Dewasa ini, banyak sekali masyarakat bahkan pelajar yang masih rancu
dalam menempatkan kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penggunaan
kata sering sekali tidak tepat dalam penggunaannya. Disamping itu
kerancuan pun kerap membingungkan masyarakat dalam penggunaan
bahasa baku. Masyarakat/pelajar sering kali tidak memperhatikan apakah
tulisannya sesuai aturan atau tidak. yang terpenting tujuan dan maksud
mereka tersampaikan. Selain itu ketidak pahaman penggunaan tanda baca,
menyebabkan banyak tulisan-tulisan di spanduk, papan nama, selembaran,
dan mading. Banyak ditemui kata yang tidak baku dan juga ditemukan
kesalahan dalam penulisan tanda baca yang tidak sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan. Hal itulah yang menyebabkan dalam sebuah tulisan kerap
tidak sesuai dengan EYD ataupun bahasa baku.
Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam
penggunaan ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata
bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa
Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata, dan EYD
yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku
adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang
ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan
bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan.
Penggunaan kata, dengan tuntutan mengikuti kaidah tata bahasa dan ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan. Memang seharusnya sesuai
dengan aturan yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa. Adapun rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu: penggunaan kata apa
saja, yang banyak ditemukan kesalahan penulisannya dimasyarakat? Kata
tidak baku apa saja yang sering sekali masyarakat/pelajar, salah dalam
menulis ataupun mengujarkannya? Tanda baca apa saja, yang banyak
ditemukan kesalahan penempatanya dimasyarakat? Bagaimana cara
menempatkan tanda baca yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan?
Analisis penggunaan kata dan tata bahasa baku pada tulisan ini,
dilakukan dengan analisis pustaka dan observasi. Sebagai alat bantu
digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa
yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dan
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selain itu, digunakan juga telepon
genggam sebagai alat dokumentasi dari kegiatan observasi.
LANDASAN TEORETIS
2.1 Ejaan
Peranan bahasa yang utama adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai alat
nopenyampai maksud dan perasaan seorang (komunikator) kepada orang
lain (komunikan). Disikapi dari sudut ini, sudah baiklah bahasa seseorang
apabila sudah mampu mengemban amanat tersebut. Namun, mengingat
bahwa situasi kebahasaan itu bermacam-macam adanya, tidak selamanya
bahasa yang baik itu benar, atau sebaliknya, tidak selamanya bahasa yang
benar itu baik. Demikian pula halnya dalam bahasa Indonesia, yakni
bahasa Indonesia yang baik tidak selalu benar dan bahasa Indonesia yang
benar tidak selalu baik (Sloka, 2006:112). Sedangkan menurut (Hasan Alwi,
2010:20). Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau
yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar.
HASIL ANALISIS
3.1 Pembahasan
Penulis spanduk iklan pada gambar diatas pasti tidak tahu ada dua macam
“di” dalam kalimat. “di” yang pertama menunjukkan tempat, yang harus
dituliskan terpisah dari kata yang menunjukkan tempat. “di” yang kedua
merupakan sebuah awalan untuk sebuah kata kerja pasif, yang harus
digabungkan pada kata yang diawalinya.
Jadi kata depan “di” yang ada digambar itu harus digabung menjadi
“Dijual” karena kata “jual” merupakan kata kerja. Bilamana digabungkan
dengan kata depan “di” maka kata “jual” itu menjadi kata kerja pasif.
Kata depan “di”, “ke”, dan “dari” ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata seperti “kepada” dan “daripada”.
No Benar Salah
1 di antara diantara
2 di atas diatas
3 di bawah dibawah
4 di belakang dibelakang
5 di dalam didalam
Kata depan “di” akan memiliki arti berbeda jika ditulis terpisah. ini khusus
untuk kata dasar yang dapat berfungsi sebagai kata benda (petunjuk
tempat) sekaligus kata kerja. Berikut beberapa contohnya:
Dilanggar = bertubrukan
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya:
Kata ganti “ku” dan “kau” ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya; “ku”, “mu”, dan “nya” ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contohnya:
Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan. Sedangkan Kata Tidak baku adalah kata
yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah
ditentukan.
Kata “apotik” yang dilingkari di atas adalah kata yang tidak baku.
Seharusnya kata tersebut ditulis “apotek” yang merupakan kata bakunya.
Perlu diingat dari kata tersebut “apotek-apoteker”. Dan bukan “apotik-
apotiker”.
.
Kata “bis” yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3
menerangkan bahwa, kata tersebut tidak mengartikan sebuah kendaraan
besar. Oleh karena itu kata “bis” yang ada pada gambar diatas adalah kata
yang tidak baku. Seharusnya kata “bis” itu diganti menjadi kata “bus” yang
merupakan kata bakunya.
Kata “praktek” dan “jam” pada gambar di atas merupakan kata yang tidak
baku. Kata “praktek” seharusnya ditulis “praktik” dan perlu diingat dari
kata tersebut. “praktik-praktikum” dan bukan “praktek-pratekum” dan kata
“jam” menunjukkan jangka waktu.
Dengan begitu kata “jam” pada gambar di atas jelas bukan menunjukkan
waktu. Seharusnya kata “jam” diganti menjadi kata “pukul” yang
merupakan menunjukkan waktu. Jadi kata “jam” di atas kurang tepat
penempatannya yang seharusnya menggunakan kata “pukul”.
Misalnya:
Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur
akhirnya sudah bertanda titik. Misalnya:
Misalnya:
A Saputra S. Ibrahim
B George W. Bush
Tetapi apabila nama ditulis itu ditulis lengkap, tanda titik tidak
dipergunakan. Contohnya: Kania Sutisna Winata
Misalnya:
A No. 7/PK/2008
Misalnya:
Misalnya:
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Alwi, Hasan, dkk. (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT
Balai Pustaka.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Pusat bahasa. 2008