Activity 1
Pada percobaan ini, dilakukan pengukuran potensial membran pada sel saraf di empat
tempat berbeda – badan sel bagian intraseluler dan ekstraseluler serta akson bagian
intraseluler dan ekstraseluler - pada tiga cairan ekstraseluler dengan komposisi yang berbeda-
beda dengan menggunakan amplifier.
Pada percobaan pertama digunakan cairan kontrol dengan komposisi yang sama
dengan cairan ekstraseluler tubuh manusia pada umumnya, yaitu 5 mM K+ dan 150 mM
Na+. Kemudian, didapatkan nilai potensial membran pada badan sel dan akson intraseluler
sebesar -70 mV serta pada badan sel dan akson ekstraseluler sebesar 0.
Pada percobaan kedua digunakan cairan yang tinggi potasium dengan komposisi 25
mM K+, 130 Na+. Kemudian, didapatkan nilai potensial membran pada badan sel dan akson
intraseluler sebesar -40 mV serta pada badan sel dan akson ekstraseluler sebesar 0.
Pada percobaan ketiga digunakan cairan yang rendah sodium dengan
komposisi 5 mM K+, 30 Na+, dan ditambahkan kation sebesar 120 mM untuk menjaga
jumlah muatan positif konstan. Kemudian, didapatkan nilai potensial membran pada badan
sel dan akson intraseluler sebesar -72 mV serta pada badan sel dan akson ekstraseluler
sebesar 0.
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
perubahan sama sekali terhadap potensial membran di bagian ekstraseluler. Kemudian,
penambahan cairan K+ ekstraseluler menyebabkan perubahan potensial yang cukup besar
pada membran intraseluler menjadi kurang negatif. Sedangkan, pengurangan cairan Na+
ekstraseluler hanya menyebabkan perubahan yang sedikit pada potensial membran di bagian
ekstraseluler menjadi lebih negatif.
Activity 3
Pada percobaan ini, dilakukan pengukuran potensial aksi pada bagian akson dari sel
saraf di dua tempat yang berbeda yaitu R1 dan R2 dengan pemberian stimulus yang berbeda-
beda.
Pada percobaan pertama, diberikan stimulus sebesar 10 mV pada akson. Kemudian,
didapatkan belum terjadi potensial aksi.
Pada percobaan kedua, diberikan stimulus sebesar 20 mV pada akson. Kemudian,
didapatkan terjadi potensial aksi dengan nilai puncak pada R1 dan R2 sebesar 100 uV.
Pada percobaan ketiga, diberikan stimulus sebesar 30 mV pada akson. Kemudian,
didapatkan terjadi potensial aksi dengan nilai puncak pada R1 dan R2 yang sama seperti
percobaan kedua, yaitu sebesar 100 uV.
Pada percobaan keempat, diberikan stimulus sebesar 40 mV pada akson. Kemudian,
didapatkan terjadi potensial aksi dengan nilai puncak pada R1 dan R2 yang sama seperti
percobaan kedua, yaitu sebesar 100 uV.
Pada percobaan kelima, diberikan stimulus sebesar 50 mV pada akson. Kemudian,
didapatkan terjadi potensial aksi dengan nilai puncak pada R1 dan R2 yang sama seperti
percobaan kedua, yaitu sebesar 100 uV.
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada
pemberian stimulus terdapat ambang batas atau yang disebut juga dengan threshold, yaitu
sebesar 20 mV. Hal inilah yang menyebabkan pada percobaan pertama belum terjadi
potensial aksi.
Kemudian, pada percobaan kedua sampai kelima didapatkan hasil yang sama. Hal ini
dikarenakan sel saraf memiliki nilai maksimal dalam menerima stimulus, sehingga ketika
diberikan stimulus yang lebih besar hasilnya tetap sama. Justru, penambahan stimulus yang
berlebihan dapat menyebabakan kerusakan pada akson.
Dapat disimpulkan juga bahwa antara R1 dan R2 terdapat jeda waktu. Hal ini
dikarenakan stimulus yang diberikan pada akson harus menjalar terlebih dahulu dari R1
kemudian ke R2 sehingga waktu terjadi potensial aksi tidak sama.
4. Sebuah potensial aksi merupakan peristiwa “keseluruhan atau tidak sama sekali”.
Jelaskan apa maksud kalimat tersebut !
Ketika ambang batas terpenuhi, maka potensial aksi akan terjadi. Namun jika
stimulus terlalu kecil, maka tidak terjadi potensial aksi sama sekali.
5. Apa yang terjadi dengan jumlah pelepasan neurotransmitter ketika Anda mengganti
cairan ekstraseluler kontrol ke cairan ekstraseluler tanpa Ca2+?
Tanpa adanya kalsium, tidak ada neurotransmitter yang dilepaskan karena
eksositosis vesikel sinaptik bergantung pada kalsium.