519-Article Text-1293-2-10-20190814
519-Article Text-1293-2-10-20190814
ABSTRACT
ABSTRAK
99
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110
100
Hasymi Rinaldi dkk.: Analisis Perilaku Kepemimpinan Transformasional dn Transaksional
101
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110
distributed leadership, (3) shared leadership, umum diterima (masyarakat) dan melekat
dan (4) leadership void. Keempat level tersebut dalam sistem (Hochadel, 2018). Dalam
dibedakan oleh keterlibatan sekelompok atau pelaksanaannya, kepemimpinan transaksional
beberapa kelompok orang dalam mendukung cenderung menekankan pada tugas/kewajiban,
fungsi-fungsi pemimpin. tujuan, dan etika situasional (Bachmann, 2017:
40).
Mengacu pada pendapat di atas, dapat
dipahami bahwa relasi dalam kepemimpinan Kontras dengan kepemimpinan
dipengaruhi oleh konteks. Yang dipimpin, transaksional, pada kemimpinan
dapat memengaruhi gaya kepemimpinan, transformasional cenderung “…motivate others
bahkan menurut Nye bahwa “…followers to do more than they originally intended and
have the power to set constraints on leaders” often even more than they thought possible
(2008: 36). Batasan kekuasaan dimaksud (Avolio & M.Bass, 2002: 1), “…empower and
sangat bergantung pada tujuan dari yang elevate their followers; they use conflict and
dipimpin. Tujuan tersebut, dijelaskan oleh crisis to raise their followers’ consciousness and
Nye, adalah tujuan yang melekat dengan transform them (Nye, 2008: 62)”, “…may bring
budaya setempat. about change at the local level by influencing
activities at the global level (Hochadel, 2018:
Pemimpin Transaksional dan 9), “…responsible for bringing about societal
Transformasional dalam Pemerintah Desa changes (Khan, 2018: 83), “…establishing trust
and relational authenticity with followers through
Dalam menyikapi perubahan yang ada,
shared values (Pembleton, Friend, & He, 2018:
setidaknya dikenal dua tipe kepemimpinan,
140)”.
yaitu transaksional dan transformasional.
Terjadi perdebatan antar ilmuwan bahwa
Mengacu pada penjelasan di atas, dapat
tipe kemimpinan transaksional cukup efektif
disimpulkan bahwa kedua tipe kepemimpinan
diterapkan dalam lingkungan yang stabil
tersebut memilki cara yang berbeda
dan dapat diprediksi, namun ketika terjadi
dalam menyikapi perubahan. Terbitnya UU
perubahan, dan pengikut berkeinginan
Desa No. 6/2014 memberikan perubahan
untuk berubah, maka kepemimpinan
cukup signifikan dalam penyelenggaraan
transofmasional lebih dibutuhkan (Nye, 2008:
pemerintahan desa. Perubahan tersebut,
68). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa
secara otomatis memengaruhi perubahan
kedua tipe tersebut memiliki keunggulan
struktur dan aparatur desa dalam pengelolaan
tersendiri. Meskipun cukup banyak ilmuwan
desa, terlepas adanya keinginan untuk
yang merekomendasikan kepemimpinan
berubah ataupun mempertahankan sistem
transformasional, namun seperti halnya yang
yang ada. Dalam menyikapi perubahan
dijelaskan Bachmann (2017: 145) bahwa
tersebut, Hochadel (2018) menjelaskan
transaksional maupun transformasional dapat
bahwa tipe kepemimpinan transaksional
bersifat merugikan, hal ini tergantung pada
tetap akan mengikuti norma yang ada dan
kebutuhan tersebut tergantung pada sangsi,
memosisikan dirinya sebagai pelaksana
otoritas formal, alat justifikasi.
administratif dari kebijakan struktural,
Permasalahannya adalah kemampuan sedangkan transformasional akan melakukan
untuk mendeteksi perubahan yang terjadi, hal-hal yang inovatif dan tidak akan terpaku
sehingga dapat ditentukan tipe kepemimpinan pada kebijakan-kebijakan tradisional. Kondisi
yang tepat. Yang dimaksud dengan inilah yang digambarkan oleh Burns (1978)
kepemimpinan transaksional merupakan bahwa “the transactional leader exhibits
pemimpin yang memotivasi bawahan dengan system-maintaining behaviour, and the
imbalan maupun sangsi, dan cenderung transformational leader exhibits system-
berperilaku mempertahankan status quo (Nye, changing behaviour with actions that change
2008), melalui aktivitas-aktivitas yang secara the course of history.”
102
Hasymi Rinaldi dkk.: Analisis Perilaku Kepemimpinan Transformasional dn Transaksional
Desa dan Pemerintah Desa hidup masyarakat dan dianggap strategis harus
melalui musyawarah desa, sebagai bentuk
Pada awal 2014, keberadaan desa sebagai
legitimasi penyelenggaraan pemerintahan
suatu entitas yang memiliki cara tersendiri
desa. Selanjutnya, pada bagian otonomi asli
dalam bertahan dan mengembangkan hidup
merujuk pada penyelenggaraan pemerintah
diakui melalui UU No. 6 Tahun 2014. Meskipun
desa yang mengedepankan nilai-nilai lokal.
pengelolaan desa yang otonom baru diakui
Demokratisasi mengacu pada ketersediaan
pada 2014, sebelumnya, semangat otonomi
sarana penyampaian aspirasi masyarakat
tingkat lokal hingga pengakuan ketingkat desa
yang umumnya melalui perwakilan masyarakat
diakui melalui UU No. 22 Tahun 1999 dan 23
(BPD) dan sarana-sarana lain aksesibel.
Tahun 1999. Desa, saat itu, dipahami sebagai
Bagian terakhir, yaitu pemberdayaan
suatu kesatuan masyarakat hukum yang
masyarakat merupakan hal yang cukup vital
mempunyai susunan asli berdasarkan hak
mengingat keberlangsungan penyelenggaraan
asal usul yang bersifat istimewa (Widjaja 2003,
pemerintah desa mengedepankan peran serta
3). Keistimewaan pengelolaan desa melalui
masyarakat, maka kesejahteraan dan kualitas
pemerintah desa diperkuat kembali melalui UU
hidup masyarakat menjadi esensi tujuan
Desa. Secara substansial, pengakuan negara
pemerintahan desa.
terhadap desa tidak memiliki perbedaan
yang jauh jika mengacu pada definisi yang Adisasmita (2006, 19) menambahkan asas
ditegaskan oleh undang-undang. yang dikemukakan sebelumnya menjadi lima
hal, yang dikenal dengan prinsip pembangunan
Pada Pasal 1 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014
desa yaitu (1) transparansi, (2) partisipatif,
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
(3) dapat dinikmati masyarakat, (4) dapat
desa adalah kesatuan masyarakat hukum
dipertanggungjawabkan, dan (5) berkelanjutan.
yang memiliki batas wilayah yang berwenang Kelima prinsip yang dijelaskan tersebut
untuk mengatur dan mengurus urusan merupakan satu-kesatuan untuk mempercepat
pemerintahan, kepentingan masyarakat pembangunan desa yang berkeadilan. Dalam
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hal ini, kekayaan desa harus dapat dipastikan
hak asal usul, dan/atau hak tradisional bermanfaat langsung bagi masyarakat
yang diakui dan dihormati dalam sistem setempat. Di samping itu, untuk menjamin
pemerintahan Negara Kesatuan Republik keberlangsungan pembangunan, dorongan
Indonesia. Dalam penyelenggaraannya, pembangunan yang partisipatif dianggap
pemerintahan desa tidak hanya mengacu pada penting untuk mendorong kemandirian.
keaslian wilayah dengan mengedepankan
nilai-nilai tradisional, namun pula harus METODE PENELITIAN
berlandaskan pada keinginan dan kebutuhan Jenis Penelitian
masyarakat setempat. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan
Dalam penyelenggaran pemerintah desa, menggunakan metode analisis deskriptif-
setidaknya harus mengedepankan 5 asas, komparatif, yaitu membandingkan secara
yaitu (1) keanekaragaman, (2) partisipasi, mendalam domain kepemimpinan pada
(3) otonomi asli, (4) demokratisasi, dan (5) dua desa yang memiliki karakteristik
pemberdayaan masyarakat (Widjaja 2003: 36- berbeda. Analisa deskriptif dilakukan untuk
37). Dalam hal keragaman, penyelenggaraan menggambarkan secara mendalam tentang
pemerintah desa tidak dapat diseragamkan. perilaku kepemimpinan transformasional dan
Negara harus mengakui keunikan tiap desa transaksional dari masing-masing Kepala Desa
berdasarkan hak asal-usul yang dimiliki. Pada Telukempening dan Kepala Desa Sungairaya
partisipasi, penyelenggaraan pemerintah desa Dalam. Sedangkan metode komparatif
pun bergantung pada peran aktif masyarakat. dilakukan untuk mengidentifikasi perbedaan
Beragam kebijakan yang melibatkan hajat perilaku kepemimpinan dan faktor-faktor
103
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110
Gambar 1
Gambar 1
Ketersediaan jaringan internet diwilayah Kab. Kuburaya11
Ketersediaan jaringan internet di wilayah Kab. Kuburaya
dilakukan kepada kepala desa, aparatur desa, 2016, dimana desa Sungairaya Dalam masuk
dan masyarakat setempat. Studi dokumentasi dalam kategori desa maju, sedangkan Desa
melalui pelacakan dokumen-dokumen terkait Telukempening masih dalam kategori tertinggal.
seperti data monografi desa, dokumen Keberadaan Desa Telukempening berada dua
perangkat pelayanan, serta arsip kebijakan tingkat dibandingkan dengan Desa Sungairaya
pemerintah desa. Dalam, dan tertinggal jauh dalam banyak hal.
Indeks Desa Mandiri yang ditetapkan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, untuk Desa
Perilaku Transformasional dan Sungairaya Dalam adalah 0,7289 sedangkan
Transaksional dalam Penyelenggaraan Desa Telukempening hanya sebesar 0,5344.
Pemerintahan Desa
Meskipun demikian, banyak inovasi yang
Jika dikontraskan antara kondisi Desa dilakukan oleh Desa Telukempening melampaui
Telukempening dan Desa Sungairaya Dalam, keterbatasan yang ada di desanya. Hochadel
terdapat perbedaan signifikan, khususnya beranggapan bahwa kondisi ini merupakan
pada ketersediaan sarana dan prasarana salah satu penyebab yang mendorong
dalam mendukung pelayanan berbasiskan munculnya pemimpin transformasional,
internet. Seperti yang terlihat pada gambar 1 meskipun ilustrasi yang digunakan adalah
di muka, keberadaan Desa Telukempening “…as budgets have tightened, local areas
cukup jauh dari jangkauan internet. Fasilitas have struggled to maintain the delivery
jaringan internet yang bermutu hanya dapat of basic services while attempting to spur
dinikmati oleh masyarakat di Kota Pontianak economic growth (Hochadel, 2018: 36).” Paska
dan sekitarnya. terbitnya UU Desa tahun 2014, seluruh desa
Ketertinggalan Desa Telukempening pun di Indonesia mengalami peningkatan jumlah
ditunjukkan melalui status desa sebagaimana dana secara signifikan. Sehingga ilustrasi yang
tercantum pada SK Dirjen Pembangunan dan digunakan Hochadel bahwa keterbatasan
Pemberdayaan Masyarakat Desa No. 30 Tahun dana yang mendorong pimpinan untuk
Tabel 1.
Informasi publik desa yang didiseminasi secara online antara Desa Sungairaya Dalam
dan Desa Telukempening
105
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110
berinovasi masih belum tepat. Namun, kondisi profil desa yang terdiri dari kependudukan
ketertinggalan yang ada di desa dibandingkan dan batas wilayah. Data yang ditampilkan pun
dengan keberadaan desa lainnya mendorong tidak rinci dan merupakan data tahun 2014.
kepala desa untuk memaksimalkan segala Pembaharuan terakhir dari website tersebut
potensi yang tersedia dalam meningkatkan adalah pada 2015.
pertumbuhan desa.
Di samping pemanfaatan website,
Ragam inovasi yang dilakukan Kepala Pemerintah Desa Telukempening menyadari
Desa Telukempening berawal ditahun 2011, bahwa informasi merupakan prasyarat
dengan menampilkan ragam informasi dalam mendorong partisipasi masyarakat.
desa melalui website. Keberadaan website Sedangkan ragam informasi yang ditampilkan
dalam mendiseminasikan beragam informasi pada website tidak aksesibel bagi masyarakat
desa bukan diperuntukan bagi masyarakat setempat. Dalam hal ini, pemerintah desa
desa setempat. Hal ini disadari oleh kepala Telukempening menampilkan ragam informasi
desa bahwa masyarakat setempat memiliki pada titik-titik yang dianggap strategis.
keterbatasan dalam mengakses ragam Seluruh informasi yang dianggap berkaitan
informasi yang didiseminasikan melalui internet, langsung dengan hajat hidup masyarakat
baik dari jaringan internet, kemampuan dalam desa, disebarluaskan sepanjang dokumennya
mengakses, dan juga kebutuhan terhadap tersedia. Bahkan sejak 2014, pemerintah
informasi yang didiseminasikan. Kepentingan desa berinisiatif untuk menampilkan informasi-
untuk menampilkan ragam informasi informasi yang dianggap penting untuk
diperuntukan bagi masyarakat luar desa. diketahui oleh masyarakat, seperti informasi
Sebagaimana yang dikatakan Hochadel bahwa umum pada APBDes melalui baliho yang
pimpinan transfomasional “… may bring about dipasang ditempat umum, papan informasi
change at the local level by influencing activities pembangunan fisik dititik-titik kegiatan, bahkan
at the global level is one that is transformational, tersedia pula papan informasi yang dipasang
creating event-making intersections” (Hochadel, didua titik strategis, yaitu pos pertemuan dan
2018: 9). dipersimpangan jalan menuju kantor desa.
Selain memasang informasi-informasi
Kondisi yang terjadi di Desa Telukempening
yang dianggap terkait langsung dengan
berbeda dengan Desa Sungairaya Dalam.
hajat hidup masyarakat, pemerintah desa
Meskipun Desa Sungairaya Dalam memiliki
pun mempersilahkan masyarakat untuk
keunggulan perangkat teknologi informasi,
memperoleh informasi detail dengan langsung
namun tidak dimanfaatkan secara optimal
mendatangi kantor desa. Bahkan, beberapa
dalam berbagi informasi publik. Padahal,
informasi detail yang tidak terpasang ditempat-
memperoleh data secara online bagi masyarakat
tempat umum, tanpa perlu diminta telah
Desa Sungairaya Dalam tidak terlalu sulit
terpasang pada papan informasi kantor desa.
dikarenakan akses internet cukup tinggi.
Semisal rincian rencana penggunaan anggaran
Namun, pada http://sungairayadalamkuburaya.
pada APBDes tahun berjalan, peta desa dan
desa.kemendesa.go.id/tidak menampilkan
titik lokasi pembangunan yang dianggarkan,
informasi sebagaimana yang dilakukan oleh
dan data lainnya.
Desa Telukempening. Padahal pemerintah
desa Sungairaya Dalam seharusnya tidak Meskipun diakui bahwa terdapat pihak-
kesulitan dalam memperbaharui data ataupun pihak yang dianggap mengancam jalannya
mengunggah banyak data pada website penyelenggaraan pemerintahan desa, sehingga
yang tersedia. Di samping dukungan jaringan keterbukaan yang dilakukan menggangu
internet diseluruh wilayah desa, dalam jalannya pemerintahan desa. Namun diyakini
penyelenggaraan pemerintahan desa pun, oleh Kepala Desa Telukempening bahwa pihak
difasilitasi dengan jaringan internet. Informasi tersebut sesungguhnya memiliki keinginan yang
yang tersedia pada website tersebut hanya sama dengan kepala desa, yaitu menginginkan
106
Hasymi Rinaldi dkk.: Analisis Perilaku Kepemimpinan Transformasional dn Transaksional
107
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110
108
Hasymi Rinaldi dkk.: Analisis Perilaku Kepemimpinan Transformasional dn Transaksional
langsung pada kepala desa, karena anggapan Mengacu pada paparan di atas, maka
bahwa pemerintah desa merupakan institusi dapat disederhanakan bahwa faktor-faktor
formal yang dipercaya dapat mengatasi yang memengaruhi terbentuknya pola
permasalahan di tingkat desa. Permasalahan kepemimpinan transformasional maupun
seperti persediaan air bersih, jalan, dan lain transaksional, adalah (1) keinginan untuk
sebagainya dianggap sebagai tanggung jawab berubah akibat ketertinggalan yang dirasakan
desa. Pemerintah desa dianggap sebagai ataupun keinginan untuk mempertahankan
lembaga strategis tingkat desa yang dianggap statusquo dalam lingkungan yang stabil, (2)
berpengaruh langsung terhadap pemenuhan Keterampilan teknis dalam pemanfaatan
hajat hidup masyarakat desa. dan pengelolaan teknologi informasi, (3)
Berbeda halnya dengan masyarakat Desa ketertarikan masyarakat terhadap isu-isu
Sungairaya Dalam yang memiliki jarak cukup seputar desa, yang disebabkan pula oleh
dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten (a) homogen/heterogennya masyarakat, (b)
dan provinsi. Masyarakat setempat cenderung aksesibilitas terhadap sumber dan ragam
mengabaikan keberadaan pemerintah desa informasi diwilayah desa, dan (c) persepsi
sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam terhadap lembaga desa sebagai institusi
permasalahan tersebut. Isu jalan rusak, air strategis ataupun tidak terhadap pemenuhan
bersih, dan lain sebagainya dianggap sebagai hak-hak masyarakat.
tanggung jawab pemerintah kabupaten. Hal
inipun dipengaruhi oleh dekatnya akses ke
SIMPULAN DAN SARAN
beragaminstansi pada level pemerintahan
kabupaten, yang memungkinkan masyarakat Simpulan
untuk mengakses secara langsung pihak-pihak
terkait dilevel pemerintah kabupaten dalam Beberapa hal yang dapat disimpulkan
pemenuhan hak dasar masyarakat. Akibatnya, dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
urusan pada pemerintahan desa dianggap a. Perilaku transaksional pada Kepala
sebatas masalah administrasi kependudukan. Desa Sungairaya Dalam ditunjukkan
Ketertarikan masyarakat terhadap isu-isu melalui penyelenggaraan pemerintahan
seputar desa pun dikarenakan oleh terbatas desa sebatas menjalankan tugas dan
ataupun banyaknya isu yang beredar dari fungsi bersandarkan pada norma yang
banyak sumber. Desa Sungairaya Dalam yang ada. Dukungan perangkat teknologi
menunjukkan rendahnya reaksi masyarakat informasi yang tersedia di desa hanya
terhadap keterbukaan penyelenggaraan dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas
pemerintah desa. Ketika pemerintah desa penyelenggaraan pemerintahan desa
bersikap tertutup dan kemudian membuka diri, sebagaimana yang diatur oleh peraturan
masyarakat tetap tidak memberikan reaksi perundang-undangan.
apa pun. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya b. Perilaku transformasional Kepala Desa
sumber informasi alternatif bagi masyarakat Telukempening diwujudkan melalui inovasi
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan dengan pemanfaatan sumber daya
hajat hidup masyarakat setempat. Berbeda yang tersedia. Prinsip bahwa partisipasi
halnya dengan Desa Telukempening, dimana masyarakat merupakan kunci kemajuan
informasi yang beredar terkait dengan hajat desa dilakukan dengan menampilkan
hidup masyarakat setempat cenderung hanya beragam informasi yang dianggap dapat
pada satu isu tertentu, yaitu pemenuhan hak menjadi stimulan bagi warga setempat
dasar masyarakat oleh pemerintah desa. untuk berpartisipasi. Di samping berharap
Keterbatasan akses internet dan jauhnya partisipasi aktif masyarakat, kepala desa
transportasi ke ibukota kabupaten dan provinsi, pun membutuhkan kepercayaan penuh dari
mendorong masyarakat setempat untuk lebih masyarakat terhadap penyelenggaraan
peduli terhadap isu-isu seputar desa. pemerintahan desa. Meskipun seringkali
109
TRANSFORMASI: JURNAL MANAJEMEN PEMERINTAHAN \ VOL. 10 NO. 2 \ OKTOBER 2018: 99 – 110
110