Weni
Weni
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan
dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai mahasiswa, yakni dalam
bentuk tugas yang diberikan oleh Ibu Dosen dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan kami. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang.
Ucapan terima kasih kepada Ibu selaku dosen pengampu pada mata kuliah keperawatan dewasa
ini yang telah memberikan bimbingan serta arahan makalah ini selesai tepat waktu. Adapun
dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka perbaikan tugas ini.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal Alamin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam tubuh manusia, ada alat transportasi yang berguna sebagai pengedar oksigen dan
zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut karbon dioksida dan zat sisa ke organ
pengeluaran. Alat transportasi pada manusia terkoordinasi dalam suatu sistem yang disebut
sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah, jantung, dan
pembuluh darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga
sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah
diawali dengan kata hemo atau hemato yang berasal dari kata Yunani yang berarti haima yang
berarti darah. Darah manusia berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada dua jenis
warna merah pada darah manusia. Warna merah terang menandakan bahwa darah tersebut
mengandung banyak oksigen, sedangkan warna merah tua menandakan bahwa darah tersebut
mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain mengandung banyak karbondioksida. Warna
merah pada darah disebabkan oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pernafasan
(respiratory protein) yang mengandung besi (Fe) dalam bentuk heme yang merupakan tempat
obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai
air seni.
BAB II
PEMBAHASAN
oleh seorang perawat, dikarenakan peran vital darah sebagai sungai kehidupan yang mengalir
dalam tubuh manusia. Darah mengangkut segala sesuatu yang harus dibawa dari satu tempat ke
tempat lain di dalam tubuh, baik itu nutrisi, limbah (untuk di eliminasi dari tubuh) dan panas
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk
darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan jaringan yang
berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan
penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani yaitu haima artinya darah.
Sistem imun adalah serangkaian molekul, sel dan organ yang bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit, seperti
bakteri,jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
mengenali dan menghancurkankan serangan ini. jadi kalo kelainan sistem imun berarti
penyakit.
Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel
darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ
pembentuk darah. Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti
ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan
berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih
seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi
tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat
bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem
ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak
berfungsi.
Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit, adalah
mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain
mengangkut hemoglobin, sel-sel darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia
mengandung banyak sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida
dan air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali lipat.
Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah bereaksi dengan banyak sekali karbon dioksida,
dan dengan demikian mengangkutnya dari jaringan menuju paru-paru dalam bentuk ion
bikarbonakt (HCO3-). Hemoglobin yang terdapat sel dalam sel juga merupakan dapar asam-basa
(seperti juga pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah bertanggung jawab untuk
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berada dengan organ lain
karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transpor tubuh, volume darah manusia
sekitar 7 % - 10 % berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada
tiap-tiap orang tidak sama, tergantung pada usia , pekerjaan, serta keadaan jantung atau
pembuluh darah. Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut.
1. Plasma darah, bagian cairan darah yang sebagai besar terdiri atas air, elektrolit dan
protein
darah.
2. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut in.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi terpenting sel darah merah adalah
transpor O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan. Suatu protein eritrosit, yaitu hemoglobin,
memainkan peranan penting pada kedua proses tersebut. Sehingga pada makalah ini penulis akan
membahas metabolisme eritrosit dan juga unsure-unsur lain yang berkaitan erat dengan proses
metabolisme tersebut.
Pertukaran yang terus-menerus bahan antara darah dan jaringan sel sangat penting bagi
kehidupan. Sel membutuhkan oksigen dan nutrisi untuk melakukan fungsi metabolisme mereka,
dan mereka menghasilkan karbon dioksida dan limbah metabolik lainnya yang harus dikeluarkan
oleh darah. Sel-sel jaringan yang diselimuti lapisan tipis cairan ekstraseluler yang disebut cairan
interstitial, atau cairan jaringan, yang mengisi ruang jaringan dan terletak di antara sel jaringan
dan kapiler. Oleh karena itu, semua bahan yang lolos antara darah dan jaringan sel harus
melewati cairan interstitial. Zat terlarut seperti oksigen dan nutrisi dari darah berdifusi dalam
kapiler ke dalam cairan interstitial dan dari cairan interstitial ke dalam sel-sel tubuh. Karbon
Cairan tubuh terdiri atas dua kompartemen utama yang dipisahkan oleh membran
Cairan Intraseluler merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan berfungsi sebagai
media tempat aktivitas kimia sel berlangsung. Cairan ini merupakan sekitar 70% dari cairan
tubuh total (total body water atau TBW). Pada individu dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat
Cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun 30% dari Total
Body Water (TBW). Selain itu, CES juga merupakan sekitar 20% dari berat tubuh. (Saputra,
1. Cairan Interstitial adalah cairan yang terdapat pada celah antar sel atau disebut pula
cairan jaringan, berjumlah sekitar 15% dari berat badan. Pada umumnya, cairan
Interstitial berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan
tersebut bergerak. Contoh dari jaringan Interstitial yaitu cairan pleura, cairan
2. Cairan Intravascular merupakan cairan yang terdapat di dalam pembuluh darah dan
merupakan plasma, berjumlah sekitar 5% dari berat badan. 3) Cairan Transeluler yaitu
air mata dan juga cairan spinal, synovial, peritoneal, perikardial, dan pleural (2%).
(Asmadi, 2009)
Darah berfungsi sebagai media pengangkut yang membawa kebutuhan jaringan tubuh
seperti oksigen, karbondioksida, nutrien, elektrolit, dan hormon. Mekanisme aliran darah melalui
pembuluh darah dijelaskan menurut hukum Poiseuille, dimana gradien tekanan sebanding
dengan laju aliran darah dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskuler. Gradien tekanan
adalah perbedaan antara tekanan awal dan tekanan akhir suatu pembuluh. Darah mengalir dari
tekanan lebih tinggi ke tekanan lebih rendah mengikuti penurunan gradien tekanan. Semakin
besar gradien tekanan yang mendorong darah melalui pembuluh tersebut, maka akan semakin
besar laju aliran darah. Laju aliran ditentukan oleh perbedaan tekanan antara kedua ujung
pembuluh. Namun karena adanya resistensi, tekanan aliran akan menurun sewaktu darah
Populasi sel leukemik ALL dan banyak AML mungkin diakibatkan proliferasi klonal
dengan pembelahan berturut-turut dari sel blas tunggal yang abnormal. Sel-sel ini gagal
pertukaran sel prekursor hemopoietik normal pada sumsum tulang, dan akhirnya mengakibatkan
kegagalan sumsum tulang. Keadaan klinis pasien dapat berkaitan dengan jumlah total sel
leukemik abnormal di dalam tubuh. Gambaran klinis dan mortalitas pada leukemia akut berasal
terutama dari neutropenia, trombositopenia, dan anemia karena kegagalan sumsum tulang
Blokade maturitas pada AML menyebabkan terhentinya diferensiasi sel-sel mieloid pada
sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi blast di
dalam sumsum tulang akan mengakibatkan gangguan hematopoiesis normal dan pada gilirannya
akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang
ditandai dengan adanya sitopenia (anemia, leukopenia, dan trombositopenia). Selain itu, infiltrasi
sel-sel blast akan menyebabkan tanda/gejala yang bervariasi tergantung organ yang diinfiltrasi,
Pada umumnya gejala klinis ALL menggambarkan kegagalan sumsum tulang atau
keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsum
tulang menyebabkan kurangnya sel-sel normal di darah perifer dan gejala klinis dapat
berhubungan dengan anemia, infeksi, dan perdarahan. Demam atau infeksi yang jelas dapat
ditemukan pada separuh pasien ALL, sedangkan gejala perdarahan pada sepertiga pasien yang
CGL/CML adalah penyakit gangguan mieloproliferatif, yang ditandai oleh seri grabulosit
tanpa gangguan diferensiasi, sehingga pada apusan darah tepi kita dapat dengan mudah melihat
tingkatan diferensiasi seri granulosit, mulai dari promielosit (bahkan mieloblas), meta mielosit,
mielosit, sampai granulosit. Pada awalnya, pasien sering mengeluh pembesaran limpa, atau
keluhan lain yang tidak spesifik, seperti rasa cepat lelah, lemah badan, demam yang tidak terlalu
tinggi, keringat malam, dan penurunan berat badan yang berlangsung lama. Semua keluhan
tersebut merupakan gambaran hipermetabolisme akibat proliferasi sel-sel leukemia. Anemia dan
CLL pada awal diagnosis, kebanyakan pasien CLL tidak menunjukkan gejala
(asimptomatik). Gejala yang paling sering ditemukan pada pasien adalah limfadenopati
generalisata, penurunan berat badan, dan kelelahan. Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan
dan penurunan kemampuan latihan/olahraga. Demam, keringat malam, dan infeksi jarang terjadi
pada awalnya, tetapi semakin menyolok sejalan dengan penyakitnya. Akibat penuumpukan sel B
neoplastik, pasien mengalami limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali. Kegagalan
sumsum tulang yang progresif pada CLL ditandai dengan memburuknya anemia dan atau
BERDASARKAN SDKI
A.Pengkajian:
1. Identitas pasien
2.Riwayat penyakit
b. Riwayat penyakit sekarang ; tanyakan Riwayat penyaikt yang dirasakan sejak muncul keluhan
d. Riwayat penyakit keluarga ; Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat social : Bagaimana pasien dan keluarga dalam hubungan social dengan orang lain,
- Aktivitas / istirahat
- Sirkulasi
Gejala : edema
- Integritas ego
- Eliminasi
- Makanan / cairan
- Hygiene
Gejala : bantuan personal hygiene
- Nyeri / ketidaknyamanan
- Keamanan
- Seksualitas
- Interaksi social
- Neurosensori
Gejala : kelemahan, paralysis otot, kebas, kesemutan, diplopia, pandangan kabur, memori hilang,
Bicara terbata-bata, kebutaan pada satu mata, gangguan sensasi sentuh/nyeri, nistagmus, diplopia
Kemampuan motorik hilang, spastic paresis, ataksia, tremor, hiperfleksia, babinski + , klonus
pada lutut
B) Diagnosa Keperawatan
Definisi : Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme
tubuh.
Penyebab:
1. Hiperglikemia
6. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. merokok, gaya hidup
hiperlipidemia)
1. Parastesia.
1. Edema.
4. Bruit femoral.
1. Tromboflebitis.
2. Diabetes melitus.
3. Anemia.
6. Thrombosis arteri.
7. Varises.
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)
1. Observasi
Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler,
warna, suhu, angkle brachial index)
Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
2. Terapeutik
Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan
perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan perawatan kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
3. Edukasi
1. Observasi
Identifikasi penyebab perubahan sensasi
Identifikasi penggunaan alat pengikat, prostesis, sepatu, dan pakaian
Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda
Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
Monitor perubahan kulit
Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena
2. Terapeutik
Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas
atau dingin)
3. Edukasi
Anjurkan penggunaan termometer untuk menguji suhu air
Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat memasak
Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
Penyebab
Objektif :
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
2. Kram/nyeri abdomen
Objektif :
5. Sariawan
8. Diare
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Celebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
14. Enterokolitis
Defisit Nutrisi
Luaran Tambahan :
Berat Badan
Eleminasi Fekal
Fungsi Gastrointestinal
Nafsu Makan
Status Menelan
Tingkat Depresi
Tingkat Nyeri
Intervensi Utama :
Manajemen Nutrisi
Intervensi Pendukung :
Edukasi Diet
Edukasi Kemoterapi
Konseling Laktasi
Konseling Nutrisi
Konsultasi
Manajemen cairan
Manajemen Demensia
Manajemen Diare
Manajemen Energi
Manajemen Hiperglikemia
Manajemen Kemoterapi
Manajemen Reaksi Alergi
Pemantauan Cairan
Pemantauan Nutrisi.
Pemberian Makanan
Terapi Menelan.
3. Intoleransi aktivitas
DEFINISI
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
PENYEBAB
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)
1. Observasi
Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
1. Observasi
Identifikasi deficit tingkat aktivitas
Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas
2. Terapeutik
Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi danrentang aktivitas
Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu,
energy, atau gerak
Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan emosional
(mis. kegitan keagamaan khusu) untuk pasien dimensia, jika sesaui
Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur,
dan aktif
Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan ( mis. vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, berenang, tugas sederhana, permaianan sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kart)
Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas
3. Edukasi
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika sesuai
suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga diartikan
sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang dengan
faktor risiko. Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase pre pathogenesis yaitu
pada keadaan dimana proses penyakit belum terjadi atau belum mulai.
mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu.
Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah sistem reproduksi dapat
melalui obat dan operasi. Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakaukan
Menurut Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah
komplikasi penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis
sudah ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah sistem reproduksi dapat
dengan melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-terapi untuk
sebagaiannya.
1. Konsultasi yang detail kepada dokter onkologi seperti yang sudah dijelaskan di atas.
2. Biaya kemoterapi. Perhitungan biaya kemo sangat penting karena biaya kemo tidak murah
3. Persiapkan mental anda dengan banyak berdoa sehingga anda lebih tabah menjalani kondisi
anda.
4. Jadwal perjalanan anda. Anda perlu memastikan jadwal perjalanan anda dengan baik karena
pengalaman kami menjalani kemoterapi bahwa efek samping akan muncul selama 7 hari setelah
obat kemo dimasukkan. Oleh karena itu persiapan jadwal sangat penting, apakah anda akan
tinggal lebih lama untuk pemantauan dokter atau anda langsung pulang sehingga saat efek
5. Persiapkan makanan penunjang fisik. Mengingat efek samping kemoterapi yang brutal anda
perlu menyiapkan makanan pendukung sehingga pasien kanker bisa menjalani pengobatan
dengan baik. Misalnya putih telur untuk menunjang sel darah putih, buah-buah untuk membantu
6. Tas aluminium foil. Tas ini berguna untuk membawa obat-obatan yang harus dijaga suhun
7. ya, misalnya neupogen. Neupogen adalah suntikan untuk menaikkan sel darah putih.Hasil
test dari laboratorium. Jangan lupa anda harus membawa hasil lab ketika bertemu dokter sebelum
dijelaskan dengan dokter onkologi mengenai efek samping kemoterapi yang akan dijalani, anda
bisa bertanya makanan apa saja yang perlu dikonsumsi agar kondisi fisik tetap bisa
9. Wig kepala atau topi. Mayoritas efek samping dari kemoterapi adalah rambut rontok jadi
anda perlu mempersiapkan wig (rambut palsu) atau topi sehingga penampilan anda bisa tetap
seperti dulu.
10. Persiapkan obat-obat untuk meringankan efek samping.Mintalah kepada dokter obat-obat
untuk mengurangi efek samping dari kemoterapi. Misalnya obat mual, obat penambah nafsu
makan, suntikan darah putih, dll. Dalam pemberian obat sesuai dengan 6 benar agar tidak terjadi
kesalahan pada saat diberikan kepada pasien.
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien dengan anemia meliputi:
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tes Hematologi Rutin
Hitung darah lengkap -HDL- atau darah perifer lengkap –DPL- (complete blood count/full blood
count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah
pasien. HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL digunakan sebagai
tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia, infeksi, dan banyak
penyakit lainnya.
HDL memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit
Hemoglobin
Hematokrit
Indeks eritrosit
Hemoglobin adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida
globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut
oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan
menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada
rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di
laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara
sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam
sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat
stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali
diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari
umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari
pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar
hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 –
12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas
kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 – 14,8 g/dl. Pada
Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan
ditentukan 10 g/dl.
cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti:
kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa
dan gentamicin.
Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal,
misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari
permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri,
F. LABORATORIUM
1. Tes tourniquet
petechiae.
Persiapan :
1. Alat
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Timer / Stopwatch
d. Spidol hitam
2. Pasien
Prosedur Tindakan:
1) Cuci tangan
Radius 3 cm
6) Tahan tekanan manset ditengah antara tekanan systole dan diastole selama 5 menit
7) Lepaskan ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis
darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi
kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit pada
8) Periksa kulit daerah volar lengan bawah dan menghitung jumlah petechiae hasil (per
2. Transfusi darah
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran orang lainnya, atau tindakan yang dilakukan bagi klien yang
Tujuan :
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin
3. Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih (misal faktor pembekuan
Indikasi :
1. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar, perdarahan
postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan kadar Hb atau penyakit
kelaianan darah).
3. Pasien dengan sepsis yang tidak berespon dengan antibody (khususnya untuk pasien
Kontraindikasi :
Persiapan
2. Menyiapkan alat
a. Standar infus
g. Tourniquet
i. Kapas alkohol
j. Bengkok
k. Tempt sampah
l. Kasa steril
m. Sarung tangan
n. Plester
3. Memasang Sampiran
4. Mencuci tangan
Prosedur
lengan pasieen
tranfusi set
9. Mengontrol kembali darah yang akan diberikan kembali kepada pasien (Identitas,
Jenis dan golongan darah, Nomor kantong darah, Tanggal kadaluarsa, Hasil cross
Resiko transfuse sebuah penelitian melaporkan bahwa reaksi transfusi yang tidak
diharapkan ditemukan pada 6,6% resipien, dimana sebagian besar (55%)) berupa demam.
Gejala lain adalah menggigil tanpa demam sebanyak 14%, reaksi alergi (terutama urtikaria)
20%, hepatitis serum positif 6%, reaksi hemolitik 4% dan overload sirkulasi 1%. Demam
peningkatan suhu dapat disebabkan oleh abtibodi leukosit, antibodi trombosit, atau senyawa
pirogen.
Untuk menghindarinya dapat dilakukan uji cocok silang antara leukosit donor dengan
serum resipien pada pasien yang mendapat transfusi leukosit. cara lain adalah dengan
memberikan produk darah yang mengandung sedikit leukosit, leukosit yang harus dibuang
Transfusi juga dapat dilakukan dengan memasang mikrofilter yang mempunyai ukuran
pori 40 mm. Reaksi alergi reaksi alergi ringan yang menerupai urtikaria timbul pada 3%
transfusi. Reaksi anafilaktik yang berat terjadi akibat interaksi antara IgA pada darah donor
Teknik pengambilan darah Hemaferesis adalah istilah umum yang merujuk kepada
pengambilan whole blood dari seorang donor atau pasien, pemisahan menjadi komponen-
komponen darah, penyimpanan komponen yang diinginkan dan pengambilan elemen yang
tersisa ke donor atau pasien. Plasmaferesis adalah prosedur di mana sejumlah unit darah dari
donor di ambil untuk mendapatkan plasmanya, diikuti dengan penginfusan kembali sel-sel
darah merah donor. teknik ini dilakukan untuk mendapatkan plasma. Plasma yang di
dapatkan juga dapat difraksinasi menjadi produk seperti albumin serum dan gama globulin.
Transfusi autologus adalah transfusi darah atau produk darah yang berasal dari darah resipien
sendiri. Prosedur ini mulai sering dilakukan setelah diketahui adanya resiko penularan
3. Pemasangan infus
Tujuan :
elektrolit,
parenteral
Indikasi :
digoxin)
3. Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara terus-menerus melalui
intramuskuler.
7. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan seandainya
8. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yg tidak stabil, contohnya syok (meneror nyawa) &
risiko dehidrasi (kekurangan cairan), sebelum pembuluh darah kolaps (tak teraba), maka tak
Kontraindikasi :
1. Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis, sklerosis vena, luka bakar dan
2. Pemasangan infus di daaerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, terutama pada
pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal karena lokasi ini dapat digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (AV shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
3. Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran darahnya lambat
pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer kutan terletak di dalam fasia
subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena. Daerah tempat infus
yang memungkinkan adalah permukaan dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena
basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital
median, vena median lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal (vena safena
Persiapan :
1. Standar infus
4. Perlak
5. Tourniquet
6. Plester
7. Guntung
8. Bengkok
12. Betadine
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
7. Pasang alas
18. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan jam
pelaksanaan
Terapi intravena diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya
a. Flebitis
Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini
dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah
insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area insersi atau sepanjang
b. Infiltrasi
Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekeliling tempat pungsi vena.
palor (disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi, ketidaknyamanan dan
penurunan kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan
lebih besar daripada tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang
lebih dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas atau di
daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket tersebut
secukupnya untuk menghentikan 19 aliran vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada
c. Iritasi vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area insersi.
Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang
d. Hematoma
Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area insersi. Hal ini
disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum
keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah
jarum atau kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan
segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada tempat penusukan.
e. Tromboflebitis
Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat,
dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena
adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam,
f. Trombosis
Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran infus berhenti.
Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena, pelekatan platelet.
g. Occlusion
Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol dinaikkan, aliran
balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi. Occlusion
disebabkan oleh gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang
diklem terlalu lama. h. Spasme vena Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit
pucat di sekitar vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme vena
bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau
cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.
i. Reaksi vasovagal
Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin, berkeringat, pingsan,
pusing, mual dan penurunan tekanan darah. Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri atau
kecemasan.
Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi otot. Efek lambat
k. deformitas.
Kondisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat sehingga menimbulkan
4. Terapi Intravena
Injeksi intravena digunakan untuk memberikan onset obat yang cepat karena obat
langsung disuntikkan ke sistem sirkulasi. Area injeksi dapat di vena sefalika, atau kubiti di
lengan, atau vena dorsal di tangan. Injeksi intravena menggunakan jarum berukuran 21-23
gauge dengan panjang 1 sampai 1,5 inci. Obat dapat diberikan langsung ke pembuluh darah
dengan jarum suntik, melalui kateter intermiten yang diinsersikan ke pembuluh darah pasien,
serta dapat disuntikkan dalam cairan infus atau diberikan sebagai infus (piggyback)
Persiapan
a. Lakukan penyiapan obat injeksi di ruang penyimpanan obat pasien dalam area yang
bersih
b. Verifikasi data
c. Persiapkan alat
Prosedur
a. Cuci tangan
c. Vial/flacon
3) Tusukkan jarum dengan posisi tegak lurus ke tengah karet penutup vial.
4) Balik vial, dan tarik jarum sampai bagian lebih rendah dari permukaan
5) Hisap obat sesuai dosis sejajar mata, bila ada udara dalam spuit ketuk perlahan
dan masukkan kembali dalam vial kemudian hisap obat kembali sampai sampai
d. Ampul
1) Putar ampul agar obat yang berada diatas leher ampul masuk kedalam ampul
2) Lindungi ampul dengan kassa dan patahkan leher ampul kearah menjauh dari tubuh,
6) Letakkan obat yang sudah disiapkan dalam bak injeksi bersama alcohol swab
BAB III
PENUTUP
Dalam hematologi, diketahui gangguan darah biasanya terjadi karena adanya penyakit,
efek samping obat-obatan, dan kekurangan nutrisi tertentu dalam asupan makanan sehari-hari.
Perawatan yang diperlukan untuk penyakit darah bervariasi, tergantung pada kondisi darah dan
tingkat keparahannya. Begitu pun dengan perjalanan penyakitnya, karena kondisi tersebut dapat
berbeda-beda.
Saat menangani pengidap, ahli hematologi dapat berkolaborasi dengan para ahli di
berbagai bidang lain untuk memberikan perawatan yang efektif, seperti transplantasi, onkologi,
dan patologi klinik. Dengan kata lain, peran hematologi amat penting dalam tiap proses
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran., edisi 11. Jakarta: EGC
Kimberly, A. J. 2011. Kapita selekta Penyakit. Alih bahasa, Dwi Widiarti. Jakarta : EGC
Kozier, B., Berman, A. And Shirlee, alih bahasa Pamilih Eko Karyuni, dkk. 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VII Volume 1. Jakarta :
EGC
Sudoyo, W.Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC