Anda di halaman 1dari 14

Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Vol 4 No 1 – April 2018


ISSN 2460-0164 (print), ISSN 2442-2576 (online)
Tersedia online di https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi
DOI: http://doi.org/10.22146/majkedgiind.22050

STUDI PUSTAKA

Imejing diagnostik kanker oral: prinsip interpretasi pada radiograf dental, CT, CBCT,
MRI, dan USG

Rini Widyaningrum*, Arif Faisal**, M. Mitrayana***, Munakhir Mudjosemedi*, Dewi Agustina****

*Departemen Radiologi Dentomaksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
**Departemen Radiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
***Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
****Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*Jl Denta No 1, Sekip Utara, Yogyakarta, Indonesia; e-mail: rinihapsara@ugm.ac.id

Submisi: 18 Februari 2017; Revisi: 2 Maret 2018; Penerimaan: 2 April 2018

ABSTRAK
Kanker oral merupakan neoplasma maligna pada bibir dan rongga mulut yang umumnya terlambat terdeteksi, bersifat lokal
invasif, bermetastase melalui limfonodi servikalis dan mampu menyebar melalui pembuluh darah. Pemeriksaan imejing
diagnostik kanker oral umumnya menggunakan radiografi konvensional, Cone Beam Computed Tomography (CBCT),
Computed Tomography (CT), ultrasonografi (USG), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Positron Emission Tomography
(PET), Single-Photon Emission Computed Tomography (SPECT), dan bone scintigraphy. Tinjauan pustaka ini bertujuan
untuk memaparkan bermacam imejing diagnostik dan prinsip dasar interpretasi kanker oral menggunakan masing-masing
modalitas. Pemilihan modalitas imejing pada pemeriksaan kanker oral perlu disesuaikan dengan kondisi klinis pasien,
ketersediaan alat, dan biaya. Ketersediaan alat imejing modern di Indonesia masih terbatas, namun pengetahuan mengenai
interpretasi gambaran kanker oral menggunakan berbagai modalitas imejing diperlukan oleh dokter gigi. Hasil pemeriksaan
imejing diagnostik diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan menentukan jenis perawatan yang paling tepat
bagi pasien, sehingga kesembuhan dan harapan hidup pasien dapat ditingkatkan.

Kata kunci: imejing; interpretasi; kanker oral

ABSTRACT: Oral cancer imaging: the principles of interpretation on dental radiograph, CT, CBCT, MRI, and USG.
Oral cancer is a malignant neoplasia on the lip and oral cavity. It is generally late-detected, locally invasive, and it has a
high propensity for cervical lymph node metastases as well as blood-borne distant metastases. Diagnostic imaging for oral
cancer is generally performed using conventional radiography, Cone Beam Computed Tomography (CBCT), Computed
Tomography (CT), ultrasonography (USG), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Positron Emission Tomography (PET),
Single-Photon Emission Computed Tomography (SPECT), and bone scintigraphy. This review provides a general overview
of oral cancer imaging and basic principles of interpretation for oral cancer using several imaging modalities. The selection
of imaging modalities for oral cancer must be based upon clinical condition, availability of imaging modalities, and cost
effectivity. Despite the limited availability of modern imaging modalities in Indonesia, understanding on the major concept
of various oral cancer imaging and its interpretation are certainly required by the dentists. Imaging and its interpretation
are required to assist the diagnosis and determine the most appropriate treatment plan. Thus, the survival rate can be
improved.

Keywords: imaging; interpretation; oral cancer

PENDAHULUAN ini adalah kanker rongga mulut yang dikenal juga


Rongga mulut merupakan bagian tubuh yang dengan istilah kanker oral. Kanker oral merupakan
penting dan merupakan pintu masuk sistem penyakit dengan letalitas tinggi berupa tumor lokal
pencernaan. Penyakit yang mengenai rongga invasif yang bersifat destruktif pada jaringan oro-
mulut mempengaruhi kesehatan umum. Salah fasial, bermetastase melalui limfonodi servikalis,
satu penyakit yang masih sulit diatasi hingga saat serta mudah menyebar ke organ tubuh lain, terutama

1
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. April 2018; 4(1): 1 - 14
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

paru-paru dan liver.1 Kanker oral meliputi 1-2% dari Lebih lanjut makalah ini akan menekankan pada
seluruh kasus kanker pada tubuh.2 Mayoritas kanker prinsip dasar interpretasi kanker oral menggunakan
oral (84-97%) merupakan Karsinoma Sel Skuamosa berbagai modalitas imejing diagnostik.
(KSS)3–5 yang berkembang akibat mutasi keratinosit
pada stratum basalis epitel mukosa oral.3,6–9 Selain TINJAUAN PUSTAKA
berupa KSS, kanker oral ditemukan dalam bentuk Modalitas imejing atau modalitas pencitraan medis
tumor glandula saliva, sarkoma pada jaringan lunak menyajikan gambaran kondisi jaringan di dalam
dan tulang rahang, melanoma, tumor odontogenik tubuh secara non-invasif dengan menerapkan
maligna, malignansi limforetikular, serta metastase prinsip interaksi antara jaringan yang dicitrakan
dari tumor maligna pada bagian tubuh lainnya.2 dengan sumber pencitraan yang digunakan pada
Kanker oral merupakan salah satu isu global modalitas tersebut. Radiografi sinar X menampilkan
di bidang kesehatan yang dikhawatirkan menjadi citra berdasarkan perbedaan atenuasi (pelemahan)
epidemik dunia pada paruh akhir abad ke-21. Secara sinar X oleh jaringan yang dipapar, ultrasonografi
global, pada tahun 1980-an kanker oral menempati (USG) menyajikan citra berdasarkan perbedaan
urutan ke-9 jenis kanker yang paling banyak refleksi dan impendansi akustik jaringan, Positron
ditemukan,1,10,11 namun pada tahun 1990 peringkat Emission Tomography (PET) menampilkan citra
kanker oral naik ke urutan 8, dan pada tahun 2008 berdasarkan konsentrasi radionukleotida yang
kanker oral menempati peringkat ke-6 di dunia.12 diinjeksikan ke dalam tubuh,22 sedangkan citra
Kejadian kanker oral banyak ditemukan di negara Magnetic Resonance Imaging (MRI) terbentuk
berkembang, dengan tingkat insidensi tertinggi di dari perbedaan sinyal akibat perubahan kondisi
kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.10,13–15 Di atom hidrogen dalam tubuh ketika medan magnet
Indonesia, kanker oral berkisar 3-4% dari seluruh diintervensi menggunakan radio-frekuensi.23
kasus kanker.16 Perkembangan kanker oral pada Dari sudut pandang radiodiagnostik, citra
tahap awal umumnya asimtomatis dan cenderung rongga mulut merupakan area yang ‘penuh
diabaikan oleh penderitanya. Mayoritas pasien tantangan’ untuk diinterpretasikan.24 Interpretasi
kanker oral terdiagnosa pada stadium lanjut (stadium radiografi kondisi patologi dalam rongga mulut
III dan IV), sehingga tingkat bertahan hidup selama memerlukan pengetahuan mengenai jaringan keras
5 tahun (5-years survival rates) penderita penyakit dan jaringan lunak oral, struktur kelenjar, relasi
ini hanya berkisar 50%.1,17 Kanker oral merupakan tulang, radioanatomi, patologi, serta pengetahuan
jenis kanker dengan survival rate terendah18 di mengenai alur penyebaran penyakit di area oral
dunia. dan maksilofasial. Citra rongga mulut seringkali
Standar baku emas diagnosis kanker oral mengalami keterbatasan akibat superimposisi
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan artefak tumpatan amalgam ataupun benda
histopatologis pada spesimen hasil biopsi, asing lain yang terletak di area intraoral maupun
sedangkan penetapan stadium klinik kanker oral ektraoral, serta superimposisi dengan gambaran
ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis mukosa pada sisi kontralateral. Dewasa ini modalitas
dan imejing diagnostik.5,19,20 Imejing diagnostik imejing tidak terbatas pada penggunaan sinar X pada
pada kasus kanker oral diperlukan terutama untuk plain radiography (radiografi konvensional/datar/
membantu menentukan stadium klinis berdasarkan polos), Cone Beam Computed Tomography (CBCT),
perluasan tumor primer, metastase pada limfonodi maupun Computed Tomography (CT). Selain
regional, dan sejauh mana metastasenya,19 serta menggunakan modalitas-modalitas sinar X, kondisi
untuk menentukan jenis perawatan yang paling tepat anatomi dan fisiologi tubuh juga dapat dicitrakan
bagi pasien.21 Tinjauan pustaka ini ditujukan untuk menggunakan teknologi USG, MRI,24 PET,25 single-
mengulas berbagai modalitas imejing diagnostik photon emission computed tomography (SPECT),
pada kasus kanker oral serta keunggulan dan dan bone scintigraphy.20 Setiap modalitas imejing
kekurangan dari masing-masing modalitas imejing. memiliki keterbatasan dalam mencitrakan kondisi

2
Widyaningrum, dkk. : Imejing diagnostik kanker ...

pasien, sehingga dapat dipergunakan secara di Indonesia. Pemeriksaan menggunakan modalitas


tunggal maupun dikombinasikan satu sama lain sinar X menghasilkan citra radiolusen (hitam)
untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai dan radiopak (putih) pada radiograf (atau yang
kondisi patologi pada rongga mulut. Hingga saat ini dikenal juga dengan istilah foto rontgen). Saat ini
belum ada modalitas imejing tertentu yang ideal telah dikenal teknologi radiografi digital, dimana
untuk pemeriksaan tumor,22,26 sehingga pemeriksaan citra radiograf dapat juga diamati menggunakan
tumor dan kanker yang melibatkan mukosa oral monitor komputer, ditransfer menggunakan
memerlukan pendekatan imejing multimodalitas. jaringan komputer dan internet, serta dapat dicetak
Pemeriksaan imejing diperlukan untuk membantu menggunakan kertas atau media lainnya.23
menentukan ukuran, lokasi, perluasan lesi, serta Radiografi konvensional memiliki keterbatasan
invasi tumor ke jaringan sekitarnya. Pemeriksaan dalam merekam objek 3 dimensi (3D) menjadi
imejing menyajikan informasi kondisi biologis dan citra 2 dimensi (2D),30 sehingga citra radiograf
komposisi fisis lesi oral. Meskipun karakteristik konvensional umumnya mengalami perbesaran
citra tumor kadang non-spesifik, namun perpaduan citra (magnifikasi), distorsi, dan superimposisi yang
temuan imejing dengan riwayat klinis pasien pada dapat menimbulkan kekeliruan interpretasi.31,32
beberapa kasus tumor oral dapat digunakan untuk Untuk mendapatkan akurasi citra diagnostik
menentukan diagnosis diferensial, bahkan dapat yang lebih baik, saat ini telah dikembangkan
digunakan untuk menegakkan diagnosis akhir.26,27 teknologi radiografi 3D berupa pemeriksaan CT,
Selain itu, imejing diperlukan oleh klinisi untuk CBCT, dan MRI.33 Selain menghasilkan radiograf,
menentukan stadium klinis, menentukan area yang teknologi radiografi 3D juga mampu menghasilkan
paling tepat pada prosedur biopsi, dan membantu tomograf, yaitu citra yang menggambarkan kondisi
menentukan jenis perawatan yang paling tepat bagi objek pada penampang (section) atau potongan
pasien.28 Kemampuan radiolog mendeteksi kanker (slice) tertentu.34 Aplikasi radiografi 3D di bidang
oral dan menentukan tingkat metastase kanker oral kedokteran gigi dipicu oleh perkembangan implan
pada limfonodi servikalis sangat penting, karena gigi. Pemasangan implant gigi memerlukan informasi
diagnosis yang tepat akan menentukan jenis terapi yang akurat mengenai kondisi tulang rahang dari
yang paling efektif bagi pasien, yang selanjutnya sisi buko-lingual.35 Informasi struktur anatomi
dapat meningkatkan prognosis dan survival rate dari aspek buko-lingual dan labio-lingual tersebut
penderitanya.29 Berikut paparan mengenai beberapa diperoleh dengan mengamati tomograf aksial yang
modalitas imejing yang sering digunakan pada tegak lurus dengan aksis gigi geligi.36 Hal tersebut
pemeriksaan kanker oral disertai dengan prinsip tidak didapatkan pada pemeriksaan radiografi
interpretasi radiografinya. panoramik ataupun radiografi intraoral. Radiografi
panoramik masih merupakan pilihan utama pada
Modalitas Imejing Sinar X pemeriksaan tumor di area oral dan maksilofasial,
Teknologi imejing sinar X yang banyak dipergunakan meskipun gambaran radiograf panoramik memiliki
pada praktek dokter gigi berupa radiografi keterbatasan informasi hanya secara 2D. Radiografi
konvensional (terdiri dari teknik intraoral dan panoramik relatif murah serta modalitasnya banyak
ektraoral), CT scan, dan CBCT. Radiografi sinar X tersedia, sedangkan ketersediaan alat CT ataupun
dapat mencitrakan kondisi jaringan keras dengan CBCT bagi praktisi kedokteran gigi masih terbatas,
baik, namun kurang ideal untuk mencitrakan kondisi terutama di negara berkembang.37,38
jaringan lunak. Teknologi USG, MRI, PET maupun Teknologi CT diterapkan pada praktek
SPECT mampu mencitrakan kondisi jaringan kedokteran gigi sejak tahun 1990-an. Terkait
lunak dengan baik. Namun demikian pemeriksaan dengan paparan radiasi yang relatif tinggi, maka
menggunakan modalitas tersebut memerlukan penggunaan CT pada praktek kedokteran gigi
biaya tinggi. Di sisi lain modalitas tersebut belum mulai digantikan oleh teknologi cone beam
banyak tersedia di negara berkembang,29 termasuk computed tomography (CBCT).31 Mesin CBCT

3
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. April 2018; 4(1): 1 - 14
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

berukuran lebih kecil dan lebih murah dibandingkan maupun oklusal) cukup efektif digunakan untuk
dengan mesin CT konvensional.33 Radiografi mengkonfirmasi invasi kanker yang berukuran relatif
CBCT merupakan teknik pencitraan digital yang kecil pada tulang rahang. Radiografi konvensional
menggunakan paparan sinar X berbentuk kerucut kurang ideal untuk mengkonfirmasi perluasan tumor
untuk memperoleh informasi objek dalam bentuk berukuran besar yang disertai dengan keterlibatan
citra 3 dimensi.39 Bentuk dan ukuran mesin CBCT jaringan lunak disekitarnya.
mirip dengan mesin panoramik.33 Sumber radiasi Secara umum, lesi maligna pada radiograf dapat
dan detektor mesin CBCT berputar mengelilingi dibedakan dengan lesi benigna dari gambaran tepi
kepala pasien menyerupai radiografi panoramik lesinya. Tepi lesi yang berbatas jelas dan tegas
untuk menangkap citra objek pada field of view (well defined) umumnya merupakan lesi benigna,
(FOV). Data yang didapat pada pemeriksaan CBCT sedangkan lesi yang berbatas tidak jelas (ill defined)
diolah menggunakan perangkat lunak, sehingga menunjukkan potensi malignansi. Batas lesi yang
klinisi dapat mengamati kondisi pasien secara jelas dapat berbentuk punched-out (menyerupai
3 dimensi. Dengan menggunakan CBCT, klinisi lubang perforasi), tepi lesi terkortifikasi (berupa area
juga mendapatkan informasi kondisi pasien pada radiopak tipis) pada kista atau tumor benigna yang
tomograf aksial, koronal, sagital,39 cross sectional, berkembang secara lambat, tepi sklerotik (berupa
maupun longitudinal (Gambar 1). area radiopak meluas dengan lebar yang tidak
Pemeriksaan imejing tumor dan kanker oral merata), serta tepi radiolusen pada tumor yang
umumnya diawali dengan pemeriksaan radiografi dikelilingi kapsul jaringan lunak (odontoma dan
konvensional, terutama pada kasus masa jaringan sementoma). Lesi maligna umumnya berkembang
lunak yang letaknya superfisial.26 Radiografi sangat cepat dan destruktif. Secara radiografis,
konvensional yang paling banyak dipergunakan lesi maligna menunjukkan tepi tidak tegas dan
untuk mencitrakan tumor dan kanker oral adalah invasif berupa area radiolusen yang meluas ke arah
radiografi intraoral dan radiografi panoramik tulang trabekula yang sehat dengan pola finger-
(orthopantomography/OPG).40 Meskipun citra like atau bay-type. Osteosarkoma dan metastase
radiograf konvensional mengalami superimposisi kanker pada area orofasial dapat menstimulasi
dengan struktur anatomi sekitarnya, radiograf pembentukan spikula-spikula tipis pada tulang
panoramik dan radiograf intraoral (periapikal yang tampak sebagai gambaran hair-on-end atau

Gambar 1. Citra CBCT menunjukkan anatomi normal soket gigi 48 pada penampang longitudinal (A),
potongan aksial (B) dan cross sectional (C), serta dilengkapi dengan rekonstruksi citra 3D (D) dan citra
panoramic view (E) (Sumber: RSGM Prof Soedomo FKG UGM)

4
Widyaningrum, dkk. : Imejing diagnostik kanker ...

Gambar 2. Lesi maligna pada area ramus mandibula dekstra yang tampak pada radiograf
panoramik. Lesi menunjukkan gambaran sunburst dengan tepi tidak tegas dan invasif kearah
trabekula tulang yang sehat, disertai ekspansi dan kerusakan tulang kortikal pada sisi lateral
(Sumber: RSGM Prof Soedomo FKG UGM)

sunburst seperti tampak pada Gambar 2. Selain dengan jaringan sehat disekitarnya (Gambar 3 dan
itu, lesi maligna dapat pula berupa gambaran onion Gambar 4). Lesi KSS berkembang progresif dan
skin-like yang menunjukkan reaksi periosteal yang destruktif pada tulang alveolar, sehingga gambaran
disertai dengan inflamasi.23 radiografi gigi yang terlibat lesi KSS sering tampak
‘mengapung’ (floating teeth) di atas masa jaringan
lunak tumor yang radiolusen.23
Citra CT scan merepresentasikan kepadatan
jaringan yang dicitrakan. Tingkat kecerahan citra
CT scan sebanding dengan tingkat atenuasi sinar
X dan dinyatakan dengan CT number yang dikenal
juga dengan istilah Hounsfield Units (HU). Rentang
CT number antara -1000 (yang ditunjukkan oleh
citra gas/udara) sampai dengan +1000 HU (pada
citra tulang kortikal), sedangkan material yang
memiliki HU dengan nilai 0 adalah air. Representasi
Gambar 3. Citra aksial pada contrast-enhanced CT (CECT)
pada CT scan, udara tampak sangat hipodens
yang menunjukkan gambaran KSS pada dasar mulut. Lesi KSS
tampak sebagai masa dengan pheripheral enhancement yang (hitam), sedangkan tulang tampak hiperdens (putih)
ditunjukkan dengan tanda panah41 karena memiliki CT number +150 hingga +1000.
Mata manusia hanya mampu membedakan tingkat
Karsinoma sel skuamosa (KSS) merupakan keabuan hingga 40 macam, sehingga CT number
tumor ganas rongga mulut yang berkembang dari sangat bermanfaat untuk menentukan jenis jaringan
epitel terluar mukosa oral. Secara umum, KSS yang tampak pada CT scan.23
menunjukkan invasi dari superfisial ke arah tulang Lesi-lesi pre-malignansi dan kondisi displasia
mandibula. Seperti lesi maligna pada umumnya, dalam rongga mulut umumnya sangat superfisial
KSS menunjukkan tepi lesi yang tidak jelas, namun dan tidak terdeteksi pada pemeriksaan imejing
pada beberapa kasus KSS juga ditemukan sebagai diagnostik.41 Keakuratan imejing diagnostik
lesi dengan batas tegas (well defined). Menurut tumor dan kanker pada CBCT ditentukan oleh
Rumboldt dkk. (2006),41 gambaran KSS pada resolusi spasial mesin CBCT yang dipergunakan
contrast-enhanced CT (CECT) tampak sebagai untuk mencitrakan pasien. Mesin CBCT dengan
masa jaringan lunak oral yang tampak berbeda resolusi yang rendah memiliki keterbatasan untuk

5
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. April 2018; 4(1): 1 - 14
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

Gambar 4. Gambaran tumor lidah pada CT scan. Pada tomograf potongan aksial (a) massa tumor tampak hiperdens
mengisi rongga mulut bagian belakang. Pada potongan sagital (b) dan potongan koronal (c), masa tumor tampak
melekat pada pangkal lidah, bentuk tidak teratur, dengan ukuran cukup besar (Sumber: RS UGM).

mencitrakan tumor dengan ukuran kecil. Selain Jaringan dengan kandungan lemak tinggi pada
itu, artefak tumpatan gigi pada citra CBCT dan CT sekuen T1-weighted tampak terang (hyperintense),
dapat bersuperimposisi dengan tulang alveolar, sedangkan jaringan dengan kandungan air tinggi
sehingga mengganggu interpretasi kanker yang tampak gelap (hypointense). Citra T1-weighted
berinfiltrasi pada tulang alveolar. Gambaran kanker umumnya dipergunakan untuk mengetahui kondisi
mukosa oral yang invasif ke tulang rahang pada anatomi tubuh.23 Sekuen lain pada MRI berupa
CBCT juga sulit dibedakan dengan erosi lokal T2-weighted. Pada citra T2-weighted, jaringan
akibat penyakit periodontal,42 namun beberapa dengan kandungan air tinggi tampak hyperintense,
penelitian menunjukkan bahwa akurasi CBCT untuk dan jaringan dengan kandungan lemak tinggi
mencitrakan tumor jaringan lunak setara dengan tampak hypointense. Citra T2-weighted umumnya
CT, MRI, maupun bone scintigraphy.42 Keunggulan dipergunakan untuk mengidentifikasi kondisi
CBCT lainnya adalah paparan radiasi dan biayanya patologi. Jaringan patologi umumnya disertai
lebih rendah dibandingkan dengan pemeriksaan inflamasi dengan kandungan air lebih banyak
CT,40 serta operasional alatnya lebih mudah.42 dibandingkan dengan jaringan sehat di sekitarnya,
sehingga tampak hypointense pada citra T1-
Magnetic Resonance Imaging (MRI) weighted, namun tampak hyperintense pada citra
Pemeriksaan medis menggunakan MRI dimulai pada T2-weighted.23
tahun 1980-an.23 Keunggulan utama MRI antara lain Gambaran tumor pada MRI sangat variatif,
tidak menggunakan radiasi pengion serta sangat tergantung jenis sekuen yang digunakan.
baik dalam menyajikan citra jaringan lunak.19,34 Pengamatan menggunakan beberapa sekuen
Prinsip kerja MRI adalah dengan memanfaatkan MRI bertujuan untuk membedakan jaringan yang
perubahan arah proton suatu partikel inti atom mengalami malignansi dengan jaringan di sekitarnya
dengan muatan positif dalam medan magnet. Atom yang sehat. Nekrosis tumor dengan kandungan air
paling sederhana dalam tubuh adalah hidrogen, yang yang tinggi akan tampak hypointense pada citra
memiliki 1 proton dalam intinya dan 1 elektron pada T1-weighted dan tampak hyperintense pada citra
orbitnya. Sinyal yang dihasilkan dari proton hidrogen T2-weighted.42 Secara umum, tumor jaringan lunak
tersebut yang dimanfaatkan untuk membentuk citra tampak isointense (menunjukkan sinyal yang sama)
MRI. Citra MRI menyerupai tomograf pada CT,34 dengan jaringan sehat pada citra T1-weighted dan
namun cara menginterpretasikan citra MRI berbeda tampak isointense atau hyperintense pada citra T2-
dengan radiograf ataupun tomograf pada CT dan weighted. Untuk memperjelas area tumor jaringan
CBCT. Pemeriksaan MRI umumnya menggunakan lunak pada citra MRI, umumnya digunakan media
beberapa sekuen untuk mendapatkan citra yang kontras gadolinium. Penggunaan media kontras
menyajikan informasi mengenai kondisi tubuh. memberikan informasi yang lebih akurat mengenai

6
Widyaningrum, dkk. : Imejing diagnostik kanker ...

Gambar 5. Metastase kanker oral disertai nekrosis sentral pada limfonodi servikal yang tidak terdeteksi secara klinis tetapi
tampak jelas berbentuk membulat dengan tepi hiperdens dan hipodensitas di tengah lesi pada citra contrast enhanced CT (a)
dan CT scan (b). Hasil pemeriksaan MRI (c) menunjukkan gambaran limfonodi berbentuk membulat dengan struktur internal
hypointense, sedangkan pada sonogram (d) limfonodi submentalis tampak hypoechoic di bagian tengah disertai distorsi
hilum.29,44

Gambar 6. Hasil pemeriksaan histopatologis tumor lidah (a), gambaran ketebalan tumor lidah dari pasien yang sama pada
citra USG (b) dan MRI (c)45

kondisi tumor jaringan lunak, namun media kontras sedangkan CBCT tidak dapat digunakan untuk
merupakan kontra indikasi bagi pasien yang pemeriksaan tersebut.29,42
mengalami gangguan fungsi ginjal.42 Metastase kanker oral pada limfonodi
Tulang tampak hypointense pada citra servikalis ditunjukkan dengan perubahan ukuran,
MRI dengan T1- maupun T2-weighted. Apabila bentuk, densitas, perluasan tumor hingga area
gambaran hypointense pada area kortek tulang ekstrakapsular, serta abnormalitas struktur internal
sudah tidak tampak pada area yang berdekatan nodus limfatikus yang menunjukkan nekrosis
dengan lokasi tumor jaringan lunak, maka tumor internal. Gambaran metastase kanker oral pada
tersebut telah berkembang secara invasif ke area nodus limfatikus servikalis dapat diamati dengan
tulang kortikal. Metastase dan perkembangan tumor baik menggunakan CECT, MRI, maupun USG
pada area tulang trabekula menunjukkan gambaran (Gambar 5). Namun pada kondisi karsinoma sel
hypointense pada T1 yang diikuti dengan gambaran skuamosa dengan diferensiasi rendah, metastase
hyperintense pada T2, atau tampak sebagai pada limfonodi masih sulit terdeteksi menggunakan
peningkatan konsentrasi media kontras pada area CECT karena belum menunjukkan gambaran
tersebut.42 nekrosis sentral dalam nodus limfatikus.29
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Modalitas MRI juga dapat digunakan untuk
pemeriksaan MRI lebih unggul dalam mencitrakan menentukan kedalaman atau ketebalan kanker lidah
tumor jaringan lunak dibandingkan dengan CT, (Gambar 6c), namun MRI tidak dapat mendeteksi
CBCT, dan USG.26,43 Pemeriksaan MRI dan kanker lidah dengan ketebalan kurang dari 5,0
CECT merupakan metode imejing yang paling mm. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
sering digunakan untuk memastikan ada tidaknya ketebalan kanker lidah berkorelasi positif dengan
penyebaran kanker oral pada limfonodi servikalis, resiko metastase limfonodi servikalis43,45 dan resiko

7
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. April 2018; 4(1): 1 - 14
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

rekurensi tumor primer.43 Semakin tebal tumor primer digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
pada lidah, maka semakin tinggi resiko ditemukannya jenis tumor (solid atau kistik), ukuran, jumlah,
metastase pada limfonodi servikalis.43,45 Tumor vaskularitas (menggunakan USG color atau power
dengan ketebalan dibawah 3 mm memiliki insidensi Doppler), lokasi, serta hubungan anatomis tumor
rekurensi lokal-regional yang rendah dan tingkat mukosa oral dengan struktur di sekitar tumor. Hasil
kesembuhan pada kondisi tersebut masih sangat pemeriksaan USG tersebut selanjutnya dapat
baik. Sebaliknya, tumor dengan ketebalan lebih dari digunakan sebagai pertimbangan apakah pasien
9 mm memiliki probabilitas rekurensi sebesar 24%, memerlukan biopsi atau pemeriksaan imejing
dan tingkat bertahan hidup selama 5 tahun pada diagnostik lain untuk mendapatkan informasi yang
kondisi tersebut hanya 66%.41 lebih detail mengenai kondisi patologi pasien.
Modalitas MRI tidak menggunakan radiasi Ultrasonografi intraoral dapat digunakan untuk
pengion dan tidak berpotensi merusak sel-sel mengukur kedalaman atau ketebalan kanker pada
tubuh,19 namun pasien yang memiliki implan logam lidah45,46 (Gambar 6) yang berkaitan dengan resiko
dan penderita klaustrofobia tidak dapat menjalani metastase dan rekurensi kanker lidah.43,45 Modalitas
pemeriksaan MRI. Disamping itu, gerakan pasien USG juga dapat dipergunakan untuk pemeriksaan
saat pemeriksaan MRI akan menghasilkan artefak limfonodi servikal, lesi subkutan, tumor benigna
yang mengganggu proses interpretasi.42 maupun maligna,46 serta pemeriksaan glandula
dan duktus salivarius.47 Meskipun citra USG
Ultrasonografi (USG) memiliki resolusi tinggi, namun USG memiliki
Ultrasonografi merupakan prosedur pemeriksaan kontras yang rendah sehingga kurang jelas untuk
dengan menggunakan gelombang suara frekuensi menggambarkan tepian mekanis dari objek yang
tinggi (ultrasonik) yang dirambatkan masuk ke dicitrakan.48
dalam tubuh sehingga gelombang ultrasonik Kanker pada lidah dan mukosa bukal tampak
tersebut memantul dan menghasilkan echo setelah hypoechoic (gelap) pada citra USG, tumor
menumbuk organ internal tubuh. Pola echo sinyal benigna berupa ameloblastoma pada tulang
ultrasonik tersebut ditangkap oleh transducer dan rahang akan tampak sebagai lesi hyperechoic
dipergunakan untuk membentuk citra jaringan tubuh (terang), sedangkan tumor benigna berupa fibrous
yang tampak pada monitor dan dikenal dengan dysplasia pada tulang rahang akan menunjukkan
istilah sonogram.46 pola echo yang heterogen.46 Penderita KSS
USG merupakan pemeriksaan radiografi non yang secara klinis menunjukkan adanya ulkus
pengion yang aman dan tidak menghasilkan radiasi, superfisial pada gingivobukal sebaiknya langsung
sehingga pemeriksaan USG dapat dilakukan secara diperiksa menggunakan USG untuk memastikan
berulang sesuai kebutuhan diagnostik, tanpa ada tidaknya metastase pada limfonodi servikal.49
memberikan efek samping bagi pasien. Disamping Kondisi metastase pada limfonodi servikalis pada
itu, pemeriksaan USG pada rongga mulut bersifat sonogram umumnya menunjukkan diameter
non-invasif, biayanya relatif terjangkau,26 serta ≥10 mm, namun demikian ukuran lesi tanpa
citranya tidak terpengaruh oleh artefak metal yang didukung oleh tanda-tanda lain tidak dapat
berasal dari restorasi gigi.46 Namun demikian digunakan sebagai penentu adanya metastase.
radiolog kedokteran gigi belum banyak yang Nodus limfatikus yang mengalami metastase
terampil menggunakan USG pada pemeriksaan menunjukkan hipoechogenitas sentral, distorsi
penyakit oral,46 khususnya di Indonesia. pada hilum, perluasan ekstrakapsular dengan
Sebagaimana MRI, pemeriksaan USG juga gambaran nekrosis dengan tepi ireguler.44 Deteksi
dapat mencitrakan kondisi jaringan lunak rongga metastase kanker oral pada limfonodi servikal
mulut dengan baik.46 Ultrasonografi sangat tepat menggunakan USG menunjukkan hasil yang lebih
dipergunakan pada pemeriksaan triase dan baik dibandingkan dengan pemeriksaan palpasi.50
screening tumor jaringan lunak.26 Sonogram dapat Apabila dibandingkan dengan hasil pemeriksaan

8
Widyaningrum, dkk. : Imejing diagnostik kanker ...

histopatologis, deteksi metastase pada limfonodi Indonesia, sehingga pemeriksaan pertama terhadap
servikalis menggunakan USG menunjukkan nilai kecurigaan kanker oral di Indonesia masih didominasi
diagnostik cukup baik, dengan sensitivitas 86% dengan penggunaan radiografi konvensional dan
dan spesifisitas 73%.51 Pemeriksaan lesi intraoral CBCT. Setiap modalitas imejing memiliki sejumlah
menggunakan USG memerlukan probe khusus keunggulan dan kelemahan. Modalitas imejing
yang terbuat dari transducer linier berfrekuensi sinar X berupa radiografi konvensional, CT, CBCT
tinggi (high resolution linear transducer) dengan dan PET memiliki keterbatasan akumulasi radiasi
frekuensi 7-18 MHz26,44 untuk menghasilkan citra pengion yang membahayakan tubuh manusia,
dengan resolusi tinggi,45,47 meskipun frekuensi yang sehingga penggunaannya harus memenuhi prinsip
digunakan pada probe USG intraoral tetap lebih proteksi radiasi.53,54 Modalitas pencitraan MRI dan
rendah dibandingkan dengan USG konvensional.47 USG tidak menghasilkan radiasi pengion dan tidak
Malignansi pada jaringan lunak umumnya berukuran merusak sel, namun demikian MRI memerlukan
>5 cm, berkembang dengan cepat (rapid growth), medan magnet yang sangat kuat karena prinsip
lokasinya dalam, dan menunjukkan gambaran kerjanya menggunakan resonansi magnetik, oleh
vaskularisasi tipe chaotic pada USG Doppler. karena itu peralatan medis yang dipergunakan
Meskipun prosedur USG relatif mudah dan nyaman oleh pasien pada pemeriksaan MRI harus terbuat
bagi pasien, namun interpretasi citra USG sangat dari bahan yang tidak berinteraksi dengan medan
dipengaruhi oleh kemampuan dan pengalaman magnet.53 Benda-benda logam atau material lain
radiolog.26 Di Indonesia, pemeriksaan USG belum yang dapat berintereaksi dengan medan magnet
banyak dipergunakan pada praktek kedokteran harus dijauhkan dari ruang pemeriksaan MRI
gigi. karena dapat membahayakan pasien dan operator.
Pemeriksaan CT sangat sensitif mendeteksi invasi
PEMBAHASAN kanker oral pada tulang kortikal, sedangkan MRI
Dari berbagai teknik imejing yang saat ini tersedia, lebih unggul untuk evaluasi invasi pada sumsum
MRI dan CECT merupakan metode yang paling tulang dan deteksi keterlibatan perineural.41,47,49
banyak dipergunakan untuk menentukan stadium Korteks tulang memiliki sifat hiperatenuatif,
kanker di area leher dan kepala, sekaligus untuk sehingga gambaran invasi kanker pada tulang
menetapkan rencana perawatan yang paling tepat kortikal akan tampak sebagai gambaran erosi atau
bagi pasien. Metode MRI dan CECT dapat digunakan diskontinyuitas tepian tulang, yang tampak sangat
untuk memperoleh informasi mengenai luas tumor jelas dan mudah diamati pada citra CT41 maupun
primer, infiltrasi kanker pada pembuluh darah, dan radiograf konvensional.
metastase pada limfonodi.41,52 Jika dibandingkan Mayoritas kanker oral merupakan karsinoma
dengan teknik imejing diagnostik lainnya, CECT dan sel skuamosa yang berkembang dari mutasi
MRI lebih unggul untuk menvisualisasikan jaringan keratinosit.8 Keratinosit terletak pada epitel mukosa
lunak.41,49,52 Dibandingkan dengan CECT, MRI oral, sehingga kanker oral umumnya berkembang
memiliki keunggulan karena tidak menghasilkan dari arah superfisial dan menyebar ke jaringan-
radiasi apapun bagi pasien, sehingga prosedur jaringan di bawahnya. Kanker oral banyak
pemeriksaan MRI lebih aman dari segi biologis.52 ditemukan pada area gingivobukal rahang bawah
Dari segi waktu pemeriksaan, prosedur MRI (dikenal sebagai ‘Indian oral cancer’ yang terkait
lebih lama jika dibandingkan dengan CT ataupun dengan kebiasaan mengunyah tembakau), area
modalitas imejing lainnya.41 Menurut Law dkk. trigonum retromolar, lidah, dan dasar mulut.47,49
(2011),47 akuisisi citra CT paling cepat dibandingkan Kanker oral yang berlokasi di dasar mulut sulit
teknik radiografi lainnya, sehingga CT sering diperiksa menggunakan CT karena sering kali
dipergunakan sebagai modalitas yang pertama kali mengalami superimposisi dengan tulang mandibula
digunakan pada pemeriksaan tumor dan kanker. di bawahnya yang hiperdense. Sama halnya
Modalitas CT maupun MRI belum banyak tersedia di dengan CT, kanker tampak isointense dengan dasar

9
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. April 2018; 4(1): 1 - 14
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

mulut dan muskulus lidah pada citra T1-weighted, kanker oral ditentukan berdasarkan stadiumnya.
sehingga sulit terdeteksi menggunakan MRI.41 Jalur Kanker oral stadium awal (stadium I dan II (T1-T2,
penyebaran kanker oral perlu diketahui oleh radiolog. N0)) umumnya dirawat dengan salah satu tindakan
Kanker oral memiliki kecenderungan menyebar berupa pembedahan atau radioterapi pada tumor
hingga submukosa dengan invasi secara langsung primer, sedangkan perawatan kanker oral pada
ke struktur-struktur di bawahnya, menyebar melalui stadium lanjut (stadium III dan IV) berupa kombinasi
perineural, maupun metastase melalui limfonodi.47 tindakan bedah, radioterapi, dan kemoterapi pada
Kanker di trigonum retromolar umumnya berupa tumor primer dan metastasenya di leher.49 Imejing
tumor primer ataupun tumor sekunder yang berasal berperan penting untuk menentukan karakter dan
dari tonsil dan dasar lidah. Kanker oral di trigonum stadium tumor jaringan lunak di area leher dan
retromolar bersifat invasif ke arah mandibula, kepala. Pemeriksaan klinis tanpa ditunjang dengan
nervus alveolaris inferior, dan dapat menyebar ke pemeriksaan imejing tidak dapat digunakan untuk
posterior melalui raphae pterygomandibular. Tumor memastikan ada tidaknya metastase di limfonodi
yang telah mencapai raphae pterygomandibular servikal. Pasien yang tidak menunjukkan adanya
selanjutnya akan menyebar dengan arah multipel metastase limfonodi servikal pada pemeriksaan
menuju buccal space dan orofaring.47 klinis (N0), setelah menjalani pemeriksaan
Penetapan stadium kanker oral mengikuti histopatologis dan pemeriksaan imejing justru
sistem TNM, mengacu pada Tabel 1. Radiolog sering menunjukkan adanya metastase pada organ
terutama radiolog kedokteran gigi harus mampu tersebut (N1).29
mendeteksi stadium T dan N pada kasus kanker Gambaran metastase kanker pada limfonodi
oral, agar dapat memberikan informasi yang tepat servikal sangat penting pada penetapan stadium
bagi klinisi.9,29,42,49 Prognosis dan rencana perawatan kanker oral. Limfonodi berukuran 5 mm dengan

Tabel 1. Klasifikasi TNM berdasarkan The 7th edition of AJCC (American Joint Committee on Cancer) 2010 dan modifikasi IARC
(International Agency for Research on Cancer)9,49

Tumor Nodus Limfatikus Metastase


(Stadium T) (Stadium N) (Stadium M)
TX – tumor primer tidak dapat ditentukan NX – tidak dapat ditentukan M0 – tidak ada metastase
T0 – tidak ada tumor primer N0 – tidak ada metastase pada limfonodi M1 – ada metastase
Tis – carcinoma in situ N1 – limfonodi ipsilateral tunggal, <3 cm
T1 - ≤2 cm (dimensi terbesarnya) N2a – limfonodi ipsilateral tunggal, 3-6 cm
T2 – 2 sd 4 cm (dimensi terbesarnya) N2b - limfonodi ipsilateral multipel, ≤6 cm
T3 - >4 cm (dimensi terbesarnya) N2c – limfonodi bilateral atau kontralateral,
T4a – Tahap lanjut moderat: ≤6 cm
Rongga mulut – invasi tulang kortikal, otot lidah, N3 – limfonodi >6 cm
sinus maksilaris, dan/atau kulit wajah
Bibir – invasi ke tulang kortikal, nervus alveolaris
inferior, dasar mulut, dan kulit hidung/wajah
T4b – tahap sangat lanjut:
Keterlibatan masticator space, basis kranii, arteri
karotid interna
Penetapan Stadium Klinis
0 Tis N0
I T1 N0
II T2 N0
III T3, T2 atau T1 N1
T4a N0 atau N1
IV A
T1, T2 atau T3 N2
T pada semua stadium N3
IV B
T4b N pada semua stadium
IV C T pada semua stadium N pada semua stadium

10
Widyaningrum, dkk. : Imejing diagnostik kanker ...

gambaran nekrosis sentral dapat dipastikan sebagai pada pemeriksaan CT yang disertai dengan
kondisi metastase. Selain itu, metastase pada penggunaan contrast agent. Modalitas sinar X
limfonodi umumnya ditandai dengan perluasan menggunakan sumber pencitraan berupa radiasi
ekstrakapsular berupa gambaran tepi yang tajam ionisasi yang berpotensi merusak sel. Modalitas
(spiky), tepi ireguler, lemak di sekitar nodus tampak yang tidak menghasilkan radiasi ionisasi berupa
rusak/pecah, penebalan fascia di bawah nodus, USG dan MRI sangat baik untuk mencitrakan tumor
dan jaringan di bawah nodus tampak mengalami pada jaringan lunak, namun modalitas-modalitas
invasi. nodus yang mengalami metastase pada citra tersebut belum banyak tersedia di Indonesia.
MRI akan tetap tampak hyperintense pada citra T2-
weighted gradient echo dengan kontras.41 Penelitian KESIMPULAN
terdahulu44 menunjukkan bahwa pemeriksaan USG Imejing diagnostik merupakan bagian dari protokol
yang dikombinasikan dengan CT memberikan hasil diagnosis dan perawatan pasien kanker oral.
terbaik pada pemeriksaan metastase limfonodi Pengetahuan mengenai gambaran kanker oral
servikal. menggunakan berbagai modalitas imejing sangat
Mayoritas pasien kanker oral datang ke diperlukan oleh dokter gigi dan radiolog terutama
dokter setelah mencapai stadium lanjut, sehingga radiolog kedokteran gigi, meskipun ketersediaan
harapan untuk sembuh bagi penderita kanker oral alat imejing modern di Indonesia masih terbatas.
masih rendah. Lesi-lesi kanker oral pada tahap Pemilihan jenis imejing pada kasus kanker oral
awal umumnya asimtomatik, sehingga kerap perlu disesuaikan dengan kondisi klinis pasien,
diabaikan.1,55 Pasien baru memeriksakan diri ketersediaan modalitas imejing, dan kemampuan
ketika tumor sudah berukuran besar, dirasakan ekonomi pasien. Imejing diagnostik diperlukan
mengganggu penampilan, atau merasa sakit dan untuk membantu penegakkan diagnosis tumor dan
terganggu dengan kondisi tumor dalam rongga kanker oral secara akurat. Diagnosis yang akurat
mulutnya. Kasus kanker oral yang terdeteksi mengarah pada perawatan yang tepat dan adekuat,
pada tahap awal jumlahnya masih sangat sedikit,8 sehingga kesembuhan dan harapan bertahan hidup
sehingga deteksi kanker oral pada stadium seawal bagi pasien kanker oral dapat ditingkatkan.
mungkin merupakan idealisme yang harus segera
terwujud. Masa jaringan lunak yang terletak lebih DAFTAR PUSTAKA
dalam dari fascia, terasa sakit, berkembang cepat,
1. Thomson P. Oral precancer: diagnosis and
dan berukuran lebih dari 5 mm dapat dicurigai
management of potentially malignant disorders.
sebagai lesi berpotensi malignansi. Sebaiknya
1st ed. Thomson P, editor. West Sussex, UK:
pasien pada kondisi tersebut segera dirujuk untuk
John Wiler&Sons; 2012.
menjalani pemeriksaan imejing diagnostik.26
2. Waal IVD. Are we able to reduce the mortality and
Modalitas sinar X cukup baik untuk mencitrakan
morbidity of oral cancer: some considerations.
tumor pada jaringan keras, namun kurang ideal
Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2013; 18(1):
untuk mencitrakan tumor jaringan lunak. Meskipun
33-37.
biaya pemeriksaan radiografi konvensional dan
CBCT relatif lebih terjangkau dibandingkan 3. Rao SVK, Mejia G, Roberts TK, Logan R.
dengan modalitas imejing lainnya, namun Epidemiology of oral cancer in Asia in the past
pemeriksaan tersebut tidak dapat dipergunakan decade - an update (2000-2012). Asian Pacific
untuk pemeriksaan kanker dengan ukuran besar, J Cancer Prev. 2013; 14(10): 5567 – 5577.
serta tidak dapat dipergunakan untuk memastikan 4. Fedele S. Diagnostic aids in the screening of
metastase kanker oral pada limfonodi servikalis. oral cancer. Head Neck Oncol. 2009; 6: 1 – 6.
Modalitas CT menampilkan citra secara lebih detail 5. Ye X, Zhang J, Tan Y, Chen G, Zhou G. Meta-
dibandingkan modalitas sinar X lainnya, terutama analysis of two computer-assisted screening

11
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. April 2018; 4(1): 1 - 14
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

methods for diagnosing oral precancer and 16. Sirait AM. Faktor risiko tumor/kanker rongga
cancer. Oral Oncol. 2015; 51(11): 966 – 975. mulut dan tenggorokan di Indonesia (Analisis
6. Cekanova M, Rathore K. Animal models and Riskesdas 2007). Media Litbangkes. 2013;
therapeutic molecular targets of cancer: utility 23(3): 122 – 129.
and limitations. Drug Des Devel Ther. 2014; 8: 17. Zhao J, Wang Z, Han J, Qiu X, Pan J, Chen
1911 – 1922. J. Increased frequency of CD4+ CD25+
7. Torske KR. Malignant lessions of the oral cavity. FOXP3+ cells correlates with the progression
In: Werning JW, editor. Oral Cancer: Diagnosis, of 4-nitroquinoline1-oxide-induced rat tongue
Management, and Rehabilitation. New York: carcinogenesis. Clin Oral Investig. 2014; 18(7):
Thieme Medical Publisher; 2007. 18 – 30. 1725 – 1730.

8. Scully C, Bagan J. Oral squamous cell carcinoma 18. Pavlova I, Williams M, El-Naggar A, Richards-
overview. Oral Oncol. 2009; 45: 301 – 308. kortum R, Gillenwater A. Understanding the
biological basis of autofluorescence imaging
9. Rivera C. Essentials of oral cancer. Int J Clin
for oral cancer detection: high-resolution
Exp Pathol. 2015; 8(9): 11884 – 11894.
fluorescence microscopy in viable tissue. Clin
10. WHO. Control of oral cancer in developing
Cancer Res. 2008; 14(8): 2396 – 2404.
countries: a WHO meeting. Bull World Health
19. de Paiva RR, Figueiredo PT de S, Leite AF,
Organ. 1984; 62(6): 817 – 830.
Silva MAG, Guerra ENS. Oral cancer staging
11. Wimardhani YS, Walker DM, Gibbins JR, Veness
established by magnetic resonance imaging.
MJ, Morga GJ, Kalnins II. Prediktor rekurensi
Braz Oral Res. 2011; 25(6): 512 – 518.
kanker pada pasien dengan karsinoma sel
20. Perez MGS, Bagan JV, Jimenez Y, Maria M,
skuamosa di daerah kepala dan leher. Indones
Marzal C. Utility of imaging techniques in the
J Dent. 2006; Special Ed: 362 – 367.
diagnosis of oral cancer. J Cranio-Maxillo-Facial
12. Olivo M, Bhuvaneswari R, Keogh I. Advances in
Surg. 2015; 43: 1880 – 1894.
bio-optical imaging for the diagnosis of early oral
21. Arya S, Chaukar D, Pai P. Imaging in oral
cancer. Pharmaceutics. 2011; 3: 354 – 378.
cancers. Indian J Radiol Imaging. 2012; 22(3):
13. Poh CF, Macaulay CE, Laronde DM, Williams
195 – 208.
PM, Rosin MP, Thakker N. Squamous cell
22. Valluru KS, Willmann JK. Clinical photoacoustic
carcinoma and precursor lesions: diagnosis and
imaging of cancer. Ultrasonography. 2016; 35:
screening in a technical era. Periodontol 2000.
267 – 280.
2011; 57(1): 73 – 88.
23. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology:
14. Lee HS, Lee CR, Kristina Rigas N, Kim RH, Kang
principles and interpretation. 7th edition. White
MK, Park NH, Shin KH. Human papillomavirus
SC, Pharoah MJ, editors. St. Louis, Missouri:
16 (HPV16) enhances tumor growth and cancer
Elsevier Mosby; 2014.
stemness of HPV-negative oral/oropharyngeal
squamous cell carcinoma cells via miR-181 24. Law CP, Chandra RV, Hoang JK, Phal PM.
regulation. Papillomavirus Res [Internet]. 2015; Imaging the oral cavity: key concepts for the
16: 1–10. Available from: http://linkinghub. radiologist. Br J Radiol. 2011; 84: 944 – 957.
elsevier.com/retrieve/pii/S2405852115000142 25. Neville B, Day TA. Oral cancer and precancerous
15. Shin D, Vigneswaran N, Gillenwater A, Kortum lesions. CA Cancer J Clin. 2002; 52: 195 – 215.
RR. Advances in fluorescence imaging 26. Afonso PD, Mascarenhas V. Imaging techniques
techniques to detect oral cancer and its for the diagnosis of soft tissue tumors. Rep Med
precursors. Futur Oncol. doi102217fon1079. Imaging. 2015; 8: 63 – 70.
2010; 6(7): 1143 – 1154.

12
Widyaningrum, dkk. : Imejing diagnostik kanker ...

27. Razek AA, Huang BY. Soft tissue tumors of 37. Akdeniz BG, Oksan T, Kovanlikaya I, Genc I.
the head and neck: imaging-based review of Evaluation of bone height and bone density
the WHO classification. Radiographics. 2011; by computed tomography and panoramic
31(7): 1923 – 1954. radiography for implant recipient sites. J Oral
28. Manaster BJ. Soft-tissue masses: optimal Implantol. 2000; 26(2): 114 – 119.
imaging protocol and reporting. Am J 38. Zarch SH, Bagherpour A, Langaroodi AJ, Yazdi
Roentgenol. 2013; 201(3): 505 – 514. AA, Safaei A. Evaluation of the accuracy of
29. Figueiredo PTDS, Leite AF, Barra FR, Anjos panoramic radiography in linear measurements
RF, Freitas AC, Nascimento LA, Melo NS, of the jaws. Iran J Radiol. 2011; 8(2): 97 – 102.
Guerraet ENS. Contrast-enhanced CT and MRI 39. Iannucci JM, Howerton LJ. Dental Radiography:
for detecting neck metastasis of oral cancer: Principles and Techniques. 4th ed. USA:
comparison between analyses performed by Elsevier; 2012.
oral and medical radiologists. Dentomaxillofacial 40. Lestón JS, Dios PD. Diagnostic clinical aids in
Radiol. 2012; 41: 396 – 404. oral cancer. Oral Oncol. 2010; 46: 418 – 422.
30. Langland OE, Langlais RP, Preece JW. Principles 41. Rumboldt Z, Day TA, Michel M. Imaging of oral
of Dental Imaging. 2nd ed. Philadelphia: cavity cancer. Oral Oncol. 2006; 42: 854 – 865.
Lippincott Williams & Wilkins; 2002. 52
42. Linz C, Muller-Richter UD, Buck AK, Mottok A,
31. Alamri HM, Sadrameli M, Alshalhoob MA, Ritter C, Schneider P, Metzen D, Heuschmann
Sadrameli M, Alshehri MA. Applications of CBCT P, Malzahn U, Kübler AC, Herrmann K, Bluemel
in dental practice: a review of the literature. Gen C. Performance of cone beam computed
Dent. 2012; 390 – 400. tomography in comparison to conventional
32. Mudjosemedi M, Widyaningrum R, Gracea RS. imaging techniques for the detection of bone
Perbedaan hasil pengukuran horizontal pada invasion in oral cancer. Int J Oral Maxillofac
tulang mandibula dengan radiograf panoramik. Surg. 2015; 44: 8 – 15.
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. 2015; 1(1): 43. Lam P, Au-yeung KM, Wei WI, Yuen AP, Trendell-
78 – 85. smith N, Li JHC, Li R. Correlating MRI and
33. Kau CH, Richmond S. Three-dimensional histologic tumor thickness in the assessment of
imaging for orthodontics and maxillofacial oral tongue cancer. AJR. 2004; 182: 803 – 808.
surgery. Singapore: Blackwell Publishing Ltd; 44. Shetty D, Jayade BV, Joshi SK, Gopalkrishnan
2010. K. Accuracy of palpation, ultrasonography,
34. Whaites E, Drage N. Essentials of dental and computed tomography in the evaluation
radiography and radiology. 5th ed. Whaites E, of metastatic cervical lymph nodes in head
Drage N, editors. London: Churchill Livingstone and neck cancer. Indian J Dent. 2015; 6(3):
Elsevier; 2013. 121 – 124.
35. Gahleitner A, Watzek G, Imhof H. Dental CT: 45. Lodder WL, Teertstra HJ, Tan IB, Pameijer
imaging technique, anatomy, and pathologic FA, Smeele LE, Velthuysen M-LF van, et al.
conditions of the jaws. Eur Radiol. 2003; 13: Tumour thickness in oral cancer using an intra-
366 – 376. oral ultrasound probe. Eur Radiol. 2011; 21:
36. Hanazawa T, Sano T, Seki K, Okano T. Radiologic 98 – 106.
measurements of the mandible: a comparison 46. Joshi PS, Pol J, Sudesh AS. Ultrasonography –
between CT-reformatted and conventional A diagnostic modality for oral and maxillofacial
tomographic images. Clin Oral Impl res. 2004; diseases. Contemp Clin Dent. 2014; 5(3):
15: 226 – 232. 345 – 351.

13
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. April 2018; 4(1): 1 - 14
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

47. Law CP, Chandra RV, Hoang JK, Phal P. Imaging 52. de Paiva RR, Figueiredo PT de S, Leite AF,
the oral cavity: key concepts for the radiologist. Silva MAG, Guerra ENS. Oral cancer staging
Br J Radiol. 2011; 84(1006): 944 – 957. established by magnetic resonance imaging.
48. Oraevsky AA. Optoacoustic tomography of the Braz Oral Res. 2011; 25(6): 512 – 518.
breast. In: Wang L.V., editor. Photoacoustic 53. Ain K, Kurniadi D, Trisnobudi A. Studi
Imaging and Spectroscopy. USA: CRC Press; pendahuluan sistem tomografi listrik-akustik
2009. 411 – 429. untuk mendeteksi kanker paru-paru. J Oto Ktrl
49. Arya S, Chaukar D, Pai P. Imaging in oral Inst. 2011; 3(2): 47 – 55.
cancers. Indian J Radiol Imaging. 2012; 22(3): 54. Shantiningsih RR, Diba SF. Efek aplikasi patch
195 – 208. gingiva mukoadesif β-carotene akibat paparan
50. Sureshkannan P, John R. Role of ultrasound in radiografi panoramik. Majalah Kedokteran Gigi
detection of metastatic neck nodes in patients Indonesia. 2015; 1(2): 186 – 192.
with oral cancer. Indian J Dent Res. 2011; 22(3): 55. Bagan J, Sarrion G, Jimenez Y. Oral cancer :
419 – 423. clinical features. Oral Oncol. 2010; 46:
51. Dayanand SMC, Desai R, Reddy PB. Efficiency 414 – 417.
of ultrasonography in assessing cervical lymph
node metastasis in oral carcinoma. Natl J
Maxillofac Surg. 2010; 1(2): 117 – 122.

14

Anda mungkin juga menyukai