Anda di halaman 1dari 10

Tugas Individu Hari : Rabu

MK. Hukum Kesehatan Tanggal : 06 Oktober 2021

TUGAS PERTEMUAN KE- 6

Disusun Oleh:

Azizah Rosasabila Hutaya Alyeris P031913411047

Dosen Pembimbing:

Dra. Lily Restusari, M.Farm, Apt

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

PRODI D-III GIZI TK. IIIB

T.A. 2021/2022
1. Jelaskan masing – masing organisasi profesi setiap tenaga kesehatan di
Indonesia!
Jawaban: ada banyak organisasi profesi yang sengaja didirikan oleh para
anggotannya sesuai dengan bidangnya masing – masing dalam dunia
kesehatan, sebagai berikut:
1) Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) didirikan sekitar 62 tahun yang lalu,
tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1950. IDI adalah satu-satunya organisasi
Profesi bagi dokter di seluruh wilayah Indonesia seperti yang termasuk
dalam Undang-Undang Praktek Kedokteran No.29 tahun 2004.
Organisasi kedokteran tersebut awalnya bermula dari perhimpunan
yang bernama Vereniging van lndische Artsen tahun 1911, dengan
tokohnya adalah dr. J.A.Kayadu yang menjabat sebagai ketua dari
perkumpulan ini. Perkumpulan tersebut kemudian berubah menjadi
Vereniging van lndonesische Geneeskundige atau disingkat VIG. Nama-
nama seperti dr. Wahidin, dr, Soetomo dan dr Tjipto Mangunkusumo ikut
bergerak dalam bidang sosial dan politik di sini.
Organisasi ini hadir di berbagai wilayah di Indonesia. Sampai saat
ini anggota IDI berjumlah 74.502 Dokter yang tersebar di 32 Wilayah dan
343 Cabang. IDI juga menaungi 35 Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp),
42 Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm), 1 Perhimpunan Dokter
Pelayanan Kedokteran Tingkat Pertama (PDPP), 2 Perhimpunan Dokter
Penunjang Pengembangan Profesi Kedokteran (PDP3K) dan 1
Perhimpunan Dokter Se-Okupasi (PDsO).
IDI bertujuan untuk memadukan segenap potensi dokter dari
seluruh Indonesia, menjaga dan meningkatkan harkat dan martabat serta
kehormatan profesi kedokteran, mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran, serta meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia
untuk menuju masyarakat sehat dan sejahtera.

2) Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI)


PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) merupakan satu-satunya
organisasi profesi yang menghimpun dokter gigi di indonesia yang
didirikan di Bandung pada tanggal 22 Januari 1950 Pengurus Besar PDGI
berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Saat ini PDGI telah
memiliki 14 Pengurus Wilayah di tingkat Provinsi dan 188 Pengurus
cabang ditingkat kabupaten/kota ditambah 3 calon pengurus wilayah dan
10 calon pengurus cabang PDGI yang baru. Berdasarkan pendataan dari
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), jumlah dokter gigi yang teregistrasi
sampai dengan Februai 2009 mencapai kurang lebih 19.000 orang.
Di tingkat internasional PDGI merupakan Country Member pada
berbagai organisasi antara lain:
 APDF/APRO (Asia Pacific Dental Federation/Asia Pacific Regional
Organization)-Organisasi Dokter Gigi Reguinal se-Asia Pasifik.
 FDI (Federation Dentaire Internationale)-Organisasi Dokter Gigi se-
dunia
Di tingkat nasional PDGI menaungi Ikatan Keahlian dan Ikatan
Peminatan sebagai berikut:

1
 Ikatan Ortodontia Indonesia (IKORTI)
 Ikatan Ahli Bedah Mulut dan Masilofasial (PABMI)
 Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI)
 Ikatan Prostodontia Indonesia (IPROSI)
 Ikatan Konservasi Gigi Indonesia (IKORGI)
 Ikatan Penyakit MUlut Indonesia (IPMI)
 Ikatan Periodontologi Indonesia (IPERI)
 Ikatan Radiologi Kedokteran Indonesia (IKARGI)
 Ikatan Profesi Kesehatan Gigi dan MUlut (IPKESGIMI)
 Ikatan Peminatan Odontologi Forensik Indonesia (IPOFI)
 Ikatan profesi Ilmu Material dan Alat Kedokteran Gigi Indonesia
(IPAMAGI)
 Ikatan Peminat Kedokteran Gigi Implan Indonesia (IPKGII)
 Perhimpunan Biologi Oral Indonesia (PBOI)
 Ikatan Kedokteran Gigi Estetik Indonesia (IKGEI)
 Ikatan Spesialisasi Patologi Mulut dan Maksilofasial Indonesia
(ISPaMMI)

3) Ikatan Bidan Indonesia (IBI)


Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24
Juni 1951 dipandang sebagai hari jadi IBI.Pengukuhan hari lahirnya IBI
tersebut didasarkan atas hasil konferensi bidan pertama yang
diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-
bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama
tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah yang
benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah
organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk
kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.

Pada konferensi IBI tersebut juga dirumuskan tujuan IBI, yaitu:

 Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan serta


kaum wanita pada umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan
bangsa.
 Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi
kebidanan, khususnya dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) serta kesejahteraan keluarga.
 Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
 Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.

4) Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)


Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) merupakan organisasi
yang menghimpun para ahli gizi di Indonesia. Perbaikan gizi merupakan
salah satu unsur penting dalam mencapai kesejahteraan rakyat Indonesia.
Tekad yang bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran demi

2
tercapainya kehidupan rakyat yang sehat, disatukan dalam satu wadah
organisasi profesi Nutrisionis-Dietisien yang disebut Persatuan Ahli Gizi
Indonesia atau disingkat PERSAGI, dan tidak berafiliasi kepada suatu
organisasi politik.
Tujuan dari organisasi ini yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat
melalui perbaikan gizi dalam mewujudkan cita-cita bangsa
Indonesia.Berdasarkan tujuan ini maka pada logo PERSAGI tercantum
motto “Svastha Harena”, yang artinya perbaikan kesehatan melalui
makanan/gizi.

5) Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI)


Pada tanggal 13 Februari 1946, di Yogyakarta dibentuklah suatu
Organisasi yang dinamakan “Persatuan Ahli Farmasi Indonesia “sebagai
wadah untuk menghimpun Semua Tenaga yang Bakti Karyanya di bidang
Farmasi, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia selanjutnya disingkat “PAFI”.
PAFI dan Pengurus Pusat PAFI berkedudukan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berazaskan Pancasila, Organisasi PAFI
adalah Organisasi Profesi yang bersifat Kekaryaan dan Pengabdian.

6) Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI)


Awal berdirinya Himpunan Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI)
dipelopori oleh kebulatan tekat para perawat anestesi yang menginginkan
legalitas sebagai seorang perawat di akui oleh persatuan perawat nasional
indonesia (PPNI) serta  lahirnya wadah untuk mengabadi sebagai Perawat
Anestesi Indonesia (HIPANI) dengan hasil kongres I di Bandung Jawa
Barat pada hari Sabtu, 3 Desember 2016.
Perawat anestesi merupakan bentuk  spesifikasi kompetensi klinis
perawat dibidang pelayanan keperawatan anestesiologi dan terapi intensif
yang memberikan pelayanan anestesiologi secara komfrehensif sesuai
aturan yang berlaku.
Himpunan Perawat Anestesi Indonesia dalam pengabdiaannya
bersama Dokter spesialis Anestesi Indonesia sebagai mitra atau membantu
dalam memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan Anestesi baik di ruang
anestesi maupun di ruang intensif sesuai dengan standar kompetensi
organisasi Perdatin dan Hipani.Perawat Anestesi Indonesia dalam
memberikan Pelayanan Asuhan Keperawatan Anestesi sesuai ketentuan
Undang–undang kesehatan dan keperawatan  serta mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku.

7) Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI)


Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) yang merupakan anak
organisasi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) merupakan suatu
badan hukum yang bersifat otonom dan bernaung di bawah Organisasi
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI).
Asosiasi Dietesien Indonesia (AsDI) atau di dalam hubungan
internasional dengan nama The Indonesian Dietetic Association (IDA)
merupakan suatu organisasi profesi yang menyatukan tenaka professional

3
di bidang dietetic. AsDI Didirikan pada tanggal 25 Januari 1996 dengan
nama semula Forum Komunikasi Dietetik Indonesia (FKDI) kemudian
disempurnakan menjadi AsDI pada tanggal 25 Januari 1998 di Jakarta
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Pada lambang AsDI terdapat tulisan Asosiasi Dietisien Indonesia
yang berarti wujud dari persatuan dan kesatuan Dietisien seluruh
Indonesia. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) AsDI berkedudukan di ibu
kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, Dewan Pimpinan Daerah
(DPD) berkedudukan di ibukota Provinsi dan Dewan Pimpinan Cabang
(DPC) berkedudukan di ibu kota Kabupaten/Kota. Semua anggota AsDI
merupakan anggota PERSAGI.
AsDI bertujuan untuk:
1. Mengembangkan kemandirian Dietisien dalam menjalankan
profesinya.
2. Menghimpun dan mempererat hubungan antar Dietisien di seluruh
Indonesia.
3. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Dietisien dalam bidang
dietetik, asuhan gizi dan pelayanan makanan.
4. Mengadakan dan membina hubungan dnegan persatuan profesi
terkait lainnya di dalam dan luar negeri.
Untuk mencapai tujuan maka usaha yang dijalankan adalah:
1. Melaksanakan akreditasi pendidikan Dietisien dan registrasi
Dietisien (Registered Dietition) bersama PERSAGI
2. Melaksanakan sertifikasi Registered Dietition
3. Menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Dietetik di tingkat Nasional
(PIN) dan regional secara berkala
4. Menggiatkan keterlibatan Dietisien dalam penelitian ilmiah dan
terapan dalam bidang dietetik, asuhan gizi dan pelayanan makanan
5. Mengupayakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan di
bidang dietetik, asuhan gizi dan pelayanan makanan
6. Menerbitkan buletin/majalah ilmiah
7. Membantu usaha pemerintah dalam mewujudkan paradigma sehat
serta program – program yang berkiatan dengan dietetik, asuhan gizi
dan pelayanan makanan.
Anggota AsDI adalah sebagai berikut:
1. Anggota Biasa yaitu RD (Registered Dietitian) dan TRD (Technical
Registered Dietitian);
2. Anggota Luar Biasa yaitu Tenaga Gizi dengan dasar pendidikan D
III Gizi yang berminat terhadap dietetik; dan
3. Anggota Kehormatan yaitu Sarjana disiplin ilmu lain yang terkait
gizi dan berminat menjadi anggota.

 Anggota biasan AsDI mempunyai hak:


1. Memiliki kartu anggota;
2. Memilih dan dipilih sebagai anggota Dewan Pimpinan;
3. Mengikuti segala kegiatan AsDI;

4
4. Mengemukakan pendapat;
5. Bertanya dan mengajukan usul; dan
6. Membela diri dan mendapat bantuan perlindungan serta bantuan
pembelaan hukum dari AsDI dalam melaksanakan profesinya
sebagai Dietisien.

 Anggota luar biasa dan anggota kehormatan AsDI mempunyai hak:


1. Memiliki kartu anggota;
2. Mengikuti segala kegiatan AsDI;
3. Mengemukakan pendapat; dan
4. Bertanya serta mengajukan usul.

8) PERGIZI Pangan Indonesia


PERGIZI Pangan Indonesia adalah himpunan pakar (cendekia) gizi
dan pangan serta pakar yang peduli terhadap pengembangan dan aplikasi
Iptek gizi dan pangan. Sesuai historis pembentukannya, tujuan PERGIZI
Pangan Indonesia yaitu membangun komunikasi yang lebih baik di
kalangan pakar dan peminat pangan dan gizi dalam rangka bekerja sama
dengan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mengatasi masalah gizi
dan pangan.
PERGIZI Pangan Indonesia mewakili Indonesia sebagai salah
satu Adhering Bodies di International Union of Nutritional Sciences
(IUNS). PERGIZI Pangan Indonesia didirikan tanggal 19 Agustus 1979
dengan Ketua Umum pertama Prof. Dr. Sajogyo, dengan Sekjen Prof. Dr.
F.G. Winarno; kemudian jabatan Ketua Umum dilanjutkan oleh Prof. Dr.
dr. Darwin Karyadi, Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS. Saat ini PERGIZI
PANGAN Indonesia dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS sebagai
Ketua Umum dan Dr. Minarto, MPS sebagai Sekjen.

9) Indonesia Sport Nutritionist Association (ISNA)


Indonesia Sport Nutritionist Association (ISNA) merupakan
organisasi dibawah naungan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
yang diketuai oleh Dr Rita Ramayulis DCN, M.Kes.
Visi:
Meningkatkan prestasi atlit, meningkatkan status kesehatan dan
kebugaran atlit khususnya dan masyarakat pada umumnya serta mencegah
terjadinya masalah kesehatan jangka pendek dan panjang akibat efek
latihan berat melalui pelayanan di bidang gizi olahraga dan kebugaran.
Mewadahi dan mengembangkan kompetensi para nutrisionis-
dietisien yang berminat terhadap ilmu gizi olahraga dan kebugaran demi
mendukung pemerintah untuk meningkatan prestasi atlet olahraga serta
status kesehatan dan kebugaran atlit khususnya dan masyarakat Indonesia
pada umumnya berdasarkan evidence base of sport nutrition science.

Misi:
 Menjadi mitra pemerintah dan swasta untuk mengembangkan dan
mengaplikasikan gizi olahraga dan  kebugaran di Indonesia.

5
 Memberikan pelayanan gizi olahraga dan kebugaran pada berbagai
cabang olahraga di Indonesia secara tim maupun individu melalui
edukasi dan pembinaan atlet untuk mendukung tercapainya performa
atlet yang berbasis bukti ilmiah
 Ikut berperan dalam penyelenggaran kegiatan olahraga nasional,
regional dan internasional.
 Memberikan kontribusi terhadap pengembangan program dan
kebijakan gizi olahraga pada berbagai sektor.
 Memberikan pelayanan gizi kebugaran di pusat
kebugaran, perkantoran, dan sekolah dalam program wellness.
 Melakukan pengembangan riset dibidang gizi olahraga dan kebugaran
 Melakukan pendidikan dan pengembangan kompetensi ahli gizi di
bidang olahraga dan kebugaran.

Contoh organisasi profesi dalam bidang hiburan antara lain :


 Forum Musisi dan Penyanyi Indonesia (FOMPI)
 Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI)
Contoh organisasi dalam bidang bahasa dan sastra antara lain :
 Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI)
 Himpunan Sarjana Kesusatraan Indonesia (HISKI)
 Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASA), dan
 Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

2. Tuliskan apa saja kewenangan klinis bagi tenaga gizi!


Jawaban: Berdasarkan resiko kewenangan klinis di bagi menjadi 2 (dua)
kategori:
1) Nutrisionis Ahli : tindakan pelayanan gizi komplek dengan kesulitan
sedang dan memerlukan pegalaman dan tambahan pengetahuan, tanpa
mengandung resiko.
2) Nutrisionis Terampil : tindakan pelayanan gizi dasar yang mempunyai
kesulitan sedang dan memerlukan pengalaman dan tambahan
pengetahuan, tanpa mengandung resiko.
Unjuk Kerja Kompetensi Nutrisionis dibedakan berdasarkan kata kerja dari 4
(empat) tingkatan yang disusun secara berurutan dan dimulai dari tingkatan
unjuk kerja paling rendah. Tingkatan unjuk kerja yang lebih tinggi
menggambarkan bahwa tingkatan unjuk kerja yang lebih rendah dianggap telah
mampu dilksanakan.
1) Membantu : Melakukan kegiatan secara independent di bawah
pengawasan atau berpartisipasi (berperan serta): mengambil bagian
kegiatan tim.
2) Melaksanakan : Mampu memulai kegiatan tanpa pengawasan
langsung, atau melakukan: mampu melakukan kegiatan secara mandiri.
3) Mendidik : Mampu melaksanakan fungsi-fungsi khusus yang nyata;
aktivitas yang didelegasikan yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan

6
atau pekerjaan, dll atau menyelia/ mengawasi/ memantau: mampu
mengamati kegiatan sehari-hari satu unit termasuk SDM, penggunaan
sumber daya, masalah-masalah lingkungan atau mampu
mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan dan pekerjaan tim
4) Mengelola : Mampu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
suatu organisasi.

Rincian Kewenangan Klinis (Nutrisionis Ahli):

1) Melakukan praktek kegizian sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik


profesi gizi.
2) Merujuk pasien kepada profesional atau disiplin lain bila di luar
kemampuan/kewenangan.
3) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan profesi
4) Melakukan pengkajian diri dan berpartisipasi dalam pengembangan
profesi serta pendidikan seumur hidup
5) Menggunakan teknologi mutakhir untuk kegiatan komunikasi dan
informasi.
6) Mengawasi dokumen pengkajian dan intervensi gizi.
7) Memberikan pendidikan gizi dalam praktek kegizian
8) Mengawasi konseling, pendidikan dan/atau intervensi lain dalam promosi
kesehatan dalam pencegahan penyakit yang diperlukan dalam terapi gizi
untuk keadaan penyakit umum.
9) Mengawasi pendidikan dan pelatihan gizi untuk kelompok sasaran
tertentu.
10) Berpartisipasi dalam penggunaan media masa untuk promosi pangan dan
gizi
11) Menginterpretasikan dan memadukan pengetahuan ilmiah terbaru dalam
praktek kegizian
12) Mengawasi perbaikan mutu pelayanan gizi dalam rangka meningkatkan
kepuasan pelanggan.
13) Mengembangkan dan mengukur dampak dari pelayanan dan praktek
kegizian.
14) Berpartisipasi dalam perubahan organisasi, perencanaan dan proses
penetapan tujuan.
15) Berpartisipasi dalam bisnis atau pengembangan rencana operasional.
16) Mengawasi pengumpulan dan pengolahan data keuangan praktek
kegizian.
17) Berpartisipasi dalam pendayagunaan sumber daya manusia.
18) Berpartisipasi dalam pengelolaan sarana fisik termasuk pemilihan
peralatan dan merancang ulang unit-unit kerja.
19) Mengawasi sumber daya manusia, keuangan, fisik, materi dan pelayanan
secara terpadu.
20) Mengawasi produksi makanan yang sesuai dengan pedoman gizi, biaya
dan daya terima klien.
21) Mengawasi pengembangan dan atau modifikasi resep/ formula
22) Mengawasi penerjemahan kebutuhan gizi menjadi menu makanan untuk
kelompok sasaran.

7
23) Mengawasi rancangan menu sesuai dengan kebutuhan dan status
kesehatan klien.
24) Berpartisipasi dalam melakukan penilaian cita rasa (organoleptik)
makanan dan produk gizi.
25) Mengawasi sistem pengadaan, distribusi dan pelayanan makanan.
26) Mengelola keamanan dan sanitasi makanan.
27) Mengawasi penapisan gizi untuk individu dan kelompok.
28) Mengawasi penilaian gizi klien dengan kondisi kesehatan umum
(obesitas, hipertensi, dll).
29) Menilai status individu dengan kondisi kesehatan kompleks (ginjal, gizi
buruk, dll).
30) Merancang dan menerapkan rencana pelayanan gizi sesuai dengan
keadaan kesehatan klien.
31) Mengelola pemantauan asupan makanan dan gizi klien.
32) Memilih, menerapkan dan mengevaluasi standar makanan enteral dan
parenteral untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dianjurkan termasuk zat
gizi makro.
33) Mengembangkan dan menerapkan rencana pemberian makanan
peralihan.
34) Mengkoordinasikan dan memodifikasi kegiatan pelayanan gizi diantara
pemberi pelayanan.
35) Melakukan komponen pelayanan gizi dalam forum diskusi tim medis
untuk tindakan dan ren cana arawat jalan pasien.
36) Melakukan program promosi kesehatan atau program pencegahan
penyakit.
37) Berpartisipasi dalam penetapan biaya praktek pelayanan kegizian.

8
Sumber:
Ditiagary, Selvananda. 2020. Profesionalisme Seorang Ahli Gizi. Fakultas
Kedokteran. Universitas Brawijaya.

Herianandita. T jaronosari Edith, 2018. Bahan Ajar Etika Profesi. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


374/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Gizi.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 Tentang


Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik Tenaga Gizi.

Undang – Undang Republik Indonesia. Nomor 36 Tahun 2014. Tentang Tenaga


Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai