Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERKULIAHAN

Pelaporan
Keuangan
Syariah
Akuntansi Akad Musyarakah

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

08
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi S1 03610001 Suryana, SE., M.Ak.

Abstract Kompetensi
Akad Musyarakah adalah akad bagi Mahasiswa memiliki kemampuan
hasil antara dua pihak atau lebih menjelaskan tentang pelaporan
unutk suatu usaha tertentu, dimana keuangan dalam akad bagi hasil
masing-masing pihak memberikan dengan akad Musyarakah.
kontribusi dana (modal) sesuai
dengan kesepakatan Bersama,
dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan risiko akan
ditanggung Bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Akad Musyarakah

Sumber : Wiroso-Akuntansi Transaksi Syariah

PENGERTIAN MUSYARAKAH
Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan pembagian
keuntungan secara bagi hasil. Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK No.
106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan kontribusi dana.

RUKUN AKAD MUSYARAKAH


Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad Musyarakah sesuai fatwa DSN
adalah:
A. Sumber Hukum Akad Syariah
Al Quran QS 4:12 dan QS 38:24
B. Rukun Dan Ketentuan Syariah Dalam Akad Musyarakah
1. Unsur – unsur yang harus ada dalam akad musyarakah ada 4 :
a. Pelaku terdiri dari para mitra
b. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
c. Ijab qabul

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
d. Nisbah keuntungan (bagi hasil)

2. Ketentuan syariah
a) Pelaku : mitra harus cakap hokum dan baligh
b) Objek musyarakah:
Modal :
• Modal yang diberikan harus tunai
• Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, asset
perdagangan atau asset tak berwujud seperti hak paten dan lisensi.
• Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus
ditentukan nilai tunainy aterlebih dahulu dan harus diseoakati bersama.
• Modal para mitra harus dicampur, tidak boleh dipisah.

Kerja :
• Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan musyarakah
• Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut berpartisipasi
• Setiap mitra bekerja atas dirinya atau mewakili mitra’
• Meskipun porsi mitra yang satu dengan yang lainnya tidak harus sama,
mitra yang bekerja lebih banyak boleh meminta bagian keuntungan
lebih besar.

c) Ijab qabul
Ijab dan Qabul harus dinyatakan dalam akad dengan memperhatikan
sebagai berikut :
• Penawaran dan permintaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan
akad
• Penerimaan dan Penawaran dilakukan pada saat kontrak
• Akad dituangkan secara tertulis
d) Pihak-pihak yang berakad harus cakap hukup
• Kompeten
• Menyediakan dana dan pekerjaan
• Memiliki hak mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
• Memberi wewenang kepada mitra yang lain unutk mengelola aset
dengan memperhatikan kepentingan mitranya
• Tidak diijinkan mencairkan atau menginvestasikan dana untuk
kepentingan sendiri.
e) Nisbah
• Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para mitra.
• Perubahan nisbah harus disepakati para mitra.
• Keuntungan yang dibagi tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan
tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.

BERAKHIRNYA AKAD MUSYARAKAH


– Jika salah satu pihak menghentikan akad
– Salah seorang mitra meninggal atau hilang kal. Dalam hal ini bias digantikan oleh ahli
waris jika disetujui oleh para mitra lainnya.
– Modal musyarakah habis

JENIS- JENIS MUSYARAKAH


• Berdasarkan Fiqih :

1. Syirkah Al Milk atau perkongsian amlak mengandung arti kepemilikan bersama yang
keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama
atas suatu kekayaan. Syirkah ini bersifat memaksa dalam hokum positif. Misalnya : dua
orang atau lebih menerima warisan atau hibah atau wasiat sebidang tanah.

2. Syirkah Al Uqud yaitu kemitraan yang tercipta dengankesepakatan dua orang atau lebih
untuk bekerja sama dlam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra berkontribusi dana dn
atau dengan bekerja, serta berbagai keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat
dianggap kemitraan yang sesungguhnya Karena pihak yang bersangkutan secara
sukarela berkeinginan untuk membuat kerjasama investasi dan berbagi keuntungn dan
resiko. Syirkah uqud sifatnya ikhtiariyah (pilihan sendiri). Syirkah Al Uqud dapat
dibagi menjadi sebagai berikut :

3. Syirkah abdan yaitu bentuk syirkah antara dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja
atau professional dimana mereka sepakat untuk bekerjasama mengerjakan suatu
pekerjaan dan berbagi penghasilan yang diterima. Syirkah ini dibolehkan oleh ulama
malikiyah, hanabilah dan zaidiyah dengan alasan tujuan dari kerjasama ini adalah

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
mendapat keuntungan selain itu kerjasama ini tidak hanya pada harta tetapi dapat juga
pada pekerjaan. Sedangkan ulama syafiiyah, imamiyah dan zafar dari golongan
hanafiyah menyatakan bahwa sirkah jenis ini batal karena syirkah itu dikhususkan pada
harta (modal) dan bukan pada pekerjaan.

4. Syirkah wujuh yaitu kerjasama antara dua pihak dimana masing – masing pihak sama
sekali tidak menyertakan modal dan menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan
pihak ketiga. Penamaan wujuh ini dikarenaknan jual beli tidak terjadi secara kontan.
Kerjasama ini hanya berbentuk kerjasama tanggungjawab bukan modal atau pekerjaan.
Ulama hanafiyah, hanabilah dan zaidiyah membolehkan syirkah ini sebab mengandung
unsure perwakilan dari seorang partner dalam penjualan dan pembelian.
Ulama malikiyah, sayifiiyah berpendapat bahwa syirkah ini tidak sah karena syirkah ini
gada unsur kerjasama modal atau pekerjaan.

5. Syirkah inan yaitu sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak – pihak yang
terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam modal maupun pekerjaan.
Ulama foqoh membolehkan syirkah ini.

6. Syirkah muwafadah yaitu sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak –
pihak yang terlibat didalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama,
keuntungan maupun resiko kerugian. Jika komposisi modal tidak sama maka
syirkahnya batal. Menurut pendapat ulama hanafiyah dan maliki syirkah ini boleh.
Namun menurut syafii dan hanabilah dan kebanyakan ulama fiqih lain menolaknya
karena syirkah ini tidak dibenarkan syara, selain itu syarat untuk menyamakan modal
sangatlah sulit dilakukan dan mengundang unsure ke-gharar-an.

• Berdasarkan PSAK 106 :


1. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana
setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa
akad (PSAK No 106 par 04). Contohnya : Antara mitra A dan mitra p yang
telah melakukan akad musyarakah menanamkan modal yang jumlah awal
masing–masing Rp 20 juta, maka sampai akhir masa akad syirkah modal
mereka masing – masing tetap Rp 20 juta.
2. Musyarakah menurun atau musyarakah mutanaqisah adalah musyarakah
dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan
pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha
musyarakah tersebut. Contohnya: Mitra A dan mitra P melakukan akad
usyarakah, mitra P menanmkan Rp 100 juta dan mitra A menanamkan Rp 200
juta. Seiring berjalannya kerjasama akad musyarakah tersebut, modal mitra P
sebesar Rp 100 juta akan beralih kepada mitra A melalui pelunasan secara
bertahap yang dilakukan oleh mitra A.

• Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah, baik mengelola
sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut
• Mitra Pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah

Sumber : Wiroso-Akuntansi Transaksi Syariah

PRINSIP DISTRIBUSI HASIL USAHA


• Pembagian hasil usaha Musyarakah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil
(revenue sharing) atau bagi laba (profit sharing).
• Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba
bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omzet).
• Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit)
yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal
Musyarakah.

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
Sumber : Wiroso-Akuntansi Transaksi Syariah

• Pada prinsipnya, LKS boleh menggunakan system Accrual Basis maupun Cash Basis
dalam administrasi keuangan.
• Secara kemaslahatan (Al-Ashlah) dalam pencatatan sebaiknya digunakan system
Accrual Basis, tetapi untuk bagi hasil atas dasar penerimaan yang benar-benar terjadi
(Cash Basis)
• Penetapan system yang dipilih harus di sepakati dalam akad.

Sumber : Wiroso-Akuntansi Transaksi Syariah

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
JAMINAN DALAM MUSYARAKAH
✓ Pada prinsipnya, dalam pembiayaan Musyarakah tidak ada jaminan, namun
agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan
dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila
mudharib terbutki melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah
disepakati bersama dalam akad.

PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH


Pertama : Ketentuan Umum
a. Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) adalah suatu benutk
pembiayaan rekening koran yang di jalankan berdasarkan prinsip syari’ah;
b. Wa’d adalah kesepakatan atau janji dari satu pihak (LKS) kepada pihak lain
(Nasabah) untuk melaksanakan sesuatu
c. Akad adalah transaksi atau perjanjian syar’I yang menimbulkan hak dan
kewajiban.
Kedua : Ketentuan Akad
a. Pembiayaan PRKS Musyarakah dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan
boleh disertai dengan Wa’d.
b. LKS dan Nasabah bertindak selaku mitra (syarik), yang masing-masing
berkewajiban menyediakan modal dan kerja. LKS boleh mewakilkan kepada
nasabah dalam melaksanakan usaha sepanjang disepakai pada saat akad.
c. Nisbah bagi hasil untuk masing-masing pihak disepakati pada saat akad.
d. Dasar perhitungan bagi hasil boleh menggunakan jumlah dana yang telah
terpakai dan keuntungan yang diperoleh dari usaha
e. LKS boleh memberikan sebagian keuntungan yang diperolehnya kepada
nasabh
f. Ketentuan tentang wa’d dan akad merupjuk kepada Fatwa no 30/DSN-
MUI/VI/2002 Tentang PRKS dan Fatwa No. 45/DSN-MUI/II/2005 tentang Line
Facility
g. Fatwa DSN no. 8/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayan musyarakah berlaku
pula dalam pelaksanaan pembiyaan Rekening Koran Syariah Musyarakah.

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MUTANAQISAH
FATWA DSN no. 73/DSN-MUI/XI/2008

Pertama : Ketentuan Umum


a. Musyarakah Mutanaqisah adalah Musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan
Asset (barang) atau Modal salah satu pihak (Syarik) berkurang disebabkan
pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya;
b. Syrik dalah mitra, yakni pihak yang melakukan akad syirkah (musyarakah)
c. Hisshah adalah porsi atu bagian syarik dalam kekayan musyarakah yang
bersifat musya’
d. Musya’ adalah porsi atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah (milik
Bersama) secara nilai dan tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara fisik

Kedua : Ketentuan Hukum


a. Hukum Musyarakah Mutanaqisah adalah boleh
b. Akad Dalam Musyarakah Mutanaqisah terdiri dari akad Musyarakah / Syirkah
dan Bai’ (Jual-beli).
c. Dalam Musyarakah Mutanaqisah berlaku hokum sebagaimana yang di atur
dalam Fatwa DSN no. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah,
yang para mitranya memiliki hak dan kewajiban, diantaranya :
1) Memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan pada saat akad
2) Memperoleh keuntungan berdasarkan nisbahyang disepakati pda saat
akad
3) Menanggung kerugian seusai proposional modal

d. Dalam akad Musyarakah Mutanaqisah, pihak pertama (syarik) wajib berjanji


untuk menjual seluruh hishshahnya-secara bertahap dan pihak keuda (syarik)
wajib membeli.
e. Jual beli sebagaimana dimaksud adalah dilaksanakan sesuai kesepakatan
f. Setelah selesai pelunasan penjualan, seluruh hishshah LKS beralih kepada
syrik lainnya (nasabah)
g. Aset Musyarakah Mutanaqisah dapat di-Ijarah-kan kepada syarik atau pihak
lain.

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
h. Apabila asset Musyarakah menjdi objek Ijarah, maka syarik (nasabah) dapat
menyewa asset tersebut dengan nilai ujrahf yagn disepakati.
i. Keuntungan yang diperoleh dari ujrah tersebut dibagi sesuai dengan nisbah
yagn telah disepakai dalam akad, sedangkan kerugian harus berdasarkan
proporsi kepemilikan. Nisbah keuntungan sesuai kesepakatan para syarik
j. Kadar/ukuran bagian/pors kepemilikan asset musyarakah syarik (LKS) yang
berkurang akibat pembayaran oleh syarik (nasabah), harus jelas dan disepakati
dalam akad.
k. Biaya perolehan asset musyarakah menjadi beban Bersama sedangkan biaya
peralihan kepemilikan menjadi beban pembeli.

Sumber : Wiroso-Akuntansi Transaksi Syariah

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
Sumber : Wiroso-Akuntansi Transaksi Syariah

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
PERLAKUAN AKUNTANSI
AKUNTANSI UNTUK MITRA AKTIF/PASIF

 Pengakuan Investasi Musyarakah


Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas untuk usaha
musyarakah.
Pengukuran investasi musyarakah:
Pencatatan ketika mitra aktif mengeluarkan biaya pra akad:
Dr. Uang muka akad xxx
Cr. Kas xxx
A. Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah
Dr. Investasi musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx
B. Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah
Dr. Beban Musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx

 apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan; dan
dicatat:
Dr. Investasi Musyarakah – Kas xxx
Cr. Kas xxx
 apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan; dan
dicatat:
Dr. Investasi Musyarakah – Kas xxx
Cr. Kas xxx

 Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset non kas yang diserahkan lebih besar dari
nilai buku, maka selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian asset musyarakah:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Selisih penilaian aset musyarakah xxx
Cr. Aset non kas xxx

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
Pencatatan amortisasi selisih penilaian asset musyarakah adalah sebagai berikut:
Dr. Selisih penilaian asset musyarakah xxx
Cr Keuntungan xxx

Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset non kas yang diserahkan lebih kecil
dari nilai buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Dr. Kerugian xxx
Cr. Aset non kas xxx

 Apabila investasi dalam bentuk aset non-kas dan diakhir akad akan diterima kembali
maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar tersebut.
Dr. Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi xxx

Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan, Jurnalnya adalah:


Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan investasi musyarakah xxx

Apabila dari investasi yang dilakukan rugi, jurnalnya:


Dr. Kerugian xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx

 Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset non-kas, dan diakhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset non kas yang disepakati ketika aset
tersebut diserahkan. Ketika akad musyarakah berakhir, aset nonkas akan dilikuidasi/dijual
terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aktiva ini (selisih antara nilai
buku dengan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai kesepakatan.

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
 Pencatatan di akhir akad:
1. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas:
- Jika tidak ada kerugian, Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
- Jika ada kerugian, jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
2. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan
dalam bentuk aset non kas yang sama pada akhir akad:
- Jika tidak ada kerugian, jurnal:
Dr. Aset non-kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
- Jika ada kerugian, maka perusahaan harus menyetorkan uang
sebesar nilai kerugian, jurnal:
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Kas xxx
Dr. Aset non kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx

3. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan dalam bentuk kas
sebesar nilai wajar ketika aset non kas diserahkan,
- Jika tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan;
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx
- Jika ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan:
Dr. Kas xxx
Dr Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Cr. Keuntungan xxx

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
 Penyajian
Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan:
(a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah
(b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.

AKUNTANSI UNTUK PENGELOLA DANA


 Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui sebagai dana syirkah
temporer sebesar:
(a) jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas, Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Dana syirkah Temporer xxx
dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub ledger) antara dana yang
berasal dari mitra aktif atau mitra pasif.

(b) nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, Jurnal:
Dr. Aset non-kas xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx

 Apabila diakhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang mencatat beban
depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan disusutkan selama masa
akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat beban
depresiasi adalah mitra yang menyerahkan aset nonkas sebagai modal investasinya.
Dr. Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi xxx

Pengelola akan mengakui pendapatan dan beban. Jurnal :


Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Dr. Beban xxx
Cr. Kas/utang xxx

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
Jurnal penutup:
Dr. Pendapatan xxx
Cr. Beban xxx
Cr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx

 Apabila diakhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang mencatat beban
depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan disusutkan selama masa
akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat beban
depresiasi adalah mitra yang menyerahkan aset nonkas sebagai modal investasinya.
Dr. Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi xxx

Pengelola akan mengakui pendapatan dan beban. Jurnal :


Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Dr. Beban xxx
Cr. Kas/utang xxx

Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif/pasif :


Dr. Beban bagi hasil xxx
Cr. Utang xxx
Pada saat pembagian laba tersebut dibagikan
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan dan beban bagi hasil ditutup.
Jurnal:
Dr. Pendapatan belum dibagihasilkan xxx
Cr. Beban bagi hasil xxx

 Jika pengelola mengakui adanya kerugian, jurnal penutup:


Dr. Pendapatan xxx
Dr. Kerugian yang belum dialokasikan xxx
Cr. Beban xxx

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


16 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
 Untuk pengakuan pendisitribusian kerugian,Jurnal:
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr Kerugian yang belum dialokasikan xxx

 Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad:


1. Apabila dana investasi yang diserahkan kas, jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx

2. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset non-kas, dan diakhir akad
dikembalikan, jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Aset nonkas xxx
Jika aset harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka ia menerima kas sebagai
peutup kerugian. Jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx

3. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset non-kas, dan diakhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas, maka aset nonkas harus dilikuidasi/dijual terlebih
dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aktiva didistribusikan pada setiap
mitra sesuai kesepakatan. Jika penjualan menghasilkan keuntungan:
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx
Cr. Aset non kas xxx
Cr. Keuntungan xxx
Dr. Keuntungan xxx
Cr. Dana Syirkah Temporer xxx
Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, :
Dr. Kas xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Aset non kas xxx

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


17 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
4. Ketika Pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian :
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas xxx

 Ketika Pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian :


Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Cr. Kas/Kewajiban xxx
Cr. Penyisihan Kerugian xxx

 Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian modal mitra
secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diserahkan
untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan jumlah modal syirkah temporer
yang telah dikembalikan kepada mitra pasif, dan dikurangi kerugian (jika ada).

Penyajian
Pengelola menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan:
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra pasif
disajikan sebagai investasi musyarakah;
b. Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah
temporer;
c. Selisih penilaian aset musyarakah, disajikan sebagai unsur ekuitas.

Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas, pada:
a. isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha,aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
b. pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
c. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah.

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


18 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

1. Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, IAI, 2011


2. Sri N & Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia,Salemba 4,
3. Bank Indonesia (2003) “ Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI)” ,
Jakarta, Bank Indonesia
4. Prof. Dr. Sofyan S. Harahap dkk, Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: 2004
5. DR. M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani, Jakarta 2001

‘2020 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


19 Suryana, SE., M.Ak. http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai