OLEH
Rizki Safitri
105101106320
PEMBIMBING
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Ilmu Kesehatan Anak
Pembimbing,
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang senantiasa tercurahkan
atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
suritauladan yang membimbing manusia menuju surga. Alhamdulillah berkat hidayah dan
pertolongan-Nya sehingga dapat menyelesaikan Referat dengan judul “Kejang dengan Anak”.
Referat ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Kesehatan Anak. Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang mendalam kepada dr. Merlyn Meta Astari, Sp.A selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan
koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai. Penulis menyadari bahwa
penyusunan referat ini belum sempurna adanya dan memiliki keterbatasan tetapi berkat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat
berjalan dengan baik. Akhir kata, penulis berharap agar referat ini dapat memberi manfaat
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB II......................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................5
A. Definisi...........................................................................................................................5
B. Prevalensi........................................................................................................................5
C. Etiologi............................................................................................................................6
D. Faktor Risiko..................................................................................................................6
E. Klasifikasi........................................................................................................................7
F. Patofisiologi ....................................................................................................................8
G. Diagnosis .....................................................................................................................10
H. Penatalaksanaan............................................................................................................11
I. Prognosis .......................................................................................................................13
G. Edukasi ........................................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................36
PENUTUP.............................................................................................................................36
Kesimpulan .......................................................................................................................36
v
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang adalah kejadian sementara dari tanda dan/atau gejala akibat aktivitas neuronal
berlebihan di otak.1 Manifestasi klinis dari setiap aktivitas kejang ditentukan oleh lokasi
anatomis di otak yang terlibat. Tanda-tanda aktivitas kejang di otak dapat berkisar dari tidak
ada (kejang subklinis) hingga kehilangan kesadaran total dan kejang seluruh tubuh. 2
Klasifikasi kejang berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE) dibagi menjadi
empat kategori berdasarkan mode onset kejang yang diduga yaitu kejang fokal atau parsial ,
klinis atau EEG pertama menunjukkan aktivitas awal terbatas hanya pada 1 bagian belahan
otak.2 Kejang Parsial ini dibagi menjadi dua yaitu kejang Parsial kompleks dan kejang Parsial
berkembang menjadi kejang tonik-klonik umum. Perbedaan antara kejang parsial sederhana
dan kompleks adalah berdasarkan penurunan kesadaan selama serangan, karena adanya
keterlibatan jaringan luas yang mengakibatkan hilangnya kesadaran maka hal ini lebih
mungkin menyebar ke kejang umum. 2 Pada Kejang parsial sederhana tanda-tanda motorik
paling sering, termasuk gerakan klonik (menyentak), kontraksi tonik (pengerasan), atau
perubahan atonik (kehilangan nada) pada kelompok otot,. Pada sensorik manifestasi juga
dapat terjadi seperti kesemutan atau nyeri di daerah tubuh, halusinasi pendengaran atau
penciuman, atau melihat bentuk berwarna cerah. Temuan otonom seperti berkeringat,
palpitasi, kemerahan, air liur berlebih, atau inkontinensia dapat menyertai kejang. Psikis
seperti pengalaman perasaan takut, déjà vu. 2 Mayoritas kejang parsial berhubungan dengan
penurunan respon dan dengan demikian diklasifikasikan sebagai Kejang parsial kompleks.
Selama kejang parsial kompleks, pasien mungkin tampak terjaga tetapi tidak responsif (atau
hanya sebagian responsif) terhadap rangsangan. Jarang sekali pasien tampak benar-benar
kehilangan kesadaran selama. Kejang parsial kompleks dapat timbul dari lobus otak manapun
namun lobus temporal mungkin merupakan tempat asalnya yang paling umum. Kejang lobus
1
temporal secara klasik bermanifestasi dengan menatap dan tidak responsif dan cenderung
memiliki otomatisme terkait.2 Kejang dapat dimulai secara fokal dan kemudian menyebar ke
seluruh area otak (generalisasi), contoh klasik dari kejang parsial yang menyebar yaitu kejang
yang dimulai dengan aktivitas klonik pada salah satu ekstremitas atau wajah dan secara
berurutan menyebar ke seluruh hemibody yang terlibat, akhirnya melibatkan kedua sisi tubuh
dengan gerakan bilateral. kejang sinkron. Perkembangan klinis ini dicerminkan oleh evolusi
pelepasan EEG dari subset motor strip ke seluruh 1 hemisfer, diikuti oleh keterlibatan umum
kedua hemisfer.2
Kategori kejang umum meliputi kejang absans, kejang mioklonik, kejang klonik, kejang
tonik, kejang GTC, dan kejang atonik (astatik). 2 Kejang tonik, klonik, dan tonik-klonik bifasik
dapat terjadi tersendiri maupun dalam kaitan dengan tipe kejang lain. Biasanya kejang
dimulai secara mendadak namun terkadang didahului beberapa hentakan mioklonik. Selama
kejang tonik-klonik berlangsung, pasien kehilangan kesadaran dan kontrol postur, diikuti
kekakuan tonik dan deviasi mata ke atas. Sekresi yang berlebihan, dilatasi pupil, diopharesis
dan hipertensi sering dijumpai. Fase tonik disusul dengan gerakan klonik (‘kelejotan’). Pada
fase pasca-iktal, anak mungkin tampak hipotonik. Saat anak sadar kembali, sering kali
terdapat iritabilitas dan sakit kepala. 1 Kejang Absans adalah kejang dengan manifestasi utama
bengong dapat merupakan suatu absans (kejang umum) atau kejang fokal. Ciri klinis kejang
absans adalah kehilangan kesadaran yang singkat (<15 detik) disertai kelopak mata bergetas
atau automatisme sederhana, mislanya gerkana jari tangan dan mengecap-ngeap. Kejang
absans biasanya dimulai pada usia 4-6 tahun. Mungkin sulit untuk membedakan absans
dengan kejang fokal dengan perubahan kesadaran, namun hal ini penting untuk evaluasi dan
tata laksana yang tepat. Perbedaan keduanya dapat dilihat pada tabel 1.1
2
Kejang Fokal dengan
Ciri Absans
Perubahan Kesadaran
Durasi Beberapa detik Beberapa menit
Manuver Provokasi Hiperventilasi stimulasi fotik Bervariasi, tapi sering kali tidak ada
Fase Pascaiktal Tidak ada (segera kembali ke Bingung, mengantuk
kondisi awal)
Jumlah serangan Banyak dalam sehari Jarang (jarang lebih dari 1 kali
sehari)
Gambaran EEG Interiktal : normal kecuali Interiktal : perlambatan fokal,
ensefalomalasia)
Terapi Lini Pertama Ethosuksimid atau Asam Okskarbazepin
Valproat
Tabel 1. Perbedaan Kejang Absans dan Kejang Fokal dengan Perubahan Kesadaran
(sumber : Younger, E. G. (1887). Nelson. Notes and Queries, s7-IV(100), hal727. )
Kejang yang terjadi pada keadaan demam dapat disebabkan infeksi susunan saraf pusat
(meningitis, ensefalitis, abses otak), epilepsi belum teridagnosis yang dipicu demam, atau
kejang demam. Kejang demam merupakan penyebab kejang tersering pada anak usia antara 6
3
bulan sampai 6 tahun dan dialami oleh 4 % anak. Berdasarkan definisinya, kejang demam
terjadi saat terdapat demam dan dibedakan menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan
kejang demam komplikata atau kompleks.1 Bangkitan kejang demam terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab
kejang demam hingga kini belum di ketahui dengan pasti. Kejang demam tidak selalu timbul
pada suhu yang tinggi, kadang kadang demam tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan kejang 3
Angka kejadian kejang demam di Asia dilaporkan sekitar 8,3-9,9%. Angka kejadian
kejang demam di Indonesia pada tahun 2012-2013 berjumlah 3-4% pada anak yang berusia 6
bulan-5 tahun.4 Beberapa rumah sakit telah melaporkan jumlah temuan kasus kejang demam,
seperti di Rumah Sakit Umum (RSU) Bangli dari Januari-Desember 2007 sebanyak 47 kasus
kejang demam, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang pada Januari 2008-
Maret 2009 mendapatkan 82 kasus, dan di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
A. Definisi
Kejang demam merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering
dijumpai pada masa anak-anak, terutama pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang
demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38oC).4 Kejang demam merupakan kejang yang paling sering terjadi pada anak.
Sebanyak 2% sampai 5% anak yang berumur kurang dari 5 tahun pernah mengalami
kejang disertai demam dan kejadian terbanyak adalah pada usia 17-23 bulan. 3 Bila ada
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang demam.
Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam, namun jarang
sekali.7
B. Prevalensi
Angka kejadian kejang demam di Indonesia mencapai 2% sampai 4% dari tahun 2005
sampai 2006. Berdasarkan fenomena yang banyak terjadi di Indonesia sering terjadi saat
demam tidak di tangani dengan baik oleh orang tua, seperti tidak segera memberikan
kompres pada anak ketika terjadi demam, tidak memberikan obat penurunan demam,
dan sebagai orang tua justru membawa anaknya ke dukun sehingga sering terjadi
keterlambatan bagi petugas dalam menangani yang berlanjut pada kejang demam.3
Angka kejadian kejang demam di Indonesia pada tahun 2012-2013 berjumlah 3-4%
kejang demam pada tahun 2015 menempati urutan kedua setelah HRB (Hiper
Reaktivitas Bronkus) dari sepuluh penyakit terbesar pada balita yaitu jumlah kasus
kejadian kejang demam sebanyak 115 kasus dengan proporsi kasus yaitu 27,71%
sedangkan pada tahun 2016 kejadian kejang demam menempati urutan pertama dan
kasus kejadian kejang demam sebanyak 204 kasus dengan proporsi kasus yaitu 49,04%. 3
Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh sebagian besar jenis
kelamin anak responden yang mengalami kejang demam adalah laki-laki yaitu 35 dari
5
56 anak (67,3%). Kejang demam lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Hal ini
dikarenakan bahwa kematangan otak terjadi lebih dahulu pada anak perempuan dari
pada anak laki-laki. Anak laki-laki lebih sering menderita kejang demam dengan
insidensi sekitar dua kali lipat lebih sering dibandingkan anak perempuan, dan terdapat
predisposisi genetik.4
C. Etiologi
Kejang terjadi apabila demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan
ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis media akut dan brokitis. 4 Selain itu kejang demam
diantara infeksi saluran pernapasan atas adapun penyakit yang menyertainya kejang
demam. Menurut data profil kesehatan indonesia tahun 2012 yaitu didapatkan 10
penyakit-penyakit yang sering rawat inap di rumah sakit diantaranya diare dan penyakit
gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu, demam berdarah dengue, demam tifoid
dan paratifoid, penyulit kehamilan, dispepsia, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA),
pneumonia, dan biasanya penyakit yang menyertai kejang demam memiliki manifestasi
klinis demam. dengan peningkatan suhu yang akan dapat mengakibatkan bangkitan
kejang.3
D. Faktor Risiko
Faktor yang penting pada kejang demam ialah demam, usia, genetik. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan
infeksi saluran kemih. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wegman dan Millichap
terjadinya kejang.6 Derajat demam pada kejang demam yakni 75 % dari anak dengan
Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada usia, tinggi serta cepatnya
suhu meningkat.6 Usia kejang demam umumnya terjadi pada usia 6 bulan - 5 tahun,
6
puncak tertinggi pada usia 17-23 bulan. Kejang demam sebelum usia 5-6 bulan mungkin
disebabkan oleh infeksi SSP dan kejang demam diatas usia 6 tahun perlu
laki-laki lebih berisiko daripada perempuan. Selain itu riwayat penyakit yang mendasari
infeksi saluran pernapasan akut, tipe kejang demam kompleks, status gizi normal,
riwayat berat badan lahir normal, serta riwayat jenis persalinan normal. 6
Gen dalam kejang demam juga berperan penting dimana risiko meningkat 2-3 kali
bila saudara sekandung mengalami kejang demam, risiko meningkat 5% bila orang tua
demam pertama
b. Kejang demam kompleks
c. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung
d. Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam satu tahun.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4-
6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut akan meningkatkan kemungkinan epilepsi
menjadi 10-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian
E. Klasifikasi
Secara umum terdapat dua jenis kejang demam, yaitu kejang demam sederhana
(KDS), yang mencakup hampir 80% kasus dan kejang demam kompleks (KDK).5
Kejang demam sederhana merupakan kejang umum yang durasi kejangnya kurang dari
15 menit, dah hanya terjadi satu kali dalam periode 24 jam pada anak yang normal
berlangsung lebih dari 15 menit dan berulang dalam 24 jam atau anak memiliki kelainan
7
berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama
terjadi pada 8% kejang demam dan Kejang berulang terjadi pada 16% anak yang
F. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan
kardiovaskuler. Jadi seumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat
dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium
(Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. 9
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada seorang anak
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan
orang dewasa yang hanya 15 %. jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi
8
difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium membran tadi, dengan akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
ke seluruh sel mapun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang
berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita
kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak ambang kejang yang rendah, kejang telah
terjadi pada suhu 38oC sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang
baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah
penderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umunnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (>15 menit)
biasanya disertai terjadinya apnea. Meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terhadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot
adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan utama adalah kejang. Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan
9
penyakit sampai terjadinya kejang. Perlu dideskripsi kejang seperti tipe kejang,
Umumnya kejang demam terjadi pada anak dan berlangsung pada permulaain
demam akut. Sebagian besar berpa serangan kejang klonik umum atau tonik
cedera akibat kejang. Riwayat kejang demam dalam keluarga juga perlu
ditanyakan.7
2. Pemeriksaan Fisik
Dimulai dengan tanda-tanda vital dan kesadaran. Pada kejang demam tidak
ubun-ubun besar, tanda rangsang meningeal, pupil, saraf kranial, motorik, tonus
pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia <12
bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan umum baik.
Indikasi pungsi lumbal :
a) Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
b) Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
c) Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya
10
tanda dan gejala meningitis.8
ditemukan keraguan apakah ada demam sebelum kejang. 7 EEG hanya dilakukan
pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus kejang di otak yang
demam yang bersifat fokal atau ditemukan defisit neurologi pada pemeriksaan
fisik.7 Defisit neurologis yang ditemukan misalnya hemiparesis atau paresis nervus
kranialis.8
H. Penatalaksanaan
Kejang demam merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan
pertama. Setiap kejang yang lama (lebih dari 5 menit) berdampak membahayakan
karena dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak akibat kekurangan oksigen, semakin
lama dan semakin sering kejang maka sel-sel otak yang rusak akan semakin banyak.4
Pada penanganan kejang demam, keluarga pasien diberikan informasi selengkapnya
bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah
10-15 mg/kgBB/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4
kali sehari.8
2. Antikonvulsan intermitten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan
yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis intermiten diberikan pada kejang
11
demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
a. Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
b. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
c. Usia <6 bulan
d. Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
e. Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan
cepat.
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg),
sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam
orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia,
pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek
perkembangan, bukan merupakan indikasi pengobatan rumat, Kejang fokal atau fokal
menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik yang bersifat
fokal dan Pada anak dengan kelainan neurologis berat dapat diberikan edukasi untuk
asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang.
12
kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada
sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat adalah 15-40
mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. 8
Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumat untuk kejang
demam tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak
sedang demam.8
I. Prognosis
Prognosis anak dengan kejang demam sederhana sangat baik. Walaupun kejang
demam berulang pada 30-50% anak, kemampuan intelektual tetap normal. Risiko
epilepsi di kemudian hari tidak lebih besar secara bermakna dibandingkan populasi
umum. Faktor yang meningkatkan epilepsi antara lain pemeriksaan neurologis atau
perkembangan yang abnormal, riwayat epilepsi dalam keluarga dan kejang demam
kejang demam pada anak berhubungan pula dengan usia saat kejang demam pertama,
suhu rendah saat kejang demam pertama, dan jarak antara munculnya kejang dengan
onset demam.5
Kematian langsung karena kejang demam tidak pernah dilaporkan. Angka kematian
pada kelompok anak yang mengalami kejang demam sederhana dengan perkembangan
J. Edukasi
Saat kejang, sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya akan meninggal.
13
Ada beberapa hal yang harus dikerjakan bila anak mengalami kejang :
a. Tetap tenang dan tidak panik.
b. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
c. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah, bersihkan
berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya boleh diberikan satu kali
oleh orangtua.
h. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih, suhu
tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhenti dengan diazepam rektal,
kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar, atau terdapat kelumpuhan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang demam merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering
dijumpai pada masa anak-anak, terutama pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang
demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
14
diatas 38oC). Angka kejadian kejang demam di Indonesia pada tahun 2012-2013
ekstrakranial Selain itu kejang demam juga dapat disebabkan karena pengaruh obat-
demam, patologis otak. Faktor yang penting pada kejang demam ialah demam, usia,
(KDS), yang mencakup hampir 80% kasus dan kejang demam kompleks (KDK). Pada
untuk mencari tanda-tanda infeksi penyebab demam dan pemeriksaan penunjang lebih
ditujukan untuk mencari penyebab demam, Tidak terdapat indikasi pemeriksaan EEG
pada kejang demam, kecuali jika ditemukan keraguan apakah ada demam sebelum
kejang, sedangkan pemeriksaan pencitraan hanya dilakukan hika terdapat kejang demam
yang bersifat fokal atau ditemukan defisit neurologi pada pemeriksaan fisik.
Kejang demam merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan penanganan
pertama. Setiap kejang yang lama (lebih dari 5 menit) berdampak membahayakan
karena dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak akibat kekurangan oksigen, semakin
lama dan semakin sering kejang maka sel-sel otak yang rusak akan semakin banyak.
DAFTAR PUSTAKA
15
2. RudolphW Kline, M. (2018). RUDOLPH’S PEDIATRIC. In S. Blaney, D.
Penny, G. Schutze, A. Giardioani, J. Orange, & L. Shekerdemian (Eds.) (20th
ed.23, pp. 8492–8496). Mc GRaw Hill.
3. Rasyid, Z., Kusuma, D., Vita, C., & Purba, G. (2019). Determinan Kejadian
Kejang Demam pada Balita di Rumah Sakit Ibu dan Anak Budhi Mulia
Pekanbaru Determinants of Fever Events in Toddlers Budhi Mulia Pekanbaru
Mother and Child Hospital, 3(1), 1–6.
6. Kejang, K., Pada, D., Usia, A., & Tahun, B. (2017). FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PENANGANAN PERTAMA DI
PUSKESMAS ( Related Factors With The First Handling Of Febrile
Convulsion In Female Children 6 Months - 5 Years In The Health Center ),
1(1), 32–40.
9. Poorwo, Sumarmo S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
16