Drug Related Problems
Drug Related Problems
Pharmaceutical Care adalah sebuah praktek dimana farmasis bertanggung jawab atas kebutuhan
yang berhubungan dengan obat pasien. Pharmaceutical Care (asuhan kefarmasian) adalah
tanggung jawab pemberian obat yang bertujuan untuk mencapai outcome yang dapat
Drug related problems (DRPs) merupakan domain klinis praktisi pharmaceutical care. Drug
related problems (DRPs) merupakan situasi yang tidak ingin dialami oleh pasien yang disebabkan
oleh terapi obat sehingga dapat berpotensi menimbulkan masalah bagi keberhasilan penyembuhan
yang dikehendaki.
a. Mengidentifikasi Actual problem dan Potential yang berkaitan dengan obat (Actual and
Potential DRPs)
Sedangkan fungsi utama dari seorang farmasis klinik, adalah sebagai berikut :
pasien yang mana melibatkan atau diduga melibatkan terapi obat dan itu sebenarnya atau
Actual DRPs adalah masalah yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang
Sedangkan Potential DRPs adalah masalah yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan dengan
Ketika sebuah DRPs terdeteksi, maka sangat penting untuk merencanakan bagaimana cara
mengatasinya. Kita harus memberikan skala prioritas untuk DRPs tersebut, yang manakah yang
harus diselesaikan terlebih dahulu. Prioritas masalah tersebut didasarkan pada risiko yang mungkin
Suatu kejadian dapat disebut DRPs bila memenuhi komponen-komponen. Komponen tersebut
adalah kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien berupa keluhan medis, gejala, diagnosis,
penyakit, dan ketidakmampuan (disability) serta memiliki hubungan antara kejadian tersebut
dengan terapi obat di mana hubungan ini dapat berupa konsekuensi dari terapi obat atau kejadian
yang memerlukan terapi obat sebagai solusi maupun preventif. Tujuan identifikasi DRPs adalah
untuk membantu pasien mencapai tujuan terapi dan mewujudkan kemungkinan terbaik dari terapi
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam menentukan skala prioritas DRPs adalah :
a. Masalah yang manakah yang dapat diselesaikan atau dihindari segera , dan yang manakah yang
b. Masalah yang merupakan bagian dari tugas atau tanggung jawab seorang farmasis.
c. Masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh seorang farmasis dan penderitanya.
d. Masalah yang dalam penyelesaiannya, memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan lainnya
Seseorang pasien tidak mengalami hasil yang diinginkan dari obat tertentu, kemudian dokter
menganggap pasien mungkin menerima atau memperoleh obat yang salah. Kemungkinan pasien
itu untuk mengalami masalah terapi obat ini terlalu sering. Terapi obat dapat menunjukkan obat
yang salah jika pasien tidak mengalami hasil yang memuaskan dari pengobatan tersebut. Ketika
pasien menentukan pengobatan untuk suatu penyakit yang dideritanya maka pasien beranggapan
bahwa obat itu akan menghasilkan kesembuhan yang lebih besar, sehingga pasien mungkin akan
mengatakan tidak mengalami masalah dalam terapi obat tersebut. Dan apabila pasien dengan terapi
obat tersebut tidak menghasilkan outcome apapun maka pasien akan mengatakan bahwa pasien
Pasien yang mempunyai alergi dengan obat-obat atau yang menerima terapi obat ketika ada
kontraindikasi mungkin mempunyai masalah terapi obat dari jenis “obat yang salah”. Semua terapi
obat harus mempertimbangkan pasien tertentu, bukan sekedar penyakit tertentu. Tiap pemberian
obat mungkin dianggap salah untuk pasien tertentu pada waktu pemberian jika bentuk dosis tidak
tepat, adanya kontraindikasi, kondisi pasien sukar disembuhkan dengan obat, obat tidak
menunjukkan kondisi pasien, atau tersedianya terapi obat yang lebih efektif.
Kejadian DRPs ini menjadi masalah aktual maupun potensial yang kental dibicarakan dalam
hubungan antara farmasi dengan dokter. Yang dimaksud dengan masalah aktual DRPs adalah
masalah yang sudah terjadi pada pasien dan farmasis harus berusaha menyelesaikannya. Masalah
DRPs yang potensial adalah suatu masalah yang mungkin menjadi risiko yang dapat berkembang
Jika DRPs aktual terjadi, farmasi sebaiknya mengambil suatu tindakan untuk memecahkan
Drug related problems (DRPs) adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi obat,
dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diinginkan pasien.
Permasalahan terkait obat atau drug related problems (DRPs) merupakan salah satu masalah yang
sering terjadi pada pasien geriatri yang menjalani perawatan di rumah sakit. Faktor yang
menyebabkan terjadinya DRPs pada pasien geriatri antara lain karena polifarmasi, penyakit
penyerta, penurunan fungsi organ, perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik karena penuaan
sehingga meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat dan medication errors.
DRPs merupakan medication error yang mempengaruhi clinical outcome dari pasien. Apabila
tidak dikelola dengan baik, maka akan dapat menimbulkan dampak yang lebih luas dan serius
bahkan sampai ke kejadian sentinel. Untuk menjamin obat digunakan secara efektif dan aman,
penanganan atau pemberian asuhan secara kolaboratif oleh semua profesional pemberi asuhan
menjadi sangat penting. Baik di komunitas maupun di rumah sakit, seorang apoteker dapat
risiko terjadinya reaksi obat yang merugikan yang disebabkan oleh interaksi obat-obat, interaksi
obat-penyakit, dan kesalahan pengobatan (medication error). Jumlah DRPs per pasien meningkat
secara linear dengan peningkatan jumlah obat yang digunakan, peningkatan jumlah obat
menghasilkan peningkatan 8,6% jumlah DRP (95% CI 1,07- 1,10). Di Indonesia pengertian lanjut
usia berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 67 tahun 2015 adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan
multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
multidisiplin. Kesalahan pengobatan didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat dicegah
yang dapat menyebabkan atau mengarah pada penggunaan obat yang tidak tepat atau
membahayakan pasien saat obat berada dalam kendali profesional pemberi asuhan, pasien, atau
terkait peningkatan usia dapat lebih meningkatkan risiko reaksi obat yang merugikan pada pasien
lanjut usia. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa pasien geriatri di Jerman merupakan
pengkonsumsi obat terbanyak di Eropa. Diperkirakan bahwa satu dari sepuluh pasien geriatri
mengalami reaksi obat yang merugikan yang menyebabkan mereka masuk rumah sakit (MRS)
atau mengalami reaksi obat selama rawat inap. Pada perkembangan dunia kesehatan, terdapat
istilah deprescribing yang menggambarkan suatu upaya menghentikan obat secara sengaja atau
mengurangi dosisnya untuk meningkatkan kesehatan seseorang atau mengurangi risiko efek
samping yang merugikan. Selama beberapa tahun terakhir, peran apoteker telah berkembang
dengan penerapan farmasi klinis sebagai intisari asuhan kefarmasian. Intervensi apoteker saat ini
dianggap sebagai pendekatan yang penting dalam proses perawatan pasien dengan meningkatkan
rasionalitas farmakoterapi dan mengurangi kesalahan pengobatan. Namun, layanan farmasi klinis
yang berorientasi pada pasien masih belum berkembang baik di banyak negara termasuk
Indonesia. Sementara di negara lain seperti Amerika Serikat dan Inggris, apoteker klinis sangat
banyak terlibat dalam tim multidisiplin dengan berpartisipasi secara aktif pada saat visite dan
In order to better focus the role of the pharmacist on patient need and patient outcome, a means of
categorizing drug-related problems (DRPs) is presented. A DRP exists when a patient experiences
with drug therapy. Eight different categories of DRPs are described and examples of each category
(1) to illustrate how adverse drug reactions form but one category of extant DRPs,
(3) to serve as a focus for developing a systematic process whereby the pharmacist contributes
(4) to bring to pharmacy practice a vocabulary consistent with that of other healthcare
professionals, and