Anda di halaman 1dari 6

Tugas Rmk Pajak Daerah

“Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan“

Nama : Putu Agus Indra Anggita

NPM : 1934121033

Sekolah Vokasi

Universitas Warmadewa

Tahun 2021
A. Pengertian
Bea perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak atas perolehan ha
katas tanah dan atau bangunan. Yang dimaskud dengan perolehan ha katas tanah dan atau
bangunan adalah perbuatan atau peritiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya ha katas
tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Adapun yang dimaksud dengan ha
katas tanah dan atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta
bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan
bangunan. BPHTB merupakan jenis pajak kabupaten/kota yang baru diterapkan berdasarkan
UU No 28 Tahun 2009.
B. Dasar Hukum Pemungutan BPHTB
1. UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2. Peraturan daerah kabupaten /kota yang mengatur tentang bphtb
3. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang BPHTB sebagai atauran pelaksanaan
peraturan daerah tentang BPHTB pada kabupaten /kota yang dimaksud
C. Objek Pajak BPHTB
1. Objek Pajak BPHTB
Objek pajak BPHTB adalah perolehan ha katas tanah dan atau bangunan yang meliputi :
a. Perolehan ha katas tanah dan atau bangunan akibat pemindahan hak, karena hal-hal
dibawah ini :
1. Jual beli
2. Tukar menukar
3. Hibah
4. Hibah wasiat
5. Waris
6. Pemisahan dalam perseroan atau badan hukum lain
7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
8. Penunjukan pembeli dalam lelang
9. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuaktan hukum tetap
10. Penggabungan usaha
11. Peleburan usaha
12. Pemekaran usaha
13. Hadiah
b. Perolehan ha katas tanah dan bangunan akibat pemberian hak baru :
1. Perolehan hak baru atas tanah dan atau bangunan sebagai kelanjutan pelepasan
hak
2. Perolehan hak baru atas tanah dan atau bangunan di luar pelepasan hak
2. Hak Atas Tanah yang Perolehan Hak Atasnya Menjadi Objek Pajak BPHTB
a. Hal milik
b. Hak guna usaha
c. Hak guna bangunan
d. Hak pakai
e. Hak milik atas satuan rumah susun
f. Hak perolehan
3. Bukan Objek Pajak BPHTB
a. Perwakilan diplomatic dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik
b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahaan dan atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum
c. Badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut.
d. Orang pribadi atau badan karena konversei hak atau karena perbuatan hukum lain
dengan tidak adanya perubahan nama.
e. Orang pribadi atau badan karena wakaf
f. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
D. Subjek dan Wajib Pajak BPHTB
Subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan. Yang ditetapkan mejanjadi wajib pajak BPHTB adalah orang pribadi atau
badan yang memperoleh ha katas tanah dan atau bangunan. Hal ini berarti pada pengenaan
BPHTB , subjek dan wajib pajak berada pada diri orang atau badan yang sama.
E. Dasar Pengenaan, Tarif dan Perhitungan BPHTB
1. Dasar Pengenaan BPHTB
Dasar pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP). Ditetapkan
dengan ketentuan :
a. Dalam hal jual beli
b. Dalam hal tukar menukar
c. Dalah hal hibah
d. Dalam hal waris
e. Dalam hal pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
f. Dalam hal pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
g. Dalam hal pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjuatan dari pelepasan hak.
h. Dalam hal pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak
i. Dalam hal pengganbungan usaha
j. Dalam hal peleburan usaha
k. Dalam pemekaran usaha
l. Dalam hal hadiah
m. Dalam penunjukan pembeli dalam lelang
2. Tarif Pajak
Tariff pajak BPHTB ditetapkan paling tinggi sebesar 5% dan ditetapkan dengan
peraturan daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.
3. Perhitungan BPHTB
Pajak Terutang :
= Tarif Pajak x Dasar pengenaan pajak
= Tarif Pajak x (NPOP – NPOPTKP)
Apanila NPOP tidak diketahui atau lebih kecil dari NJOP, maka perhitungan BPHTB
adalah :
Pajak Terutang:
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajakx (NJOP – NPOPTKP)
F. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)
Wajib pajak BPHTB yang memperoleh ha katas tanah dan atau bangunan wajib
melaporkan kepada bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk tentang penghitungan dan
pembayaran BPHTB yang terutang dalam jangka waktu tertentu, misalnya dua puluh hari
sejak akhir masa pajak, dengan menggunakan SPTPD. SPTPD harus diisi dengan jelas,
benar, lengkap dan ditandatangani serta disampaikan kepada bupati/walikota melalui pejabat
yang ditunjuk dalam jangka waktu yang ditentukan dalam peraturan daerah tentang BPHTB.
SPTPD dianggap tidak dimasukkan jika wajib pajak tidak melaksanakan atau tidak
sepenuhnya melaksanakan ketentuan pengisian dan penyampaiaj SPTPD yang telah
ditetapkan. Apabila wajib pajak tidak melaporkan atau melaporkan tidak sesuai dengan batas
waktu yang telah ditentukan akan dikenakan sanksi administrative berupa denda sesuai
ketentuan dalam peraturan daerah.
G. Cara Pemungutan, Penetapan dan Ketetapan Pajak
1. Cara Pemungutan Pajak
Pemungutan BPHTB tidak dapat diborongkan. Yang dimaksud dengan tidak dapat di
borongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak dapat
diserahkan kepada pihak ke tiga. Namun dimungkinkan adanaya kerja sama dengan pihak
ketiga dalam proses pemungutan pajak, antara lain pencetakan formulir perpajakan,
pengiriman surat-surat kepada wajib pajak, atau penghipunan data objek dan subjek
pajak.
2. Penetapan Pajak
BPHTB merupakan pajak yang dikenakan secara insidentil, yaitu pada saat terjadinya
perolehan ha katas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak umumnya dituangkan dalam
akta perolehan hak atau risalah lelang apabila perolehan hak dilakukan melalui lelang.
Dalam rangka efektifitas dan efisiensi dalam pemungutan pajak dan
penyetoran/pembayaran pajak terutang ke kas daerah, system pemungutan yang paling
tepat untuk BPHTB adalah self assessment.
3. Surat Ketetapan Pajak
Bagi wajib pajak yang membayar sendiri pajak terutang, SPTPD diguankan untuk
mengihitung, memperhitungkan, dan menetapkan sendiri pajak yang teruatang.
Berdsarakan SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak, nuapti/walikota atau pejabat
yang ditunjuk oleh bupati/walikota menetapkan pajak yang terutang dengan menerbitkan
surat ketetapan pajak.
4. Surat Tagihan Pajak Daerah ( STPD)
Bupati/walikota dapat menerbitkan STPD apabila BPTHB dalam tahun berjalan tidak
atau kurang dibayar : hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran pajak
sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung dan wajib pajak dikenakan sanksi
administrative berupa bunga dan atau denda. Sanksi administratif berupa bunga
dikenakan kepada wajib pajak yang tidak atau kurang membayar pajak terutang. Sedang
sanksi administraif berupa denda dikenakan karena tidak dipenuhinya ketentuan formal,
misalnya tidak atau terlambat meyampaikan SPTPD.

Anda mungkin juga menyukai