Anda di halaman 1dari 11

Usaha Masyarakat Mandiri dan Kreatif

Faiz (118)

Angkatan 2018

Universitas Swadaya Gunung Jati

Kota Cirebon - Tahun 2021


Sudah lebih dari setahun Pandemi Covid-19 melanda Indonesia, sejak awal
kemunculannya yang diumumkan oleh Presiden Jokowi pada 2 Maret 2020, kini
Covid-19 sudah bagai bagian dari kehidupan masyarakat, pandemi
ini memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik dalam aspek sosial,
budaya, agama, ekonomi, bahkan politik, dengan adanya Covid-19 ini kehidupan
masyarakat mengalami perubahan yang drastis, mulai dari kehidupan sehari-hari
yang kini masyarakat harus meminimalisir kegiatan diluar rumah, harus selalu
melindungi diri dengan masker, faceshiled, ataupun handsanitizer, dampak sosial
yang ditimbulkan dari hal tersebut adalah kontak fisik yang kini menjadi
ketakutan bagi masyarakat, seperti bersalaman, berkumpul dengan orang terdekat
dan belajar bersama dalam satu ruang, pada sebagian orang bahkan merasa takut
dan memiliki skeptis terhadap orang-orang disekitarnya, memang tidak bisa
disalahkan karena mediapun selalu berlomba memberitakan bagaimana ganasnya
virus ini (Covid-19), selain berkurangnya intensitas kontak fisik didalam
masyarakat, pandemi ini juga menjadikan masyarakat menjadi lebih Individualis,
sesuatu yang kita lakukan seperti berbelanja, mengerjakan PR (pekerjaan rumah),
bekerja, dan beribadah, harus dilakukan sendiri atau lebih tepatnya tidak beramai-
ramai seperti biasanya.

Pandemi Covid-19 menjadikan masyarakat memiliki kebiasan baru, bahkan


budaya baru, seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya, adanya
penyekatan dan pembatasan yang dilakukan guna menstop penyebaran Covid-19
itu akhirnya menciptakan sebuah kebiasaan baru pada masyarakat kita
(Indonesia), kini dengan adanya pandemi, setiap orang harus mencuci tangan
dengan sabun setelah berpergian ataupun bertemu dengan seseorang, membawa
dan memakai hansanitizer pada saat berpergian, dan tentu saja memakai masker
sebagai perlindungan terhadap alat pernafasan (hidung), selain itu kegiatan-
kegiatan masyarakat yang biasanya dilakukan secara langsung, seperti berdagang
dan membeli bahan pangan dipasar, sekolah, dan bekerja, kini dilakukan dari
rumah, ada istilah work from home, studi from home, dan transaction from home,
semuanya harus dikerjakan dari rumah, karena memang adanya peraturan yang
mengharuskan hal tersebut, dengan begitu masyarakat pastilah akan lebih
bergantung kapada gawaynya, karena semua bisa dilakukan dengan benda itu
(smartphone), bekerja, sekolah dan berbelanja, dapat dilakukan dengan sentuhan
jari dilayar ponsel yang kita genggam, namun kemudahan itu mengakibatkan
dampak negatif bagi masyarakat, banyak pedagang yang memang tidak mengenal
smartphone tidak bisa ikut bersaing dan menjual barang dagangannya, ada juga
pemilik-pemilik toko baju dipasar yang kehilangan pelanggannya akibat
masyarakat yang kini lebih berminat berlanja di platform-platfrom onlineshop,
karena mereka tidak usah keluar rumah, dan banyak diskon-diskon yang disajikan
disitu, salain itu ada pula para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) atau
pedagang kaki lima yang biasa berjualan dijalanan, dikedai, atau
berkeliling kompleks setiap hari, kala semua orang diam dirumah dan dilarang
untuk keluar, mereka-pun kehilangan sumber penghasilannya, konsumennya kini
lebih memilih makanan cepat saji yang bisa dipesan lewat smartphone, tinggal
bayar dan menunggu, begitu mudahnya, membuat masyarakat terbuai
kenyamanan dan kemudahan yang ada.

Dari pelbagai bidang yang terdampak pandemi, mungkin bidang ekonomi dan
pendidikan adalah dua hal yang paling disoroti, karena mayoritas pelaku usaha di
negeri ini adalah UMKM maka adanya pandemi ini pastilah berakibat pada
kestabilan ekonomi dalam negeri, banyak pelaku usaha gulung tikar karena tidak
mampu bertahan pada kondisi pandemic seperti ini, acap kali peraturan
pemerintahpun menjadi sebab, karena kebijakan yang sering kali berubah-ubah,
adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengakibatkan pelaku usaha
yang tidak beroprasi dibidang digital kehilangan konsumen dan bahkan sampai
gulung tikar (Bangkrut), contohnya pedagang angkringan, mereka berdagang pada
malam hari karena memang mereka mendapati konsumen pada malam hari, tetapi
karena adanya aturan pembatasan sosial mereka hanya boleh berdagang pada jam-
jam yang ditentukan, akibatnya mereka mengalami penurunan pendapatan,
memang mereka melanggar aturan yang berlaku dengan berdagang diluar rumah,
namun memang itulah yang mereka lakukan setiap harinya, untuk mengais rezeki
dan menyambung hidup, pedagang akringan adalah contoh kecil salah satu pelaku
usaha yang terdampak pandemi.

Dilansir dari cnbcindonesia.com, Pada tahun 2019 jumlah UMKM di Indonesia


ada sebanyak 64,7 juta. Setelah terjadi pandemi Covid-19 jumlah UMKM di
Indonesia menjadi 34 juta di 2020. Dari fakta barusan lebih dari 30 Juta UMKM
harus gulung tikar, namun bukan hanya UMKM, tetapi pelaku usaha yang bisa
dibilang besarpun tetap terdampak, seperti bioskop, memang mereka adalah
pelaku usaha yang memiliki capital (modal) tetapi mereka juga bagian dari roda
perekonomian masyarakat, pelaku usaha bioskop mengalami penurunan
pengunjung yang drastis, bahkan dibeberapa daerah seperti di Kota Cirebon
bioskop ditutup, walaupun memang kita kadang berpikir, apabila bioskop ditutup
pemiliknya masih punya banyak uang, tetapi bukan itu yang jadi permasalahan,
melainkan orang-orang yang bekerja didalamnya, mereka kehilangan
pekerjaannya, dengan adanya penutupan bioskop, pastilah pihak manajemen
perusahaan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), tentu saja, jumlah
pengangguranpun meningkat.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Agustus 2020, jumlah
angka pengangguran meningkat 2,67 juta orang. Dengan demikian, jumlah
angkatan kerja di Indonesia yang menganggur menjadi sebesar 9,77 juta orang.
Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada
turunnya laju perekonomian dengan banyaknya pelaku usaha yang gulung tikar
dan naiknya jumlah pengangguran. Memang bukan hanya Indonesia yang
mengalami kondisi seperti ini, tetapi banayak juga negara diluar sanapun
merasakan anjloknya tingkat perekonomian akibat adanya pandemi Covid-19,
banyak pelaku usaha seperti UMKM mengeluh dengan kebijakan pemerintah
yang bisa dibilang tidak jelas, pemerintah melakukan pembatasan dengan waktu
yang ditentukan, namun setelah waktu yang ditentukan malah diperpanjang lagi,
mereka (pemerintah) memiliki landasan dalam pembuatan kebijakan, adapun
kebijakan yang berubah-ubah karena ditinjau dari kondisi masyarakat yang ada,
namun nampaknya kebijakan yang tak kunjung jelas dan sering kali berubah-ubah
ini diakibatkan karena masih banyak masyarakat yang melanggar, dan tetap
melakukan aktivitas seperti biasanya, banyak masayarakat kita melanggaran
peraturan pembatasan, dan tidak diam dirumah, namun sama halnya ketika
masyarakat menyalahkan kebijakan pemerintah yang berubah-ubah, masyarakat
harus mengetahui latar belakang yang melandasi hal tersebut terjadi, maka
pemerintahpun harus mengetahui apa yang melatar belakangi banyaknya
pelanggaran-pelanggaran yang ada dan tidak hanya melarang dengan dalih demi
keselamatan bersama.

Adanya pelanggaran terhadap aturan pembatasan sosial yang berlaku saat ini
adalah akibat dari tidak terjaminnya kebutuhan pokok masyarakat, mungkin jika
semua masyarakat Indonesia berpenghasilan tinggi dan memiliki tabungan dan
pekerjaan dapat dikerjakan dirumah, tidak akan menjadi masalah apabila ada
kebijakan dari pemerintah untuk diam dirumah, atau melakukan kegiatan seperti
kerja dirumah, namun nampaknya tingkat kesejahteraan dinegara dunia ketiga ini
masih di bawah negara maju, dan perlu diingat juga pada paragraf sebelumnya,
bahwa mayoritas pelaku usaha di Indonesia adalah UMKM, karena itu banyak
dari masyarakat yang memang harus keluar rumah untuk mencari nafkah, karena
tidak ada jaminan kebutuhan pokoknya terpenuhi selama mereka harus diam
dirumah. Disisi lain dibandingkan dengan mengupayakan terjaminnya kebutuhan
pokok masyarakat agar pembatasan yang dilakukan terlaksana dengan optimal,
pemerintah lebih memilih memaksakan masyarakatnya untuk diam dirumah tanpa
menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok, dan memberi sangsi administrative
bagi masyarakat yang melanggar. Ironi bukan?, akibatnya masyarakat tidak patuh
dan kasus Covid-19 terus meningkat menurut informasi yang beredar di media.
Anggaran besar harus dikeluarkan demi mengamankan tenaga medis, dan orang-
orang menangani kasus Covid-19, fasilitas-fasilitas disediakan untuk para korban
yang terpapar virus tersebut, akhirnya pandemi inipun tak kunjung usai.

Belum lagi masalah pendidikan yang terabaikan, di antara beribu permasalahan


yang diakibatkan petaka besar ini (Covid-19) persoalan pendidikan tak jelas
arahnya, sekolah-sekolah ditutup, kegiatan belajar mengajar dialihkan dengan
sistem daring (online), kegiatan pembelajaran daring ini nampaknya tidak
optimal, karena belum meratanya akses internet di Indonesia, daerah-daerah yang
masih minim sinyal Internet akhirnya kesulitan dalam proses pembelajaran seperti
ini, namun memang mau bagaimana lagi, mungkin sistem daring ini adalah
alternatif terbaik, tetapi bagaimana dengan anak-anak sekolah yang tidak mampu
membeli smartphone?, apa mereka harus memaksakan untuk beli, dalam kondisi
ekonomi biasa saja mereka belum bisa membeli smartphone, bagaimana saat
pandemi?, apa orang tuanya harus berhutang kesana-kemari?, sangat
membebankan bukan, kecuali pemerintah mau memberi mereka smartphone
gratis, atau sekedarnya dipinjamkan sampai pembelajaran daring selesai, seperti
pada animasi Upin dan Ipin, apakah menurut kalian sudah tidak ada orang yang
tidak mampu membeli smartphone?, mungkin banyak smartphone murah, tetapi
bagi mereka (masyarakat kurang mampu), smartphone masih menjadi barang
mewah yang butuh usaha lebih untuk dapat membelinya, selain itu, guru-gurupun
nampaknya ada yang kesulitan sinyal dan bahkan tidak jarang di antara mereka
tidak dapat mengoprasikan smartphone, terlebih guru-guru yang telah lanjut
usianya, bisa ditoleransi karena yang mereka kenal dari dahulu adalah sistem
pembelajaran langsung (tatap muka), tetapi bagaimana dengan guru-guru yang
muda, pernah saya temui sebuah sistem pembelajaran unik yang dilakukan oleh
seorang guru muda, dia hanya mengirimkan sebuah link video di youtube lalu
menyuruh murid-muridnya menonton video tersebut, lalu setelah itu murid-
muridnya diberi tugas, dan gurunya menunggu sampai batas waktu (hari) yang
ditentukan. Simpel sekali, bagaimana hubungan baik guru dan murid dapat
berlangsung hangat jika sistem pembelajarannya seperti itu?, akibatnya murid-
murid jadi malas belajar, dan mereka menjadi lebih suka bermain dengan
gawaynya untuk bermain game online seperti Freefire, Mobile Legend dan
PUBG.

Kebiasan bermain game ini akhirnya berefek negative pada tingkat belajar dan
membaca anak-anak atau murid, mereka lebih gemar bermain game daripada
membaca atau belajar, mereka lebih suka Top up Diamond, dan memberi kostum-
kostum karakter pada game yang mereka lakukan. Disatu sisi orang tuanya tengah
berjuang mencari nafkah saat masa-masa sulit seperti masa pandemi saat ini, disisi
lain anak-anaknya yang mereka titipkan pada lembaga pendidikan dan lingkungan
sosial menjadi pemalas sejak dini.

Namun tidaklah etis apabila hanya menyalahkan pemerintah, karena harusnya


seluruh masyarakat dapat membantu berjalannya pendidikan dengan baik,
walaupun tidak semua anak muda di Indonesia dapat menempuh pendidikan
diperguruan tinggi, tetapi setidaknya para kaum muda yang pernah bersekolah
bisa membuat kelas-kelas alternative untuk menumbuhkan minat baca dan minat
belajar generasi baru yang tengah tumbuh.
Ditengah perekonomian yang anjlok dan pendidikan yang kian bobrok,
pemerintah nampaknya memberikan beberapa solusi demi memulihkan
perekonomian masyarakat, diantaranya dengan memberikan beberapa jenis
bantuan sosial yang diperuntukan bagi masyarakat kurang mampu, seperti
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Bantuan Sosial Tunai (BST) dan Program
Keluarga Harapan (PKH), yang diharapkan membantu menggerakan roda
perekonomian masyarakat, namun seperti biasa, dinegara korup ini, kalau ada
program dengan anggaran besar pasti banyak tikus yang mengincar, namun
beberapa waktu lalu beredar kabar bahwa bantuan sosial yang di canangkan oleh
pemerintah ini di korupsi oleh bekas menteri sosial Indonesia, Jualiari Batubara
dengan jumlah miliaran rupiah, menyedihkan sekali, ditengah pandemi yang
menggerogoti sendi-sendi ekonomi masyarakat, ada saja oknum-oknum yang
memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya sendiri, jelas
hal tersebut sudah menodai kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpinnya,
dan dengan adanya kasus korupsi seperti itu, berdampak pada terhambatnya
penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat, bantuan sosial bukan merupakan
solusi jangka panjang tetapi setidaknya dapat membantu masyarakat agar kompor
dapurnya tetap menyala.
Namun dalam segala kondisi yang kurang baik pasti ada peluang yang lebih baik,
walaupun pandemic masih berlanjut dan tak kunjung usai, namun masih ada
secubis harapan yang dapat kita petik apabila kita mampu menganalisis kondisi
yang ada dengan fikiran yang jernih, banyak sekali bidang usaha yang tidak
bertahan pada masa pandemi, jika kita lihat pada bidang-bidang usaha yang masih
berjalan dan tetap tegar pada masa pandemi seperti ini adalah mereka yang
menerapkan sistem digital, karena pandemi ini membuat masyarakat sangat
bergantung pada gawai dan internet, berarti disitulah peluang kita dalam
membangun kembali kesejahteraan.

Namun perlu diingat, saat ini adalah waktu yang tepat untuk masyarakat Indonesia
membangun kembali budaya gotong royong, sistem ekonomi Indonesia adalah
Demokrasi ekonomi, artinya sistem ekonomi yang dipakai adalah sistem ekonomi
dari kegiatan ekonomi kolektif yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, didalamnya tidak ada ketimpangan, karena modal milik
bersama dan penghasilan dibagi dengan adil atau proporsional, dengan sistem
demokrasi ekonomi, maka masyarakat dapat mencapai kesejahteraan bersama,
tanpa adanya jurang kesenjangan yang membedakan antara sikaya dan dimiskin.

Kita bisa membangun kesadaran bersama dan membangun usaha bersama dengan
orang-orang disekitar kita, yaitu dengan membangun Usaha Masyarakat Mandiri
dan Kreatif (UMMK) ini bukan program pemerintah, tetapi ini adalah sebuah
gagasan yang penulis tawarkan untuk masyarakat yang tengah mengalami kondisi
sulit, walaupun sekarang sudah disebut sebagai new normal, tetapi pembatasan-
pembatasan masih tetap dilakukan, hal ini adalah peluang bagi kita, karena
masyarakat sudah terbiasa dengan kemudahan yang ada digadgetnya maka kita
bisa membangun usaha berbasis digital dengan UMMK, pertama kita harus
mampu memobilisasi masyarakat untuk ikut masuk dalam UMMK, karena dalam
UMMK ini kita membangun usaha dengan modal bersama jadi tidak akan terlalu
terasa berat, setelah itu teman-teman bisa bentuk kepengurusan dan landasan
berjalannya organisasi ini (UMMK), semuanya usaha yang akan dilakukan atau
dibuat oleh UMMK ini haruslah hasil dari kesepakatan bersama atau dengan kata
lain harus dimusyawarahkan terlebih dahulu, selanjutnya setelah kepengurusan
dan landasan gerak organisasi sudah dibuat, tahap berikutnya adalah memulai
usaha, pada masa new normal saat ini masyarakat sangat bergantung pada
gawainya, dan sering kali menghabiskan banyak waktu didepan smartphonennya
untuk menonton video-video menarik di Youtube, maka di sini UMMK bisa
membuat Channel youtube yang berisikan konten-konten menarik seperti
pembuatan film pendek yang mengandung unsur-unsur budaya daerah sekitar,
untuk menunjang pembuatan film tersebut, UMMK membentuk
divisi khusus yang menangani tentang multimedia dan periklanan, dalam konten-
konten yang dibuat seperti film sisipkan promosi produk-produk usaha anggota
UMMK, entah berupa barang maupun jasa, pilih orang-orang yang mampu
mengoprasikan software editing video dan kamera, di sini kaum muda yang
berpendidikan sangat berperan penting agar salah satu bidang usaha UMMK ini
berjalan, tak usah perfect diawal pembuatan konten, yang penting massive dan
istikomah, selanjutnya buat usaha kuliner ataupun barang yang menjadi kebutuhan
pokok masyarakat, seperti sabun mandi, sabun cuci piring, dan shampoo, lebih
bagus apabila UMMK ini dibuat antar desa, jadi bisa berbagi peran, UMMK desa
yang satu bisa menjadi Produsen, dan UMMK desa yang lain bisa menjadi
distributor dan konsumen, dan juga UMMK yang menjadi Produsen pun harus
bisa menjadikan masyarakat sekitar mengonsumsi produk buatan daerahnya
sendiri, maka harus ada kerja sama antara UMMK dan pemilik warung-warung
yang ada agar turut andil memasarkan produk hasil dari UMMK daerahnya
sendiri, dan apabila pemilik warung bagian (anggota) dari UMMK tersebut maka
diapun akan mendapatkan untung ganda, dari hasil penjualan diwarungnya, dan
dari hasil penjualan di UMMK yang dia ikuti. Namun sekali lagi, di sini harus
ditekankan asas gotong royong dan transparansi, karena demi berjalannya bisnis
yang sehat dan untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Selain itu UMMK ini bisa juga membuat usaha dibidang transportasi, untuk
anggota UMMK yang tidak berikut serta dalam multimedia dan produksi
kebutuhan pokok, bisa ditempatkan di bidang transportasi, untuk anggota yang
mempunyai kendaraan pribadi seperti motor bisa menjadi ojek, entah dengan
sebutan apapun, Go Gas, Kang Nganter, atau apapun itu, namun di sini mereka
diakomodir oleh oleh administrator yang mengontrol pemesanan dari penumpang
atau konsumen, masyarakat bisa memesan lewat whatsapp, ataupun telephone,
dan saat konsumen memesan administrator memberitahukan ongkos serta nama
dan flat nomor ojek yang akan menjemputnya, seperti Grab dan Gojek, namun
ojek desa ini hanya melayani pesanan disekitar daerah tempatnya tinggal, ojek
desa ini bisa diberikan ciri seperti stiker pada helm, ataupun warna-warna yang
mencirikan kalau ojek tersebut bagian dari UMMK, dan masih banyak bidang
usaha lainnya yang dapat dibuat, tergantung bagaimana kalian mencermati kondisi
yang ada.

Jika sudah berjalan maka teman-teman bisa mengembangkan kebidang-bidang


usaha yang lainnya dan lebih banyak mengajak anggota masyarakat lainnya pula,
lebih banyak bidang usaha yang dibuat maka hasilnyapun akan lebih
besar, tetapi bukan berarti setelah itu UMMK akan dirubah kebentuk perusahaan,
lebih baik tetap kepemilikan bersama, agar tidak ada ketimpangan yang tercipta,
karena memang sistem ekonomi demokrasi ini adalah sistem ekonomi yang
mampu menghantarkan kita pada keadilan dan kedaulatan ekonomi, bukankah
memang para pendahulu bangsa ini mencontohkan hal seperti itu, kala musim
tandur (tanam padi) orang-orang bergotong royong menanam sawah milik
mereka, tidak ada tengkulak tidak ada pak haji yang punya banyak sawah, saat
panen maka dibagilah dengan adil, sisanya mereka simpan di lumbung sebagai
tabungan untuk nanti apabila terjadi kemarau yang panjang, mereka tetap bisa
makan.

Dengan sistem kolektif seperti itu, semuanya mendapatkan hasil yang adil, tidak
ada pemenang yang paling berkuasa, karena memang modal terbesar bangsa kita
untuk menjadi negara maju adalah gotong royong dan sumber daya alam yang
melimpah, karena itu apabila sumber daya alam mampu dikelola dengan bijak
tanpa adanya keserakahan, maka semua orang bisa menikmati hasil dari negerinya
sendiri, bukankah menyedihkan, jika dinegeri yang kaya ini banyak orang kurang
mampu (dalam ekonomi) dan pengemis serta pelacur-pelacur yang terpaksa
melacurkan dirinya demi bertahan hidup?, kita harus bangun kembali kesadaran
bangsa ini, membangun kembali apa yang dikatakan dalam Pancasila, sebuah
hakikat dari bangsa ini, bangsa yang punya banyak keragaman, berbeda-beda
tetapi tetap satu jiwa, berbeda-beda tetapi bersama-sama, maka akan mudah
membangun kembali demokrasi ekonomi jika kita telah sadar.

Masa pandemi Covid-19 ini harusnya bisa menjadi titik balik bagi bangsa ini
untuk lebih meningkatkan lagi kondisi perekonomian masyarakat, banyak sekali
peluang yang ada, tinggal bagaimana kita, maukah berusaha untuk memulai
bersama, atau tetap pada individualistis dan hawek hanya memikirkan untuk
memperkaya diri sendiri, selain itu pemerintahpun harus hadir, karena dengan
konsep Usaha Masyarakat Mandiri dan Kreatif (UMMK) ini mampu mengurangi
tingkat pengangguran yang ada, lagipun bukankah Indonesia pada beberap tahun
kedepan akan mengalami bonus demografi?, daripada dipekerjakan dengan murah
dipabrik-pabrik luar, lebih baik menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan
konsep UMMK dan berdaulat dalam segala hal.
Daftar Pustaka:

1. https://www.cnbcindonesia.com/news/20210326144212-4-233127/sad-30-juta-
umkm-gulung-tikar-karena-corona

2. https://money.kompas.com/read/2021/03/02/161627926/satu-tahun-pandemi-
jumlah-pengangguran-nyaris-10-juta-angka-kemiskinan-tembus?page=all

3. https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/02/05300081/kilas-balik-
kronologi-munculnya-kasus-pertama-covid-19-di-indonesia?page=all

4. https://nasional.tempo.co/read/1444170/kasus-korupsi-bansos-juliari-batubara-
disebut-mengelola-16-juta-paket

5. Buku Tujuan Berdjuang – Anwar Sanudikarta

Anda mungkin juga menyukai