidak tampak adanya secret.
Telinga : Simetris, tidak tampak adanya cairan serumen,
telinga sudah matur.
Mulut : Bibir lembab, tidak kebiruan, tidak tampak adanya
stomatitis, tidak tampak adanya labio palato
schizis, terpasang sonde lambung.
Leher : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid
dan vena jugularis.
Dada : Puting susu simetris, tidak tampak adanya retraksi
dada, tidak terdengasuara nafas abnormal.
Abdoment : Tali pusat belum lepas/kering, terbungkus kassa,
tidak ada pembesaran, kembung (-),Bising usus 
 12x.
Genetalia : bersih, testis sudah turun ke dalam skrotum
Anus : Tidak tampak adanya atresia ani.
Integumen : Kulit lembab, tidak kuning.
Ekstremitas :
- Atas : Simetris, gerakan/ tonus otot cukup baik
- Bawah : Simetris, gerak/tonus otot kurang.
e. Reflek
Moro reflek : (+)
Sucking reflek : (+), lemah
Rooting reflek : (+)
Reflek menelan : (+), lemah
Tonic neck reflek : (+)
Babinsky reflek : (+)

23
3. Pemeriksaan Penunjang
Darah : GDA : 80
Hemoglobin : 15,2
Leukosit : 11.010
Erytrosit : 4,21
Trombosit : 323.000
II. IDENTIFIKASI
DIAGNOSA/ MASALAH.
1. DX : NCB KMK usia 6 hari dengan BBLR
DS : Ibu mengatakan bayinya lahir dengan berat badan 2400 gram.
DO : KU : cukup
Kesadaran : composmentis
Suhu : 36,7o C
Nadi : 134x/menit
RR : 43x/menit
BBL/BBS : 2400 gram/2400 gram
2. Masalah : tidak mau menyusu, gumoh setelah diberikan ASI
DS : ibu mengatakan bayinya belum bisa minum.
DO : - Bayi mendapat minum ASI, bila kebutuhan ASI tidak
mencukupi diberi susu formula BBLR 12x30 cc/24 jam per
OGT.
- Reflek menelan (+), lemah
- Sucking reflek (+), lemah
- BBL/BBS : 2400 gram/2400 gram.
- Terpasang selang OGT di mulut
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
- Hipotermi, hipertermi,
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
- Termoregulasi menjaga suhu bayi
V. INTERVENSI
Tanggal/Jam pengkajian : 7 Juni 2016/08.10 wib

24
1. Dx. : NCB KMK usia 6 hari dengan BBLR
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan bayi
dapat menyusu, tidak gumoh dan tanpa bantuan OGT.
Kriteria hasil : BB dalam batas normal( 2500- 3000 gram).
Menyusu dengan kuat
Tidak gumoh
Intervensi :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dibawah air mengalir atau
dengan handrub sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
R/: Upaya pencegahan infeksi, mampu membunuh kuman sampai
80%.
2. Observasi intake dan output dengan memberikan bayi ASI setiap 2
jam sekali sebanyak 30 cc per OGT
R/: Memantau kecukupan nutrisi pada bayi
3. Lakukan observasi suhu bayi tiap 2 jam
R/: Parameter adanya kelainan pada bayi.
4. Observasi aspirasi
R/:Mencegah supaya cairan tidak masuk ke paru-paru yang
menyebabkan bayi sesak dan sianosis.
5. Jaga kehangatan bayi dengan sinar lampu dan mengganti popok
ketika sudah basah.
R/ Memenuhi kebutuhan bayi dalam hal pencegahan terjadinya
hipotermi.
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi
R/ : penatalaksanaan yang adekuat

25
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam Pengkajian : 07 juni 2016 / 08.15 WIB
Dx : NCB KMK usia 6 hari dengan BBLR
1. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dibawah air mengalir
atau dengan handrub sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2. Melakukan observasi intake dan output dengan memberikan bayi ASI
setiap 2 jam sekali sebanyak 30 cc per OGT, dan memantau output
untuk menilai kecukupan asupan intake yang diberikan pada bayi.
3. Melakukan observasi suhu bayi tiap 2 jam untuk penilaian dan
pencegahan terjadinya hipotermi.
4. Melakukan observasi aspirasi untuk menghindari terjadinya cairan
masuk ke paru-paru.
5. Menjaga kehangatan bayi dengan memberikan sinar lampu dan
mengganti popok ketika sudah basah.
6. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi,
apialis 1x0,2 ; episan 3x1 ; L-Bio 1x1; Squest 3x1/10; urdapolk 2x25;
amoxan 3x0.
VI. EVALUASI
Tanggal/Jam Pengkajian : 07 Juni 2016/08.20 wib
Dx : NCB KMK usia 6 hari dengan BBLR
S : -
O : - Bayi sudah minum ASI 30cc per OGT, gumoh (-)
- Bayi terpasang OGT pada mulut
- Suhu : 36,6 0C, nadi 134x/menit, RR 36x/menit
- reflek menelan (+), lemah
- reflek hisap (+), lemah
A : NCB KMK usia 6 hari dengan BBLR
P : - sudah dilakukan cuci tangan
- intake 30 cc per OGT, output BAK 5-6 kali, BAB 2-3 kali
- suhu bayi normal
- tidak terjadi aspirasi

26
- bayi hangat dan suhunya normal
- terapi sudah diberikan.

27
CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/Jam SOAP
7-6-2016 S :-
12.00 wib O : KU cukup, kesadaran composmentis, akral hangat, febris
(-), suhu, 36,7oC, nadi 135x/menit, RR 36x/menit, sesak
(-), minum per OGT, gumoh (-), reflek menelan (+)
lemah, reflek hisap (+) lemah, BAK (+) 5-6x/hari, BAB
(+) 1-2x/hari.
A : NCB KMK usia 6 hari dengan BBLR
P :- melakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital, ttv dalam batas normal dan KU baik.
- Melakukan observasi intake dan
output, intake 8x/20cc per OGT, BAK 5-6x/hari, BAB
1-2x/hari.
- Melakukan observasi termoregulasi,
termogulasi normal.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk
pemberian terapi, apialis 1x0,2 ; episan 3x1 ; L-Bio
1x1; Squest 3x1/10; urdapolk 2x25; amoxan 3x0.
7-6-2016 S :-
20.00 wib O : KU cukup, kesadaran composmentis, akral hangat, febris
(-), suhu 36,6oC, nadi 134x/menit, RR 36x/menit, sesak
(-), netek (+), gumoh (-), reflek menelan kuat, reflek
hisap kuat, BAK (+) 3-4x/hari, BAB (+)2-3x/hari.
A : NCB KMK usia 6 hari dengan BBLR
P :- melakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital, ttv dalam batas normal dan KU baik.
- Melakukan observasi intake dan
output, netek 2 jam sekali, BAK 5-6x/hari, BAB 1-
2x/hari.

28
- Melakukan observasi termoregulasi,
termogulasi normal.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk
pemberian terapi, apialis 1x0,2 ; episan 3x1 ; L-Bio
1x1; Squest 3x1/10; urdapolk 2x25; amoxan 3x0.
8-6-2016 S :-
08.00 O : KU cukup, kesadaran composmentis, akral hangat, febris
(-), suhu 36,6oC, nadi 134x/menit, RR 36x/menit, sesak
(-), netek (+), gumoh (-), reflek menelan kuat, reflek
hisap kuat, BAK (+) 3-4x/hari, BAB (+)2-3x/hari.
Pemeriksaan darah: Hb 15,2, leukosit 11.010, erytrosit
4.21, trombosit 323.000
A : NCB KMK usia 6 hari dengan BBLR
P : - Melakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital, ttv dalam batas normal dan KU baik.
- Melakukan observasi intake dan
output, netek 2 jam sekali, BAK 5-6x/hari, BAB 1-
2x/hari.
- Melakukan observasi termoregulasi,
termogulasi normal.
- Kolaborasi dengan tim medis, rencana
pulang.
- Memberikan KIE kepada ibu untuk
melakukan metode kangguru, menyusui bayinya setiap
2 jam sekali, mengganti kasa tali pusat setiap selesai
mandi, menjemur bayi setiap pagi bila cuaca cerah
pada pukul 07.00-09.00 selama 15 menit, memberikan
terapi sesuai penjelasan tenaga medis.

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini penulis akan membahas kesenjangan yang ada
antara teori dengan praktek yang ada di lahan. Karena penulis menggunakan
manajemen kebidanan dengan tujuh langkah Varney maka pembahasan akan
diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut:
I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan mencari dan menggali data maupun fakta
baik yang berasal dari pasien, keluarga, maupun kesehatan lainnya dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri, pengumpulan data mencakup
subjektif dan objektif (Nursalam, 2008). Pada teori neonatus dengan BBLR
berat bayi < 2500 gram.
Pada kasus By. Ny. “P” ini dilakukan pengkajian bayi lahir secara SC
pada UK 37-38 mingu persalinan tanggal 1 Juni 2016 pukul 23.45 WIB
dengan berat badan lahir 2400 gram. Dari tinjauan BB di atas maka tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus yaitu bayi NCB KMK dengan BBLR.
II. Identifikasi Diagnosa atau Masalah
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan intrepretasi data yang telah dikumpulkan yaitu diagnosa
kebidanan (Varney. 2007).
Pada kasus By. Ny. “P” ini terjadi masalah pada pemenuhan nutrisi
karena bayi tidak bisa menyusu dan gumoh setelah diberikan susu/ASI.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus karena pada teori telah dijelaskan bahwa masalah yang bisa terjadi pada
BBLR adalah kebutuhan nutrisi.
III. Antisipasi Masalah Potensial
Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah
diidentifikasi oleh karena itu membutuhkan antisipasi pencegahan serta
pengawasan (Varney. 2007).

30
Pada kasus ini antisipasi untuk masalah potensial yaitu masalah pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
IV. Identifikasi Tindakan Segera
Pada langkah ini identifikasi yang dilakukan adalah pemenuhan nutrisi
bayi untuk penanganan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek yang telah dilakukan pada kasus ini.
V. Intervensi
Pada langkah ini merupakan langkah penanganan bayi berat badan lahir
rendah yaitu dengan pemantauan TTV dan keadaan umum, observasi intake
dan output, observasi termogulasi, menjaga bayi tetap hangat, serta
melakukan kolaborasi dengan dokter.
Pada kasus ini telah dilakukan sesuai dengan penanganan bayi BBLR.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus karena yang telah direncanakan pada teori telah diberikan pada bayi.
VI. Implementasi
Pada langkah ini yaitu merupakan tahap pelaksanaan berdasarkan
dengan perencanaan yang telah dilakukan pada bayi dengan BBLR.
Pada kasus By. Ny. “P” semua implementasi yang telah dilakukan telah
sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan sebelumnya. Pada langkah
ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
VII.Evaluasi
Pada langkah ini keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi
pemenuhan kebutuhan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan
masalah.
Pada evaluasi ini penanganan yang telah dilakukan pada bayi berjalan
dengan baik dan telah teratasi sebagian.

31
BAB 5
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Dalam pengkajian didapatkan data subjektif yang mendukung sesuai
dengan diagnosa yang ditegakkan.
2. Interpretasi data dasar didapatkan diagnosa kebidanan NCB KMK 7 hari
dengan BBLR.
3. Diagnosa potensial pada kasus By. Ny. “P” yaitu masalah kebutuhan
nutrisi karena bayi tidak bisa menyusu dan gumoh.
4. Dalam menentukan antisipasi tindakan segera yaitu dengan pemasangan
OGT.
5. Dalam kasus By.Ny. “P” dilakukan perencanaan tindakan pemantauan
TTV dan keadaan umum, observasi intake dan output, observasi
termogulasi, menjaga bayi tetap hangat, serta melakukan kolaborasi tim
medis.
6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada kasus By. Ny. “P” telah
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
7. Hasil evaluasi yang dilakukan telah sesuai dan ada kemajuan keadaan
bayi.

32
B. Saran
1. Bagi Orang Tua Pasien
Diharapkan orang tua pasien dapat memberikan kebutuhan nutrisi
yang sesuai dengan usia bayi dan kebutuhannya seperti yang telah
dijelaskan oleh tenaga kesehatan.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat melakukan asuhan pada bayi BBLR
dengan benar dan sesuai dengan prosedur yang ada serta dapat
meningkatkan kemampuan dalam asuhan kebidanan yang lainnya.
3. Bagi Institusi
a. Pendidikan
Diharapkan dengan mengetahui asuhan yang telah diberikan
pada bayi dengan BBLR dapat dijadikan sebagai referensi dalam
melakukan pelayanan kebidanan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


Dilengkapi dengan ASUHAN PADA BBLR dan PIJAT BAYI. Nuha
Medika:Yogyakarta.

Sholeh, K. 2005. Gizi Untuk Kebidanan. Nuha Medika: Yogyakarta.

Surasmi, dkk, 2007. Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Sampai
Tribulan II Tahun 2009 di Kota Kediri, Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes Volume 1 Nomor 3.

34

Anda mungkin juga menyukai