BAB I
PENDAHULUAN
Dunia dewasa ini menghadapi globalisme yang tercermin pada ungkapan bahwa dunia
kini sudah merupakan suatu “desa global” (global village). Hal ini ditandai dengan kemajuan
dalam berbagai faktor seperti : politik, ekonomi, revolusi transportasi dan revolusi komunikasi.
Pada masa kini, ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat. Teknologi sebagai produk
ilmu pengetahuan menampakkan diri dalam berbagai bentuk dan aplikasinya. Salah satu
diantaranya yang sangat menonjol adalah teknologi informasi dengan komputer sebagai
instrumen utamanya. Selanjutnya diuraikan perkembangan setiap faktor tersebut secara
singkat di bawah ini.
Dunia saat ini belum aman, meskipun perang dingin telah usai dan perlombaan senjata
praktis sudah berhenti. Misalnya tidak sedikit negara yang menghadapi gerakan separatisme
yang mengancam eksistensi negara tersebut. Kelompok fundamentalis yang ingin memaksakan
kehendak untuk mendirikan negara berdasarkan agama tertentu.
Demikan halnya, di berbagai negara banyak pimpinannya adalah seorang despot yang
memerintah dengan tangan besi, yang menyebabkan banyaknya pembangkang yamg oleh
despot ingin dimusnahkan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ancaman timbulnya perang
dunia III sangat kecil, namun perang lokal diperkirakan masih akan terjadi di berbagai belahan
bumi ini.
Uraian-uraian tersebut memberikan signal bahwa para praktisi manajemen
internasional mutlak perlu memahami kondisi politik dan perkembangannya pada tingkat
global, regional dan lokal karena pasti berpengaruh pada kegiatan manajerialnya.
pada tahun 1944, delegasi dari 44 negara berkumpul di Bretton Woods, New Hampshire,
Amerika Serikat untuk mendirikan IMF dan Bank Dunia untuk menangani bidang Keuangan
termasuk pemberian pinjaman kepada negara-negara yang membutuhkan.
bumi ini, sembilan puluh persen diantaranya masih hidup sekarang ini. Para manajer
internasional perlu mengamati dan mengikuti perkembangan ini karena ramifikasinya pasti
berpengaruh pada manajemen bisnis.
Beberapa ramifikasinya adalah :
1. Perkembangan ilmu yang pesat pun tidak merubah filsafat ilmu, yang berarti bahwa
semua cabang ilmu pengetahuan pada akhirnya harus diabdikan kepada peningkatan
mutu hidup seluruh umat manusia. Paradigma lama yang mengatakan bahwa ilmu demi
ilmu semata, tidak berlaku lagi
2. Satu cabang ilmu pengetahuan hanya mempunyai nilai intrinsik jika teori , dalil dan yang
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam proses manajemen bisnis.
3. Perkembangan yang demikian pesat menghasilkan berbagai spesialisasi ilmu
pengetahuan, bahkan sudah mengarah pada super spesialisasi.
4. Usia suatu teori semakin pendek, dalam arti bahwa tidak mustahil bahwa suatu teori yang
hari ini diyakini benar, besok tidak demikian lagi halnya karena adanya temuan-temuan
baru yang mengatakan demikian.
5. Organisasi, para manajer bahkan tenaga-tenaga kerja teknis dan operasional sekalipun
harus menjadi organisasi, manajer, dan karyawan pembelajar sebab jika tidak maka
pengetahuan, kemahiran dan keterampilannnya akan kadaluarsa, yang jika sampai terjadi
dapat menutup kemungkinan untuk memberikan kontribusi yang optimal demi
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
D. Perkembangan Teknologi
Salah satu produk ilmu pengetahuan yang berkembang dengan pesat adalah
perkembangan di bidang teknologi. Disenangi atau tidak disenangi, mau atau tidak mau
teknologi harus digunakan. Tantangannya terletak pada dua hal yaitu pertama : memilih dan
menggunakan teknologi tepat guna membuahkan peningkatan efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas organisasi. Kedua : jangan sampai pemanfaatan perkembangan teknologi canggih
berakibat pada organisasi yang tidak lagi manusiawi.
Empat perkembangan teknologi yang berkaitan dengan manajemen internasional :
1. Revolusi transportasi
2. Revolusi komunikasi
3. Revolusi teknologi informasi
4. Perkawinan antara teknologi komunikasi dan teknologi informasi.
Ungkapan bahwa dunia hanyalah sebagai suatu desa global atau global village di-
Sebabkan terjadinya revolusi di bidang transportasi baik di darat, laut maupun di udara.
Revolusi transportasi telah memungkinkan manusia bepergian dari suatu tempat ke tempat lain
dengan sangat cepat, aman dan nyaman. Demikian juga halnya dengan barang dan jasa yang
dapat didistribusi atau dipasarkan di seluruh belahan dunia. Kondisi ini menyebabkan semua
bagian dunia terbuka dan terjangkau oleh semakin banyak orang sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak ada lagi desa yang terisolasi. Kesemuanya ini membuka kesempatan baru bagi para
manajer internasional dalam bentuk dan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tantangannya adalah memahami berbagai konsekuensi kemudahan tersebut, tidak hanya
dalam bentuk positifnya seperti lancarnya roda perekonomian seperti import dan eksport.
Namun menyadari pula timbulnya persaingan yang makin ketat yang mengharuskan para
manajer untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya dan tidak terpukau hanya dengan
keunggulan komparatif.
Revolusi komunikasi menyentuh semua bidang kehidupan dan penghidupan manusia,
baik dari arti politik, pertahanan negara, ekonomi, soasial, budaya, pendidikan, hiburan,
olahraga, kondisi cuaca, hubungan antar manusia dan bahkan sebagai akibat berbagai peristiwa
berupa bencana alam dan acts of God lainnya. Sebagai misal dalam bidang politik revolusi
komunikasi menyebabkan sesuatu yang terjadi di berbagai negara dapat diketahui di berbagai
belahan dunia pada waktu yang sama. Tragedi 11 September 2001 di Amerika Serikat dimana
runtuhnya Gedung World Trade Center di kota New York yang ditabrak oleh dua pesawat
penumpang dan serangan ke Gedung Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) yang juga
ditabrak oleh satu pesawat penumpang yang menelan ribuan korban jiwa dapat diketahui oleh
seluruh belahan dunia lewat siaran stasiun televisi di Amerika.
Para manajer internasional mutlak perlu memahami implikasi revolusi komunikasi
tersebut karena menampakkan diri pada pola dan gaya hidup dalam masyarakat di
lingkungannya dan secara internal dalam organisasi akan terlihat persepssi, pandangan hidup
dan tindakan para anggota organisasi yang bersangkutan. Misalnya meningkatnya tingkat
pendidikan para anggota masyarakat termasuk para karyawan dalam organisasi membuat
masyarakat :
a. Makin mampu menuntut perolehan haknya meskipun tidak selalu dibarengi oleh kesediaan
menunaikan kewajibannya.
b. Berupaya memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya.
c. Menuntut imbalan yang lebih besar
d. Menuntut peningkatan mutu produk dan jasa yang dibeli dan digunakannnya.
Revolusi di bidang teknologi informasi khususnya dalam bidang komputer mengalami
perkembangan yang sangat pesat sehingga :
a. Usia satu generasi komputer makin pendek.
b. Jenis-jenis perangkat kerasnya makin beraneka ragam, mulai dari yang sederhana seperti
electronic diary, electronic calculator, lap top, personal computer hingga super computer.
c. Aplikasinya yang makin beraneka ragam mulai dari perhitungan sederhana hingga aplikasi
yang sangat rumit.
d. Dukungan perangkat lunak dengan aneka ragam bahasanya.
e. Harganya yang relatif makin murah.
Informasi merupakan elemen yang kritikal sifatnya karena seluruh kegiatan organisasi
didasarkan pada informasi. Perlu untuk diperhatikan pula bahwa karena akses informasi kian
mudah dan murah, maka timbul tuntutan yang kuat agar para pimpinan organisasi mengubah
mindset-nya dalam gaya dan pola pengambilan keputusan dari yang sentralistis menjadi
desentralistis. Hal ini merupakan suatu bentuk pemberdayaan para bawahan sebagai bagian
dari proses demokratisasi dalam organisasi. Para bawahan tidak lagi puas sebagai pelaksana
perintah semata melainkan selaku pemilik otonomi dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya,
termasuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.
Perkawinan antara teknologi komunikasi dan teknologi informasi membuahkan berbagai
hal dalam kehidupan manusia pada umumnya dan kehidupan organisasional khususnya.
Misalnya : semakin meluasnya jaringan informasi secara lokal, regional dan global seperti
internet dan world wide web, Electronic Mail, Electronic shopping dan electronic education, dan
electronic meeting. Perkembangan ini mengubah banyak hal dalam interaksi antar manusia
seperti :
1. Memperoleh informasi dengan mengakses internet.
2. Teleconferencing atau electronic meeting yaitu rapat yang diselenggarakan oleh pimpinan,
termasuk manajer puncak tanpa kehadiran fisik para peserta rapat di ruang rapat.
3. Telecommunication yaitu penyelesaian tugas oleh karyawan yang dilaksanakan di rumah
dan menyampaikan hasil pekerjaannya kepada organisasi melalui telepon atau faxiimile.
4. Electronic shopping yaitu berbelanja dengan cara mengorder lewat internet atau
membayar dengan menggunakan kartu kredit.
5. Electronic banking yaitu pengambilan uang, pembayaran berbagai rekening biaya dan
pengiriman uang dapat dilakukan dengan menggunakan ATM.
1. Lingkungan Global
Keberhasilan seorang manajer internasional ditentukan oleh pemahamannya tentang
sumberdaya manusia, tugas pekerjaan yang harus dilaksanakan dan lingkungan yang
dihadapinya. Kecenderungan-kecenderungan global dan kekuatan yang mempengaruhinya
bersifat multifaset dan multidimensional seperti : dimensi politik, ekonomi, dan teknologi yang
saling mempengaruhi.
Faktor lain yang harus diperhatikan pula oleh manajer internasional adalah persaingan
global. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa dalam ”desa global” sekarang ini, persaingan
tidaklah datang dari dunia luar melainkan ”dari seberang jalan”. Ungkapan ini benar adanya,
dapat dilihat dari kenyataan adanya suatu perusahaan yang menghasilkan produk tertentu yang
beroperasi di kawasan dimana perusahaan lain telah menghasilkan produk sejenis. Konkritnya,
perusahaan otomotif Jepang . Perusahaan ini
ini sudah lama didirikan di Amerika Serikat dan perusahaan ini bertetangga dengan perusahaan
otomotif Amerika. Demikian pula berbagai produk lain seperti komputer, alat-alat
komunikasi,televisi, radio, peralatan rumah tangga seperti mesin cuci, kompor gas, kamera.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa jika perusahaan ingin menang dalam persaingan yang
terjadi, tidak lagi mengandalkan keunggulan komparatifnya, melainkan keunggulan
kompetitifnya yang berarti penekanan kuat pada peningkatan mutu, harga yang bersaing, dan
fokus perhatian pada kepuasan pelanggan.
Para manajer internasional juga hendaknya memperhatikan iklim yang serasi antara
perusahaan, terutama yang membentuk perusahaan multinasional, dengan negara tuan rumah.
Para manajer internasional hendaknya memperhatikan relasinya dengan captains of industry
yaitu para anggota elit di masyarakat seperti : politisi, tokoh-tokoh dunia usaha. Para manajer
internasional juga hendaknya memperhatikan relasinya dengan opinion leaders yaitu para
decider di lingkungan birokrasi pemerintahan serta para pemimpin informal yang sangat
berperan dalam mempertahankan sesuatu yang menjadi kepentingan nasional yang selanjutnya
dijadikan dasar dalam berbagai kebijakan nasional. Misalnya : terbuka atau tidaknya negara
untuk semua industri atau terbatas pada industri tertentu, terbuka/tidaknya sekuruh wilayah
kekuasaan negara bagi pendatang asing atau hanya kawasan tertentu saja, kebijkasanaan
tentang penanaman moal asing, sistem perpajakan, boleh /tidaknya perusahaan asing
melakukan repatriasi keuntungan ke negara asal, kebijakan tentang pemanfaatan teknologi
canggih, kewajiban perusahaan untuk melestarikan kekayaan alam, kebijakan tentang
pencemaran udara, kebijakan tentang kewajiban perusahaan untuk melakukan daur ulang,
tingkat perlindungan atas hak cipta, kebijakan dalam pemanfaatan tenaga kerja asing dan
lokal,peraturan perundang-undangan di bidang perburuhan, serta kebijakan mengenai
penggunaan tenaga kerja wanita dan anak-anak.
Akibatnya para manajer internasional menghendaki adanya imbalan atas ketaatannya
kepada peraturan perundang-undangan dan kebijakan nasional yang ditentukan oleh
pemerintah setempat. Imbalan tersebut dapat berupa stabilitas poitik, stabilitas ekonomi,
stabilitas sosial, stabilitas ekonomi dan keamanan dan ketenangan berusaha, iklim dunia bisnis
yang memberikan peluang bagi para manajer internasional untuk meraih keuntungan secara
wajar.
1. Hubungan dengan alam, yakni manusi menguasai alam, manusia harus tundak pada alam
dan manusia harus memelihara hubungan yang serasi dengan alam.
2. Orientasi waktu yaitu orientasi masa depan, masa kini dan masa lalu.
3. Sifat dasar manusia pada dua sisi, dimana pada dasarnya dikatakan bahwa manusia itu
baik, sedangka di sisi lain secara inheren manusia memiliki sifat buruk.
4. Orientasi kegiatan dalam bentuk mengendalikan, berbuat dan sekedar mempertahankan
eksistensi.
5. Fokus letak tanggung jawab mengenai kesejahteraan bersama.
6. Konsep tentang ruang yaitu apakah umum dan terbuka atau mengutamakan privasi.
Hofstede mengetengahkan empat dimensi yaitu :
1. Individualisme versus kolektivisme yang berarti mengagungkan individualisme atau
menganut faham kekeluargaan/kebersamaan.
2. Power distance yaitu paham yang membenarkan pandangan bahwa wajar dan pantas
apabila orang-orang tertentu dalam masyarakat mempunyai kekuasaan lebih besar dari
yang lain.
3. Pengelakan ketidakpastian di masa yang akan datang dan enggan membuat resiko dan
membuat rencana jangka panjang.
4. Penekanan pada makna kehidupan tertentu yaitu kuantitas hidup yang berarti
menggunakan kepemilikan materi sebagai ukuran keberhasilan seseorang- versus kulaitas
hidup seperti kebahagiaan.
Pemahaman budaya nasional oleh para manajer internasional utlak perlu karena :
1. Implikasinya sangat luas dalam menciptakan, menumbuhkan dan memelihara budaya
organisasi.
2. Para manajer internasional harus terhindar dari kebiasaan menjatuhkan vonis yang
mengatakan bahwa suatu budaya nasional tertentu baik atau tidak baik dengan
menggunakan takaran yang berlaku di negara asalnya sebab baik buruknya suatu budaya
ditentukan oleh diterima tidaknya berbagai elemen budaya dimaksud oleh masyarakat yang
menganutnya.
3. Pemahaman ini akan membantu para manajer internasional untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian yang dituntut oleh lingkungan tempat para manajer innternasional beroperasi.
6. Solidaritas sosial para konsumen dengan para pengusaha lokal tersebut yang mungkin
sudah lama dikenal, bertetangga di daerah pemukiman atau adanya pertalian darah.
7. Perolehan bahan mentah atau bahan baku yang lebih murah.
8. Menghadapi persaingan berdasarkan pendekatan Zero sum game, yang menurut prinsip-
prinsip etika bisnis tidak seharusnya terjadi tetapi tidak jarang diterapkan oleh pengusaha
lokal.
3. Lingkungan Operasional
Pemahaman manajer internasional terhadap lingkungan operasional akan diuji dalam
bentuk fungsi, perilaku, dan tindakan secara operasional.
b. Ketentuan Normatif
Setiap perusahaan wajib menaati berbagai ketentuan normatif yang berlaku di
lingkungan lokal dan berbagai dalam berbagai bentuk seperti : peraturan perundang-undangan
yang dibuat oleh pemerintah pusat, tingkat upah dan gaji, peranan serikat buruh, tingkat upah
dan gaji, jam kerja, sistem bonus, tunjangan hari raya, hak cuti, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, perlakuan yang sama bagi karyawan dan karyawati, adat-istiadat yang tidak boleh
dilanggar, ketentuan agama dan sebagainya.
c. Budaya Organisasi
Budaya organisasi bersumber dari budaya nasional. Namun, setiap organisasi
mempunyai budaya tersendiri yang membedakannya dengan budaya lain. Setiap organisasi
perlu memiliki budaya inti (core culture) karena berfungsi sebagai :
1. Penentu batas-batas berperilaku dalam berorganisasi.
2. Alat menumbuhkan sense of belonging yang tinggi
3. Dasar membuat komitmen demi keberhasilan organisasi
4. Instrumen memelihara stabilitas organisasional
5. Pengganti mekanisme pengendalian yang koersif.
Para manajer dihadapkan pada dua tantangan budaya organisasi yaitu :
1. Dilema bahwa budaya organisasi harus cukup kuat, sehinggafungsi-fungsi budaya tersebut
dapat terselenggara dengan baik. Namur bila budaya organisasi melemah, maka akan
menjadi penghambat relima fungís budaya tersebut.
2. Unsur-unsur budaya organisasi induk perusahaan ataukah unsur-unsur budaya yang
disesuaikan dengan tuntutan budaya nasional.
Tidak rumusan yang pasti terhadap kedua tantangan tersebut. Kuncinya terletak pada
kemampuan para manajer internasional untuk menjalankan roda organisasi dengan gaya
manajemen yang situasional, kondisional, temporal dan spesial.