Anda di halaman 1dari 9

Karakteristik Beberapa Jenis Bahan Penghantar Listrik

Seperti telah kita ketahui, bahwa untuk pelaksanaan penyaluran energi listrik dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu berupa saluran udara dan kabel tanah. Pada saluran Udara,
terutama hantaran udara telanjang biasanya banyak menggunakan kawat penghantar yang
terdiri atas: kawat tembaga telanjang (BCC, singkatan dari Bare Cooper Cable), Aluminium
telanjang (AAC, singkatan dari All Aluminium Cable), Campuran yang berbasis aluminium
(Al-Mg-Si), Aluminium berinti baja (ACSR, singkatan dari Aluminium Cable Steel
Reinforced) dan Kawat baja yang berisi lapisan tembaga (Cooper Weld).

Sedangkan pada saluran kabel tanah, biasanya banyak menggunakan kabel dengan
penghantar jenis tembaga dan aluminium, perkembangan yang sangat dominan pada saluran
kabel tanah adalah dari sisi bahan isolasinya, dimana pada saat awal banyak menggunakan
isolasi berbahan kertas dengan perlindungan mekanikal berupa timah hitam, kemudian
menggunakan minyak ( jenis kabel ini dinamakan GPLK atau Gewapend Papier Lood Kabel
yang merupakan standar belanda dan NKBA atau Normal Kabel mit Bleimantel
Aussenumheullung yang merupakan standar jerman, dan jenis bahan isolasi yang terkini
adalah isolasi buatan berupa PVC (Polyvinyl Chloride) dan XLPE (Cross-Linked
Polyethylene). Jenis bahan isolasi PVC dan XLPE pada saat ini telah berkembang pesat dan
merupakan bahan isolasi yang andal.

Di waktu yang lalu, bahan yang banyak digunakan untuk saluran listrik adalah jenis tembaga
(Cu). Namun karena harga tembaga yang tinggi dan tidak stabil bahkan cenderung naik,
aluminium mulai dilirik dan dimanfaatkan sebagai bahan kawat saluran listrik, baik saluran
udara maupun saluran kabel tanah. Lagipula, kawat tembaga sering dicuri karena bahannya
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan berbagai produk lain.

Suatu ikhtisar akan disampaikan dibawah ini mengenai berbagai jenis logam atau
campurannya yang dipakai untuk kawat saluran listrik, yaitu:

• Tembaga elektrolitik, yang harus memenuhi beberapa syarat normalisasi, baik mengenai
daya hantar listrik maupun mengenai sifat-sifat mekanikal.

• Brons, yang memiliki kekuatan mekanikal yang lebih besar, namun memiliki daya hantar
listrik yang rendah. Sering dipakai untuk kawat pentanahan.

• Aluminium, yang memiliki kelebihan karena materialnya ringan sekali. Kekurangannya


adalah daya hantar listrik agak rendah dan kawatnya sedikit kaku. Harganya sangat
kompetitif. Karenanya merupakan saingan berat bagi tembaga, dan dapat dikatakan bahwa
secara praktis kini mulai lebih banyak digunakan untuk instalasi-instalasi listrik arus kuat
yang baru dari pada menggunakan tembaga.

• Aluminium berinti baja, yang biasanya dikenal sebagai ACSR (Aluminium Cable Steel
Reinforced), suatu kabel penghantar aluminium yang dilengkapi dengan unit kawat baja pada
inti kabelnya. Kawat baja itu diperlukan guna meningkatkan kekuatan tarik kabel. ACSR ini
banyak digunakan untuk kawat saluran hantar udara.

• Aldrey, jenis kawat campuran antara aluminium dengan silicium (konsentrasinya sekitar 0,4
% – 0,7 %), Magnesium (konsentrasinya antara 0,3 % - 0,35 %) dan ferum (konsentrasinya
antara 0,2 % - 0,3 %). Kawat ini memiliki kekuatan mekanikal yang sangat besar, namun
daya hantar listriknya agak rendah.

• Cooper-weld, suatu kawat baja yang disekelilingnya diberi lapisan tembaga.

• Baja, bahan yang paling banyak digunakan sebagai kawat petir dan juga sebagai kawat
pentanahan.

Berdasarkan ikhtisar diatas, dapat dikatakan bahwa bahan yang terpenting untuk saluran
penghantar listrik adalah tembaga dan aluminium, sehingga kedua bahan tersebut banyak
digunakan sebagai kawat pengantar listrik, baik saluran hantar udara maupun kabel tanah.

Untuk pembahasan lebih detail mengenai bahan penghantar listrik, dapat dibaca pada artikel
berikut:

“Ilmu Bahan Listrik Dasar” , "Konduktor" dan “Electrical Power Cable Engineering”

atau kunjungi label artikel: "Ilmu Bahan Listrik"

Semoga bermanfaat,
Sumber: “Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik” – Abdul Kadir.

http://dunia-listrik.blogspot.com/2010/08/karakteristik-beberapa-jenis-bahan.ht
1. Bahan Penghantar (konduktor) adalah bahan yang menghantarkan
listrik dengan mudah. Bahan ini mempunyai daya hantar listrik (Electrical
Conductivity) yang besar dan tahanan listrik (Electrical Resistance) kecil.
Bahan penghantar listrik berfungsi untuk mengalirkan arus listrik.
Perhatikan fungsi kabel, kumparan/lilitan pada alat listrik yang anda
jumpai. Juga pada saluran transmisi/distribusi. Dalam teknik listrik, bahan
penghantar yang sering dijumpai adalah tembaga dan alumunium.

2. Bahan Penyekat (Insulator/isolator) adalah bahan yang befungsi


untuk menyekat (misalnya antara 2 penghantar); agar tidak terjadi aliran
listrik/kebocoran arus apabila kedua penghantar tersebut bertegangan.
Jadi bahan penyekat harus mempunyai tahanan jenis besar dan tegangan
tembus yang tinggi. Bahan penyekat yang sering ditemui dalam teknik
listrik adalah : plastik, karet, dan sebagainya.

3. Bahan Setengah Penghantar (Semi Konduktor) adalah bahan


yang mempunyai daya hantar lebih kecil dibanding bahan konduktor,
tetapi lebih besar dibanding bahan isolator. Dalam teknik elektronika
banyak dipakai semi konduktor dari bahan germanium (Ge) dan silicon
(Si). Dalam keadaan aslinya, Ge dan Si adalah bahan pelikan dan
merupakan isolator. Di Pabrik bahan-bahan tersebut diberi kotoran. Jika
bahan tersebut dikotori dengan alumunium maka diperoleh bahan
semikonduktor type P (bahan yang kekurangan elektron/mempunyai sifat
positif). Jika dikotori dengan fosfor maka yang dipeoleh adalah
semikonduktor jenis N (bahan yang kelebihan electron, sehingga bersifat
negative). Ge mempunyai daya hantar lebih tinggi dibandingkan Si,
sedangkan Si lebih tahan panas dibanding Ge.

4. Bahan Magnetik (Magnetic Materials) dikelompokkan menjadi 3


kelompok, yaitu ferro magnetic, para-magnetic dan dia-magnetic. Bahan
ferro-magnetic adalah bahan yang mempunyai permeabilitas tinggi dan
mudah sekali dialiri garis-garis gaya magnet. Contoh bahan yang
mempunyai permeabilitas tinggi adalah besi, besi pasir, stalloy, dan
sebagainya. Selain itu sering dijumpai magnet yang merupakan magnet
permanen, misalnya alnico, cobalt, baja arang, dan sebagainya. Baja
untuk magnet sering dijumpai pada pelat-pelat motor/generator, pelat-
pelat transformator, dan sebagainya. Dalam bidang elektronika,
digunakan bahan magnet misalnya pada speaker, alat-alat ukur
elektronika, dan sebagainya.

5. Bahan Super Konduktor. Pada tahun 1911, Kamerligh Onnes


mengukur perubahan tahanan listrik yang disebabkan oleh perubahan
suhu Hg dalam helium cair. Dia menemukan bahwa tahanan listrik tiba-
tiba hilang pada suhu 4,153°K. Sampai saat ini telah ditemukan sekitar 24
unsur hantaran super dan lebih banyak lagi paduan dan senyawa yang
menunjukkan sifat-sifat hantaran super. Temperatur kritisnya berkisar
antara 1 samapai 19° Kelvin. Bahan-bahan lead (timah), tin (timah patri),
alumunium, dan mercury, pada sushu mendekati 0°K mempunyai
resistivitas nol.

6. Bahan Nuklir. Bahan nuklir sering dipakai sebagai bahan baker


reaktor nuklir. Reaktor nuklir adalah pesawat yang mengandung bahan-
bahan nuklir yang dapat membelah, yang disusun sedemikian sehingga
suatu reaksi berantai dapat berjalan dalam keadaan dan kondisi
terkendali. Dengan sendirinya syarat agar suatu bahan dapat
dipergunakan sebagai bahan bakar nuklir adalah bahan yang dapat
mengadakan fisi (pembelahan atom). Dalam reaktor nuklir digunakan
bahan bakar uranium 235, plutonium-239, uranium-233.

Dalam pemilihan jenis bahan listrik, selain sifat listrik, perlu


dipertimbangkan beberapa sifat lain dari bahan, yaitu :

A. Sifat Mekanis, yaitu perubahan bentuk dari suatu benda padat akibat
adanya gaya-gaya dari luar yang bekerja pada benda tersebut. Jadi
adanya perubahan itu tergantung kepada besar kecilnya gaya, bentuk
benda, dan dari bahan apa benda tersebut dibuat.
Jika tidak ada gaya dari luar yang bekerja, maka ada tiga kemungkinan
yang akan terjadi pada suatu benda :
• Bentuk benda akan kembali ke bentuk semula, hal ini karena benda
mempunyai sifat kenyal (elastis)
• Bentuk benda sebagian saja akan kembali ke bentuk semula, hal ini
hanya sebagian saja yang dapat kembali ke bentuk semula karena besar
gaya yang bekerja melampaui batas kekenyalan sehingga sifat
kekenyalan menjadi berkurang.
• Bentuk benda berubah sama sekali, hal ini dapat terjadi karena besar
gaya yang bekerja jauh melampaui batas kekenyalan sehingga sifat
kekenyalan sama sekali hilang.

B. Sifat Fisis, Benda padat mempunyai bentuk yang tetap (bentuk


sendiri), dimana pada suhu yang tetap benda padat mempunyai isi yang
tetap pula. Isi akan bertambah atau memuai jika mengalami kenaikkan
suhu dan sebaliknya benda akan menyusut jika suhunya menurun. Karena
berat benda tetap , maka kepadatan benda akan bertambah, sehingga
dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Jika isi (volume) bertambah (memuai), maka kepadatannya akan
berkurang
• Jika isinya berkurang (menyusut), maka kepadatan akan bertambah
• Jadi benda lebih padat dalam keadaan dingin daripada dalam keadaan
panas

C. Sifat Kimia, berkarat adalah termasuk sifat kimia dari suatu bahan
yang terbuat dari logam. Hal ini terjadi karena reaksi kimia dari bahan itu
sendiri dengan sekitarnya atau bahan itu sendiri dengan bahan cairan.
Biasanya reaksi kimia dengan bahan cairan itulah yang disebut berkarat
atau korosi. Sedangkan reaksi kimia dengan sekitarnya disebut
pemburaman.

Pengujian sifat mekanis bahan perlu dilakukan untuk mendapatkan


informasi spesifikasi bahan. Melalui pengujian tarik akan diperoleh
besaran-besaran kekuatan tarik, kekuatan mulur, perpanjangan, reduksi
penampang, modulus elastis, resilien, keuletan logam, dan lain-lain. Selain
sifat-sifat tersebut dengan tidak secara terlalu teknis, perlu diperhatikan
kekerasan (hardness) dan kemampuan menahan goresan (abrasion).
Contoh sifat fisis yang sering diperlukan adalah berat jenis, titik lebur, titik
didih, titik beku, kalor lebur, dan sebagainya. Juga sifat perubahan
volume, wujud, dan panjang terhadap perubahan suhu. Perkaratan adalah
contoh sifat bahan akibat reaksi kimia; reaksi antara logam dengan
oksigen yang ada di udara. Sifat kimia juga termasuk sifat bahan yang
beracun, kemungkinan mengadakan reaksi dengan garam, asam, dan
basa.
intisari

Selain bahan penyekat atau isolator di atas, ada bahan lain yang juga
banyak digunakan dalam teknik ketenagalistrikan yaitu bahan penghantar
atau sering dinamakan dengan istilah konduktor. Suatu bahan listrik yang
akan dijadikan penghantar, juga harus mempunyai si fat-sifat dasar
penghantar itu sendiri seperti: koefisien suhu tahanan, daya hantar panas,
kekuatan tegangan tarik dan lain-lain.
Disamping itu juga penghantar kebanyakan menggunakan bentuk padat
seperti tembaga, aluminium, baja, seng, timah, dan lain-lain. Untuk
keperluan komunikasi sekarang banyak digunakan bahan penghantar
untuk media transmisi telekomunikasi yaitu menggunakan serat optik.

Erat kaitannya dengan keperluan pembangkitan energi listrik, yaitu suatu


bahan magnetik yang akan dijadikan sebagai medium untuk konversi
energi, baik dari energi listrik ke energi mekanik, energi mekanik ke
energi listrik, energi listrik menjadi energi panas atau cahaya, maupun
dari energi listrik menjadi energi listrik kembali. Bahan magnetik ini
tentunya harus memenuhi sifat-sifat kemagnetan, dan parameter-
parameter untuk dijadikan sebagai bahan magnet yang baik. Dalam
pemilihan bahan magnetik ini dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu ferromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik.

Suatu bahan yang sekarang lagi ngetren dan paling banyak sedang
dilakukan riset-riset di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu bahan
semi konduktor. Berkembangnya dunia elektronika dan komputer saat ini
adalah merupakan salah satu peranan dari teknologi semi konduktor.
Bahan ini sangat besar peranannya pada saat ini pada berbagai bidang
disipilin ilmu terutama di bidang teknik elektro seperti teknologi informasi,
komputer, elektronika, telekomunikasi, dan lain -lain. Berkaitan dengan
bahan semi konduktor, pada saat ini dapat dikelompokkan menjadi dua
macam yaitu semi konduktor dan super konduktor.

2. http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/03/ilmu-bahan-listrik-dasar.html

Konduktor

1.1 Jenis Bahan Konduktor


Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut:
1. Konduktifitasnya cukup baik.
2. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.
3. Koefisien muai panjangnya kecil.
4. Modulus kenyalnya (modulus elastisitas) cukup besar.
Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai konduktor, antara lain:
1. Logam biasa, seperti: tembaga, aluminium, besi, dan sebagainya.
2. Logam campuran (alloy), yaitu sebuah logam dari tembaga atau aluminium yang diberi
campuran dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain, yang gunanya untuk menaikkan
kekuatan mekanisnya.
3. Logam paduan (composite), yaitu dua jenis logam atau lebih yang dipadukan dengan cara
kompresi, peleburan (smelting) atau pengelasan (welding).

1.2 Klasifikasi Konduktor


1.2.1 Klasifikasi konduktor menurut bahannya:
1. kawat logam biasa, contoh:
a. BBC (Bare Copper Conductor).
b. AAC (All Aluminum Alloy Conductor).
2. kawat logam campuran (Alloy), contoh:
a. AAAC (All Aluminum Alloy Conductor)
b. kawat logam paduan (composite), seperti: kawat baja berlapis tembaga (Copper Clad Steel)
dan kawat baja berlapis aluminium (Aluminum Clad Steel).
3. kawat lilit campuran, yaitu kawat yang lilitannya terdiri dari dua jenis logam atau lebih,
contoh: ASCR (Aluminum Cable Steel Reinforced).

1.2.2 Klasifikasi konduktor menurut konstruksinya:


1. kawat padat (solid wire) berpenampang bulat.
2. kawat berlilit (standart wire) terdiri 7 sampai dengan 61 kawat padat yang dililit menjadi
satu, biasanya berlapis dan konsentris.
3. kawat berongga (hollow conductor) adalah kawat berongga yang dibuat untuk
mendapatkan garis tengah luar yang besar.

1.2.3. Klasifikasi konduktor menurut bentuk fisiknya:


1. konduktor telanjang.
2. konduktor berisolasi, yang merupakan konduktor telanjang dan pada bagian luarnya
diisolasi sesuai dengan peruntukan tegangan kerja, contoh:
a. Kabel twisted.
b. Kabel NYY
c. Kabel NYCY
d. Kabel NYFGBY

1.3 Karakteristik Konduktor


Ada 2 (dua) jenis karakteristik konduktor, yaitu:
1. karakteristik mekanik, yang menunjukkan keadaan fisik dari konduktor yang menyatakan
kekuatan tarik dari pada konduktor (dari SPLN 41-8:1981, untuk konduktor 70 mm2
berselubung AAAC-S pada suhu sekitar 30° C, maka kemampuan maksimal dari konduktor
untuk menghantar arus adalah 275 A).
2. karakteristik listrik, yang menunjukkan kemampuan dari konduktor terhadap arus listrik
yang melewatinya (dari SPLN 41-10 : 1991, untuk konduktor 70 mm2 berselubung AAAC-S
pada suhu sekitar 30o C, maka kemampuan maksimum dari konduktor untuk menghantar
arus adalah 275 A).

1.3.1 Konduktivitas listrik


Sifat daya hantar listrik material dinyatakan dengan konduktivitas, yaitu kebalikan dari
resistivitas atau tahanan jenis penghantar, dimana tahanan jenis penghantar tersebut
didefinisikan sebagai:
R.A
ρ = ----------
l
dimana;
A : luas penampang (m2)
l : Panjang penghantar (m)
Ώ : tahanan jenis penghantar (ohm.m)
R : tahanan penghantar (ohm)
ρ : konduktivitas

1
a = ------
ρ

Menyatakan kemudahan – kemudahan suatu material untuk meneruskan arus listrik. Satuan
konduktivitas adalah (ohm meter). Konduktivitas merupakan sifat listrik yang diperlukan
dalam berbagai pemakaian sebagai penghantar tenaga listrik dan mempunyai rentang harga
yang sangat luas. Logam atau material yang merupakan penghantar listrik yang baik,
memiliki konduktivitas listrik dengan orde 10-7 (ohm.meter) -1 dan sebaliknya material
isolator memiliki konduktivitas yang sangat rendah, yaitu antara 10-10 sampai dengan 10-20
(ohm.m)-1. Diantara kedua sifat ekstrim tersebut, ada material semi konduktor yang
konduktivitasnya berkisar antara 10-6 sampai dengan 10-4 (ohm.m)-1. Berbeda pada kabel
tegangan rendah, pada kabel tegangan menengah untuk pemenuhan fungsi penghantar dan
pengaman terhadap penggunaan, ketiga jenis atau sifat konduktivitas tersebut diatas
digunakan semuanya.

------------------------------------------------------------------------------------------
Logam Konduktivitas listrik ohm meter
Perak ( Ag ) ………………………. 6,8 x 107
Tembaga ( Cu ) ………………….. 6,0 x 107
Emas ( Au ) …………………….. .. 4,3 x 107
Alumunium ( Ac ) ………………. .. 3,8 x 107
Kuningan ( 70% Cu – 30% Zn )… 1,6 x 107
Besi ( Fe ) ………………………… 1,0 x 107
Baja karbon ( Ffe – C ) …………. 0,6 x 107
Baja tahan karat ( Ffe – Cr ) …… 0,2 x 107

Tabel 1. Konduktivitas Listrik Berbagai Logam dan Paduannya Pada Suhu Kamar.

1.3.2 Kriteria mutu penghantar


Konduktivitas logam penghantar sangat dipengaruhi oleh unsur – unsur pemadu, impurity
atau ketidaksempurnaan dalam kristal logam, yang ketiganya banyak berperan dalam proses
pembuatan pembuatan penghantar itu sendiri. Unsur – unsur pemandu selain mempengaruhi
konduktivitas listrik, akan mempengaruhi sifat – sifat mekanika dan fisika lainnya. Logam
murni memiliki konduktivitas listrik yang lebih baik dari pada yang lebih rendah
kemurniannya. Akan tetapi kekuatan mekanis logam murni adalah rendah.
Penghantar tenaga listrik, selain mensyaratkan konduktivitas yang tinggi juga membutuhkan
sifat mekanis dan fisika tertentu yang disesuaikan dengan penggunaan penghantar itu sendiri.

Selain masalah teknis, penggunaan logam sebagai penghantar ternyata juga sangat ditentukan
oleh nilai ekonomis logam tersebut dimasyarakat. Sehingga suatu kompromi antara nilai
teknis dan ekonomi logam yang akan digunakan mutlak diperhatikan. Nilai kompromi
termurahlah yang akan menentukan logam mana yang akan digunakan. Pada saat ini, logam
Tembaga dan Aluminium adalah logam yang terpilih diantara jenis logam penghantar lainnya
yang memenuhi nilai kompromi teknis ekonomis termurah.

Dari jenis–jenis logam penghantar pada tabel 1. diatas, tembaga merupakan penghantar yang
paling lama digunakan dalam bidang kelistrikan. Pada tahun 1913, oleh International
Electrochemical Comission (IEC) ditetapkan suatu standar yang menunjukkan daya hantar
kawat tembaga yang kemudian dikenal sebagai International Annealed Copper Standard
(IACS). Standar tersebut menyebutkan bahwa untuk kawat tembaga yang telah dilunakkan
dengan proses anil (annealing), mempunyai panjang 1m dan luas penampang 1mm2, serta
mempunyai tahanan listrik (resistance) tidak lebih dari 0.017241 ohm pada suhu 20oC,
dinyatakan mempunyai konduktivitas listrik 100% IACS.

Akan tetapi dengan kemajuan teknologi proses pembuatan tembaga yang dicapai dewasa ini,
dimana tingkat kemurnian tembaga pada kawat penghantar jauh lebih tinggi jika
dibandingkan pada tahun 1913, maka konduktivitas listrik kawat tembaga sekarang ini bisa
mencapai diatas 100% IACS.
Untuk kawat Aluminium, konduktivitas listriknya biasa dibandingkan terhadap standar kawat
tembaga. Menurut standar ASTM B 609 untuk kawat aluminium dari jenis EC grade atau seri
AA 1350(*), konduktivitas listriknya berkisar antara 61.0 – 61.8% IACS, tergantung pada
kondisi kekerasan atau temper. Sedangkan untuk kawat penghantar dari paduan aluminium
seri AA 6201, menurut standar ASTM B 3988 persaratan konduktivitas listriknya tidak boleh
kurang dari 52.5% IACS. Kawat penghantar 6201 ini biasanya digunakan untuk bahan kabel
dari jenis All Aluminium Alloy Conductor (AAAC).

Disamping persyaratan sifat listrik seperti konduktivitas listrik diatas, kriteria mutu lainnya
yang juga harus dipenuhi meliputi seluruh atau sebagian dari sifat – sifat atau kondisi berikut
ini, yaitu:
a. komposisi kimia.
b. sifat tarik seperti kekuatan tarik (tensile strength) dan regangan tarik (elongation).
c. sifat bending.
d. diameter dan variasi yang diijinkan.
e. kondisi permukaan kawat harus bebas dari cacat, dan lain-lain.

http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/09/konduktor.html

Anda mungkin juga menyukai