Perencanaan Pembelajaran 1
Perencanaan Pembelajaran 1
PEMBELAJARAN
DALAM SETTING
PENDIDIKAN INKLUSIF
Daftar Isi
A Pengantar Kurikulum Adaptif 1
Referensi 21
A Pengantar Kurikulum Adaptif
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (SPPI) menerapkan kurikulum
yang berlaku secara nasional (Kurikulum 2013) yang diadaptasi sesuai dengan
kebutuhan PDBK. Adaptasi kurikulum meliputi adaptasi tujuan, isi/materi, proses,
dan/atau penilaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku oleh pemerintah.
Adaptasi kurikulum dilakukan oleh SPPPI dengan mengacu kepada kebutuhan
PDBK yang diperoleh berdasarkan hasil asesmen.
Kurikulum yang disusun bersifat inklusif dan responsif jender, proses belajar
mengajar yang efektif, lingkungan sekolah yang mendukung, sumber daya
yang berasas pemerataan dan standarisasi dalam hal-hal tertentu
(monitoring, evaluasi dan tes). Kurikulum yang digunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan kurikulum
yang berlaku di sekolah umum/kejuruan, namun kurikulumnya perlu fleksibel
atau disesuaikan dengan kebutuhan PDBK karena hambatan dan
kemampuan yang dimilikinya bervariasi. Secara umum terdapat empat
komponen utama yang harus ada di dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/materi,
proses dan evaluasi/penilaian.
d Proses penyesuaian juga tidak harus sama untuk semua materi. Materi
tertentu perlu disesuaikan, tetapi mungkin tidak perlu untuk materi yang
lain.
a Eskalasi
Eskalasi berarti kenaikan; pertambahan (volume, jumlah, dan
sebagainya). Model eskalasi berarti adaptasi atau penyesuaian
kurikulum ke atas (eskalasi) untuk peserta didik yang memliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted and talented). Prinsip
utama dalam eskalasi untuk peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah penerapan kurikulum
diferensiasi. Kurifikulum diferensiasi kurikulum nasional dan lokal yang
dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan
melalui sistem eskalasi dan enrichment yang dapat memacu dan
mewadahi secara integrasi pengembangan spiritual, logika, etika dan
estetika, kreatif, sistematik, linier dan konvergen. Dalam upaya
menyusun kurikulum diferensiasi adalah penggunaan pendekatan peta
konsep. Peta konsep merupakan salah satu intrumen yang digunakan
untuk menata materi kurikulum agar diperoleh keterkaitan antar konsep
dan keutuhan materi yang akan disajikan kepada peserta didik dalam
satu kesatuan waktu (semester). Dengan peta konsep peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengetahui
b Duplikasi
Duplikasi artinya salinan yang serupa benar dengan aslinya. Menyalin
berarti membuat sesuatu menjadi sama atau serupa. Dalam kaitannya
dengan model kuriukulum, duplikasi berarti mengembangkan dan atau
memberlakukan kurikulum untuk PDBK secara sama atau serupa
dengan kurikulum yang digunakan untuk peserta didik reguler. Jadi
model duplikasi adalah cara dalam pengembangan kurikulum, dimana
PDBK menggunakan kurikulum yang sama seperti yang dipakai oleh
peserta didik reguler. Model duplikasi dapat diterapkan pada empat
komponen utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses dan penilaian.
c Modifikasi
Modifikasi berarti mengubah atau menyesuaikan. Dalam kaitan dengan
model kurikulum untuk PDBK, maka model modifikasi berarti cara
pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum yang diberlakukan
bagi peserta didik reguler diubah untuk disesuaikan dengan kondisi,
kebutuhan dan kemampuan PDBK. Dengan demikian, PDBK menjalani
kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan
mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada empat komponen utama,
yaitu tujuan, materi, proses, dan evaluasi/penilaian. Dengan demikian
PDBK menjalani kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan
dan kemampuan mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada 4 (empat)
komponen utama.
d Substitusi
Subtitusi berarti mengganti. Dalam kaitannya dengan model
pengembangan kurikulum, maka substansi berarti mengganti sesuatu
e Omisi
Omisi berarti menghilangkan. Dalam kaitan dengan model
pengembangan kurikulum, omisi berarti upaya untuk menghilangkan
sesuatu dari kurikulum umum/kejuruan karena hal tersebut tidak
mungkin diberikaan kepada PDBK. Dengan kata lain, omisi berarti
sesuatu yang ada dalam kurikulum umum tetapi tidak disampaikan atau
tidak diberikan kepada PDBK, karena sifatnya terlalu sulit atau tak akan
mampu dilakukan oleh PDBK. Bedanya dengan substitusi adalah jika
dalam substitusi ada materi pengganti yang sama bobotnya, sedangkan
dalam model omisi tidak ada materi pengganti. Misalnya peserta didik
tunanetra tidak mungkin praktik tentang cahaya, maka kompetensi ini
dihilangkan dan tidak mungkin bisa diganti yang sama bobotnya.
KD Modifikasi
Kompetensi Kompetensi
Inti (KI) Dasar (KD) PDBK Dengan Hambatan Keterangan
Akademik (Kecerdasan)
SENIRUPA
3 Memahami, 3.1. Memahami bahan, 3.1.a. Mengenal bahan, media Modifikasi materi KD
menerapkan, media dan teknik dalam dan teknik dalam proses agar lebih sederhana
menganalisis proses berkarya seni berkarya seni rupa disesuaikan
pengetahuan rupa dengan karakteristik
faktual seni, PDBK
konseptual,
prosedural 3.2. Menerapkan jenis, 3.2.a. Mengenal jenis, symbol,
berdasarkan rasa simbol, dan nilai estetis dan nilai estetis dalam konsep
keingintahuannya dalam konsep seni rupa seni rupa
tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, 3.3. Memahami 3.3.a. Mengenal pameran
budaya, dan pameran karya karya seni rupa
humaniora seni rupa
dengan wawasan
kemanusiaan
kebangsaan,
kenegaraan, dan 3.4. Memahami jenis 3.4.a. Mengenal jenis simbol,
peradaban terkait simbol, fungsi dan fungsi dan nilai estetis dalam
fenomena dan nilai estetis dalam kritik karya seni rupa.
kejadian, serta kritik karya seni
menerapkan rupa.
pengetahuan
prosedural pada
bidang kajian yang
spesifik sesuai
dengan bakat dan
minatnya untuk
memecahkan
lndikator Modifikasi
C MODIFIKASI ISI/MATERI
Modifikasi Isi berarti materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk peserta
didik reguler diubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan
PDBK. Dengan demikian PDBK mendapatkan sajian materi yang sesuai dengan
kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi Isi bisa berkaitan dengan
keleluasan, kedalaman dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi
yang diberikan kepada peserta didik reguler.
1. Pendekatan Pembelajaran
Kaitannya dengan Pendekatan Saintifik 5 M (Mengamati, Menanya,
Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan Mengomunikasikan) dalam
Kurikulum 2013 bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran dan bukan
urutan langkah-langkah baku. 5 M lebih untuk memberikan pengalaman,
mengembangkan sikap ilmiah, mendorong ekosistem sekolah berbasis
aktivitas ilmiah, menantang, dan memotivasi. Guru diberi ruang
menggunakan pendekatan/model pembelajaran lain. Bukan berbasis
ceramah dan bukan berbasis hafalan tetapi berbasis aktivitas dan
kreativitas, menginspirasi, meyenangkan, dan berprakarsa.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsung
pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Beberapa metode pembelajaran
digunakan dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran dan KD. Proses belajar-mengajar yang baik hendaknya
mempergunakan berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian
atau saling bahu membahu satu sama lain.
Metode Proyek Metode proyek adalah cara penyajian Perlu adanya beberapa
pelajaran yang bertitik tolak pada suatu penyesuaian dalam
masalah, kemudian dibahas dari berbagai menggunakan metode
segi pemecahannya secara keseluruhan proyek bagi PDBK
dan bermakna. Penggunaan metode ini disesuaikan dengan
bertitik tolak dari anggapan bahwa karakteristiknya.
pemecahan masalah perlu melibatkan
bukan hanya satu mata pelajaran,
melainkan hendaknya melibatkan berbagai
mata pelajaran yang ada kaitannya dengan
pemecahan masalah tersebut.
Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara penyajian Perlu adanya beberapa
pelajaran, dimana peserta didik dihadapkan penyesuaian dalam
pada suatu masalah yang bersifat menggunakan metode
problematis untuk dibahas dan dipecahkan diskusi bagi PDBK
secara bersama. Teknik diskusi adalah salah disesuaikan dengan
satu leknik belajar mengajar yang dilakukan karakteristiknya. Untuk
oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi peserta didik tunarungu
terjadi interaksi, tukar menukar pengalaman, dalam berdiskusi bisa
infonuas memecahkan masalah dan peserta dibantu dengan bahasa
didik menjadi aktif. isyarat atau bahasa
tubuh
Metode Metode sosiodrama dan role playing dapat Perlu adanya beberapa
Sosiodrama dikatakan sama dalam pemakaiannya sering penyesuaian dalam
disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya menggunakan metode
mendramatisasi tingkah laku dalam sosiodrama bagi
hubungannya dengan masalah sosial. PDBK disesuaikan
dengan karakteristiknya.
Metode Metode tanya jawab adalah cara penyajian Perlu adanya beberapa
Tanya jawab pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang penyesuaian dalam
harus dijawab, terutama dari guru kepada menggunakan metode
peserta didik ,tetapi dapat pula dari peserta Tanya jawab bagi PDBK
didik kepada guru. Metode tanya jawab disesiaikan dengan
memungkinkan terjadinya komunikasi karakteristiknya.
langsung yang bersifat dua arah sebab Peserta didik tunarungu
pada saat yang sama terjadi dialog antara dalam melakukan tanya
guru dan peserta didik. jawab bisa dibantu
dengan bahasa isyarat/
bahasa tubuh.
Model
Pembelajaran Karakteristik Komponen/Sintak Adaptasi
4. Media Pembelajaran
Adanya peserta didik berkebutuhan khusus di SPPPI menuntut
sekolah untuk menyiapkan sarana prasarana khusus yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus dan strategi pembelajaran
yang dilakukan oleh guru yang bervariasi. Penyediaan sarana prasarana dan
media pembelajaran tidak perlu menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit
untuk mendapatkannya. Dengan kretivitas guru dapat membuat dan
menyediakan media pembelajaran yang sederhana dan murah.
5. Sumber belajar
Sumber belajar adalah segala sumber baik itu berupa daya,
lingkungan maupun pengalaman yang digunakan dan sebagai pendukung
dalam proses belajar mengajar agar berjalan lebih efektif dan efisien sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Sumber belajar dapat berupa buku, media
cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.
Sumber belajar perlu mengakomodasi peserta didik berkebutuhan khusus.
Contohnya Ruang Keterampilan disalah satu SMK seyogyanya dapat
mengakomodasi pelaksanaan praktik keterampilan yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus, baik itu bagi Peserta Didik
Tunagrahita, Autis, Tunadaksa, dan yang lainnya.
Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon Semua PDBK kecuali
Tunarungu harus
dimodifikasi
Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan Semua PDBK kecuali
tertulis untuk Tunanetra dan
Tunarungu perlu
Diadaptasi
Visual Gerak Audio Visual gerak, film gerak bersuara, Semua PDBK kecuali
dan Bersuara video/VCD, televisi untuk Tunanetra dan
Tunarungu perlu
Diadaptasi
1 Penyesuaian waktu
Penyesuaian waktu adalah penambahan waktu yang dibutuhkan oleh
seorang PDBK dalam mengerjakan ulangan, ujian, tes dan tugas lain
yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar. Contoh peserta didik
tunanetra memerlukan waktu lebih lama dalam mengerjakan ujian, baik
dibacakan oleh orang lain maupun dengan membaca sendiri dengan
menggunakan huruf Braille. Contoh lain, peserta didik tunadaksa yang
mempunyai kelainan motorik tangan akan memerlukan waktu yang
lebih lama ketika menuliskan jawaban sebuah tes. Penyesuaian waktu
dapat terjadi pada PDBK lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.
2 Penyesuaian cara
Penyesuaian cara adalah modifikasi cara yang dilakukan oleh guru dalam
memberikan penilaian atau ulangan, ujian, tes dan tugas lain yang
berhubungan dengan penilaian hasil belajar bagi seorang PDBK. Sebagai
contoh peserta didik tunadaksa yang mengalami kesulitan motorik
tangan, hampir tidak mungkin mengerjakan soal-soal ujian yang
jawabannya diminta secara tertulis. Bagi mereka ujian dapat dilakukan
secara lisan atau dengan cara menggunakan alat bantu tertentu
(augmentative). Peserta didik tunarungu, untuk mata pelajaran bahasa,
baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, penilaian tentang
keterampilan mendengarkan dapat dikompensasikan dengan aspek
keterampilan membaca.
Pemahaman hal ini harus dimiliki para guru bagi peserta didik tunagrahita
dan autis yang low function atau peserta didik lainnya yang memiliki
hambatan kecerdasan yang sedemikian rupa, sehingga tidak selalu
membandingkan dengan KKM kelas atau sekolahnya karena hal itu adalah
sesuatu yang tidak mungkin.