Anda di halaman 1dari 23

PERENCANAAN

PEMBELAJARAN
DALAM SETTING
PENDIDIKAN INKLUSIF
Daftar Isi
A Pengantar Kurikulum Adaptif 1

1 Pengertian Kurikulum Adaptif 1


2 Prinsip Pengembangan Kurikulum Adaptif 2
3 Model Pengembangan Kurikulum Adaptif 3
B Modifikasi Tujuan 6
C Modifikasi Isi/materi 7
D Modifikasi Proses 8
1 Pendekatan Pembelajaran 8
2 Metode Pembelajaran 9
3 Model Pembelajaran 13
4 Media Pembelajaran 14
5 Sumber belajar 15
E Modifikasi Penilaian 17
1 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen 17
2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 20

Referensi 21
A Pengantar Kurikulum Adaptif
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (SPPI) menerapkan kurikulum
yang berlaku secara nasional (Kurikulum 2013) yang diadaptasi sesuai dengan
kebutuhan PDBK. Adaptasi kurikulum meliputi adaptasi tujuan, isi/materi, proses,
dan/atau penilaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku oleh pemerintah.
Adaptasi kurikulum dilakukan oleh SPPPI dengan mengacu kepada kebutuhan
PDBK yang diperoleh berdasarkan hasil asesmen.

Merencanakan sebuah pembelajaran yang efektif bagi PDBK merupakan


sebuah tuntutan yang harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam menyusun
perecanaan tersebut tentunya tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tanpa
persiapan dan informasi yang jelas tentang kondisi dan kesiapan peserta didik. Oleh
sebab itu guru akan membutuhkan sejumlah informasi yang lengkap dari peserta
didik yang mengalami gangguan fisik, mental, intelektual, emosi dan perilaku
tersebut dengan melakukan asesmen. Diharapkan informasi hasil asesmen dapat
dijadikan sebagai dasar dalam memberikan layanan yang berorientasi pada
kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Peserta didik di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif kemampuannya


beragam. Hal tersebut menuntut adanya pengembangan kurikulum adaptif bagi
PDBK yang mengikuti pendidikan di SPPI.

1. Pengertian Kurikulum Adaptif


Kurikulum adaptif adalah kurikulum yang dikembangkan agar dapat
mengakomodasi peserta didik dengan berbagai latar belakang dan
kemampuan, dengan tujuan agar kurikulum lebih peka mempertimbangkan
keragaman peserta didik dan pembelajarannya relevan dengan kemampuan
dan kebutuhannya. SPPI harus mampu mengembangkan kurikulum sesuai
dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik peserta didik agar lulusan
memiliki kompetensi untuk bekal hidup (life skill). Kurikulum adaptif yaitu
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, bahan, dan isi serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang bersifat
inklusif yakni mengakomodasi PDBK dengan berbagai latar belakang dan

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 1


kemampuan sehingga lebih peka untuk mempertimbangkan keragaman
peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan
kebutuhannya.

Kurikulum yang disusun bersifat inklusif dan responsif jender, proses belajar
mengajar yang efektif, lingkungan sekolah yang mendukung, sumber daya
yang berasas pemerataan dan standarisasi dalam hal-hal tertentu
(monitoring, evaluasi dan tes). Kurikulum yang digunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan kurikulum
yang berlaku di sekolah umum/kejuruan, namun kurikulumnya perlu fleksibel
atau disesuaikan dengan kebutuhan PDBK karena hambatan dan
kemampuan yang dimilikinya bervariasi. Secara umum terdapat empat
komponen utama yang harus ada di dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/materi,
proses dan evaluasi/penilaian.

2. Prinsip Pengembangan Kurikulum Adaptif


Prinsip pengembangan kurikulum adaptif harus dijadikan acuan oleh para
guru untuk PDBK yaitu kurikulum umum/kejuruan yang diberlakukan untuk
peserta didik reguler perlu diubah untuk disesuaikan dengan kondisinya.
Penyesuaian atau adaptasi kurikulum dengan kemampuan PDBK terjadi pada
komponen tujuan, materi, proses, dan penilaian. Penyusunan kurikulum tidak
harus sama untuk masing-masing komponen, proses penyesuaian juga tidak
harus sama untuk semua materi, dan proses adaptasi juga tidak sama untuk
semua mata pelajaran. Proses adaptasi juga tidak sama pada masing-masing
PDBK.

a Kurikulum umum yang diberlakukan untuk peserta didik reguler perlu


diadaptasi sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan PDBK.

b Penyesuaian kurikulum dengan kemampuan PDBK.

c Penyesuaian kurikulum tidak harus sama pada masing-masing


komponen, artinya jika komponen tujuan dan materi harus dimodifikasi,
mungkin demikian juga proses dan penilaiannya.

d Proses penyesuaian juga tidak harus sama untuk semua materi. Materi
tertentu perlu disesuaikan, tetapi mungkin tidak perlu untuk materi yang
lain.

2 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


e Proses penyesuaian juga tidak sama untuk semua mata pelajaran. Mata
pelajaran tertentu mungkin perlu banyak penyesuaian tetapi tidak
demikian untuk mata pelajaran yang lain.

f Proses penyesuaian juga tidak sama pada masing-masing jenis


kekhususan. PDBK yang tidak mengalami hambatan kecerdasan,
misalnya: peserta didik tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa, mungkin
sedikit membutuhkan adaptasi kurikulum. PDBK yang mengalami
hambatan kecerdasan (tunagrahita) membutuhkan penyesuaian hampir
pada pada semua komponen pembelajaran (tujuan, isi, proses, dan
penilaian).

3. Model Pengembangan Kurikulum Adaptif


Dikenal ada 5 (lima) model kemungkinan pengembangan Kurikulum Adaptif
bagi PDBK yang mengikuti pendidikan di SPPPI, yakni: model eskalasi,
duplikasi, modifikasi, subtitusi, dan omisi.

a Eskalasi
Eskalasi berarti kenaikan; pertambahan (volume, jumlah, dan
sebagainya). Model eskalasi berarti adaptasi atau penyesuaian
kurikulum ke atas (eskalasi) untuk peserta didik yang memliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted and talented). Prinsip
utama dalam eskalasi untuk peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah penerapan kurikulum
diferensiasi. Kurifikulum diferensiasi kurikulum nasional dan lokal yang
dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan
melalui sistem eskalasi dan enrichment yang dapat memacu dan
mewadahi secara integrasi pengembangan spiritual, logika, etika dan
estetika, kreatif, sistematik, linier dan konvergen. Dalam upaya
menyusun kurikulum diferensiasi adalah penggunaan pendekatan peta
konsep. Peta konsep merupakan salah satu intrumen yang digunakan
untuk menata materi kurikulum agar diperoleh keterkaitan antar konsep
dan keutuhan materi yang akan disajikan kepada peserta didik dalam
satu kesatuan waktu (semester). Dengan peta konsep peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengetahui

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 3


cakupan, urutan dan seberapa banyak materi yang direncanakan akan
dipelajari oleh peserta didik serta bagaimana hubungan antara materi
satu dengan lainnya. Peta konsep merupakan gambaran visual yang
berisikan jumlah materi serta hubungan antar konsep.

b Duplikasi
Duplikasi artinya salinan yang serupa benar dengan aslinya. Menyalin
berarti membuat sesuatu menjadi sama atau serupa. Dalam kaitannya
dengan model kuriukulum, duplikasi berarti mengembangkan dan atau
memberlakukan kurikulum untuk PDBK secara sama atau serupa
dengan kurikulum yang digunakan untuk peserta didik reguler. Jadi
model duplikasi adalah cara dalam pengembangan kurikulum, dimana
PDBK menggunakan kurikulum yang sama seperti yang dipakai oleh
peserta didik reguler. Model duplikasi dapat diterapkan pada empat
komponen utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses dan penilaian.

c Modifikasi
Modifikasi berarti mengubah atau menyesuaikan. Dalam kaitan dengan
model kurikulum untuk PDBK, maka model modifikasi berarti cara
pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum yang diberlakukan
bagi peserta didik reguler diubah untuk disesuaikan dengan kondisi,
kebutuhan dan kemampuan PDBK. Dengan demikian, PDBK menjalani
kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan
mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada empat komponen utama,
yaitu tujuan, materi, proses, dan evaluasi/penilaian. Dengan demikian
PDBK menjalani kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan
dan kemampuan mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada 4 (empat)
komponen utama.

d Substitusi
Subtitusi berarti mengganti. Dalam kaitannya dengan model
pengembangan kurikulum, maka substansi berarti mengganti sesuatu

4 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


yang ada dalam kurikulum umum dengan sesuatu yang lain. Penggantian
dilakukan karena hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh PDBK tetapi
masih bisa diganti dengan hal lain yang sama bobotnya dengan yang
digantikan. Model Substansi bisa terjadi dalam hal tujuan pembelajaran,
materi, proses maupun penilaian. Misalnya peserta didik tunarungu tidak
mungkin dikembangkan atau diuji kemampuan mendengarnya maka
materi- materi yang berkenaan dengan kemampuan mendengar diganti
dengan kemampuan isyarat atau bahasa tubuh lainnya.

e Omisi
Omisi berarti menghilangkan. Dalam kaitan dengan model
pengembangan kurikulum, omisi berarti upaya untuk menghilangkan
sesuatu dari kurikulum umum/kejuruan karena hal tersebut tidak
mungkin diberikaan kepada PDBK. Dengan kata lain, omisi berarti
sesuatu yang ada dalam kurikulum umum tetapi tidak disampaikan atau
tidak diberikan kepada PDBK, karena sifatnya terlalu sulit atau tak akan
mampu dilakukan oleh PDBK. Bedanya dengan substitusi adalah jika
dalam substitusi ada materi pengganti yang sama bobotnya, sedangkan
dalam model omisi tidak ada materi pengganti. Misalnya peserta didik
tunanetra tidak mungkin praktik tentang cahaya, maka kompetensi ini
dihilangkan dan tidak mungkin bisa diganti yang sama bobotnya.

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 5


B MODIFIKASI TUJUAN
Modifikasi Tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum
umum dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi PDBK. Sebagai konsekuensi dari
modifikasi tujuan PDBK, maka akan memiliki rumusan kompetensi sendiri yang
berbeda dengan peserta didik reguler, baik berkaitan dengan SKL dan SI (KI-KD).

Perhatikan contoh modifikasi KD dan Indikator berikut:

TABEL 3.5 Matrik Model modifikasi Kompetensi Dasar (KD)


Satuan Pendidikan : SMA
Kelas : X

KD Modifikasi
Kompetensi Kompetensi
Inti (KI) Dasar (KD) PDBK Dengan Hambatan Keterangan
Akademik (Kecerdasan)

SENIRUPA

3 Memahami, 3.1. Memahami bahan, 3.1.a. Mengenal bahan, media Modifikasi materi KD
menerapkan, media dan teknik dalam dan teknik dalam proses agar lebih sederhana
menganalisis proses berkarya seni berkarya seni rupa disesuaikan
pengetahuan rupa dengan karakteristik
faktual seni, PDBK
konseptual,
prosedural 3.2. Menerapkan jenis, 3.2.a. Mengenal jenis, symbol,
berdasarkan rasa simbol, dan nilai estetis dan nilai estetis dalam konsep
keingintahuannya dalam konsep seni rupa seni rupa
tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, 3.3. Memahami 3.3.a. Mengenal pameran
budaya, dan pameran karya karya seni rupa
humaniora seni rupa
dengan wawasan
kemanusiaan
kebangsaan,
kenegaraan, dan 3.4. Memahami jenis 3.4.a. Mengenal jenis simbol,
peradaban terkait simbol, fungsi dan fungsi dan nilai estetis dalam
fenomena dan nilai estetis dalam kritik karya seni rupa.
kejadian, serta kritik karya seni
menerapkan rupa.
pengetahuan
prosedural pada
bidang kajian yang
spesifik sesuai
dengan bakat dan
minatnya untuk
memecahkan

6 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


TABEL 3.6 Matrik Model Modifikasi Indikator

lndikator Modifikasi

PDBK Dengan Hambatan


Kompetensi Kompetensi Dasar Peserta Didik Akademik (Kecerdasan)/
Dasar (KD) (KD) Modifikasi pada Ummunya Tunagrahita atau Autis
Low Function)

3.1. Memahami 3 .1.a Mengenal 3.1. 1. Menjelaskan 3.1.a.1. Menunjukkan


bahan, media dan bahan, media, dan bahan dan media bahan dan media yang
teknik dalam teknik dalam proses yang digunakan digunakan dalam
proses berkarya berkarya seni rupa dalam seni rupa melukis
seni rupa. dua dimensi

3.1.2. Menjelaskan 3.1.a.2 Menyebutkan


teknik dalam proses cara membuat lukisan
berkaiya senimpa
dua dimensi

C MODIFIKASI ISI/MATERI
Modifikasi Isi berarti materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk peserta
didik reguler diubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan
PDBK. Dengan demikian PDBK mendapatkan sajian materi yang sesuai dengan
kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi Isi bisa berkaitan dengan
keleluasan, kedalaman dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi
yang diberikan kepada peserta didik reguler.

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 7


D MODIFIKASI PROSES

(Pendekatan, Metode, Model, dan Media)

Modifikasi Proses berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran yang


dijalani oleh PDBK dengan yang dialami oleh peserta didik reguler. Metode atau
strategi pembelajaran umum yang diberlakukan untuk peserta didik reguler tidak
diterapkan untuk PDBK. Jadi, mereka memperoleh strategi pembelajaran khusus
yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi proses
atau kegiatan pembelajaran bisa berkaitan dengan penggunaan pendekatan,
model, dan metode mengajar, lingkungan/setting belajar, waktu belajar, media
belajar serta sumber belajar

1. Pendekatan Pembelajaran
Kaitannya dengan Pendekatan Saintifik 5 M (Mengamati, Menanya,
Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan Mengomunikasikan) dalam
Kurikulum 2013 bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran dan bukan
urutan langkah-langkah baku. 5 M lebih untuk memberikan pengalaman,
mengembangkan sikap ilmiah, mendorong ekosistem sekolah berbasis
aktivitas ilmiah, menantang, dan memotivasi. Guru diberi ruang
menggunakan pendekatan/model pembelajaran lain. Bukan berbasis
ceramah dan bukan berbasis hafalan tetapi berbasis aktivitas dan
kreativitas, menginspirasi, meyenangkan, dan berprakarsa.

Perlu dipahami oleh guru kaitanya dengan “mengamati” ada hal-hal


yang harus dipertimbangkan bagi PDBK. Proses “mengamati” bagi peserta
didik tunanetra lebih menggunakan indera pendengaran karena fungsi
pelihatannya memiliki hambatan. Bagi peserta didik tunarungu lebih
menggunakan indera penglihatan karena fungsi pendengarannya memiliki
hambatan.

Dalam hal kemampuan “menanya” dan “mengomunikasikan” bagi


peseta didik tunanetra tidak memiliki kesulitan. Peserta didik tunanetra

8 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


memiliki keterampilan bertanya seperti peserta didik reguler, namun bagi
peserta didik tunarungu akan mengalami kesulitan sehingga dalam kegiatan
menanya dan mengomunikasikan akan dibantu dengan bahasa tubuh atau
isyarat atau mungkin dengan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan
Bahasa Isyarat Indonesia (Basindo). Begitu pula dengan peserta didik autis,
tunagrahita, dan peserta didik tunadaksa yang Cerebral Palsy (CP) memiliki
hambatan dalam komunikasi yang perlu diketahui oleh guru. Dengan
mengetahui itu semua maka guru akan mengondisikan kegiatan
pembelajaran dan memperhaatikan karakteristik PDBK. Begitu pula halnya
dalam kegiatan “mengumpulkan informasi” dan”menalar” hambatan yang
dialami PDBK perlu menjadi bahan pertimbangan guru dan peserta didik
reguler dalam melaksanakannya

2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsung
pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Beberapa metode pembelajaran
digunakan dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran dan KD. Proses belajar-mengajar yang baik hendaknya
mempergunakan berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian
atau saling bahu membahu satu sama lain.

Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan


kelemahannya sendiri-sendiri. Penggunaan metode yang variatif dan sesuai
dengan materi serta tujuan pembelajaran dapat membuat peserta didik
senang dan termotivasi untuk belajar. Metode tersebut harus dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi atau bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dalam setting pendidikan inklusif maka setiap pemilihan dan


penggunaan metode pembelajaran perlu juga disesuaikan dengan
karakteristik PDBK. Artinya ketika menggunakan metode pembelajaran
maka perlu memahami peta karakter peserta didik sehingga mengetahui
hambatan-hambatan yang dialami PDBK sehingga ada beberapa adaptasi
atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dilakukan. Misalnya ketika guru
menggunakan metode ceramah maka untuk peserta didik tunarungu perlu

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 9


ada perhatian dan penyampaian pesan/informasi khusus dengan melakukan
juga keterarahwajahan ketika menyampaikan materi pembelajaran, ada
tambahan penjelasan, penggunaan bahasa tubuh dan/atau bahasa isyarat,
dsb.

Perhatikan contoh adaptasi metode pembelajaran berikut:

TABEL 3.8 Metode Pembelaiaran dan Adaptasinya

No Nama Metode Pengertian Adaptasi

Metode Proyek Metode proyek adalah cara penyajian Perlu adanya beberapa
pelajaran yang bertitik tolak pada suatu penyesuaian dalam
masalah, kemudian dibahas dari berbagai menggunakan metode
segi pemecahannya secara keseluruhan proyek bagi PDBK
dan bermakna. Penggunaan metode ini disesuaikan dengan
bertitik tolak dari anggapan bahwa karakteristiknya.
pemecahan masalah perlu melibatkan
bukan hanya satu mata pelajaran,
melainkan hendaknya melibatkan berbagai
mata pelajaran yang ada kaitannya dengan
pemecahan masalah tersebut.

Metode Metode eksperimen (percobaan) adalah Perlu adanya beberapa


Eksperimen cara penyajian pelajaran, dimana peserta penyesuaian dalam
didik melakukan percobaan dengan menggunakan metode
mengalami dan membuktikan sendiri eksperimen bagi PDBK
sesuatu yang dipelajari. Peserta didik disesuaikan dengan
dituntut untuk mengalami sendiri, mencari karakteristiknya.
kebenaran atau mencoba mencari suatu
hukum atau dalil dan menarik kesimpulan
atas proses yang dialaminya itu.

Metode tugas Metode resitasi (penugasan) adalah perlu adanya beberapa


atau resitasi metode penyajian bahan pelajaran penyesuaian dalam
dimana guru memberikan tugas menggunakan metode
tertentu agar peserta didik melakukan tugas atau resitasi bagi
kegiatan belajar. Metode ini diberikan PDBK disesuaikan
karena materi pelajaran banyak dengan karakteristiknya.
sementara waktu sedikit. Agar materi
pelajaran selesai sesuai dengan waktu
yang ditentukan, maka metode inilah
yang biasanya digunakan oleh guru.
Tugas ini biasanya bisa dilaksanakan di

10 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


No Nama Metode Pengertian Adaptasi

rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan


ditempat lainnya. Tugas dan resitasi
merangsang anak untuk aktif belajar, baik
individu maupun kelompok, tugas yang
diberikan sangat banyak macamnya
tergantung dari tujuan yang hendak dicapai.

Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara penyajian Perlu adanya beberapa
pelajaran, dimana peserta didik dihadapkan penyesuaian dalam
pada suatu masalah yang bersifat menggunakan metode
problematis untuk dibahas dan dipecahkan diskusi bagi PDBK
secara bersama. Teknik diskusi adalah salah disesuaikan dengan
satu leknik belajar mengajar yang dilakukan karakteristiknya. Untuk
oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi peserta didik tunarungu
terjadi interaksi, tukar menukar pengalaman, dalam berdiskusi bisa
infonuas memecahkan masalah dan peserta dibantu dengan bahasa
didik menjadi aktif. isyarat atau bahasa
tubuh

Metode Metode sosiodrama dan role playing dapat Perlu adanya beberapa
Sosiodrama dikatakan sama dalam pemakaiannya sering penyesuaian dalam
disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya menggunakan metode
mendramatisasi tingkah laku dalam sosiodrama bagi
hubungannya dengan masalah sosial. PDBK disesuaikan
dengan karakteristiknya.

Metode Metode deruonstrasi adalah cara penyajian Perlu adanya beberapa


Demonstrasi bahan pelajaran dengan memperagakan penyesuaian dalam
atau mempertunjukkan kepada peserta didik menggunakan
suatu proses, situasi atau benda tertentu demonstrasi
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau- eksperimen bagi PDBK
pun tiruan dengan lisan. Dengan metode disesuaikan dengan
demonstrasi, proses penerimaan peserta karakteristiknya.
didik terhadap pelajaran akan berkesan
secara mendalam sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan sempurna.

Metode Metode problem solving bukan hanya Perlu adanya beberapa


Problem sekedar metode meugajar, tetapi juga penyesuaian dalam
Solving mempakan suatu metode berfikir sebab menggunakan metode
dalam metode problem solving dapat Problem Solving bagi
mengutamakan metode-metode lainnya PDBK disesuaikan
yang dimulai dari mencari data sampai dengan karakteristiknya.
kepada menarik kesimpulan.

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 11


No Nama Metode Pengertian Adaptasi

Metode Karyawisata dalam arti metode mengajar Perlu adanya beberapa


Karyawisata mempunyai arti tersendiri yang berbeda penyesuaian dalam
dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti menggunakan metode
kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. karyawisata bagi PDBK
Teknik karya wisata adalah teknik mengajar disesuaikan dengan
yang dilaksanakan dengan mengajak peserta karakteristiknya.
didik kesuatu tempat atau objek tertentu
diluar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu.

Metode Metode tanya jawab adalah cara penyajian Perlu adanya beberapa
Tanya jawab pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang penyesuaian dalam
harus dijawab, terutama dari guru kepada menggunakan metode
peserta didik ,tetapi dapat pula dari peserta Tanya jawab bagi PDBK
didik kepada guru. Metode tanya jawab disesiaikan dengan
memungkinkan terjadinya komunikasi karakteristiknya.
langsung yang bersifat dua arah sebab Peserta didik tunarungu
pada saat yang sama terjadi dialog antara dalam melakukan tanya
guru dan peserta didik. jawab bisa dibantu
dengan bahasa isyarat/
bahasa tubuh.

Metode Metode latihan merupakan suatu cara Perlu adanya beberapa


Latihan mengajar yang baik untuk menanamkan penyesuaian dalam
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini menggunakan metode
dapat juga digunakan untuk memperoleh latihan bagi PDBK
suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan disesuaikan dengan
dan keterampilan. karakteristiknya.

Metode Metode ceramah adalah metode tradisional Perlu adanya beberapa


Ceramah karena sejak dulu dipergunakan sebagai alat penyesuaian dalam
komunikasi lisan antara guru dengan peserta menggunakan metode
didik dalam proses belajar mengajar. Dalam ceramah bagi PDBK
metode ceramah dibutuhkan keaktifan guru disesuaikan dengan
dalam kegiatan pengajaran. Metode ini banyak karakteristiknya.
digunakan pada pengajar yang kekurangan Peserta didik tunanetra
fasilitas. akan cocok dengan
metode ceramah, namun
sebaliknya bagi peserta
didik tunarungu metode
ini kurang cocok
sehingga harus
divariasikan dengan
gambar, bahasa tubuh
atau isyarat

12 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


3. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk
mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model
pembelajaran adalah pola interaksi peserta didik dengan guru di dalam kelas
yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu
model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru,
akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan
peserta didik serta sistem penunjang yang disyaratkan Menurut Arends
(dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan
yang digunakan termasuk di dalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-
tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat diartikan juga sebagai
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Beberapa model pembelajaran ilmiah yang
direkomendasikan dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 antara lain
Discovery/Inquiry Learning, Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning), Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), dan
Cooperatif Learning.

Perhatikan contoh adaptasi model pembelajaran berikut:


TABEL 3.7 Model Pembelajaran

Model
Pembelajaran Karakteristik Komponen/Sintak Adaptasi

Discovery/ Peserta didik 1. Simulasi dan Pada dasarnya


Inquiry secara aktif identifikasi masalah model pembelajaran
Learning menemukan 2. Mengumpulkan yang digunakan
ide dan informasi sama dengan
mendapatkan 3. Pengolahan informasi peserta didik pada
makna 4. Verifikasi hasil
5. Generalisasi umumnya hanya
bagi PDBK perlu
disesuaikan dengan
hambatan atau
Pembelajaran Memecahkan 1. Identifikasi dan kekhususan yang
Berbasis masalah merumuskan masalah
2. Menyusun rancangan dialaminya sehingga
Masalah kontekstual
penyelesaian masalah perlu ada adaptasi,
(Problem
Based 3. Mengumpulkan informasi misalnya dalam
Learning) 4. Mengolah infomiasi menjelaskan
5. Menyelesaikan masalah langkah-langkah

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 13


Model
Pembelajaran Karakteristik Komponen/Sintak Adaptasi

Pembelajaran Peserta didik 1. Menyampaikan tujuan atau sintak model


Berbasis secara aktif 2. Menyajikan informasi pembelajaran lebih
Proyek menyelesaikan 3. Membentuk kelompok disederhakan, lebih
(Project suatu project, 4. Bekerja dalam kelompok fokus, dan lebih
Based penyelesaian 5. Presentasi hasil kerja perhatian agar
Learning) memerlukan kelompok PDBK dapat
waktu 6. Menerima umpan balik
memahami dan
penyelesaian mengikuti tugas-
relatif lama
tugas yang
diperolehnya. Bagi
PDBK tertentu bisa
Kerjasama 1. Menyampaikan tujuan dibantu tutor yaitu
Cooperatif 2. Menyajikan informasi
Learning tim dalam temannya yang lebih
melaksanakan 3. Membentuk kelompok
4. Bekerja dalam kelompok unggul dan perhatian
pembelajaran hal ini untuk lebih
5. Presentasi hasil kerja
kelompok memahamkan
6. Menerima umpan balik berbagai tugas atau
hal-hal yang harus
dikerjakan PDBK

4. Media Pembelajaran
Adanya peserta didik berkebutuhan khusus di SPPPI menuntut
sekolah untuk menyiapkan sarana prasarana khusus yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus dan strategi pembelajaran
yang dilakukan oleh guru yang bervariasi. Penyediaan sarana prasarana dan
media pembelajaran tidak perlu menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit
untuk mendapatkannya. Dengan kretivitas guru dapat membuat dan
menyediakan media pembelajaran yang sederhana dan murah.

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar


mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan peserta didik
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Media pembelajaran,
berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi
pelajaran.

Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang


paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal
harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang

14 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang
langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus
sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran.

Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak


banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah. Beberapa
media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah
media cetak (buku). selain itu banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan
jenis media lain gambar, model, LCD, dan obyek-obyek nyata. Sedangkan
media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program
pembelajaran komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya
sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru.

Beberapa media pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan


khusus perlu diadaptasikan disesuaikan dengan kekhususan peserta didik.
Contoh media pembelajaran visual tidak cocok digunakan untuk peserta
didik tunanetra. Demikian pula media pembelajaran audio.

5. Sumber belajar
Sumber belajar adalah segala sumber baik itu berupa daya,
lingkungan maupun pengalaman yang digunakan dan sebagai pendukung
dalam proses belajar mengajar agar berjalan lebih efektif dan efisien sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Sumber belajar dapat berupa buku, media
cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.
Sumber belajar perlu mengakomodasi peserta didik berkebutuhan khusus.
Contohnya Ruang Keterampilan disalah satu SMK seyogyanya dapat
mengakomodasi pelaksanaan praktik keterampilan yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus, baik itu bagi Peserta Didik
Tunagrahita, Autis, Tunadaksa, dan yang lainnya.

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 15


TABEL 3.9 Media Pembelajaran

No Golongan Contoh Dalam Pembelajaran Cocok Pemanfaatan


Media Untuk PDBK

Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon Semua PDBK kecuali
Tunarungu harus
dimodifikasi

Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, Semua PDBK kecuali


gambar Tunanetra harus
dibraillekan atau
direkam (buku bicara)

Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan Semua PDBK kecuali
tertulis untuk Tunanetra dan
Tunarungu perlu
Diadaptasi

Proyeksi Overhead transparansi (OHT), Semua PDBK kecuali


Visual Diam Film bingkai (slide) Tunanetra

Proyeksi Film bingkai (slide) bersuara Semua PDBK kecuali


Audio visual untuk Tunanetra dan
diam Tunarungu perlu
Diadaptasi

Visual Gerak Film bisu Semua PDBK kecuali


Tunanetra

Visual Gerak Audio Visual gerak, film gerak bersuara, Semua PDBK kecuali
dan Bersuara video/VCD, televisi untuk Tunanetra dan
Tunarungu perlu
Diadaptasi

Obyek Fisik Benda nyata, model, specimen Semua PDBK

Manusia dan Guru, Pustakawan, Laboran Semua PDBK


Lingkungan

Komputer CAI (Pembelajaran berbantuan Peserta Didik yang


komputer), CBI (Pembelajaran berbasis Memiliki Potensi
komputer). Kecerdasan dan Bakat
Istimewa dan PDBK
lainnya diadaptasi.

16 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


E MODIFIKASI PENILAIAN
Modifikasi Penilaian, berarti ada perubahan dalam sistem penilaian hasil
belajar yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan PDBK.
Dengan kata lain PDBK menjalani sistem penilaian yang berbeda dengan peserta
didik reguler.

Perubahan tersebut bisa berkaitan dengan perubahan dalam soal- soal


penilaian/soal/ujian, perubahan dalam waktu penilaian, teknik/cara penilaian, atau
tempat penilaian. Termasuk juga bagian dari modifikasi penilaian adalah perubahan
dalam kriteria kelulusan/ketuntasan, sistem kenaikan kelas, dan raport.

1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen


Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mendiagnosa kekuatan dan
kelemahan peserta didik, memonitor perkembangan belajar peserta didik,
menilai ketercapaian kurikulum, memberi nilai peserta didik dan menentukan
efektivitas pembelajaran baik aspek pengetahuan maupun aspek
keterampilan. Untuk tujuan-tujuan tersebut dapat digunakan berbagai
teknik dan bentuk instrumen penilaian. Penilaian dapat dilakukan secara
lisan, tertulis, observasi, praktik maupun penugasan perseorangan atau
kelompok, produk, projek, dan portofolio.

Untuk memiliki pemahaman yang lebih rinci mengenai teknik


penilaian dan bentuk instrumen, perhatikan tabel 3.12.

Penilaian pembelajaran bagi PDBK di SPPI mengacu pada kurikulum yang


ditetapkan satuan pendidikan bagi peserta didik yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran bagi PDBK di SPPI meliputi penilaian proses dan hasil
pembelajaran. Penilaian proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru
mata pelajaran sesuai dengan tugas kewenangannya. Penilaian proses
dilakukan sepanjang waktu pembelajaran ditujukan untuk mengetahui
kesulitan yang dialami peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran,
dan digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya sesuai
dengan kebutuhan.

Sekolah menentukan KKM. Dalam penentuan KKM sekolah


mempertimbangkan 3 (tiga) hal yaitu karakteristik peserta didik,

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 17


karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Bagi PDBK
yang kemampuan akademiknya di bawah standar maka hasil belajarnya atau
KKM- nya dibandingkan dengan kemampuan awal/standar awal/baseline
PDBK tersebut.

TABEL 3.12 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

No Aspek yang Kompetensi Teknik Bentuk Keterangan Adaptasi


Dinilai Inti (KI) Penilaian Instrumen bagi PDBK

Sikap KI-1 Sikap Observasi Lembar Observasi Teknik penilaian diri


Spiritual dan antar teman
Penilaian Diri Daftar Cek, Skala Likert kurang sesuai
dilakukan untuk
Penilaian peserta didik
Antar Teman Daftar Cek, Skala Likert
tunagrahita dan
autis yang low
Jurnal Lembar/Catatan Jurnal function validitasnya
diragukan
KI-2 Sikap Observasi Lembar Observasi sehubungan dengan
Sosial karakt eristik mereka.
Penilaian Diri Daftar Cek, Skala Likert
Untuk teknik
Penilaian penilaian lainnya
Antar Teman Daftar Cek, Skala Likert disesuaikan dengan
karakteristik PDBK
Jurnal Lembar/Catatan Jurnal ada beberapa
penyesuaian baik itu
penyesuaian isi/
Pengetahuan KI-3 Tes Lisan Tanya Jawab materi, cara.
Pengetahuan Quis
Daftar Pertanyaan
Benar-Salah,
Tes Tulisan Menjodohkan,
Pilihan Ganda,
Isian/ Melengkapi,
Uraian

Penugasan Tugas yang dilakukan


secara individu maupun
kelompok

Jurnal Sampel pekerjaan peserta


didikterbaik yang diperoleh
dari penugasan dan tes
tertulis

Keterampilan KI-4 Praktik/Kinerja Rubrik Penilaian Praktik/ Waktu, alat, dan


Keterampilan Kinerja Rubrik mungkin gabungan
beberapa
Produk Penilaian Proyek Rubrik penyesuaian isi/
materi, cara, waktu
Proyek Penilaian Proyek dan alat
Portofolio Sanipel pekerjaan peserta
didik terbaik dari KD pada
KI-4

18 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


PDBK yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan
atau jenjang tertentu, berhak melanjutkan ke satuan pendidikan atau
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam melakukan penilaian
pembelajaran seting pendidikan inklusif perlu ada beberapa penyesuaian
dikarenakan hambatan yang dialami oleh PDBK. Penyesuaian tersebut
antara lain dalam penyesuaian waktu, cara, dan materi atau isi.

1 Penyesuaian waktu
Penyesuaian waktu adalah penambahan waktu yang dibutuhkan oleh
seorang PDBK dalam mengerjakan ulangan, ujian, tes dan tugas lain
yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar. Contoh peserta didik
tunanetra memerlukan waktu lebih lama dalam mengerjakan ujian, baik
dibacakan oleh orang lain maupun dengan membaca sendiri dengan
menggunakan huruf Braille. Contoh lain, peserta didik tunadaksa yang
mempunyai kelainan motorik tangan akan memerlukan waktu yang
lebih lama ketika menuliskan jawaban sebuah tes. Penyesuaian waktu
dapat terjadi pada PDBK lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.

2 Penyesuaian cara
Penyesuaian cara adalah modifikasi cara yang dilakukan oleh guru dalam
memberikan penilaian atau ulangan, ujian, tes dan tugas lain yang
berhubungan dengan penilaian hasil belajar bagi seorang PDBK. Sebagai
contoh peserta didik tunadaksa yang mengalami kesulitan motorik
tangan, hampir tidak mungkin mengerjakan soal-soal ujian yang
jawabannya diminta secara tertulis. Bagi mereka ujian dapat dilakukan
secara lisan atau dengan cara menggunakan alat bantu tertentu
(augmentative). Peserta didik tunarungu, untuk mata pelajaran bahasa,
baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, penilaian tentang
keterampilan mendengarkan dapat dikompensasikan dengan aspek
keterampilan membaca.

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 19


3 Penyesuaian materi
Penyesuaian materi adalah penyesuaian tingkat kesulitan bahan dan
penggunaan bahasa dalam butir soal yang dilakukan oleh pendidik
dalam memberikan ulangan, ujian, tes dan tugas lain yang berhubungan
dengan penilaian hasil belajar bagi seorang PDBK. Sebagai contoh
peserta didik autis yang low function, mereka sangat sulit untuk
mengikuti pelajaran yang tingkat kesulitannya sama seperti anak
lainnya pada tingkat kelas yang sama. Oleh karena itu tingkat kesulitan
materi ujian disesuaikan dengan kemampuan masing- masing peserta
didik. Penyesuaian materi dapat terjadi pada PDBK lainnya sesuai
dengan kebutuhan masing-masing.

2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah
kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang
mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan
karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan
pendidikan. Bagaimana dengan KKM bagi PDBK? Apakah semua PDBK KKM
yang ditetapkannya sama? Peserta didik pada SPPPI kemampuannya
beragam. Seperti dijelaskan pada bahasan sebelumnya bahwa
kemampuannya ada yang di atas standar, standar, dan di bawah standar
yang sedemikian rupa. Pengembangan kurikulumnya ada yang eskalasi,
duplikasi, modifikasi, substitusi, dan omisi. Bagi PDBK yang kemampuannya
atau kecerdasannya di atas standar dan standar KKM-nya sama dengan
pada umumnya. Bagi PDBK yang kemampuannya atau kecerdasannya di
bawah standar yang sedemikian rupa (tunagrahita dan autis yang low
function) maka untuk menetapkan keberhasilan belajarnya atau KKM-nya
dibandingankan dengan kemampuan awal atau standar awal (baseline)
berdasarkan hasil asesmen.

Pemahaman hal ini harus dimiliki para guru bagi peserta didik tunagrahita
dan autis yang low function atau peserta didik lainnya yang memiliki
hambatan kecerdasan yang sedemikian rupa, sehingga tidak selalu
membandingkan dengan KKM kelas atau sekolahnya karena hal itu adalah
sesuatu yang tidak mungkin.

20 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


Referensi:

Direktorat jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,


Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah. (2018).
Bahan Ajar Bimbingan Teknis Pembelajaran peserta didik
Berkebutuhan Khusus Bagi Guru SMA-SMK Penyelenggara
Pendidikan Inklusif.

Manubey Johana & Martin Liufeto. (2018). Modul


Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru dalam
Pelaksanaan Pendidikan Inklusif. Inovasi Untuk Anak Sekolah
Indonesia, Kemitraan Australia Indonesia.

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 21

Anda mungkin juga menyukai