Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

PROGRAM Subjek Pengujian Kadar Bahan


Lolos No. 200
STUDI
Nama Andy Yunanto
TEKNOLOGI REKAYASA
DIPLOMA IV
NIM 972018010
JALAN DAN JEMBATAN

BAB XI
JOBSHEET 10
11.1 Tujuan
Untuk mendapatkan suatu gambaran ( Kurva Gradasi ) pembagian butir dari ukuran yang kecil
sampai besar, sehingga kita mendaptkan komposisi gabungan agregat dengan gradasi yang
sesuai.

11.2 Teori Dasar


Dalam pembuatan aspal beton yang baik dan bermutu sesuai dengan yang diinginkan,
perlu diperhitungkan jumlah pertandingan antara agregat kasar dan halus karena
dengan penempatan gradasi yang baik maka dapat meningkatkan kekuatan campuran
aspal tersebut.
Gradasi agrgat dapat dibedakan berdasarkan komposisi agrgegatnya, yaitu :
1. Dense grade, yaitu gradasi menerus
2. Uniform grade, yaitu gradasi seragam
3. Gap grade, yaitu gradasi senggang
Untuk campuran aspal beton pada lapisan permukaan, gradasi agregat yang baik
adalah Dense Grade karena memiliki celah atau rongga yang lebih sedikit, stabilitas
yang lebih tinggi serta mudah dikerjakan.
Cara efetif untuk mendapatkan agregat yang bergradasi menerus ( dense grade ),
adalah dengan cara menggabungkan beberapa macam agregat dari hasil Analisa ayak
agregat dapat dihitung jumlah masing-masing garegat untuk penggabungan dua macam
agregat atau lebih, sehingga didapat susunan butir yang sesuai dengan standar atau
spesifikasi yang dipilih.
Dalam teknologi aspal beton, yang dikatakan agregat kasar adalah agregat yang
tertahan ayakan 2,36 mm ( No.8 ), yang berfungsi sebagai pengembang volume mortar
terhadap kelelehan dan sekaligus meningkatkan stabilitas. Sedngakan yang dimaksud
dengan agregat halus adalah butiran agregat yang lolos ayakan 2,36 (No.8 ), yang
berfungsi untuk mmantapkan stabilitas dan mengurangi deformasi.. Dan pengertian dri
filler ( bahan pengisi ) adalah agregat bergradasi halus yang lolos ayakan No. 200 (
0,074 mm ) minimum 65%, maka untuk menghasilkan aspal beton yang baik,
kepadatannya harus ditingkatkan, sehingga harus diperhatikan banyaknya rongga yang
terjadi, salah satunya yang dikendalikan oleh filler.
Menurut Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 2, jenis-jenis campuran aspal beton
panas terdiri atas :
a. Latasir ( SS ) : Kelas A dan Kelas B
b. Lataston ( HRS ), terdiri dari :
 Gradasi Senjang
- WC ( Wearing Course )
- Base
 Gradasi Semi Senjang
- WC ( Wearing Course )
- Base
c. Laston ( AC / Asphalt Concrete )
 Gradasi Halus
- WC ( Wearing Course )
- BC ( Binder Course )
- Base
Dengan melakukan Analisa ayak, diharapkan agar agregat mmenuhi spesifikasi dengan
gradasi yang sesuai sehingga tujuan di atas dapat tercapai. Untuk menghitung gradasi
rapat dapat dihitung dengan rumus :

P = 100 ( d / D )n
Dimana :
P : Presentase lolos dari masing-masing saringan atau ayakan.
d : Diameter ayakan ( mm )
D : Diameter ayakan dengan diameter butiran paling besar ( mm )
n : Koefisien ( 0.35 – 0.45 )
Menurut Spesifikasi Bina Marga 2010 Divisi 6 Campuran Beraspal Panas, presentase
berat yang lolos terhadap total agregat dalam campuran sesuai dengan tabel 10.1
berikut ini :

Tabel 10.1. Presentase Berat Yang Lolos Terhadap Total Agregat Dalam Campuran

% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran


Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
Gradasi Semi
Ukuran
Ayakan Gradasi Senjang3 Senjang’ Gradasi Halus Gradasi Kasar1
linuai
Kelas A Kelas B WC Base W'C Base WC BC Base WC BC Base
37,5 100 100
25 100 90-100 100 90-100

19 100 100 100 100 100 100 100 90-100 73-90 100 90-100 73-90
12.5 90- 90-100 87- 90- 90-100 74-90 61-79 90-100 71-90 55-76
100 100 100
9,5 90-100 75-85 65-90 55-88 55-70 72-90 64-82 47-67 72-90 58-80 45-66
4,75 54-69 47-64 39,5-50 43-63 37-56 28-39,5

2,36 75-100 50 - 35 - 50-62 32-44 39,1-53 34.6-49 30,8-37 28-39.1 23-34,6 19-26,8
72’ 55’
1.13 31,6-40 28.3-38 24,1-28 19-25,6 15-22,3 12-18,1
0,600 35-60 15-35 20-45 15-35 23,1-30 20,7-28 17.6-22 13-19,1 10-16,7 7-13,6
0,300 15-35 5-35 15,5-22 13,7-20 11.4-16 9-15,5 7-13,7 5-11,4
0,150 9-15 4-13 4-10 6-13 5-11 4,5-9

0,075 10-15 8-13 6-10 2-9 6-10 4-8 4-10 4-8 3-6 4-10 4-8 3-7
11.3 Peralatan Yang Digunakan
1. Kuas

Keterangan dan Spesifikasi :


Alat untuk membersihkan sisa agregat yang menempel pada cawan ataupun ayakan pada saat
pengujian berlangsung

2. Timbangan

Keterangan dan Spesifikasi :

Timbangan ini mampu menahan beban maksimum 30 kg, dengan ketelitian 0.01
gr.
3. Ayakan

Keterangan dan Spesifikasi :


Alat yang digunakan untuk mengayak benda uji dengan susunan nomor ayakan ; 37,5
mm ; 25 mm ; 19 mm ; 12,5 mm ; 9,5 mm ; 4,75 mm ; 3,36 mm ; 1,18 mm ; 0,6 mm ;
0,3 mm ; 0,15 mm ; 0,075 mm.

4. Splitter

Keterangan dan Spesifikasi :

Alat yang terbuat dari logam dan berbentuk persegi panjang ini berfungsi untuk
membagi agregat menjadi dua bagian sama.
5. Cawan

Keterangan dan Spesifikasi :

Alat untuk menampung agregat pada saat pengujian

6. Ember

Keterangan dan Spesifikasi :

Untuk menyimpan dan mencuci agregat

7. Mesin Penggetar Ayakan

Keterangan dan Spesifikasi :

Alat untuk menggertakan sususan ayakan yang ada diatasnya sehingga diketahui
agregat yang tertahan dan lolos pada setiap ayakan.
11.4 Bahan yang akan digunakan
1. Agregat kasar ( Split dan Screen ) dengan butir mkasimum 19 mm
2. Agregat halus ( Abu batu ) dengan ukuran butir maksimum 9,5 mm
3. Bahan Filler ( Semen ) dengan ukuran butir maksimum 0,15 mm

Adapun minimum berat benda uji untuk berbagai ukuran saringan adalah sebagai
berikut :
Tabel 10.2. Minimum Berat Benda Uji Untuk Brbagai Ukuran Saringan

Ukuran Saringan Berat min. Ukuran Saringan Berat min.


(mm) (gram) (mm) (gram)

2.36 100 1.5" 15,000


4.75 500 2" 20,000
3/8" 1,000 2.5" 25,000
1/2" 2,500 3" 30,000
3/4" 5,000 4.5" 35,000
1" 10,000

11.5 Anaisa Ayak Split


1. Siapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan pembagian agregat dalam dua sampel dengan cara Riffler Sanple.

3. Mengambil dan menimbang agregay yang telah dibagi tersebut.


4. Ayak agregat menggunakan saringan standar. Pengayakan dapat dibantu dengan
menggunakan alat penggetar atau vibrator selama 10 menit.
5. Timbangan agregat yang tertahan pada setiap ayakan juga didalam pan.

6. Hitung presentase lolos dan tertahan pada masing-masing ayakan,

11.6 Analisa Ayak Screen


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Ayak Screen dengan ayakan standar secara manual dengan sususan saringan 27,5
mm ; 25 mm ; 19 mm ; 12,5 mm ; 9,5 mm ; 4.75 mm ; 3,36 mm ; 1.18 mm ; 0,6
mm ; 0,3 mm ; 0,15 mm ; 0,075 mm ; pan.

3. Setelah di ayak sampai dengan menggunakan saingan 4.75 mm timbang agregat


yang tertahan pada masing-masing saringan.
4. Screen yang lolos ayakan 4,75 mm diayak Kembali dengan ayakan 2,36 mm –
0,075 mm dengan bantuan alat agregat selama 10 menit

5. Timbang berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan dan jga yang
di dalam pan.

6. Hitung presentase lolos kumulatifnya

11.7 Analisa Ayak Abu Batu


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Lakukan Riffle sample pada abu batu

3. Ayak abu batu dengan ayakan 4,75 mm ; 2,36 mm ; 0,6 mm ; 0,3 mm ; 0,15 mm
dan 0,075 mm, dengan cara manual atau dengan bantuan alat penggetar.
4. Timbang agregat yang tertahan ditiap ayakan dan juga didalam pan.

5. Hitung presentase lolos kumulatifnya.

11.12 Analisa Ayak Filler


1. Tibang semen sesuai kebutuhan
2. Ayak dengan ayakan 0,3 ; 0,15 ; 0,075
3. Tibang semen yang tertahan pada masing-masing ayakan

11.13 Pengolahan dan Perhitungan Data

Telah dilakukan pengujian analisa saringan dimana pada pengujian tersebut diperoleh
data- data sebagai berikut :
Ukuran Tertahan (Gram)
Ayakan
Split Screen Abu Batu Filler
(mm)
A B C D
37,5 0 0 0 0
25 0 0 0 0
19 1018,6 0 0 0
12,5 5590.1 32,1 0 0
9,5 1002,8 363 0 0
4,75 334,1 2670,4 2,8 0
2,36 99,7 963 345,1 0
1,18 20,2 48 204,1 0
0,6 13 19.9 96,7 0
0,3 10,5 9,8 27,5 0
0,15 6,1 15,2 63,3 0
0,075 14,6 15,1 62,4 0,9
< 0.075 13,3 25,2 45 25,4
Jumlah

Hasil Perhitungan Lolos Kumulatif

Tertahan Tertahan
Ukuran Lolos Ukuran Lolos
( Gram ) ( Gram )
Ayakan Kumulat Ayakan Kumulat
(mm) Split if (mm) Screen if
37.5 0 0.0000% 37.5 0 0.0000%
25 0 0.0000% 25 0 0.0000%
19 1018.6 12.5397% 19 0 0.0000%
12.5 5590.1 81.3579% 12.5 32.1 0.7713%
9.5 1002.8 93.7031% 9.5 363 9.4937%
4.75 334.1 97.8161% 4.75 2670.4 73.6598%
2.36 99.7 99.0435% 2.36 963 96.7994%
1.18 20.2 99.2921% 1.18 48 97.9528%
0.6 13 99.4522% 0.6 19.9 98.4309%
0.3 10.5 99.5814% 0.3 9.8 98.6664%
0.15 6.1 99.6565% 0.15 15.2 99.0316%
0.075 14.6 99.8363% 0.075 15.1 99.3945%
< 0.075 13.3 100.0000 < 0.075 25.2 100.0000
% %
Jumlah 8123 Jumlah 4161.7
Tertahan Tertahan
Ukuran Lolos Ukuran Lolos
( Gram ) ( Gram )
Ayakan Kumulat Ayakan Kumulat
(mm) Abu Batu if (mm) Filler if
37.5 0 0.0000% 37.5 0 0.0000%
25 0 0.0000% 25 0 0.0000%
19 0 0.0000% 19 0 0.0000%
12.5 0 0.0000% 12.5 0 0.0000%
9.5 0 0.0000% 9.5 0 0.0000%
4.75 2.8 0.1988% 4.75 0 0.0000%
2.36 345.1 24.7000% 2.36 0 0.0000%
1.18 204.1 39.1906% 1.18 0 0.0000%
0.6 96.7 46.0561% 0.6 0 0.0000%
0.3 27.5 48.0085% 0.3 0 0.0000%
0.15 63.3 52.5027% 0.15 0 0.0000%
0.075 624 96.8051% 0.075 0.9 3.4221%
< 0.075 45 100.0000 < 0.075 25.4 100.0000
% %
Jumlah 1408.5 Jumlah 26.3

GRAFIK

PRESENTASE LOLOS
120.0000 KOMULATIF
%

100.0000
%

80.0000
%
Presentas

Spli
60.0000 t
% Scree
n
e

Abu
40.0000 Batu
%
Filler
20.0000
%

0.0000
%
11.14 Kesimpulan
Butiran split cenderung besar karena butirannya Sebagian besar tertahan di ayakan
dengan bukaan 12,5 mm. Selain itu, butiran screen Sebagian besar tertahan di ayakan
dengan bukaan 4,75 mm. Abu batu dan Filler memiliki butiran yang jauh lebih halus.
untuk abu batu, Sebagian besar tertahan di ayakan dengan bukaan 0,075 mm namun
Sebagian besar butiran filler lolos semua ayakan sebanyak 96.6%

11.15 Referensi
1. SNI 03 – 1968 -1990, Metode Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar
2. Spesifikasi Bina Marga, 2010 Divisi 6, Campuran Beraspal Panas
3. SNI 03 – 6723 – 2002, Spesifikasi Bahan Pengisi untuk Campuran Aspal.

Anda mungkin juga menyukai