Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERILAKU KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL


DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
(Studi di Desa Telukempening dan Desa Sungairaya Dalam
Kabupaten Kuburaya Provinsi Kalimantan Barat)

Oleh: Hasymi Rinaldi, Mahendra Jaya, & Januardi M. Diah


Politeknik Negeri Pontianak
E-mail: hasymir@gmail.com

ABSTRACT

R apid development of information technology and increased authority


of village by the law No. 06 of 2014 on Village, need the existence of
transformational leadership. Village head is expected to have ability to respond
the changes, and influence the changes to support village development. The
purpose of research are identify the ability of village head to respond the
change, and identify behavior of transformational and transactional of village
head to govern the village government in Kuburaya Regency. Samples of the
research are two villages with different characteristics and resources. The
two villages are Telukempening and Sungairaya Dalam. The result shows
that limitation and lack of resources in Telukempening encourage the village
head to be transformational leader, meanwhile village head of Sungairaya
Dalam shows the behavior of transactional leadership.
Keywords: transformational leadership, transactional leadership, village,
information technology

ABSTRAK

P esatnya pertumbuhan teknologi informasi dan bertambahnya


kewenangan desa melalui UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa,
membutuhkan keberadaan pemimpin yang transformasional. Kepala
Desa diharapkan memiliki kemampuan dalam menyikapi perubahan
tersebut dan memengaruhinya untuk mendukung pertumbuhan desa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan kepala desa
dalam menyikapi perubahan tersebut, serta mengidentifikasi perilaku
transformasional dan transaksional yang ditunjukkan kepala desa di
Kabupaten Kuburaya. Dua desa yang dijadikan sampel adalah Desa
Telukempening dan Desa Sungairaya Dalam yang memiliki karakteristik
dan ketersediaan sumber daya berbeda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keterbatasan yang dimiliki oleh Desa Telukempening mendorong
kepala desa untuk bersikap transformasional, sedangkan pada Desa
Sungairaya Dalam menunjukkan perilaku transaksional dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa.
Kata kunci: kepemimpinan transformasional, kepemimpinan transaksio­
nal, desa, teknologi informasi

99
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110

PENDAHULUAN dibandingkan dengan desa lain yang berada


disekitar Kota Pontianak. Lembaga pendidikan
Terbitnya UU No. 6/2014 tentang Desa,
di Desa Telukempening hanya ada 1 SD,
memberikan kewenangan yang luas terhadap
sedangkan untuk lembaga pendidikan tertinggi
desa dalam mengelola rumah tangganya
dalam 1 kecamatan yang sama, adalah SMA
sendiri. Bertambahnya kewenangan tersebut
yang berjumlah 1 buah, yaitu di Desa Terentang
mendorong pemerintah desa untuk lebih jeli
Hilir. Meskipun banyak keterbatasan perangkat,
dalam memanfaatkan segala potensi dalam
Desa Telukempening memiliki beragam
mendukung lancarnya penyelenggaraan
penghargaan terkait dengan pemanfaatan
pemerintahan desa, termasuklah pemanfaatan
teknologi informasi dan mengungguli desa-
teknologi informasi. Permasalahannya, jaringan
desa lain yang memiliki kelebihan dalam
internet tidak tersebar secara merata diseluruh
ketersediaan perangkat teknologi informasi,
wilayah Kabupaten Kuburaya. Jangkauan
dan juga dukungan pendidikan diwilayah
internet GSM kualitas 4G hanya berada pada
setempat. Sejak 2011, Desa Telukempening
kawasan Kota Pontianak dan sekitarnya.
merupakan satu-satunya desa di Kuburaya yang
Sedangkan selebihnya, tidak terdapat jaringan,
menampilkan informasi secara online ditahun
ataupun hanya jaringan 3G ataupun 2G.
2011 melalui http://empeningnews.blogspot.
Sama halnya dengan jaringan internet dari PT
co.id. Kemudian migrasi data pada domain
Telkom, yang hanya pada kawasan perkotaan
yang telah disediakan oleh Kementerian Desa
dan sekitarnya. Semakin jauh dari perkotaan,
pada alamat http://www.telukempening.desa.
maka semakin kecil peluang untuk memperoleh
id/. Selain website, informasi seputar desa pun
jaringan internet.
ditampilkan pada laman facebook yang dapat
Untuk mengatasi permasalahan diakses pada https://www.facebook.com/
tersebut, pemerintah kabupaten memfasilitasi telukempening/sejak 2011.
desa terhadap internet melalui program
Di samping diseminasi yang selalu
desa pintar. Akses terhadap internet tidak
diperbaharui secara berkala, Desa
hanya diperuntukan bagi penyelenggaraan
Telukempening pun membangun aplikasi
pemerintahan desa, namun pula diharapkan
sederhana untuk mempermudah pelayanan.
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat,
Melalui aplikasi tersebut, masyarakat setempat
meskipun kualitas jaringan tersebut terbatas
diharapkan tidak perlu lagi membawa beragam
dari segi luas jangkauan dan kecepatan, jika
dokumen dalam mengurus perizinan dan surat-
dibandingkan dengan desa yang berdekatan
surat lainnya. Masyarakat cukup mendatangi
dengan wilayah Kota Pontianak.
kantor desa, dan menjelaskan identitas diri.
Permasalahannya, ketersediaan sarana Database masyarakat telah terekam di kantor
dan prasarana teknologi informasi yang desa, dan aplikasi yang tersedia mempermudah
berkualitas tidak secara otomatis mendorong pihak pelayan memperoleh data masyarakat
pemanfaatan yang optimal terhadap setempat. Dikarenakan keterbatasan akses
teknologi informasi dalam penyelenggaraan internet, maka aplikasi yang dibangun tersebut
pemerintahan desa. Kondisi ini dapat terlihat tidak perlu dilakukan secara online. Beragam
dari penampilan Desa Telukempening yang upaya dalam penyelenggaraan pemerintahan
memiliki keterbatasan terhadap akses internet desa Telukempening dengan mengandalkan
dan perangkat teknologi informasi, jika perkembangan teknologi informasi bertolak
dibandingkan dengan desa-desa yang berada belakang dengan latar belakang pendidikan
disekitar Kota Pontianak, khususnya Desa kepala desa, yang hanya tamatan SMP.
Sungairaya Dalam.
Di samping lokasi yang cukup jauh dari Berbeda halnya dengan Desa
wilayah Kota Pontianak, tingkat pendidikan Telukempening, meskipun pendidikan terakhir
masyarakat dan akses pendidikan di Desa kepala Desa Sungairaya Dalam adalah sarjana
Telukempening pun cukup terbatas, jika (S-1), dan keberadaan Desa Sungairaya

100
Hasymi Rinaldi dkk.: Analisis Perilaku Kepemimpinan Transformasional dn Transaksional

Dalam memiliki keunggulan terhadap KAJIAN PUSTAKA


teknologi informasi, namun pemanfaatannya
tidak semaksimal yang dilakukan oleh Desa Pemimpin, yang Dipimpin, dan Konteks
Telukempening. Dalam melakukan pelayanan Kepemimpinan
publik, pemerintah desa setempat hanya Terdapat tiga komponen utama dalam
mengandalkan perangkat lunak seperti halnya kepemimpinan, yaitu Pemimpin, Yang
microsoft word dan microsoft excel dasar Dipimpin, dan Konteks (Nye, 2008: 21).
yang tidak secara khusus dibangun untuk Ketiga komponen tersebut saling terkait dan
mempermudah penyelenggaraan pemerintahan memengaruhi satu sama lain. Keberadaan yang
desa. Kemudahan akses internet yang dimiliki dipimpin, meskipun memengaruhi efektivitas
kepemimpinan, namun juga dipengaruhi oleh
oleh Desa Sungairaya Dalam tidak dimanfaatkan
lingkungan dan juga tujuan yang menjadi
pemerintah desa untuk melakukan diseminasi
konteks dalam kepemimpinan. Dalam hal ini,
online secara maksimal ataupun memperbaharui
Nye menengaskan bahwa “…most relevant to
informasi-informasi dasar seputar desa. effective leadership depend on the context, and
Di samping itu, informasi-informasi yang the situation creates followers’ needs that lead
seharusnya diperbaharui secara berkala tidak them to search for particular leaders.” Dalam
ditampilkan pada tempat-tempat yang mudah hal ini, keberadaan pemimpin, yang dipimpin,
diakses publik. Informasi yang ditampilkan dan juga konteks saling bergantung satu sama
dikantor desa hanya seputar persyaratan lain.
dalam mengurus surat-surat tertentu, dan juga Pemahaman terhadap konteks, cukup
informasi dari lembaga-lembaga lain seperti penting dalam membangun kepatuhan terhadap
kampanye, himbauan, dan lain sebagainya. pemimpin. Tidak semua situasi membutuhkan
Papan informasi proyek pun tidak dipasang pengambilan keputusan yang demokratis,
pada lokasi-lokasi proyek. Sedangkan peta namun pula dapat menggunakan sikap
wilayah pun dipasang pada tempat yang susah otokratis. Seperti halnya yang disampaikan
dijangkau dan dillihat oleh masyarakat. oleh Nye, bahwa:
“The leader may want to clarify roles and
Mengacu pada fenomena tersebut,
norms, restore order, and quickly provide
maka penelitian ini difokuskan pada perilaku
a solution. … the leader may want to let
kepemimpinan transformasional dan
conflict emerge, challenge unproductive
transaksional di dua desa yang memiliki
norms and roles, and let the group feel
karakteristik berbeda, khususnya perbedaan
external pressures in a range it can stand
sumber daya disektor teknologi informasi.
so that it learns to identify and master the
Perbedaan tersebut pun berakibat pada perilaku
adaptive challenge (Nye, 2008: 90)”
yang berbeda dalam kepemimpinan kepala
desa, dimana Kepala Desa Telukempening Ketidakmampuan dalam memahami
cenderung bersikap transformasional, dan konteks dapat mengancam kekuasaan
Kepala Desa Sungairaya Dalam cenderung pemimpin dan berakibat pada gagalnya
bersikap transaksional. Rumusan masalah pencapaian tujuan kolektif dan individual.
yang diajukan dalam penelitian ini adalah (1) Sehingga, kemampuan untuk memahami
bagaimana praktek-praktek kepemimpinan konteks bagi pemimpin tergantung pada
transformasional dan transaksional oleh kepekaan terhadap kebutuhan bersama,
Kepala Desa Telukempening dan Kepala Desa analisis kognitif murni, dan juga pengalaman
Sungairaya Dalam? dan (2) hal-hal apa saja yang (Nye, 2008: 89). Hurwitz (2018: 1) menjelaskan
memengaruhi terbentuknya kepemimpinan bahwa reaksi masyarakat membentuk aksi
transformasional dan transaksional pada pemimpin, atau yang lebih dikenal dengan
Kepala Desa Telukempening dan Kepala Desa interaksi ganda, yang memiliki empat level
Sungairaya Dalam? konfigurasi, yaitu (1) centralized leadership, (2)

101
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110

distributed leadership, (3) shared leadership, umum diterima (masyarakat) dan melekat
dan (4) leadership void. Keempat level tersebut dalam sistem (Hochadel, 2018). Dalam
dibedakan oleh keterlibatan sekelompok atau pelaksanaannya, kepemimpinan transaksional
beberapa kelompok orang dalam mendukung cenderung menekankan pada tugas/kewajiban,
fungsi-fungsi pemimpin. tujuan, dan etika situasional (Bachmann, 2017:
40).
Mengacu pada pendapat di atas, dapat
dipahami bahwa relasi dalam kepemimpinan Kontras dengan kepemimpinan
dipengaruhi oleh konteks. Yang dipimpin, transaksional, pada kemimpinan
dapat memengaruhi gaya kepemimpinan, transformasional cenderung “…motivate others
bahkan menurut Nye bahwa “…followers to do more than they originally intended and
have the power to set constraints on leaders” often even more than they thought possible
(2008: 36). Batasan kekuasaan dimaksud (Avolio & M.Bass, 2002: 1), “…empower and
sangat bergantung pada tujuan dari yang elevate their followers; they use conflict and
dipimpin. Tujuan tersebut, dijelaskan oleh crisis to raise their followers’ consciousness and
Nye, adalah tujuan yang melekat dengan transform them (Nye, 2008: 62)”, “…may bring
budaya setempat. about change at the local level by influencing
activities at the global level (Hochadel, 2018:
Pemimpin Transaksional dan 9), “…responsible for bringing about societal
Transformasional dalam Pemerintah Desa changes (Khan, 2018: 83), “…establishing trust
and relational authenticity with followers through
Dalam menyikapi perubahan yang ada,
shared values (Pembleton, Friend, & He, 2018:
setidaknya dikenal dua tipe kepemimpinan,
140)”.
yaitu transaksional dan transformasional.
Terjadi perdebatan antar ilmuwan bahwa
Mengacu pada penjelasan di atas, dapat
tipe kemimpinan transaksional cukup efektif
disimpulkan bahwa kedua tipe kepemimpinan
diterapkan dalam lingkungan yang stabil
tersebut memilki cara yang berbeda
dan dapat diprediksi, namun ketika terjadi
dalam menyikapi perubahan. Terbitnya UU
perubahan, dan pengikut berkeinginan
Desa No. 6/2014 memberikan perubahan
untuk berubah, maka kepemimpinan
cukup signifikan dalam penyelenggaraan
transofmasional lebih dibutuhkan (Nye, 2008:
pemerintahan desa. Perubahan tersebut,
68). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa
secara otomatis memengaruhi perubahan
kedua tipe tersebut memiliki keunggulan
struktur dan aparatur desa dalam pengelolaan
tersendiri. Meskipun cukup banyak ilmuwan
desa, terlepas adanya keinginan untuk
yang merekomendasikan kepemimpinan
berubah ataupun mempertahankan sistem
transformasional, namun seperti halnya yang
yang ada. Dalam menyikapi perubahan
dijelaskan Bachmann (2017: 145) bahwa
tersebut, Hochadel (2018) menjelaskan
transaksional maupun transformasional dapat
bahwa tipe kepemimpinan transaksional
bersifat merugikan, hal ini tergantung pada
tetap akan mengikuti norma yang ada dan
kebutuhan tersebut tergantung pada sangsi,
memosisikan dirinya sebagai pelaksana
otoritas formal, alat justifikasi.
administratif dari kebijakan struktural,
Permasalahannya adalah kemampuan sedangkan transformasional akan melakukan
untuk mendeteksi perubahan yang terjadi, hal-hal yang inovatif dan tidak akan terpaku
sehingga dapat ditentukan tipe kepemimpinan pada kebijakan-kebijakan tradisional. Kondisi
yang tepat. Yang dimaksud dengan inilah yang digambarkan oleh Burns (1978)
kepemimpinan transaksional merupakan bahwa “the transactional leader exhibits
pemimpin yang memotivasi bawahan dengan system-maintaining behaviour, and the
imbalan maupun sangsi, dan cenderung transformational leader exhibits system-
berperilaku mempertahankan status quo (Nye, changing behaviour with actions that change
2008), melalui aktivitas-aktivitas yang secara the course of history.”

102
Hasymi Rinaldi dkk.: Analisis Perilaku Kepemimpinan Transformasional dn Transaksional

Desa dan Pemerintah Desa hidup masyarakat dan dianggap strategis harus
melalui musyawarah desa, sebagai bentuk
Pada awal 2014, keberadaan desa sebagai
legitimasi penyelenggaraan pemerintahan
suatu entitas yang memiliki cara tersendiri
desa. Selanjutnya, pada bagian otonomi asli
dalam bertahan dan mengembangkan hidup
merujuk pada penyelenggaraan pemerintah
diakui melalui UU No. 6 Tahun 2014. Meskipun
desa yang mengedepankan nilai-nilai lokal.
pengelolaan desa yang otonom baru diakui
Demokratisasi mengacu pada ketersediaan
pada 2014, sebelumnya, semangat otonomi
sarana penyampaian aspirasi masyarakat
tingkat lokal hingga pengakuan ketingkat desa
yang umumnya melalui perwakilan masyarakat
diakui melalui UU No. 22 Tahun 1999 dan 23
(BPD) dan sarana-sarana lain aksesibel.
Tahun 1999. Desa, saat itu, dipahami sebagai
Bagian terakhir, yaitu pemberdayaan
suatu kesatuan masyarakat hukum yang
masyarakat merupakan hal yang cukup vital
mempunyai susunan asli berdasarkan hak
mengingat keberlangsungan penyelenggaraan
asal usul yang bersifat istimewa (Widjaja 2003,
pemerintah desa mengedepankan peran serta
3). Keistimewaan pengelolaan desa melalui
masyarakat, maka kesejahteraan dan kualitas
pemerintah desa diperkuat kembali melalui UU
hidup masyarakat menjadi esensi tujuan
Desa. Secara substansial, pengakuan negara
pemerintahan desa.
terhadap desa tidak memiliki perbedaan
yang jauh jika mengacu pada definisi yang Adisasmita (2006, 19) menambahkan asas
ditegaskan oleh undang-undang. yang dikemukakan sebelumnya menjadi lima
hal, yang dikenal dengan prinsip pembangunan
Pada Pasal 1 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014
desa yaitu (1) transparansi, (2) partisipatif,
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
(3) dapat dinikmati masyarakat, (4) dapat
desa adalah kesatuan masyarakat hukum
dipertanggungjawabkan, dan (5) berkelanjutan.
yang memiliki batas wilayah yang berwenang Kelima prinsip yang dijelaskan tersebut
untuk mengatur dan mengurus urusan merupakan satu-kesatuan untuk mempercepat
pemerintahan, kepentingan masyarakat pembangunan desa yang berkeadilan. Dalam
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hal ini, kekayaan desa harus dapat dipastikan
hak asal usul, dan/atau hak tradisional bermanfaat langsung bagi masyarakat
yang diakui dan dihormati dalam sistem setempat. Di samping itu, untuk menjamin
pemerintahan Negara Kesatuan Republik keberlangsungan pembangunan, dorongan
Indonesia. Dalam penyelenggaraannya, pembangunan yang partisipatif dianggap
pemerintahan desa tidak hanya mengacu pada penting untuk mendorong kemandirian.
keaslian wilayah dengan mengedepankan
nilai-nilai tradisional, namun pula harus METODE PENELITIAN
berlandaskan pada keinginan dan kebutuhan Jenis Penelitian
masyarakat setempat. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan
Dalam penyelenggaran pemerintah desa, menggunakan metode analisis deskriptif-
setidaknya harus mengedepankan 5 asas, komparatif, yaitu membandingkan secara
yaitu (1) keanekaragaman, (2) partisipasi, mendalam domain kepemimpinan pada
(3) otonomi asli, (4) demokratisasi, dan (5) dua desa yang memiliki karakteristik
pemberdayaan masyarakat (Widjaja 2003: 36- berbeda. Analisa deskriptif dilakukan untuk
37). Dalam hal keragaman, penyelenggaraan menggambarkan secara mendalam tentang
pemerintah desa tidak dapat diseragamkan. perilaku kepemimpinan transformasional dan
Negara harus mengakui keunikan tiap desa transaksional dari masing-masing Kepala Desa
berdasarkan hak asal-usul yang dimiliki. Pada Telukempening dan Kepala Desa Sungairaya
partisipasi, penyelenggaraan pemerintah desa Dalam. Sedangkan metode komparatif
pun bergantung pada peran aktif masyarakat. dilakukan untuk mengidentifikasi perbedaan
Beragam kebijakan yang melibatkan hajat perilaku kepemimpinan dan faktor-faktor

103
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110

yang mendorong terbentuknya kepemimpinan pemilihan lokasi bahwa desa tersebut


transformasional dan transaksional. jauh dari kawasan perkotaan dan memiliki
keterbatasan akses teknologi informasi.
Tujuan Penelitian 2. Desa Sungairaya Dalam, Kecamatan
1. Untuk mendeskripsikan praktek-praktek Sungairaya, dengan pertimbangan
kepemimpinan transformasional dan pemilihan lokasi bahwa desa tersebut
transaksional dalam penyelenggaraan berada pada kecamatan yang sama
pemerintahan Desa Telukempening dan dengan ibukota kabupaten, dan berbatasan
Desa Sungairaya Dalam. langsung dengan Kota Pontianak yang
2. Untuk mengidentifikasi hal-hal yang memiliki aksesibilitas teknologi informasi
mendorong terbentuknya kepemimpinan relatif tinggi jika dibandingkan dengan
transformasional dan transaksional pada wilayah lain di Kab. Kuburaya.
Kepala Desa Telukempening dan Kepala
Desa Sungairaya Dalam. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui (1) observasi,
Lokasi Penelitian (2) wawancara
Analisis Perilaku Kepemimpinan Transformasional mendalam,
[Hasymi Rinaldidan
(3) studi
dan Transaksional ... dkk.]

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten dokumentasi. Observasi dilakukan pada


Kuburaya,masyarakat,
dengan lokasi penelitianaparatur
pengelolaan pada dua interaksi
desa oleh kepalakepala desajuga
desa, dan dengan masyarakat,
rutinitas
pengelolaan aparatur desa
desa, yaitudalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Wawancara mendalam dilakukan oleh kepala desa,
1. Desa kepada kepala desa, aparatur
Telukempening, dan juga
desa, dan masyarakat
Kecamatan rutinitas
setempat. dalam
Studi penyelenggaraan
dokumentasi
melalui pelacakan
Terentang, pertimbangan terkait seperti data monografi desa,mendalam
dengan dokumen-dokumen pemerintahan desa. Wawancara
dokumen perangkat pelayanan, serta arsip kebijakan pemerintah desa.

Gambar 1
Gambar 1
Ketersediaan jaringan internet diwilayah Kab. Kuburaya11
Ketersediaan jaringan internet di wilayah Kab. Kuburaya

HASIL DAN PEMBAHASAN


1 Sumber gambar hasil overlay (1) coverage 4G telkomsel (https://www.telkomsel.com/en/explore/4g-coverage),
Perilaku
(2) coverage Transformasional dan
indihome (https://fibermap.indihome.co.id/), Transaksional
dan google dalam
maps, diakses pada 20 mei 2018
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
104
Jika dikontraskan antara kondisi Desa Telukempening dan Desa
Sungairaya Dalam, terdapat perbedaan signifikan, khususnya pada
Hasymi Rinaldi dkk.: Analisis Perilaku Kepemimpinan Transformasional dn Transaksional

dilakukan kepada kepala desa, aparatur desa, 2016, dimana desa Sungairaya Dalam masuk
dan masyarakat setempat. Studi dokumentasi dalam kategori desa maju, sedangkan Desa
melalui pelacakan dokumen-dokumen terkait Telukempening masih dalam kategori tertinggal.
seperti data monografi desa, dokumen Keberadaan Desa Telukempening berada dua
perangkat pelayanan, serta arsip kebijakan tingkat dibandingkan dengan Desa Sungairaya
pemerintah desa. Dalam, dan tertinggal jauh dalam banyak hal.
Indeks Desa Mandiri yang ditetapkan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, untuk Desa
Perilaku Transformasional dan Sungairaya Dalam adalah 0,7289 sedangkan
Transaksional dalam Penyelenggaraan Desa Telukempening hanya sebesar 0,5344.
Pemerintahan Desa
Meskipun demikian, banyak inovasi yang
Jika dikontraskan antara kondisi Desa dilakukan oleh Desa Telukempening melampaui
Telukempening dan Desa Sungairaya Dalam, keterbatasan yang ada di desanya. Hochadel
terdapat perbedaan signifikan, khususnya beranggapan bahwa kondisi ini merupakan
pada ketersediaan sarana dan prasarana salah satu penyebab yang mendorong
dalam mendukung pelayanan berbasiskan munculnya pemimpin transformasional,
internet. Seperti yang terlihat pada gambar 1 meskipun ilustrasi yang digunakan adalah
di muka, keberadaan Desa Telukempening “…as budgets have tightened, local areas
cukup jauh dari jangkauan internet. Fasilitas have struggled to maintain the delivery
jaringan internet yang bermutu hanya dapat of basic services while attempting to spur
dinikmati oleh masyarakat di Kota Pontianak economic growth (Hochadel, 2018: 36).” Paska
dan sekitarnya. terbitnya UU Desa tahun 2014, seluruh desa
Ketertinggalan Desa Telukempening pun di Indonesia mengalami peningkatan jumlah
ditunjukkan melalui status desa sebagaimana dana secara signifikan. Sehingga ilustrasi yang
tercantum pada SK Dirjen Pembangunan dan digunakan Hochadel bahwa keterbatasan
Pemberdayaan Masyarakat Desa No. 30 Tahun dana yang mendorong pimpinan untuk

Tabel 1.

Informasi publik desa yang didiseminasi secara online antara Desa Sungairaya Dalam
dan Desa Telukempening

Website Desa Sungairaya Dalam Desa Telukempening


Alamat h t t p : / / http://www.telukempening. desa.id/
sungairayadalamkuburaya. http://empeningnews.
desa.kemendesa.go.id/ blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/telukempening/
Mulai 2014 2011
Pe m b a h a r u a n
2015 2017
Terakhir
Monografi Desa (Pemerintahan Desa dan Kondisi
Desa)
Kegiatan-kegiatan seputar desa
Monografi Desa Data Pokok 2016 & 2017
Konten (Kependudukan dan Batas
APBDes 2016 & 2017
Wilayah)
Laporan pertanggungjawaban 2016
Visi dan Misi, Tupoksi, Perangkat Desa,
Agenda Desa

105
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110

berinovasi masih belum tepat. Namun, kondisi profil desa yang terdiri dari kependudukan
ketertinggalan yang ada di desa dibandingkan dan batas wilayah. Data yang ditampilkan pun
dengan keberadaan desa lainnya mendorong tidak rinci dan merupakan data tahun 2014.
kepala desa untuk memaksimalkan segala Pembaharuan terakhir dari website tersebut
potensi yang tersedia dalam meningkatkan adalah pada 2015.
pertumbuhan desa.
Di samping pemanfaatan website,
Ragam inovasi yang dilakukan Kepala Pemerintah Desa Telukempening menyadari
Desa Telukempening berawal ditahun 2011, bahwa informasi merupakan prasyarat
dengan menampilkan ragam informasi dalam mendorong partisipasi masyarakat.
desa melalui website. Keberadaan website Sedangkan ragam informasi yang ditampilkan
dalam mendiseminasikan beragam informasi pada website tidak aksesibel bagi masyarakat
desa bukan diperuntukan bagi masyarakat setempat. Dalam hal ini, pemerintah desa
desa setempat. Hal ini disadari oleh kepala Telukempening menampilkan ragam informasi
desa bahwa masyarakat setempat memiliki pada titik-titik yang dianggap strategis.
keterbatasan dalam mengakses ragam Seluruh informasi yang dianggap berkaitan
informasi yang didiseminasikan melalui internet, langsung dengan hajat hidup masyarakat
baik dari jaringan internet, kemampuan dalam desa, disebarluaskan sepanjang dokumennya
mengakses, dan juga kebutuhan terhadap tersedia. Bahkan sejak 2014, pemerintah
informasi yang didiseminasikan. Kepentingan desa berinisiatif untuk menampilkan informasi-
untuk menampilkan ragam informasi informasi yang dianggap penting untuk
diperuntukan bagi masyarakat luar desa. diketahui oleh masyarakat, seperti informasi
Sebagaimana yang dikatakan Hochadel bahwa umum pada APBDes melalui baliho yang
pimpinan transfomasional “… may bring about dipasang ditempat umum, papan informasi
change at the local level by influencing activities pembangunan fisik dititik-titik kegiatan, bahkan
at the global level is one that is transformational, tersedia pula papan informasi yang dipasang
creating event-making intersections” (Hochadel, didua titik strategis, yaitu pos pertemuan dan
2018: 9). dipersimpangan jalan menuju kantor desa.
Selain memasang informasi-informasi
Kondisi yang terjadi di Desa Telukempening
yang dianggap terkait langsung dengan
berbeda dengan Desa Sungairaya Dalam.
hajat hidup masyarakat, pemerintah desa
Meskipun Desa Sungairaya Dalam memiliki
pun mempersilahkan masyarakat untuk
keunggulan perangkat teknologi informasi,
memperoleh informasi detail dengan langsung
namun tidak dimanfaatkan secara optimal
mendatangi kantor desa. Bahkan, beberapa
dalam berbagi informasi publik. Padahal,
informasi detail yang tidak terpasang ditempat-
memperoleh data secara online bagi masyarakat
tempat umum, tanpa perlu diminta telah
Desa Sungairaya Dalam tidak terlalu sulit
terpasang pada papan informasi kantor desa.
dikarenakan akses internet cukup tinggi.
Semisal rincian rencana penggunaan anggaran
Namun, pada http://sungairayadalamkuburaya.
pada APBDes tahun berjalan, peta desa dan
desa.kemendesa.go.id/tidak menampilkan
titik lokasi pembangunan yang dianggarkan,
informasi sebagaimana yang dilakukan oleh
dan data lainnya.
Desa Telukempening. Padahal pemerintah
desa Sungairaya Dalam seharusnya tidak Meskipun diakui bahwa terdapat pihak-
kesulitan dalam memperbaharui data ataupun pihak yang dianggap mengancam jalannya
mengunggah banyak data pada website penyelenggaraan pemerintahan desa, sehingga
yang tersedia. Di samping dukungan jaringan keterbukaan yang dilakukan menggangu
internet diseluruh wilayah desa, dalam jalannya pemerintahan desa. Namun diyakini
penyelenggaraan pemerintahan desa pun, oleh Kepala Desa Telukempening bahwa pihak
difasilitasi dengan jaringan internet. Informasi tersebut sesungguhnya memiliki keinginan yang
yang tersedia pada website tersebut hanya sama dengan kepala desa, yaitu menginginkan

106
Hasymi Rinaldi dkk.: Analisis Perilaku Kepemimpinan Transformasional dn Transaksional

kemajuan bagi desa setempat. Keterbukaan transaksional, dimana penyelenggaraan


secara aktif yang dilakukan Pemerintah Desa pemerintahan terbatas pada norma yang
Telukempening, merupakan cara yang diyakini ada dan sekedar sebagai pelaksana tugas
oleh kades untuk memperoleh kepercayaan administratif.
dan dukungan dari masyarakat setempat.
Kecenderungan pemimpin untuk bersikap
Permasalahan justru akan semakin rumit
transformasional ataupun transaksional,
ketika pemerintah desa menutup diri dalam
dapat memengaruhi dan dipengaruhi pula
penyelenggaraan pemerintah desa, yang
oleh masyarakat setempat. Kemauan politik
dapat mengakibatkan mudahnya masyarakat
kepala desa menentukan keterbukaan
dikendalikan oleh pihak-pihak yang dengan
penyelenggaraan pemerintah desa. Ketika
sengaja mengganggu jalannya pemerintahan
kepala desa memiliki keyakinan bahwa
desa.
transparansi merupakan prasyarat dalam
Berbeda halnya dengan Desa Sungairaya pembangunan desa melalui partisipasi
Dalam, yang hanya menampilkan informasi masyarakat, maka kepala desa akan
secara offline di kantor desa. Di samping mengoptimalkan sarana dan prasarana yang
itu, informasi-informasi yang seharusnya tersedia untuk membuka informasi publik yang
diperbaharui secara berkala tidak ditampilkan. ada di kantor desa, seperti halnya yang terjadi
Informasi yang ditampilkan hanya seputar di Desa Telukempening.
persyaratan dalam mengurus surat-surat
Di sisi lain, jika pemerintah desa
tertentu, dan juga informasi dari lembaga-
beranggapan bahwa pembangunan desa
lembaga lain seperti kampanye, himbauan, dan
bukan beranjak dari partisipasi, ataupun
lain sebagainya. Sedangkan peta wilayah pun
masyarakat dianggap sebagai faktor yang
dipasang pada tempat yang susah dijangkau
menggangu jalannya pemerintahan desa,
dan dillihat oleh masyarakat. Rendahnya
maka kepala desa dengan sengaja membatasi
upaya untuk membangun keterbukaan
informasi-informasi yang perlu ditampilkan.
dalam penyelenggaraan pemerintah desa
Dua hal yang memungkinkan terjadi akibat
menunjukkan adanya pesimisme terhadap
ketertutupan, ataupun kesengajaan dalam
kebutuhan masyarakat terhadap informasi
membatasi informasi publik, yaitu apatisme
penyelenggaraan pemerintahan desa. Sikap
masyarakat terhadap pembangunan, ataupun
pesimis terhadap kebutuhan masyarakat pada
meningkatnya partisipasi dengan memperketat
informasi penyelenggaraan desa disampaikan
pengawasan. Ketika apatisme masyarakat
oleh Sekretaris Desa. Pemasangan baliho
yang terjadi, maka semakin memperkuat
ataupun alat informasi lainnya dianggap
keyakinan pemerintah desa bahwa informasi
percuma ketika masyarakat tidak peduli terhadap
bukan kebutuhan utama masyarakat setempat.
informasi yang disebarluaskan tersebut.
Semakin rendah keingintahuan masyarakat
Mengacu pada fenomena tersebut,
terhadap informasi publik, maka semakin
dapat terlihat bahwa perilaku pimpinan
sedikit informasi yang dibuka secara aktif.
transformasional ditunjukkan oleh Kepala Desa
Telukempening. Ragam inovasi yang dilakukan
adalah untuk mengatasi keterbatasan yang Hal-Hal yang Mendorong Terbentuknya
Sikap Transformasional pada Kepala Desa
ada di desa. Pemanfaatan perangkat teknologi
informasi dimanfaatkan untuk memengaruhi Keterpurukan yang dialami Desa
pihak luar desa agar dapat berkontribusi Telukempening bukan satu-satunya faktor
terhadap desa. Sedangkan diseminasi offline yang mendorong pemimpin untuk bersikap
diperuntukan bagi warga setempat. Hal transformasional. Hal ini mengacu pada fakta
tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan bahwa Desa Telukempening bukan satu-
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah satunya desa yang berada dalam kategori
desa. Sedangkan pada Kepala Desa tertinggal ataupun jauh dari dukungan
Sungairaya Dalam cenderung bersikap perangkat teknologi informasi. Dari 116 desa di

107
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110

Kabupaten Kuburaya yang terindeks, terdapat tentang keberadaan Desa Telukempening.


67 desa masuk dalam kategori tertinggal, dan Popularitas Desa Telukempening dimasa
22 berada dalam kategori sangat tertinggal. lalu, jika dibandingkan dengan desa lain yang
berada pada Kecamatan Terentang, hampir
Kepala Desa Telukempening, meskipun
tidak dikenal banyak orang. Bahkan pada masa
tamatan SMP, namun memiliki keahlian
lalu, diakui kepala desa ketika mencari melalui
dibidang teknologi informasi. Keahlian tersebut
mesin pencari google dengan kata kunci teluk
diperoleh sebelum terlibat dalam beragam
empening, yang muncul adalah desa dengan
aktivitas desa. Cepatnya perkembangan
nama yang sama diwilayah lain. Akibatnya,
teknologi informasi secara global, tidak dapat
intervensi seperti, hibah, riset, dan lainnya
diikuti oleh pertumbuhan desa. Akibatnya
jarang sekali dirasakan oleh masyarakat
banyak informasi yang dianggap penting bagi
setempat. Kurangnya perhatian publik terhadap
desa setempat, tidak dapat dinikmati untuk
Desa Telukempening mendorong pemerintah
pertumbuhan desa. Dalam hal ini, Kepala
desa untuk melakukan publikasi secara online.
Desa berupaya mengadaptasi keterbatasan
yang ada di desa, dengan membangun Sebaliknya, Desa Sungairaya Dalam
aplikasi sederhana melalui pemanfaatan fitur memiliki keuntungan dalam banyak hal, seperti
macro pada aplikasi microsoft excel. aksesibilitas informasi, pendidikan, infrastruktur,
dan lain sebagainya. Meskipun demikian
Aplikasi ini dapat dijalankan tanpa
banyak hal yang tertinggal dibandingkan
membutuhkan akses internet yang tidak dapat
dengan Desa Telukempening, seperti
diakses di kantor pemerintah desa. Aplikasi
kemampuan dalam melakukan pengarsipan
tersebut, di samping dapat membangun
melalui pemanfaatan teknologi informasi.
database aktivitas pemerintah desa dan
Hal yang paling sederhana adalah monografi
warganya, juga mempermudah pelayanan
desa. Hingga akhir 2017, Desa Sungairaya
kepada masyarakat setempat. Masyarakat
Dalam masih belum memiliki dokumen tentang
tidak lagi diperlukan untuk membawa fotocopy
profil desa dan pemerintah desa terbaru.
identitas dalam mengurus perizinan, cukup
Dokumen tersebut masih menunggu hasil dari
mendatangi kantor desa dan menjelaskan
pemutakhiran oleh RT setempat. Di samping
keperluannya. Untuk keamanan dalam
itu, Peraturan Desa tentang Rencana Tata
penyalahgunaan identitas, petugas pelayan
Ruang dan Wilayah Desa, yang menjadi
cukup menanyakan identitas warga terkait.
acuan dalam pembangunan desa tidak dimiliki
Kondisi inipun didukung oleh terbatasnya
oleh Desa Sungairaya Dalam. Sedangkan
populasi desa setempat, yang mempermudah
Desa Telukempening, memiliki perdes yang
aparatur desa mengenali warga yang ada
menunjukkan peta desa termasuk kawasan-
didesanya. Selain mempermudah warga dalam
kawasan yang direncanakan sesuai dengan
mengurus perizinan, aplikasi yang dibangun
peruntukannya.
pun mempermudah petugas pelayan. Blanko
Di samping fasilitas yang tersedia ataupun
untuk tiap perizinan telah tersedia pada aplikasi
terbatas, perilaku masyarakat setempat pun
tersebut, sehingga proses perizinan dapat
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
dilakukan dengan cepat.
terbentuknya pemimpin transformasional
Di samping aplikasi offline untuk maupun transaksional. Dorongan Kepala
mempermudah pelayanan, kepekaan dalam Desa Telukempening untuk memaksimalkan
menyikapi perubahan yang ada adalah segala potensi yang ada dikarenakan jumlah
mempromosikan desa secara online. populasi yang relatif lebih kecil dan homogen.
Dorongan untuk menampilkan informasi online Hal ini berakibat pada intensnya interaksi
diakibatkan kegelisahan pemerintah desa yang antara kepala desa dengan masyarakat
merasa jarang mendapatkan perhatian dari setempat dan didorong oleh kesamaan isu
pemerintah daerah (kabupaten dan provinsi). tertentu. Permasalahan dan perubahan yang
Di samping itu, tidak cukup banyak yang tahu dirasakan masyarakat dikomunikasikan

108
Hasymi Rinaldi dkk.: Analisis Perilaku Kepemimpinan Transformasional dn Transaksional

langsung pada kepala desa, karena anggapan Mengacu pada paparan di atas, maka
bahwa pemerintah desa merupakan institusi dapat disederhanakan bahwa faktor-faktor
formal yang dipercaya dapat mengatasi yang memengaruhi terbentuknya pola
permasalahan di tingkat desa. Permasalahan kepemimpinan transformasional maupun
seperti persediaan air bersih, jalan, dan lain transaksional, adalah (1) keinginan untuk
sebagainya dianggap sebagai tanggung jawab berubah akibat ketertinggalan yang dirasakan
desa. Pemerintah desa dianggap sebagai ataupun keinginan untuk mempertahankan
lembaga strategis tingkat desa yang dianggap statusquo dalam lingkungan yang stabil, (2)
berpengaruh langsung terhadap pemenuhan Keterampilan teknis dalam pemanfaatan
hajat hidup masyarakat desa. dan pengelolaan teknologi informasi, (3)
Berbeda halnya dengan masyarakat Desa ketertarikan masyarakat terhadap isu-isu
Sungairaya Dalam yang memiliki jarak cukup seputar desa, yang disebabkan pula oleh
dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten (a) homogen/heterogennya masyarakat, (b)
dan provinsi. Masyarakat setempat cenderung aksesibilitas terhadap sumber dan ragam
mengabaikan keberadaan pemerintah desa informasi diwilayah desa, dan (c) persepsi
sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam terhadap lembaga desa sebagai institusi
permasalahan tersebut. Isu jalan rusak, air strategis ataupun tidak terhadap pemenuhan
bersih, dan lain sebagainya dianggap sebagai hak-hak masyarakat.
tanggung jawab pemerintah kabupaten. Hal
inipun dipengaruhi oleh dekatnya akses ke
SIMPULAN DAN SARAN
beragaminstansi pada level pemerintahan
kabupaten, yang memungkinkan masyarakat Simpulan
untuk mengakses secara langsung pihak-pihak
terkait dilevel pemerintah kabupaten dalam Beberapa hal yang dapat disimpulkan
pemenuhan hak dasar masyarakat. Akibatnya, dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
urusan pada pemerintahan desa dianggap a. Perilaku transaksional pada Kepala
sebatas masalah administrasi kependudukan. Desa Sungairaya Dalam ditunjukkan
Ketertarikan masyarakat terhadap isu-isu melalui penyelenggaraan pemerintahan
seputar desa pun dikarenakan oleh terbatas desa sebatas menjalankan tugas dan
ataupun banyaknya isu yang beredar dari fungsi bersandarkan pada norma yang
banyak sumber. Desa Sungairaya Dalam yang ada. Dukungan perangkat teknologi
menunjukkan rendahnya reaksi masyarakat informasi yang tersedia di desa hanya
terhadap keterbukaan penyelenggaraan dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas
pemerintah desa. Ketika pemerintah desa penyelenggaraan pemerintahan desa
bersikap tertutup dan kemudian membuka diri, sebagaimana yang diatur oleh peraturan
masyarakat tetap tidak memberikan reaksi perundang-undangan.
apa pun. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya b. Perilaku transformasional Kepala Desa
sumber informasi alternatif bagi masyarakat Telukempening diwujudkan melalui inovasi
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan dengan pemanfaatan sumber daya
hajat hidup masyarakat setempat. Berbeda yang tersedia. Prinsip bahwa partisipasi
halnya dengan Desa Telukempening, dimana masyarakat merupakan kunci kemajuan
informasi yang beredar terkait dengan hajat desa dilakukan dengan menampilkan
hidup masyarakat setempat cenderung hanya beragam informasi yang dianggap dapat
pada satu isu tertentu, yaitu pemenuhan hak menjadi stimulan bagi warga setempat
dasar masyarakat oleh pemerintah desa. untuk berpartisipasi. Di samping berharap
Keterbatasan akses internet dan jauhnya partisipasi aktif masyarakat, kepala desa
transportasi ke ibukota kabupaten dan provinsi, pun membutuhkan kepercayaan penuh dari
mendorong masyarakat setempat untuk lebih masyarakat terhadap penyelenggaraan
peduli terhadap isu-isu seputar desa. pemerintahan desa. Meskipun seringkali

109
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110

informasi yang didiseminasi digunakan DAFTAR PUSTAKA


oleh pihak lain untuk mengganggu jalannya
pemerintahan desa. Adisasmita, R. 2006. Pembangunan Pedesaan dan
Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
c. Hal-hal yang memengaruhi terbentuknya
kepemimpinan transformasional dan Avolio, B. J., & M.Bass, B. 2002. Developing
transaksional yaitu (1) keinginan untuk Potential Across A Full Range Of
berubah akibat ketertinggalan yang Leadership: Cases on Transactional and
dirasakan ataupun keinginan untuk Transformational Leadership. Mahwah,
mempertahankan statusquo dalam New Jersey, London: Lawrence Erlbaum
lingkungan yang stabil, (2) Keterampilan Associates Publisher.
teknis dalam pemanfaatan dan
pengelolaan teknologi informasi, (3) Bachmann, B. 2017. Ethical Leadership
ketertarikan masyarakat terhadap isu-isu in Organizations: Concepts and
seputar desa, yang disebabkan pula oleh Implementation. Springer.
(a) homogen/heterogennya masyarakat, Burns, J. M. 1978. Leadership. New York: Harper
(b) aksesibilitas terhadap sumber dan & Row.
ragam informasi diwilayah desa, dan (c)
persepsi terhadap lembaga desa sebagai Hochadel, A. M. 2018. Local Leadership in a Global
institusi strategis ataupun tidak terhadap Era: Policy and Behaviour Change in
pemenuhan hak-hak masyarakat. Cities. London, UK: Palgrave Macmillan.

Hurwitz, M. 2018. Exploring Distributed


Saran Leadership: A Leader–Follower
a. Perlunya stimulan dari pemerintah untuk Collaborative Lens. Dalam N. Chatwani
pemerintahan desa agar tetap melakukan (Penyunt.), Distributed Leadership:
inovasi dalam meningkatkan pelayanan The Dynamics of Balancing Leadership
publik. Stimulan tersebut dapat berupa with Followership (hal. 1-25). Palgrave
target yang telah ditentukan melalui Macmillan.
regulasi dengan menerapkan punishment
Khan, H. A. 2018. Globalization and the Challenges
and reward mengacu pada keberhasilan,
of Public Administration. Palgrave
prestasi, dan inovasi sesuai dengan
Macmillan.
kemampuan yang dimiliki desa.
b. Perlunya dokumentasi dan diseminasi Nye, J. S. 2008. The Powers to Lead. Oxford
terhadap praktek-praktek baik pada desa- University Press.
desa yang dianggap memiliki inovasi agar Pembleton, D., Friend, J., & He, Z. 2018. The Role
dapat direplikasi pada desa-desa lain yang of Sociocultural Context in the Leader–
memiliki kesamaan karakteristik. Follower Relationship: An Analysis of Lee
c. Perlunya fasilitasi bagi pemerintah desa Kuan Yew’s Authentic Transformational
dalam melakukan transfer pengetahuan Leadership. Dalam D. Cotter-Lockard
pada aparatur desa lainnya, untuk (Penyunt.), Authentic Leadership and
memastikan agar keterampilan teknis Followership: International Perspectives
dan pengelolaan yang dimiliki oleh kepala (hal. 139-162). Palgrave Macmillan.
desa tidak berakhir/putus ketika terjadi Widjaja, H. 2003. Otonomi Desa. Jakarta: PT Raja
pergantian kepala desa. Grafindo Persada.

110

Anda mungkin juga menyukai