Anda di halaman 1dari 14

REVIEW JURNAL ISSN

NAMA : YOSEF NATAL SIMANJUNTAK


NPM : 18010039
JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI GENAP
MAKUL : ANALISA PENGUKURAN KERJA
1. REVIEW JURNAL ISSN (ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN
KUALITAS DARI KINERJA OPERASIONAL PADA INDUSTRI
EKSTRAKTIF DI SULAWESI UTARA )

Pembahasan tentang manajemen kualitas saat ini masih kurang di bahas dan ditinjaulanjuti
dengan penelitian seiring dengan berkembangnya industri ekstraktif. Khususnya di Sulawesi
Utara sebagai salah satu provinsi dimana kegiatan industri ekstraktif sangat prespektif pada
masa-masa yang akan datang. Dalam penelitian ini, kerangka Manajemen Kualitas
dikembangkan sesuai dengan literatur yang komprehensif. Kerangka kerja ini menunjukan
hubungan antara Manajemen Kualitas dan Kinerja Operasional. Setiap organisasi dalam
pencapai suatu tujuan dan mengimplementassikan manajemen kualitas akan melibatkan
pekerja dan kinerja operasional. Populasi dalam penelitian ini lebih dikerucutkan menjadi tiga
bagian yang termasuk di industri ekstraktif seperti bidang pertanian, bidang perikanan, dan
bidang peternakan di Sulawesi Utara yang secara sempitnya hanya di ambil beberapa tempat
yang bisa di jangkau. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif analisis kualitatif untuk
mengetahui dari hasil penjelasan informan dalam pengelolaan terhadap kinerja operasional.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan positif antara Manajemen Kualitas dan
Kinerja Operasional di industri ekstraktif. Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil yang
diperoleh. Dengan demikian, Manajemen Kualitas berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
operasional pada industri ekstraktif di Sulawesi Utara.

Latar Belakang
Pada era globalisasi yang terjadi saat ini perusahaan atau industri di dorong untuk melakukan
perubahan pada lingkungan bisnis yang sangat cepat dan kompettif. Adanya persaingan bisnis
yang cepat dan kompetitif pada saat ini telah mendorong mereka dalam bersaing menciptakan
kondisi yang memungkinkan untuk dapat bersaing dan unggul, baik dilingkungan domestik
maupun di pasar tradisional. Agar dapat bersaing dan unggul, dimana industri dapat
menerapkan praktek-praktek pengelolaan. Maka salah satu solusi yang dapat di lakukan oleh
industri untuk dapat bersaing dan unggul dalam hal ini menerapkan praktek pengelolaan
operasional yang terbaik. Hal ini dapat membantu mereka dalam mengidentifikasi perubahan-
perubahan dalam lingkungan yang dinamis dan merespon secara proaktif perubahaan tersebut
melalui perbaikan secara terus-menerus fungsi operasinya untuk dapat mencapai kinerja
operasional. Pada dasarnya mereka secara tidak langsung merubah konsep penjualan dalam
periode tertentu untuk memfokuskan kepada produk yang ada harus dapat dijual, maka
timbulah satu masalah dengan konsep itu sendiri seperti penjualan produk harus terjual
dengan cara apapun. Tuntutan dalam persaingan membuat industri menggunakan konsep-
konsep yang dapat mendukung mereka untuk menunjakan dalam meningkatkan keuntungan
pertumbuhan, disatu sisi dapat menyerap tenaga kerja atau diri sendiri, namun disisi lain
menimbulkan permasalahan-permasalahan konsisten dalam pengelolaan kualitas sebagai
akibat dari tingkat persaingan dan jumlah produksi yang semakin meningkatkan dan tidak
terkendali. Pengukuran kinerja sangat penting dalam suatu organisasi yang efektif. Secara
umum, kinerja didefiniskan sebagai sejauh mana suatu operasi memenuhi tujuan kinerja, dan
langkah-langkah utama dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan.
Fakta menunjukan bahwa tanpa dilakukan suatu pengukuran terhadap kinerja, maka sulit
untuk memperbaikinya. Karena itu, meningkatkan kinerja operasional memerlukan
identifikasi terhadap variable-variabel yang mempengaruhinya dan mengukurnya dengan
akurat. Kinerja operasional mencerminkan kinerja operasi internal perusahaan dalam hal
biaya dan pengurangan pemborosan, meningkatkan kualitas produk, pengembangan produk
baru, memperbaiki kinerja pengiriman, dan meningkatkan produktivitas. Obyek penelitian
adalah melakukan kajian terhadap berbagai industri ekstraktif. Industri adalah bidang yang
menggunakan keterampilan, dan kekuatan kerja (Industrious) dan penggunaan alat-alat di
bidang pengelolaan hasil bumi, dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya
dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi)
yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan, dan pertambangan
yang berhubungan erat dengan tanah. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan yang
mengelolah barang mentah atah barang setangh jadi menjadi barang yang siap dipakai dan
memiliki nilai tambah bagi masyarakat yang dapat menguntungkan.

Pengertian Total Quality Management (TQM) TQM merupakan suatu konsep perbaikan yang
dilaksanakan secara terus-menerus, yang melibatkan seluruh elemen dan karyawan pada
setiap tingkatan organisasi dalam rangka untuk mencapai kualitas yang terbaik pada seluruh
aspek organisasi melalui proses manajemen. Menurut ISO, TQM adalah pendekatan
manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari
keseluruhan sumber daya manusia dan ditunjukan pada kesuksesan jangka panjang melalui
kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya
manusianya) dan masyarakat. Tujuan utama TQM adalah perbaikan mutu pelayanan secara
terus-menerus.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengelolaan usaha pada industri ekstraktif (Pertanian, Perikanan dan
Peternakan) di Sulawesi Utara

2. Untuk mengetahui implementasi manajemen kualitas di industri ekstraktif (Pertanian,


Perikanan dan Peternakan) di Sulawesi Utara

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian

Berdasarkan pembahasan yang sudah di angkat dari latar belakang penelitian, masalah
penelitian, dan kajian pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam penelitian ini
didesain untuk mengkaitkan variabel manajemen kualitas, kinerja operasional dan budaya
kualitas sebagaimana dipaparkan dalam kerangka penelitian.
INFORMASI DAN
MANAJEMEN KUALITAS
( PERTANIAN , PERIKANAN
DAN PERTERNAKAN )

1. KEPEMIMPINAN
2. PENGOLAAN PEKERJA
3. FOKUS KONSUMEN
4. PERENCANAAN KINERJA OPERASIONAL
STRATEGIS ( PERTANIAN , PERIKANAN ,
5. INFORMASI DAN DAN PETERNAKAN )
ANALISIS 1. KEPUASAN KONSUMEN
6. MANAJEMEN PROSES 2. PRODUKTIVITAS
3. KUALITAS OUTPUT
4. KINERJA PENGIRIMAN

BUDAYA KUALITAS
( PERTANIAN , PERIKANAN DAN
PETERNAKAN )
1. NILAI – NILAI
2. TRADISI
3. PROSEDUR
4. HARAPAN – HARAPAN
Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis, dengan memfokuskan pada kajian
tentang manajemen kualitas melalui kinerja operasional. Sementara itu budaya kualitas
diposisikan sebgai variabel moderating yang menekankan pada nilai-nilai, tradisi, prosedur,
dan harapan-harapan. Adapun metode ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, yaitu
: prosedur pencatatan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek yang diteliti
berdasarkan fakta yang ada. Penelitian kualitatif menuturkan dan menafsirkan data yang
dengan situasi yang terjadi, sikap dan pandangan dalam masyarakat (Ahire & Golhar 2011)
adapun tujuan yang ingin dicapai dari pengguna teknik analisis deskriptif yaitu : suatu
penelitian dengan cara menggambarkan secara sistematis, factual, dan akurat dari fakta,
peristiwa yang ada.

Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, objek penelitian pada Industri Ekstraktif yaitu pertanian, perikanan,
dan perternakan. Adapun waktu yang dimanfaatkan untuk melakukan pengumpulan data
diperlukan adalah 2 bulan, yaitu bulan Juni dan bulan Juli. Informan Penelitian Penelitian
kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari
kasus tertentu yang ada pada situasi tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke
populasi, tetapi di transfer ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan
situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan
responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam
penelitian. (Sugiyono, 2008). Informen dalam penelitian ini adalah pelaku dalam industri
ekstraktif itu sendiri.

Prosedur Standar Operasional (Standart Operation Procedur/SOP) Metode yang digunakan


dalam pengolahan data dibagi menjadi beberapa tahapan sehingga membentuk suatu
kerangka yang sistematis. Adapun masing-masing tahapan tersebut adalah : 1. Tahapan
Sebelum Kelapangan Meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigm dengan
teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada
subyek yang diteliti, konsultasi fakus penelitian, penyusunan usulan penelitian. ISSN 2303-
1174 Akhmadrandy Ibrahim. Analisis Implementasi Manajemen… Jurnal EMBA 864 Vol.4
No.2 Juni 2016, Hal. 859-869 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Data tersebut diperoleh dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi pada narasumber yang ada di Industri Ekstraktif. 3.
Tahap Analisis Data Meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen
ataupun wawancara mendalam dengan narasumber yang ada. Kemudian dilakukan penafsiran
data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan
keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dari metode perolehan data
sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang
merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. 4.
Tahap Penulisan Skripsi Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian
kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Penelitian

Analisis yang digunakan pada penelitian kali ini adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif
dimaksudkan untuk mengkaji berbagai variabel penelitian untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif tentang manajemen kualitas, kinerja operasional dan budaya kualitas pada
Industri Ekstraktif melalui deep interview dengan pelaku itu sendiri. Untuk mengetahui
variable independen yang mempengaruhi variable dependen dan pada hal ini melihat peran
variabel moderating (budaya kualitas) dalam hubungan manajemen kualitas dengan kinerja
operasional. Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Usaha Industri Ekstraktif
yang dimana melingkup pertanian, perikanan, dan peternakan. Adapun tempat penelitian kali
ini berbeda-beda dengan tempat yang berbeda, tapi masih mencakup wilayah Sulawesi Utara
(Sulut).

Deskripsi Informan

Penelitian Deskriptif variabel kualitatif dimaksudkan untuk melengkapi sekaligus


mendukung berbagai berbagai temuan penelitian yang diperoleh. Dari hasil penelitian
diperoleh informasi bahwa responden penelitian ini dominan dengan jenis industri ekstraktif
bidang pertanian, yakni industri rica dan industri kacang sangria ada pula industri ekstraktif
bidang perikanan dan industri ekstraktif bidang perternakan yaitu industri ayam.

Pengelolaan Usaha pada Industri Ekstraktif di Sulawesi Utara

Hasil wawancara penulis dengan informan industri ekstraktif, yakni usaha pertanian,
perikanan dan peternakan yang berada di Sulawesi Utara. Usaha industri ekstraktif yaitu
usaha yang mengambil dan mengelola kekayaan alam yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia tanpa mengubah sifat maupun bentuk barangnnya. Hal yang dilakukan
usaha industri ekstraktif adalah mengelola kekayaan alam tanpa merubah sifatnya, contohnya
usaha pertanian yang mengelola kekayaan alam tanpa merubah sifat maupun bentuk
barangnya seperti petani cabai, kacang tanah dan lain-lain. Seperti juga dengan kekayaan
alam lainnya yang cara penglolaannya tidak merubaha sifat, seperti hasil perikanan yang
tidak merubah sifatnya untuk di pasarkan dan menambah nilai hasil alam secara ekonomi.

Industri Ekstraktif Bidang Pertanian

Industri pertanian adalah industri yang mengolah dan menghasilkan barang yang mendukung
sektor pertanian. Industri pertanian juga dikenal sebagai agroindustri. Agroindustri adalah
kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan
menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Secara ekplisit pengertian
agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1981) kutipan dari Ihsan (2011) yaitu
merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan, perdanaan, pemasaran, dan distribusi produk pertanian. Dari
pandangan para pakar social ekonomi agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan
bagian dari lima subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana
produksi dan peralatan. Usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan.

Industri Ekstraktif Bidang Perikanan

Industri perikanan bisa juga disebut dengan industri penangkapan ikan adalah industri atau
aktivitas menangkap, membudi dayakan, memproses, mengawetkan, menyimpan,
mendistribusikan, dan memasarkan produk ikan. Istilah ini didefinisikan oleh FAO,
mencakup juga yang dilakukan oleh pemancing rekreasi, nelayan tradisional, dan
penangkapan ikan komersial. Kota manado terdiri dari daratan dan kepulauan, wilayah
kepulauan meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen, dan Manado Tua, maka dari pada itu
wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau-pulau yang ada.

Industri Ekstraktif Bidang Peternakan

Peternakan adalah kegiatan yang memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan
mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada
pemeliharaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang
ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip
manajemen dan faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan
di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti
sapi, kerbau dan kuda, sedangkan kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti
ayam, kelinci, dll.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan di Industri Ekstraktif
maka dapat diambil kesimpulan seperti berikut : 1. Peningkatan daya saing di industri
ekstraktif menjadi sangat penting mengingat industri ekstraktif bisa menjadi tolak ukur untuk
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Penelitian dengan topik pengelolaan industri
ekstraktif ini diharapkan dapat memberikan luaran berupa model pengelolaan kualitas pada
industry kecil menengah di Sulawesi Utara, yang dikaji dari variable manajemen kualitas,
kinerja operasional, dan budaya kualitas. 2. Pengembangan manajemen kualitas, hasil kajian
sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu di lapangan dengan peluang yang sangat
menguntungkan bagi kualitas dan hasil dalam industri ekstraktif yang mampu
mempertahankan keinginan dari konsumen. 3. Dampak lain adalah tuntutan adanya
peningkatan kreativitas bagi pelaku-pelaku industri ekstraktif sehubungan dengan tingkat
persaingan yang sangat intens. Hasil menunjukan bahwa industri ekstraktif masih belum
sepenuhnya melakukan manajemen kualitas secara strategik sebab penelitian memaparkan
penjelasan dari masing-masing pelaku industri ekstraktif tidak menunjukan keinginan
konsumen belum sepenuhnya menjadi fokus perhatian industri ekstraktif.
2. REVIEW JURNAL ISSN (PENGARUH MODAL, TINGKAT UPAH, DAN
TEKNOLOGI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN OUTPUT
PADA INDUSTRI TEKSTIL DI KABUPATEN BADUNG )

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis 1) Pengaruh modal, tingkat upah dan
teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja, 2) Pengaruh modal, tingkat upah, teknologi dan
penyerapan tenaga kerja terhadap output, 3) Pengaruh tidak langsung modal, tingkat upah dan
teknologi terhadap output melalui penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini dilakukan di
Kabupaten Badung dengan responden pengusaha industri tekstil yang meliputi 6 Kecamatan
yaitu Abiansemal, Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan, Mengwi dan Petang. Obyek pada
penelitian ini meliputi modal, tingkat upah, teknologi, penyerapan tenaga kerja dan output.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 65 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah
Proporsionate Stratified Random Sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini antara lain observasi, wawancara dan wawancara mendalam. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis jalur, path analisis dan uji sobel menganalisis pengaruh
tidak langsung melalui variabel intervening. Hasil penelitian menunjukkan modal, tingkat
upah dan teknologi berpengaruh postif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
industri tekstil.

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Teknologi, Penyerapan Tenaga Kerja, Output

LATAR BELAKANG
Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan, yaitu
berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Arsyad, 2003). Negara Indonesia merupakan suatu
negara dengan kepadatan penduduk cukup tinggi di dunia dengan angka kelahiran yang
cukup tinggi di setiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa setiap ada kelahiran di dunia, maka
akan menambah penduduk di suatu negara dan menambah kegiatan untuk mencukupi
konsumsi sehari-hari. Kegiatan ekonomi ditujukan untuk memperluas lapangan pekerjaan
serta meningkatkan ekspor, mengurangi impor untuk menghemat devisa negara dan
meningkatkan pendapatan asli daerah di daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan pulau kecil
dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Kreativitas masyarakat akan industri dan seni
akan mampu memberikan kontribusi terhadap daerah. Produk Domestik Regional Bruto
Provinsi Bali meningkat setiap tahunnya dimasing-masing sektor (Sudemen, 2009:394)
dalam Sri Yuniartini 2012. Pembangunan sektor industri dewasa ini diharapkan dapat
menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Industri di Provinsi Bali seiring
dengan berjalannya waktu terus mengalami peningkatan baik itu industri kecil, sedang
maupun industri besar. Dengan kemajuan indutri dengan seriring kemajuan pariwisata maka
produk-produk ekspor Provinsi Bali lebih mudah diterima oleh masyarakat mancanegara
(Dewi Astuti dan Indrajaya 2016). Dengan mengingat sumber daya alam yang dimiliki
daerah dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengetahuan industri maka akan dapat
mengurangi pengangguran, serta meningkatkan pendapatan daerah. Tidak hanya untuk sektor
pariwisata saja tetapi juga dibutuhkan oleh masyarakat luas untuk melengkapi perabotan
rumah tangga.
Sektor usaha industri tekstil di Kabupaten Badung memberikan dampak yang penting dalam
menciptakan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Badung. Adapun
jumlah industri tekstil yang tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Badung:

TABEL 1.

Jumlah industri tekstil per – kecamatan kabupaten badung dihitung dari jumlah unit usaha
dan tenaga kerja 2015

NO KECAMATAN JUMLAH UNIT USAHA TENAGA KERJA ( ORANG )

1 ABIENSEMAL 20 302

2 KUTA 73 2977

3 KUTA UTARA 58 1256

4 KUTA SELATAN 7 73

5 MENGWI 22 204

6 PETANG 9 56

Sektor industri mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional.
Walaupun dewasa ini banyaknya persaingan-persaingan dalam pasar kerja, tetapi industri
tetap menunjukkan bahwa industri kecil khususnya industri tekstil mampu memberikan
kontribusi terhadap perekonomian suatu daerah khususnya Kabupaten Badung. Dengan
adanya industri kecil seperti industri tekstil maka akan dapat menambah pendapatan daerah
khususnya Kabupaten Badung dan mengurangi pengangguran. Industri tekstil adalah industri
yang menggunakan bahan baku yang berasal dari serat dan diolah menjadi benang atau kain
sebagai bahan untuk pembuatan busana. Bahan-bahan inilah nantinya akan menjadi dasar
pembuatan pakain seharisehari. Dari tangan ahli-ahli yang berpotensi maka akan di
kombinasikan berbagai bentuk, jenis, dan model yang seunik dan semenarik mungkin untuk
diproduksi. Dalam proses pembuatannya tidak luput dari pemanfaatan teknologi. Penggunaan
teknologi yang modern akan menghasilkan barang yang optimal dan hasil yang memuaskan.
Di era globalisasi sekarang ini industri-industri sudah menggunakan teknologi modern
dibandingkan dengan teknologi tradisional. Selain itu dalam pencapaian hasil yang
memuaskan dalam memproduksi suatu barang, perusahaan harus mampu mengalokasikan
faktor produksi sedemikian rupa, sehingga hasil yang tinggi dapat dicapai. Pentingnya output
dalam produksi adalah untuk mengetahui penerimaan dan biaya total yang dikeluarkan.
Semakin besar penerimaan dari pada biaya total maka semakin besar keuntungan yang
didapat sehingga unggul dalam efisiennya. Dengan memperkecil biaya produksi nantinya
akan memperoleh keuntungan yang optimal. Produksi merupakan suatu sistem dan di
dalamnya terkandung tiga unsur, yaitu input, proses, dan output. Input dalam proses produksi
terdiri atas bahan baku/ bahan mentah, energi yang digunakan dan informasi yang diperlukan.
Proses merupakan kegiatan yang mengolah bahan, energi dan informasi perubahan sehingga
menjadi barang jadi. Output merupakan hasil dari proses produksi suatu perusahaan. Tingkat
output suatu perusahaan mencerminkan kualitas tenaga kerja/ karyawan, ketika perusahaan
mampu menghasilkan banyak barang (output) yang sesuai dengan pencapaian standar tidak
luput dari peran karyawan yang bekerja secara efektif.

Menurut Riyanto 2011:62 (dalam Intan Ayu dan Marhaeni 2015), perusahaan memerlukan
dana untuk melakukan kegiatan operasionalnya, dana tersebut disebut Pengaruh Modal,
Tingkat Upah…[Anak Agung Yuli Harsinta Dewi, A.A.I.N Marhaeni] 1152 dengan modal
kerja, perusahaan mengeluarkan modal kerja diharapkan kembali masuk ke perusahaan
dengan waktu yang singkat dari penjualan produksinya sehingga modal kerja terus berputar
di perusahaan setiap periode. Dilihat dari sisi hubungan dari variabel yang digunakan seperti
modal terhadap penyerapan tenaga kerja, Frame Benefit (1995) dalam Budiawan (2013)
modal dapat digunakan untuk membeli mesin-mesin atau peralatan untuk melakukan
peningkatan proses produksi. Dengan penambahan mesin-mesin atau peralatan produksi akan
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja hal ini dikarenakan mesin-mesin atau
peralatan produksi dapat menggantikan tenaga kerja. Menurut (Puspitasari 2009) dalam
Risma M Arsha dan Suardhika Natha 2013 semakin tinggi tingkat modal kerja suatu
perusahaan, maka tingkat penggunaan faktor produksi pun akan semakin banyak misalnya
penggunaan mesin, tenaga kerja dan input atau bahan baku. Modal kerja adalah kegiatan
yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek
perusahaan (Aulia, 2011). Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, terlebih
dahulu diukur dari elemenelemen modal kerja. Semakin cepat tingkat perputaran masing-
masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien. Tetapi jika
perputarannya semakin lambat, maka penggunaan modal kerja dalam perusahaan kurang
efisien, terdapat pula penelitian yang di lakukan oleh Diah Ayu Lestari dimana hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa variabel modal mempunyai pengaruh signifikan serta
menunjukkan hubungan yang positif terhadap hasil produksi. Modal bagian dari produksi,
untuk berproduksi perusahaan akan memksimalkan modalnya untuk mencapai hasil produksi
yang maksimal. Upah merupakan penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada
penerima kerja untuk pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan. Berfungsi sebagai
kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai
dalam bentuk yang ditetapkan sesuai persetujuan, Undang-undang dan peraturan, dan dibayar
atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja. Menurut Haryani,
(2002) dalam cahya ningsih (2015) menyatakan tingkat upah dikatakan meningkat tetapi
modal yang lain tidak mengalami perubahan, maka produsen mempunyai kesempatan untuk
menggantikan pekerja dengan teknologi yang lebih padat modal (substitution effect). Dalam
proses produksi tenaga kerja pada industri padat karya, para pengusaha semakin
menggunakan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan industri padat modal. Menurut
Mankiw 2000:46 (dalam Fitria Idayanti dan Martini 2015), semakin banyak jumlah tenaga
kerja maka semakin meningkat jumlah barang yang akan diproduksi. Dengan demikian
tingkat upah mempunyai hubungan searah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri
padat karya industri tekstil. Teori produksi adalah teori yang mempelajari berbagai macam
input pada tingkat teknologi tertentu yang menghasilkan sejumlah output tertentu (Sudarman
dalam Chandra Adyatma dan Dewa Budiana 2013). Sasaran dari teori produksi adalah untuk
menentukan tingkat produksi yang optimal dengan sumber daya yang ada. Menurut Wijaya
dan Suyana Utama (2013) peranan teknologi pada efisiensiusaha adalah berkurangnya tingkat
kesalahan atau error yang dilakukan oleh tenaga kerja. Meskipun individu yang dibutuhkan
dengan menerapkan teknologi pada suatu proses produksi tergolong cukup mahal, namun
perusahaan akan dapat memperoleh efisiensi usaha yang dapat dilihat dari perbandingan laba
dan modal yang diinvestasikan.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini kuantitatif berbentuk asosiatif yang menggunakan 3 (tiga) variabel
bebas, 1 (satu) variabel intervening dan 2 (dua) variabel terikat. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah variabel terikat (dependent) yaitu penyerapan tenaga kerja dan
output, variabel bebas (independent) yaitu modal tingkat upah, dan teknologi, dan variabel
intervening yaitu penyerapan tenaga kerja. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 65
(enam puluh lima) pengusaha. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan metode random sampling, dengan menggunakan rumus slovin. Teknik analisis
data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis jalur (path analysis). Teknik
analisis ini digunakan dalam menguji besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien
jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal atau sebab akibat antara variabel
independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hubungan-hubungan antar variabel penelitian,
yang merupakan koefisien jalur dalam penelitian ini. Koefisien jalur dapat dibuat dalam
bentuk diagram jalur (Suyana Utama, 2008). Model tersebut juga dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan struktural sebagai berikut:

Persamaan Struktural

1 1 = 0,290X1 + 0,301X2 + 0,234X3 + e1

Persamaan Struktural 2

2 = 0,238X1 + 0,226X2 + 0,198X3 + 0,383Y1 + e2

Berdasarkan hasil dari analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai standardized coefficient
beta sebesar 0,290. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modal berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri tekstil di Kabupaten Badung. Ini
berarti apabila modal produksi tekstil naik sebesar satu juta rupiah maka penyerapan tenaga
kerja akan mengalami peningkatan pula sebesar 290 orang. Hasil analisis menunjukkan
bahwa nilai standardized coefficient beta sebesar 0,301. Dengan demikian tingkat upah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri tekstil di
Kabupaten Badung. Ini berarti apabila tingkat upah naik sebesar satu juta rupiah maka
penyerapan tenaga kerja naik sebesar 301 orang. Nilai standardized coefficient beta yang
diperoleh yaitu sebesar 0,234. Dengan demikian teknologi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja industri tekstil di Kabupaten Badung. Ini berarti apabila
teknologi yang digunakan semakin modern maka penyerapan tenaga kerja naik sebesar 234
orang. Nilai standardized coefficient beta yang diperoleh sebesar 0,238. Dengan demikian
modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap output industri tekstil diKabupaten
Badung. Ini berarti apabila modal naik sebesar satu juta rupiah maka output industri tekstil
naik sebesar 238.000 rupiah. Dikarenakan dari 65 responden, yang menggunakan modal
tinggi pasti output atau produk yang dihasilkan semakin tinggi pula, maka harga dari produk
juga ikut meningkat, maka dari itu modal yang tinggi akan menghasilkan output yang juga
ikut meningkat. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil yang
menyatakan nilai standardized coefficient beta sebesar 0,226. Dengan demikian tingkat upah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap output. Ini berarti apabila tingkat upah naik
sebesar satu juta rupiah maka output naik sebesar 226.000 rupiah. Ini dikarenakan dari 65
responden upah yang diberikan rata-rata adalah upah yang maksimum yaitu >50.000 -
<100.000. Maka dari itu dari pemberian upah maksimum akan lebih memaksimumkan hasil
output atau produk yang dihasilkan akan lebih banyak dan akan semakin meningkat karena
itu output meningkat sebesar 226.000 rupiah. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
maka diperoleh hasil yang menyatakan nilai standardized coefficient beta sebesar 0,198.
Dengan demikian teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap output. Ini berarti
apabila teknologi yang digunakan semakin modern maka output naik sebesar 198.000 rupiah.
Ini dikarenakan teknologi yang semakin modern seperti mesin pemotong kain dan mesin-
mesin lainya yang menggunakan listrik akan mampu menyelesaikan produk lebih cepat,
mudah dan efisien dimana itu mempengaruhi output atau produk yang dihasilkan, maka
teknologi yang semakin modern digunakan dibandingkan secara manual mampu
meningkatkan output sebesar 198.000 rupiah. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
maka diperoleh hasil yang menyatakan nilai standardized coefficient beta sebesar 0,383.
Dengan demikian penyerapan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
output. Ini berarti apabila penyerapan tenaga kerja naik sebesar satu orang maka output naik
sebesar 383.000 rupiah. Dikarenakan dari 65 responden jika penyerapan tenaga kerja
bertambah satu orang maka produk yang dihasilkan ikut bertambah yang juga disertai output
yang ikut meningkat sebesar 383.000 rupiah.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa modal, tingkat upah dan teknologi
ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri tekstil di
Kabupaten Badung. Dengan kata lain apabila modal, tingkat upah dan teknologi meningkat
maka penyerapan tenaga kerja pun ikut pula meningkat. Modal, tingkat upah, teknologi dan
penyerapan tenaga kerja ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap output industri tekstil
di Kabupaten Badung. Dengan kata lain apabila modal, tingkat upah, teknologi dan
penyerapan tenaga kerja meningkat maka dapat meningkatkan pula output industri tekstil di
Kabupaten Badung. Variabel penyerapan tenaga kerja merupakan variabel mediasi pengaruh
tidak langsung variabel modal dan tingkat upah terhadap output, sedangkan variabel
teknologi tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap output dengan kata lain
penyerapan tenaga kerja bukan variabel mediasi pengaruh tidak langsung teknologi terhadap
output pada industri tekstil di Kabupaten Badung. Berdasarkan hasil analisis dan simpulan
yang telah dipaparkan, maka dapat diajukan saran pemerintah diharapkan mampu
memberikan pelatihan terhadap masyarakat agar sumber daya manusianya lebih terlatih dan
diharapkaan pemerintah dapat mempermudah bantuan modal terhadap usaha-usaha rumahan
dari industri kecil agar kelak dari modal inilah usaha tersebut dapat mengoptimalkan
penyerapan tenaga kerja yang maksimal dan memperluas lahan pekerjaan. Pengusaha
diharapkan mampu mengelola perusahaanya semaksimal mungkin dengan mengelola modal
produksi, tenaga kerja yang terserap serta teknologi yang digunakan agar produk atau output
yang dihasilkan akan optimal dan bisa bersaing dengan industri yang lainnya serta tidak
adanya lagi pengusaha industri tekstil yang mengalami kerugian dan gulung tikar. Selain itu
mempromosikan pakaian tekstil melalui media cetak maupun media elektronik agar
memancing minat konsumen lokal atau asing hingga ke mancanegara. Masyarakat
diharapkan tetap mencintai produk lokal dengan membeli hasil pakaian tekstil di dalam
negeri agar dapat memberikan peluang bagi usaha-usaha kecil rumahan di Kabupaten Badung
agar dapat berkembang dan dikenal secara luas, sehingga nantinya mampu menciptakan
penggandaan pendapatan bagi masyarakat daerah badung dan memperluas pekerjaan yang
juga diikuti dengan tenaga kerja yang terserap secara optimal.

Daftar pustaka

 NAMA PENULIS : AKHMADRANDY IBRAHIM


 JUDUL JURNAL : ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN
KUALITAS DARI KINERJA OPERASIONAL PADA INDUSTRI
EKSTRAKTIF DI SULAWESI UTARA
 TAHUN TERBIT : 2016


file:///C:/Users/user/Downloads/13279-26510-1-SM.pdf
 NAMA PENULIS : AGUNG YULI HARSINTA DEWI

A.A.I.N MARHAENI

 JUDUL JURNAL : PENGARUH MODAL, TINGKAT UPAH, DAN


TEKNOLOGI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN
OUTPUT PADA INDUSTRI TEKSTIL DI KABUPATEN BADUNG.
 TAHUN TERBIT : 2016

file:///C:/Users/user/Downloads/23998-1-48768-1-10-20161114.pdf

Anda mungkin juga menyukai