Anda di halaman 1dari 28

BAHASA DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan 2
Dosen Pengampu : Endang Muslim, M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok 8 :


 Asep Zaenal Mutaqin
 Hani Mulyani
 Nurkholis
 Suci Wanti

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata Bahasa Arab 3 dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan.  Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Bahasa Arab 3 yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wa’alaikumsalam Wr.Wb.

Sumedang, 12 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah...........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................2
2.1. Isi Pendidikan.................................................................................................................................2
A. Pengertian Isi Pendidikan................................................................................................................2
B. Isi Pendidikan dan Pandangan Hidup..............................................................................................2
C. Macam-Macam Isi Pendidikan........................................................................................................2
D. Macam-Macam Pendidikan Menurut Isi Pendidikannya.................................................................3
2.2. Metode Pendidikan.........................................................................................................................4
A. Pengengertian Metode Pendidikan...................................................................................................4
B. Macam-macam Metode Pendidikan.................................................................................................5
2.3. Alat Pendidikan..............................................................................................................................9
A. Pengertian Alat-alat Pendidikan......................................................................................................9
B. Macam-macam Alat Pendidikan......................................................................................................9
2.4. Lingkungan Pendidikan...............................................................................................................14
A. Pengertian Lingkungan Pendidikan...............................................................................................14
B. Fungsi Lingkungan Pendidikan.....................................................................................................15
C. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan.........................................................................................15
D. Peranan Lingkungan Pendidikan Terhadap Pendidikan.................................................................21
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................23
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................................23
3.2. Saran.........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................25

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Dengan
pendidikan seseorang dapat meraih cita-cita yang diinginkan dan melanjutkan kehidupan.
Tentunya untuk mencapai cita-cita tersebut seseorang membutuhkan pendidik untuk
membantunya mewujudkan cita-citanya.
Pendidik adalah kunci utama dalam mencapai cita-cita yang diinginkan oleh setiap orang,
maka dalam hal ini pendidik harus bekerja keras untuk hal yang demikian. Kerja keras itu harus
didukung dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang pendidik. Jika seorang pendidik tidak
memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan, maka bisa dipastikan peserta didik tidak akan
dapat mencapai cita-citanya, begitupun dengan dunia pendidikan tidak akan mencapai tujuan
yang diharapkan yaitu menjadikan peserta didik menjadi insan kamil.
Berangkat dari hal itu, suatu pendidikan dapat berlangsung dengan baik perlu adanya
sarana maupun prasarana yang menunjang baik itu pendidikan yang bersikap formal maupun non
formal. Dalam setiap situasi pendidikan yang tengah berlangsung diperlukan metode dan alat-alat
pendidikan. Metode pendidikan selalu berkaitan dengan proses pendidikan yaitu bagaimana cara
melaksanakan kegiatan pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan. Berikut ini, sedikit
pemakalah membahas mengenai masalah demikian yaitu tentang pengertian dan macam-macam
metode/alat pendidikan serta pengertian pendidik sebagai penanggungjawab pendidikan.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan?
b. Sebutkan dan jelaskan yang dimaksud metode pendidikan!
c. Sebutkan dan jelaskan yang dimaksud alat pendidikan!
d. Sebutkan dan jelaskan yang dimaksud lingkungan pendidikan!
1.3. Tujuan Penulisan
a. Pembaca dan Penulis mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan.
b. Pembaca dan Penulis mampu menyebutkan dan menjelaskan metode pendidikan.
c. Pembaca dan Penulis mampu menyebutkan dan menjelaskan alat pendidikan.
d. Pembaca dan Penulis mampu menyebutkan dan menjelaskan lingkungan pendidikan.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Isi Pendidikan


A. Pengertian Isi Pendidikan
Isi pendidikan adalah materi didik yang mampu mengantar anak didik dewasa yang susila atau
manusia utuh yang berbudaya. Isi pendidikan tersebut berupa nilai-nilai yang tersusun sebagai
sistem nilai. Yang disebut nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang diinginkan;
singkatnya, yang baik.
Pendidikan dapat disebut sebagai proses transfer (pemindahan) nila-nilai, dari orang dewasa yang
susila atau manusia dewasa yang utuh dan berbudaya kepada anak didik, yaitu manusia muda
yang belum dewasa dan perkembangan menuju manusia yang utuh dan berbudaya. Transfer nilai
dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu transmisi dan transformasi.
Isi pendidikan dapat dibedakan sesuai pengertian umum dan pengertian khusus. Dalam
pengertian umum, isi pendidikan adalah nilai-nilai yang telah dipaparkan di atas. Dalam
pengertian khusus, yaitu pengajaran, isi pendidikan adalah informasi atau ilmu atau pengetahuan
yang ditransfer oleh pengajar kepada si belajar. Sesungguhnya, informasi, ilmu, dan pengetahuan
itu sendiri juga dapat disebut sebagai nilai-nilai karena mengandung pengertian sesuatu yang
baik, yang brharga, yang bermakna, yang bermanfaat, dan yang diinginkan.

B. Isi Pendidikan dan Pandangan Hidup


Isi pendidikan itu selalu sesuai dengan pandanagn hidup, falsafah dan ideologi masyarakat
(keluarga, bangsa, negara) dimana proses mendidik dan dididik itu terjadi. Untuk masyarakat,
banga dan negara Indonesia pandangan hidup, falsafah, ideologi atau nilai-nilai yang dicita-
citakan, yang diinginkan bersama itu adalah pancasila. Pancasila adalah dasar dan tujuan bagi
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Maka isi pendidikan di Indonesia tidak dapat terlepas
dari niali-nilai Pancasila.
C. Macam-Macam Isi Pendidikan
Pandangan tentang kebutuhan manusia secar umum dapat ditelusuri dari pendapat ahli filsafat
yang terkait, diantaranya :
a. Abraham Maslow

Maslow menyusun kebutuhan manusia secara hierarkhis dari yang paling bawah :
a) Kebutuhan fisiologis atau biologis (physiological need, biological need), seperti makan,
minum, dan tidur.
b) Kebutuhan rasa aman (security, safety), seperti tubuh yang sehat, pakaian, rumah untuk
berlindung.
2
c) Kebutuhan sosial (belonging), saling mencintai dan menerima, seperti berkawan,
berkeluarga, berkelompok atau bermasyarakat.Kebutuhan penghargaan atau harga diri
(self-respect, esteem).
d) Kebutuhan pengakuan atau aktualisasi diri (self-fulfillment), seperti menngembangkan
bakat atau kegemaran.

b. Drijarkara
Drijarkara, menyusun nilai-nilai pendidikan menurut rumusan tujuan dalam Sisdiknas 2003 dari
yang rendah ke yang tinggi, yaitu :
a) Nilai vital (jasmani), seperti makan, minum, pakaian, perumahan; berkonotasi dengan
“sehat”.
b) Nilai seni (keindahan), seperti rasa bahagia dengan barang-barang yang halus, bagus,
indah; berkonotasi dengan “kreatif, indah”.
c) Nilai kebenaran, seperti ilmu pengetahuan, pengartian, pemahaman; berkonotasi dengan
“cerdas, berilmu, cakap”.
d) Nilai kesusilaan (moral, etika), seperti cinta sesama, saling menghormati, bekerjasama,
inklusif, pluralisme; berkonotasi dengan “berakhlaq mulia dan berbudi luhur, warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab”
e) Nilai religius (jiwa keagamaan) yaitu pengakuan dan tunduk kepada Tuhan Yang Maha
Esa; berkonotasi dengan “beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.

D. Macam-Macam Pendidikan Menurut Isi Pendidikannya


Menurut isinya, pendidikan dapat dibedakan menjadi :
a. Pendidikan jasmani dan keterampilan
Pendidikan ini bertujuan untuk menumbuhkan potensi-potensi tubuh atau fisik menjadi lebih
tinggi atau lebih besar dan lebih kuat hingga matang untuk menunaikan tugas atau fungsi
perkembangan fisik dan kesehatannya termasuk tugas perkembangan seksual untuk memberikan
keturunan. Pendidikan ini dimulai di keluarga secara informal, diteruskan atau dibantu dalam
masyarakat umum secara nonformal, dan di sekolah-sekolah secara formal dalam bidang
pelajaran olah raga dan kesehatan. Pendidikan jasmani dan keterampilan ini memenuhi
kebutuhan tingkat dasr / rendah, yaitu kebutuhan fisiologis / biologis dan kebutuhan rasa aman,
termasuk pertumbuhan ranah psikomotorik.
b. Pendidikan seni
Pendidikan seni mengutamakan perkembangan rasa seni pada anak didik. Dengan pendidikan
seni pada diri anak didik ditanamkan nilai-nilai keindahan, keteraturan, keselarasan,
keseimbangan, dan keharmonisan. Khusus untuk anak yang berbakat, pendidikan seni dapat
menggembangkan bakat seni tersebut menjadi seorang seniman, tetapi tidak setiap anak didik
dididik menjadi seniman. Sesunguhnya sampai taraf tertentu setiap orang adalah seniman karena
sifat kodratnya yang unik. Pendidikan seni dapat dibiasakan mulai dari lingkungan keluarga,

3
dengan mengatur dan merawat rumah, kamar dan kebun; dilanjutkan di lingkungan masyarakat
umum dan juga di sekolah-sekolah. Ditinjau dari taksonomi Bloom, pendidikan seni dapat
dimasukkan dalam pengembangan ranah afektif, utamanya pada aspek emotif.
c. Pendidikan moral
Pendidikan moral utamanya mengembangkan kesadaran diri agar mampu memahami dirinya di
tengah-tengah pergaulan dengan orang lain dan lingkungannya, sebagai anggota keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara, bahkan juga sebagai warga dunia secara global. Pendidikan
moral berarti proses menanamkan nilai-nilai kebaiakn untuk dapat diinternalisai (dibatinkan)
dalam diri anak didik hingga memahami mana yang baik untuk dilaksanakan dan amana yang
buruk untuk dihindarkan. Dilihat dari kebutuhan manusia, pendidikan moral telah masuk dalam
kebutuhan tingkat tinggi yang pertama, yaitu kebutuhan sosial, sadangkan dari taksonomi Bloom
termasuk dalam pengembangan ranah afektif.
d. Pendidikan agama
Pendidikan agama menanamkan nilai-nilai keagamaan atau jiwa dan semangat agama yang
disebut religiusitas. Pendidikan agama dimaksudkan untuk membantu anak didik membentuk
kecerdasan beragama, yaitu mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, taat menjalankan ibadah
agama, mengakui dan menghargai keberadaan agama dan umat beragama yang berbeda.
Pendidikan agama menjadi hak asasi dan otoritas mutlak dari orangtua, maka pendidikan agama
utamanya dilaksanakan dikeluarga. Dari segi kebutuhan manusia, pendidikan agama memenuhi
kebutuhan tingkat tinggi, yaitu pengakuan diri atau harga diri dan aktualisasi diri, sementara dari
taksonomi Bloom merupakan pengembangan ranah afektif.
e. Pendidikan intelektual
Pendidikan intelektual mengembangkan potensi, kemampuan, kecerdasan intelektual anak didik
dalam menghadapi dan memecahkan masalah konkret dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
ini biasanya dilakukan di sekolah-sekolah, dengan mempelajari berbagai mata pelajaran. Dilihat
dari kebutuhan manusia termasuk dalam pemenuhan kebutuhan tingkat tinggi, yaitu aktualisai
diri lewat penilaian, temuan, karya ilmiah, pendapat, dan lain-lain. Dari taksonomi Bloom,
termasuk dalam penggembangan ranah kognitif.

2.2. Metode Pendidikan


A. Pengengertian Metode Pendidikan
1. Secara Etimologi
Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya adalah melalui dan hodos yang
berarti jalan atau cara. Dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu jalan atau cara yang dilalui
untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan
kata attariqah, manhaj, dan alwashilah. Thariqah berarti jalan, manhaj berarti system dan

4
washilah berarti perantara atau mediator, jadi metode dapat diartikan langkah-langkah strategis
yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan,
maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan
sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan
dapat dicerna dengan baik.
Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam
membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pengertian lain metode
belajar merupakan cara-cara yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Secara Terminologi
Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:
a. Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Abd al-rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis
dalam mencapai tujuan pengajaran.
c. Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat dan
cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan
adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi
tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran.

B. Macam-macam Metode Pendidikan


Metode mengajar yang digunakan guru-guru di sekolah dalam setiap pertemuan di kelas
tidak asal pilih, tetapi itu semua telah melalui beberapa proses penyeleksian yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam pertemuan tersebut. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran
jarang sekali guru-guru merumuskan hanya dengan satu tujuan, bisa dua bahkan lebih. Oleh
karena itu, guru tidak pernah menggunakan satu metode dalam menyampaikan materi di kelas.
Penggunaan metode yang satu ditujukan untuk tujuan yang satu dan tujuan yang lainnya seorang
guru biasanya menggunakan metode yang lain lagi. Metode apapun yang digunakan oleh seorang
guru di sekolah hendaklah seorang guru tersebut memperhatikan beberapa karakter atau prinsip-
prinsip dalam menggunakan metode, yakni:

a. Prinsip motifasi dan tujuan belajar.


Motivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk melakukan
sesuatu.  Motivasi belajar adalah jantung kegiatan belajar, sesuatu pendorong yang bisa membuat
orang belajar. Segala hasil dan sukses dalam belajar itu bergantung pada motivasi. Semakin

5
orang tertarik terhadap suatu bahan semakin gampang dia akan menguasai dan menyimpannya.
Motivasi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat sekali dalam proses belajar mengajar, belajar
tanpa sebuah motifasi bagaikan badan tanpa jiwa, atau laksana mobil tanpa bensin.
b. Prinsip kematangan dan perbedaan individu.
Tahapan belajar pada setiap anak manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda dan
kepekaaan terhadap penerimaan pelajaran itu pun berbeda-beda. Menurut Piaget, penerimaan
pelajaran memiliki tiga fase:
1. Fase Pra Operasional, yakni usia 5-6 tahun atau masa pra sekolah.
Pada masa ini seorang anak belum bisa membedakan secara gamblang, anak pada masa
ini akan timbul pertanyaan – pertanyaan yang akan sulit dijelaskan atau akan banyak abstrak, dan
ini bisa dijawab dengan cerita-cerita yang masuk rasio mereka.
2. Fase Operasi Konkret.
Masa ini pemikiran anak sudah mulai berkembang, anak pada masa ini sudah mulai bisa
berpikir abstrak. Berpikir abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.
Tujuannya untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata. Dalam
mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat disamping penggunaan
generalisasi. Pada masa ini anak akan tunduk kepada pemerintahnya.
3. Fase Operasional Formal
Pada fase ini anak sudah mulai bisa berpikir apa yang ada dibalik realitas, baik melalui
percobaan ataupun observasi. Menggambarkan bahwa pada anak umur 10-16 tahun
perkembangan moralnya bercirikan sebagai berikut, diantaranya:
 Orientasi pada hukuman dan ganjaran serta pada kekuatan fisik dan material.
 Orientasi anak masih berusaha mempertahankan harapan dan memperoleh persetujuan
kelompoknya.
 Orientasi otoritas, hukuman dan kewajiban untuk mempertahankan tata tertib yang tetap
diyakini sebagai nilai utama.

c. Prinsip penyediaan Peluang dan Pengalaman Praktis.


Pada keadaaan ini peran aktif siswa sangat berpengaruh sekali terhadap psikologisnya,
pengajaran yang dia alami akan lebih berarti dibandingkan dengan kata-kata. Confusius pernah
menekankan arti pentingnya belajar dari pengalaman. Dengan pekataan “Saya dengar dan saya
lupa”. “Saya liat dan saya ingat”. “Saya lakukan dan saya Faham”.
d. Integrasi Pemahaman dan Pengalaman.
Penyatuan pemahaman dan pengalaman akan menimbulkan kegiatan pembelajaran akan tampak
semakin nyata manfaat dan tujuan dari sebuah pembelajaran.

6
e. Prinsip Fungsional.
Belajar merupakan prose pengalaman hidup yang bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya. Dalam
artian seseorang yang telah belajar dia akan mudah untuk menjalani rintangan kehidupan, dan
seseorang yang telah belajar tidak pernah jatuh pada lubang yang sama.
Metode mengajar terdiri dari beberapa macam, mulai dari yang tradisional-konvensional
sampai yang modern-kontemporer. Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam proses
belajar mengajar. Para pakar menyebutkan beberapa macam metode dalam pembelajaran.
Pupuh Fathurrahman mengatakan metode terdiri dari: Metode Proyek, Metode
Eksperimen, Metode Penugasan, Metode Diskusi, Metode Sosiodrama, Metode Demonstrasi,
Metode Problem Solving, Metode Karyawisata, Metode Tanya Jawab, Metode Latihan, Metode
ceramah. Kemudian seiring dengan Pupuh Fathurrahman, DRs. Mahmud, M.Si dan Tedi Priatna
M.Ag sepakat dengan macam metode yang dipaparkan oleh Pupuh Fathurrahman. Berbeda
dengan Dra. Ihat Hatimah beliau memaparkan bahwa macam metode lebih kurang ada tiga puluh
macam, yaitu:
1. Metode DIAD
Metode DIAD yaitu cara berkomunikasi diantara dua orang baik secara lisan maupun tertulis
terutama menyangkut identitas dari masing-masing pribadi.
2.      Metode Membaca dan Berdiskusi.
Metode membaca dan berdiskusi yaitu cara pembahasan suatu permasalahan melalui diskusi
dengan mengawali kegiatan dengan membaca terlebih dahulu.
3.      Metode Lukisan Kelompok.
Metode lukisan kelompok yaitu cara mengekspresikan gagasan oleh setiap kelompok dalam
bentuk gambar yang diakhiri dengan kegiatan diskusi yang baik yang bersifat umum maupun
khusus.
4.      Metode Karangan Kelompok.
Metode karangan kelompok yaitu cara pengekspresian gagasan oleh setiap kelompok dalam
bentuk karangan kelompok yang diakhiri dengan kegiatan diskusi baik yang bersifat umum
maupun khusus.
5.      Metode Forum Musik.
Metode forum music yaitu cara pembahasan sesuatu hal yang diawali dengan mendengarkan
music terlebih dahulu oleh warga belajar.
6.      Metode Penelaahan Induktif Kitab Suci.
Metode penelaahan induktif kitab suci yaitu cara penelaahan sesuatu sayat Kitab Suci yang
dikemukakan oleh sumber belajar.
7.      Metode Pembahasn Mendalam Kitab Suci.
Metode pembahasan mendalam kitab suci yaitu cara pembahasan ayat-ayat Kitab Suci yang
dikemukakan oleh warga belajar baik secara lisan maupun tertulis.

7
8.      Metode Demonstrai.
9.      Metode demonstrasi yaitu cara memperagakan sesuatu hal yang pelaksanaannya diawali
oleh peraga sumber belajar kemudian diikuti oleh warga belajar.
10.  Metode Resitasi/Penugasan.
Metode resitasi yaitu cara pemberian tugass yang dilakukan oleh sumber belajar kepada
warga belajar yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas,
serta dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
11.  Metode Drill/Latihan.
Metode drill yaitu cara melatih warga belajar tentang kegiatan-kegiatan tertentu secara
berulang-ulang dengan materi yang sama.
12.  Metode Symposium.
Metode symposium yaitu cara penyimpanan materi secara lisan dilakukan berupa kegiatan
ceramah oleh beberapa orang narasumber.
13.  Metode Panel.
Metode panel yaitu cara pembahasan suatu masalah melalui suatu kegiatan diskusi yang
dilakukan oleh beberapa ahli dari berbagai keahlian dihadapi oleh warga belajar.
14.  Metode Forum/Diskusi Panel.
Metode forum Panel merupakan pengembangan dari metode panel. Metode forum panel
sama dengan metode diskusi panel.
15.  Metode Seminar.
Metode Seminar yaitu cara penyampaian informasi berdasarkan hasil penelitian yang diikuti
dengan kegiatan diskusi oleh seluruh warga belajar dibawah bimbingan sumber belajar.
16.  Metode Studi Kasus.
Metode studi kasus yaitu cara penelaahan suatu kasus nyata dilapangan melalui kegiatan
penelitian, yang diakhiri dengan kegiatan penyampaian laporan.
17.  Metode Colloquy.
Metode colloquy yaitu cara pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh tiga atau empat
orang nara sumber dengan didasarkan kepada pertanyaan yang dilakukan oleh tiga atau
empat orang sebagai wakil kelompok warga belajar.
18.  Metode Karyawisata.
Metode karyawisata yaitu cara mengunjungi suatu tempat/objek tertentu dengan melibatkan
seluruh warga belajar, dengan kegiatan dan unsur karya dan unsur wisata.
19.  Metode Simulasi.
Metode silmulasi yaitu cara permainan yang merupakan cuplikan satu situasi kehidupan
nyata yang diangkat dalam kegiatan belajar.
20.  Metode Role Playing/Bermain Peran.

8
Metode role playing yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa peragaan secara
singkat oleh warga belajar dengan tekanan utama pada karakteristik/sifat seseorang dengan
dasar memerankan cuplikan tingkah laku dalam situasi tertentu, yang dilanjutkan dengan
kegiatan diskusi tentang masalah yang baru diperagakan.
21.  Metode Socio Drama.
Metode socio drama penerapan dan langkah-langkahnya sama dengan metode role playing
yaitu sama-sama termasuk rumpun metode permainan.

2.3. Alat Pendidikan


A. Pengertian Alat-alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk
tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan
yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Selain
dari pada itu alat pendidikan juga bisa diartikan segala perlengkapan yang dipakai dalam usaha
pendidikan. Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diindentikkan dengan
media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Namun yang
dimaksud disini adalah alat pendidikan bukan media pendidikan.
Alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses
pelaksanaan pendidikan . Jadi, alat pendidikan itu berupa usaha dan perbuatan yang secara
konkrit dan tegas dilaksanakan, guna menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar
dan berhasil. Namun secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan . Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan
dari aspek fungsinya, yakni ; alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah
usaha mencapai tujuan, alat sebagai tujuan untuk mencapai tujuan selanjutnya. Menurut pendapat
ini, alat pendidikan bisa berupa usaha/perbuatan atau berupa benda/perlengkapan yang bisa
memperlancar/mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.
B. Macam-macam Alat Pendidikan
            Mengenai macam-macam alat pendidikan, kita dapat membedakan alat-alat pendidikan
ke dalam dua golongan yaitu:
a. Alat Pendidikan Preventif
Alat pendidikan preventif ialah alat yang bersifat pencegahan. Tujuan alat pendidikan preventif
itu diadakan jika maksudnya mencegah anak sebelum ia berbuat sesuatu yang tidak baik. Dan
untuk menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat atau menggangggu kelancaran dari proses
pendidikan bisa dihindarkan. Misalnya, tata tertib, anjuran dan perintah, larangan dan paksaan.
b. Alat Pendidikan Represif
Alat pendidikan represif disebut juga alat pendidikan kuratif atau alat pendidikan korektif. Alat
pendidikan represif bertujuan untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang benar, yang
baik dan tertib. Alat pendidikan represif diadakan bila terjadi sesuatu perbuatan yang dianggap

9
dengan peraturan-peraturan, atau sesuatu perbuatan yang dianggap melanggar peraturan.
Misalnya, pemberitahuan, teguran, hukuman dan ganjaran.

Namun ada pendapat lain yang mengatakan alat-alat pendidikan yang bukan benda :
1. Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-anak yang
masih kecil. Sebagai permulaan dan pangkal pendidikan pembiasaan merupakan alat yang satu-
satunya. Sejak lahir anak-anak harus dilatih dengan pembiasaan-pembiasaan dan perbuatan-
perbuatan yang baik, seperti dimandikan dan ditidurkan pada waktu tertentu, diberi makan
dengan teratur dan sebagainya. Makin besar anak itu kebiasaan yang baik harus tetap diberikan
dan dilaksanakan. Pembiasaan yang baik penting artinya bagi pembentukan watak anak-anak dan
juga akan terus berpengaruh kepada anak itu sampai hari tuanya.
Syarat-syarat pembiasaan antara lain:
a) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, sebelum anak itu mempunyai kebiasaan
yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
b) Pembiasaan itu hendaknya terus menerus (berulang-ulang), dijalankan secara teratur
sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan
pengawasan.
c) Pendidikan hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendirian yang
telah diambilnya. Jangan member kesempatan untuk melanggar pembiasaan yang telah
ditetapkan itu.
d) Pembiasan yang mula-mula mekanistis itu harus makin menjadi pembiasan yang disertai
kata hati anak itu sendiri.
Hal itu mungkin jika secara berangsur-angsur disertai pula dengan penjelasan-penjelasan dan
nasehat-nasehat dari si pendidik sehingga makin lama timbullah pengertian dalam diri anak
didik.
2. Pengawasan
Pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Aturan-aturan dan larangan-larangan dapat
berjalan dan ditaati dengan baik jika disertai dengan pengawasan yang terus menerus. Terus
menerus di sini dimaksudkan adalah pendidik hendaknya konsekuen, apa yang telah dilarang
hendaknya selalu dijaga jangan sampai dilanggar dan apa yang telah diperintahkan jangan
sampai diingkari.
Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak-anak. Tanpa pengawasan berarti
membiarkan anak berbuat sekehendaknya. Anak tidak dapat membedakan yang baik dan yang
buruk, mengetahui mana yang seharusnya dihindari atau tidak senonoh, dan mana yang boleh
dan harus dilaksanakan, mana yang membahayakan dan mana yang tidak.

10
Jadi dalam hal ini harus ada perbandingan antara pengawasan dan kebebasan. Tujuan mendidik
adalah membentuk anak supaya akhirnya dapat berdiri sendiri dan bertanggungjawab sendiri atas
perbuatannya, mendidik ke arah kebebasan. Makin besar anak itu makin dikurangi pengawasan
terhadapnya dan sebaliknya makin diperbesar kebebasan yang diberikan kepadanya.

3. Perintah
Dalam islam perintah disebut juga dengan amar ma’ruf. Perintah bukan hanya apa yang keluar
dari mulut seseorang dan yang harus dikerjakan oleh orang lain, melainkan dalam hal ini
termasuk pula peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap perintah
dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberi
arah atau mengandung tujuan ke arah perbuatan susila. Perintah dalam pendidikan islam bersifat
memberi arah atau mengandung tujuan kearah perbuatan yang mulia.
Syarat-syarat memberi perintah :
a) Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar sehingga mudah
dimengerti oleh anak.
b) Perintah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan umur anak sehingga jangan sampai
memberi perintah yang tidak mungkin dikerjakan oleh anak. Tiap-tiap perintah
hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan anak.
c) Kadang-kadang kita perlu mengubah perintah menjadi permintaan sehingga tidak terlalu
keras kedengarannya.
d) Jangan terlalu banyak dan berlebihan memberikan perintah, sebab dapat mengakibatkan
anak itu tidak patuh, melainkan menentang.
e) Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya. Suatu perintah
harus ditaati oleh seorang anak berlaku pula bagi anak yang lain.
f) Suatu perintah yang bersifat mengajak si pendidik turut melakukannya, umumnya lebih
ditaati oleh anak dan dikerjakannya dengan gembira.

4. Larangan
Larangan biasanya dikeluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, yang merugikan
atau yang membahayakan dirinya. Seorang ibu atau ayah yang sering melarang perbuatan
anaknya, dapat mengakibatkan bermacam-macam sikap atau sifat yang kurang baik pada anak
itu, seperti:
a) Keras kepala atau melawan.
b) Pemalu dan penakut.
c) Perasaan kurang harga diri.
d) Kurang mempunyai perasaan bertanggungjawab.
e) Pemurung atau pesimis.
f) Acuh tak acuh terhadap sesuatu.

11
5. Keteladanan
Dalam pendidikan, alat pendidikan yang paling diutamakan adalah teladan. Pada diri anak-anak
terdapat rasa bangga pada orang tua mereka. Dalam istilah agama dikenal dengan Uswatun
Hasanah (tauladan yang baik). Terutama dalam masalah ini perlu mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh dari guru atau pendidik dalam pepatah sering kita dengar bahwa guru kencing
berdiri murid kencing berlari. Pendidik dalam konteks ilmu pendidikan islam berfungsi sebagai
warasatu al-anbiya. Fungsi ini pada hakikatnya mengemban misi sebagai rahmatan lil ‘alamin
yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan taat pada hukum Allah. Misi ini
dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal shaleh
dan berakhlak mulia.
Menurut al Ghazali seperti yang disitir oleh fatiyah hasan sulaiman, terdapat beberapa sifat
penting yang harus dimiliki oleh pendidik sebagai orang yang diteladani, yaitu : amanah dan
tekun bekerja, lemah lembut dan kasih sayang terhadap peserta didik, dapat memahami dan
berlapang dada dalam ilmu dan terhadap orang-orang yang diajarkan, tidak rakus pada materi,
berpengetahuan luas, istiqamah dan memegang teguh prinsip islam. Sifat-sifat penting yang
harus ada dalam diri peserta didik menurut al-Ghazali, yaitu: rendah hati, mensucikan diri dari
segala keburukan, taat dan istiqamah.

6. Hukuman
Dalam islam hukuman disebut juga dengan ‘iqab. Abdurrahman an-Nahlawi menyebutkan
dengan tarhid yang berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman karena melakukan sesuatu
yang dilarang. Menurut Amir Daien Indra Kusuma menyebutkan hukuman adalah suatu
perbuatan dimana kita secara sadar, dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang
baik dari segi kejasmanian maupun kerohanian orang itu mempunyai kelemahan dibandingkan
diri kita, dan oleh karena itu kita mempunyai tanggung jawab untuk membimbingnya dan
melindunginya. Tujuan memberi hukuman kepada anak didik adalah sebagai berikut:
a) Hukuman diberikan karena ada pelanggaran
b) Hukuman diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran
Berikut ini beberapa ciri-ciri pemberian hukuman sesuai dengan perspektif pendidikan islam oleh
Asma Hasan Fahmi :
a) Hukuman diberikan untuk memperoleh perbaikan dan pengarahan.
b) Memberikan kesempatan kepada anak memperbaiki kesalahannya sebelum dipukul. Anak
yang belum berusia sepuluh tahun tidak boleh dipukul, kalaupun dipukul tidak boleh
lebih dari tiga kali.
c) Pendidik harus tegas dalam melaksanakan hukuman, artinya apabila sikap keras pendidik
telah dianggap perlu, maka harus dilaksanakan dan diutamakan dari sikap lunak dan kasih
sayang.

7. Ganjaran

12
Ganjaran adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena
perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Umumnya, anak mengetahui bahwa
pekerjaan atau perbuatan yang menyebabkan mendapat ganjaran itu baik. Pendidik bermaksud
juga supaya dengan ganjaran itu anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki dan
mempertinggi prestasi yang telah dicapainya.
Macam-macam contoh perbuatan atau sikap pendidik yang dapat merupakan ganjaran bagi anak
didiknya yaitu :
a) Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang diberikan
oleh seorang anak.
b) Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian).
c) Pekerjaan biasa juga menjadi suatu ganjaran.
d) Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas sangat perlu
e) Ganjaran biasa juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-
anak.
Adapun ditinjau dari segi wujudnya, maka alat pendidikan itu dapat berupa:
A. Benda-benda sebagai alat bantu pendidikan ( hardware).
Banyak sekali macamnya yang termasuk kedalam benda-benda yang dianggap sebagai alat bantu
pendidikan, diantaranya mencakup meja, kursi, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta,
dan sebagainya.
B. Perbuatan pendidik ( software)
a) Teladan
Teladan merupakan segala tingkah laku, cara berbuat, dan berbicara yang ada pada diri pendidik
yang kemungkinan akan ditiru oleh si anak didik. Dengan teladan ini, lahirlah gejala identifikasi
positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru. Identifikasi positif itu penting sekali
dalam pembentukan kepribadian. Karena itulah teladan merupakan alat pendidikan yang utama,
sebab terikat erat dengan pergaulan dan berlangsung secara wajar. Hal yang perlu diperhatikan
oleh pendidik dalam hal ini adalah kejelasan tentang tingkah laku mana yang harus ditiru ataupun
sebaliknya.
b) Anjuran, suruhan dan perintah
Perintah adalah tindakan pendidik yang menyuruh anak didik melakukan sesuatu yang
diharapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Jika pada teladan anak dapat melihat, di dalam
anjuran, suruhan, atau perintah anak mendengar apa yang harus dilakukan.
c) Larangan
Larangan merupakan tindakan pendidik menyuruh anak didik supaya tidak melakukan sesuatu
atau menghindari tingkah laku tertentu demi tercapainya tujuan pendidikan tertentu.
d) Pujian dan hadiah

13
Pujian danm hadiah merupakan tindakan pendidik yang fungsinya memperkuat penguasaan
tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai oleh anak didik. 4 Hadiah dalam hal ini tidak mesti
selalu berwujud barang. Anggukan kepala dengan wajah berseri, menunjukan jempol si pendidik,
sudah merupakan satu hadiah yang pengaruhnya besar sekali, seperti memotivasi,
menggembirakan, dan menambah keprcayaan dirinya.

e) Teguran
Teguran merupakan tindakan pendidik untuk mengoreksi pencapaian tujuan pendidik oleh anak
didik. Teguran dapat berupa kata-kata, tetapi juga dapat berupa isyarat-isyarat, misalnya
pandangan mata yang tajam, menunjuk dengan jari, dan sebagainya. 
f) Peringatan dan ancaman
Peringatan diberikan kepada anak yang telah beberapa kali melakukan pelanggaran, dan telah
diberikan teguran pula atas pelanggarannya. Dalam memberikan peringatan ini, biasanya disertai
dengan ancaman akan sanksinya. Karena itulah, ancaman merupakan tindakan pendidik
mengoreksi secara keras tingkah laku anak didik yang tidak diharapkan dan disertai perjanjian
jika terulang lagi akan dikenakan hukuman atau sanksi.
g) Hukuman
Hukuman ialah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada
anak didik dengan maksud agar penderitaan tersebut betul-betul dirasakannya, bukan untuk
meniksa si anak didik tetapi untuk menuju kearah perbaikan.

2.4. Lingkungan Pendidikan


A. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya,
keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mehluk hidup lainnya. Lingkungan
dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan
lingkungan sosial.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai lingkungan tempat berlangsungnya
proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. 

14
B. Fungsi Lingkungan Pendidikan
Tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada
tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat (Umar Tirtaraharja
et. al., 1990: 39–40). Seperti diketahui, lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah
keluarga. Makin bertambah usia seseorang, peranan lingkungan pendidikan lainnya (yakni
sekolah dan masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih tetap
berlanjut. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam
interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan
yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antara lingkungan yang satu
dengan lingkungan yang lain tidak mungkin untuk berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbal
balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan
sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan
tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat
pengembangan kemampuan diri.

Melihat hal diatas maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungan sehingga
terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikan dan
berkepribadian unggul. 

Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan, yakni:

1. pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya


2. pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3. pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan

C. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan


Lingkungan pendidikan adalah tempat seseorang memperoleh pendidikan secara langsung atau
tidak langsung. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan ada yang bersifat sosial dan material.
Lingkungan pendidikan secara garis besarnya oleh Ki Hajar Dewantara dibagi menjadi tiga yang
disebut dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat, hal itu sejalan
yang dinyatakan oleh Langeveld bahwa yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah
keluarga,sekolah dan masyarakat (Tirtahardjha,2004).

1. Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga ( Lingkungan Pendidikan Informal) 

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak yang memberikan
sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik dalam kehidupannya.
Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasi diri dengan orang tuanya,

15
melaikan juga mengidentifikasikan (mensatupadukan) diri dengan kehidupan masyarakat dan
alam sekitarnya. Pendidikan dalam lingkungan keluarga dimulai sejak anak lahir ke dunia dari
kandungan ibunya, dan berhenti apabila sang anak meninggalkan keluarga asal untuk
mendirikan keluarga baru.

Secara etimologi, menurut Ki Hajar Dewantoro (Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati.1991) Kata
keluarga berasal dari kata kawula dan warga. Kawula berarti “Abdi”, yakni hamba dan Warga
berarti “anggota”. Secara abdi dalam keluarga wajiblah seseorang menyerahkan segala
kepentingan-kepentingannya kepada keluarga.

Apabila ditinjau dari sosiologi, keluarga merupakan bentuk masyarakat  kecil yang


terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan yakni kesatuan anatar ayah-
ibu-anak, merupakan kesatuan terkecil dari bentuk kesatuan masyarakat.

Ditinjau dari sudut pandang pedagogis, ciri khas suatu lembaga adalah bahwa keluarga
itu adalah merupakan suatu persekutuan hidup yang dijalani rasa kasih sayang diantara dua
jenis manusia, yang bermaksud untuk saling meyempurnakan diri, terkandung juga kedudukan
dan fungsi sebagai orang tua. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu keluarga dapat dikatakan
keluarga lengkap apabila keluarga tersebut terdiri atas ayah, ibu dan anak.

Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga tercipta karena adanya
ikatan antara ayah,ibu dan anak sehingga terjalin rasa kasih sayang. 

Ø  Fungsi Keluarga 

Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar dapat hidup
sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribadi, dan lingkungan. Demi perkembangan dan
pendidikan anak, keluarga harus melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik dan seimbang.
M.I Soelaeman (1994) mengemukakan beberapa fungsi kelurga yaitu :

a. Fungsi Edukasi

keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya agar
menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri sesuai dengan tuntunan
perkembangan waktu. 

b. Fungsi Sosialisasi

16
Keluarga mempersiapkan anak sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna
kehidupan di masyarakatnya. 

c. Fungsi Proteksi

Keluarga sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai dan tenteram bagi
seluruh anggota keluarga. 

d. Fungsi Afeksi

Keluarga sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan rasa cinta dan kasih sayang
antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. 

e. Fungsi Religius

keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan


beragama dengan menciptakan iklim keluarga yang religius sehingga dapat dihayati oleh
keluarganya

f. Fungsi Ekonomi

Meliputi pencarian nafkah, perencanaan, serta pemanfaatan dan pembelajarannya. 

g. Fungsi Rekreasi

keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat
dan penuh semangat. 

h. Fungsi Biologis

keluarga sebagai wahana menyalurkan reproduksi sehat bagi semua anggota


keluarganya.

Ø  Peranan Anggota Keluarga dalam Pendidikan Anak. 

 Setiap anggota keluarga keluarga memiliki peranan tertentu sesuai dengan kedudukannya.
Mengenai peranan anggota-anggota keluarga dalam pendidikan anak dapat diuraikan sebagai
berikut :

a.  Peranan Ibu

Ibu memegang peranan penting dalam mendidik anak-anaknya. Sejak dilahirkan ibulah
yang selalu disampingnya, memberi makan, minum mengganti pakaian dan sebagainya. Oleh
karena itu kebanyakan anaka lebih cinta kepada ibunya dari pada anggota keluarga lainnya.
Ibu dalam keluarga merupakan orang pertama kali berinteraksi dengan anaknya, ia merupakan

17
orang pertama kali dikenal anaknya. Dari seorang ibu diharapkan ia mengahdapi anaknya
dengan penuh kasih sayang, sehingga dikatakan bahwa “ ibu berperan sebagai lambang kasih
sayang”. 

Ngalim Purwanto (2004:82) mengatakan bahwa sesuai dengan fungsi serta tanggung
jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat dijelaskan bahwa peranan ibu dalam pendidikan
anak-anaknya adalah sebagai berikut :

1) Sumber dan pemberi rasa kasih sayang,


2) Pengasuh dan pemelihara.
3) Tempat mencurahkan isi hati,
4) Pengatur dalam kehidupan berumah tangga,
5) Pembimbing hubungan pribadi, dan
6) Pendidik dalam segi-segi emosional.

b. Peranan Ayah

Di samping ibu, ayah pun mempunyai peranan yang tidak kalah pentinya terhadap
pembentukan keperbadian anak. Anak memendang ayahnya sebagai orang yang gagah, paling
berani, paling perkasa. Kegiatan yang dilakukan ayah dalam pekerjaan sahari-hari sangat
berpangaruh besar kepada anak-anaknya.

Menurut ngalim purwanto (2004 : 83) peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya
adalah sebagai berikut :

1) Sumber kukuasaan dalam keluarga,


2) Penghubung intern antara keluarga dengan masyarakan atau dunia luar,
3) Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, 4). Pelindung terhadap ancaman
dari luar,
4) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, dan
5) Pendidik dalam segi-segi rasional.

Jadi seorang ayah hendaknya memiliki kesadaran bahwa ia turut bertanggung jawab
dalam penjagaan, perawatan, dan pemeliharaan serta pendidikan anak-anaknya itu bersama
dengan seorang ibu.

Ø  Karakteristik Lingkungan Pendidikan Informal (Keluarga) 

Lingkunagn pendidikan keluarga tergolong jalur pendidikan informal, adapun


karakteristinya antara lain

18
(a). Tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan karakter. (b). Peserta
didiknya bersifat heterogen.

(c). Isi pendidikannya tidak terprogram secara formal/ tidak ada kurikulum tertulis. (d).
Tidak berjenjang.

(e). Waktu pendidikannya tidak terjadwal secara ketat, relatif lama. (f). Cara pelaksanaan
pendidikan bersifat wajar.

(g). Evalusai pendidikan tidak sistematis dan insidental.

(h).Credential tidak ada dan tidak penting.

2.      Lingkungan Pendidikan Sekolah ( Lingkungan Pendidikan Formal) 

Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali
pada jiwa anak. Karena itu disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolahpun
mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak. Karena
sekolah tersebut sengaja disedikan khusus untuk pendidikan yang sekaligus berfungsi
melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagai ganti orang tua yang harus ditaati.

Pendidikan disekolah, biasanya disebut sebagai pendidikan formal karena ia adalah


pendidikan yang mempunyai dasar , tujuan,isi, metode, alat-alatnya disusun secara eksplisit,
sistematis dan distandarisasikan (Azra,1998).

Sekolah hendaknya memberikan pendidikan keagamaan, akhlak sesuai dengan ajaran-


ajaran agama. Pendidikan agama yang diajarkan jangan bertentangan dengan pendidikan
agama yang telah diberikan keluarga. Karena si anak akan mengahadapi pertentangan-
pertentangan nilai-nilai, sehingga mereka akan bingung dan kehilangan kepercayaan.

Sekolah, yaitu pendidikan skunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah
sampai keluar sekolah dengan pendidiknya (guru) yang mempunyai kompotensi yang
profesional, personal, sosial dan pedagogis. Mengacu pada Sistem sekolah sebagai pendidikan
formal dirancang sedemikian rupa agar lebih efektif dan lebih efesien, yaitu bersifat klasikal
dan berjenjang. Sistem klasikal memungkinkan beberapa sejumlah anak belajar bersama dan
dipinpin oleh seorang atau beberapa guru sebagai fasilitator. Sebagi konsekuensinya mereka
menerima materi yang sama. Untuk itu, pada suatu kelas biasa murid-muridnya mempunyai
kemampuan yang relatif sama dari kelompok umur yang hampir sama pula.

3.      Lingkungan Masyarakat ( lingkungan Pendidikan Nonformal)

Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri seperti yang dikemukakan oleh
Tirtarahadja dan La Sulo (2000), yaitu antara lain : 

19
a. Ada interaksi warga-warganya 

b. Pola tingkah laku warganya di atur oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-
aturan yang berlaku. 

c.       Ada rasa Idensitas yang kuat yang mengikat pada warganya. Kesatuan wilayah,
kesatuan adat istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap kelompoknya merupakan
pangkal dari perasaan bangsa sebagai patriotisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan dan lain-
lain.

Selanjurnya kaitan masyarakat dengan pendidikan menurut Tirtarahadja dan La Sulo


(2000), dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu : 

a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik  yang dikembangkan maupun yang


tidak dikembangkan. 

b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan baik langsung maupun tidak langsung, ikut


mempunyai peran dan fungsi pendidikan. 

c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang
dimanfaatkan. Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan
selalu memperoleh manfaat dan pengalaman hidupnya untuk meningkatkan dirinya.

Di lingkungan masyarakat, setiap orang akan memperoleh pengalaman tentang berbagai


hal, misalnya tentang lingkungan alam, tentang hubungan sosial, politik kebudayaan dan
sebagainya. Di dalam lingkungan masyarakat setiap orang akan memperoleh pengaruh yang
sifatnya mendidik dari oarng-orang yang ada disekitarnya, baik dari teman sebaya maupun
oarng dewasa melalui interaksi sosial secara langsung atau tatap muka.

4.      Hubungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat

Pada masyarakat tradisional pendidikan cukup dilaksanakan dilingkungan keluarga dan


masyarakat saja. Akan tetapi dalam masyarakat modern, keluarga tidak dapat lagi memenuhi
kebutuhan dan aspirasi pendidikan bagi anak-anaknya, baik menyangkut pengetahuan, sikap
maupun keterampilan untuk melaksanakan perannya dalam  masyarakat. Dengan demikian,
sekolah dan masyarakat berfungsi untuk melengkapi pendidikan yang tidak bisa diberikan
keluarga. Namun demikian, tidak berarti bahwa keluarga dapat melepaskan tanggung jawab
pendidikan bagi anak-anaknya. Keluarga diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan
pendidikan di sekolah dan masyarakat.

20
D. Peranan Lingkungan Pendidikan Terhadap Pendidikan
Diantara peranan lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Peranan Lingkungan Keluarga

Sangat besar peranan kelurga dalam pendidikan, karena keluarga adalah lingkungan pertama
yang memberikan pendidikan kepada anak. Peranan keluarga tersebut diantaranya adalah :

 Sebagai pembentuk pola pikir anak, karena di dalam keluarga, anak pertama kali berkenalan
dengan nilai dan norma.
 Sebagai pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan factor yang
sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam perkembangan pribadinya.
 Sebagai lingkungan pendidikan yang memberikan keteladanan, karena keteladanan orangtua
akan menjadi tolat ukur dan menjadi wahana pendidikan moral.
 Sebagai lingkungan pendidikan yang berperan dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan
agama.

2. Peranan Lingkungan Sekolah

Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat.
Maka dari itu, sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan. Karena pengaruhnya besar
sekali pada jiwa anak dan sekolah pun berperan dalam pembentukan kepribadian anak. Diantara
peranan sekolah dalam pendidikan adalah sebagai berikut.

 Sebagai pendidikan formal yang menumbuhkembangkan dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik agar anak mampu menolong dirinya sendiri dalam hidup sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial melalui pembekalan dalam semua bidang studi.
 Sebagai lingkungan pendidikan yang perlu memberikan pemahaman tentang pendidikan
pancasila, agama, dan pembinaan watak sesuai dengan nilai dan norma yang hidup dan
berkembang di masyarakat.
 Sebagai lingkungan pendidikan yang haru mewujudkan cita-cita bangsa dalam hal
mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Peranan Lingkungan Masyarakat

   Lingkungan masyarakat mempunyai andil yang besar dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan nasional, dalam peranannya antara lain :

21
 Pendidikan manusia sebagai makhluk individu, lingkungan masyarakat berperan dalam
membantu pembentukan manusia yang cerdas, sesuai dengan kondisi dan fungsi dari masing-
masing pendidikan tersebut.
 Pendidikan manusia sebagai makhluk susila (kemasyarakatan), yang berkaitan dengan nilai-
nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai falsafah hidup bangsa, dan pancasila
sebagai dasar negara.
 Pendidikan manusia sebagai makhluk sosial, lingkungan masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung memang ditumbuhkembangkan sebagai makhluk individu dan susila,
yang secara bersama-sama mampu menciptakan kehidupan bersama secara
bertanggungjawab, untuk mencapai kesejahteraan sosial yang dinamis dengan sikap
makaryanya.
 Pendidikan manusia sebagai makhluk religious, maka lingkungan masyarakat banyak
memberikan andil dalam pembekalan yang berhubungan dengan masalah keagamaan. 

22
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Isi pendidikan adalah materi didik yang mampu mengantar anak didik dewasa yang susila atau
manusia utuh yang berbudaya. Isi pendidikan tersebut berupa nilai-nilai yang tersusun sebagai
sistem nilai. Yang disebut nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang diinginkan.

Metode adalah suatu jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa
Arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata attariqah,
manhaj, dan alwashilah. Thariqah berarti jalan, manhaj berarti system dan washilah berarti
perantara atau mediator, jadi metode dapat diartikan langkah-langkah strategis yang dipersiapkan
untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode itu harus
diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap mental dan
kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna
dengan baik.
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk
tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan
yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Selain
dari pada itu alat pendidikan juga bisa diartikan segala perlengkapan yang dipakai dalam usaha
pendidikan. Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diindentikkan dengan
media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Namun yang
dimaksud disini adalah alat pendidikan bukan media pendidikan.
Mengenai macam-macam alat pendidikan, kita dapat membedakan alat-alat pendidikan ke dalam
dua golongan yaitu:
a. Alat Pendidikan Preventif
Alat pendidikan preventif ialah alat yang bersifat pencegahan. Tujuan alat pendidikan preventif
itu diadakan jika maksudnya mencegah anak sebelum ia berbuat sesuatu yang tidak baik. Dan
untuk menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat atau menggangggu kelancaran dari proses
pendidikan bisa dihindarkan. Misalnya, tata tertib, anjuran dan perintah, larangan dan paksaan.
b. Alat Pendidikan Represif
Alat pendidikan represif disebut juga alat pendidikan kuratif atau alat pendidikan korektif. Alat
pendidikan represif bertujuan untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang benar, yang
baik dan tertib. Alat pendidikan represif diadakan bila terjadi sesuatu perbuatan yang dianggap
dengan peraturan-peraturan, atau sesuatu perbuatan yang dianggap melanggar peraturan.
Misalnya, pemberitahuan, teguran, hukuman dan ganjaran.
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya,
keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mehluk hidup lainnya. Lingkungan

23
dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan
lingkungan sosial.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.

3.2. Saran
Saran pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari
banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan
kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://blognyapgsd.blogspot.com/2014/12/isi-dan-metode-pendidikan.html?m=1

http://idhaeinsteinnizda.blogspot.com/2017/03/metode-pendidikan.html

Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Indrakusuma Amir. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surubaya: Usaha Nasional.
Ngalimpurwanto. 1985. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Sadulloh, dkk. 2009. Pedagogika. Bandung: UPI Press.
http://starawaji.wordpress.com/2009/05/21/alat-alat-pendidikan
http://neninurhasanah93.blogspot.co.id/2013/04/makalah-lingkungan-pendidikan.html  
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/pengertian-fungsi-dan-jenis-lingkungan-
pendidikan/
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/pengertian-fungsi-dan-jenis-lingkungan-
pendidikan/
http://blogrofika.blogspot.co.id/2014/12/fungsi-dan-jenis-lingkungan-pendidikan.html

25

Anda mungkin juga menyukai