Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT DAN TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN

“ALIRAN PERENIALISME DAN ALIRAN REKONSTRUKSIONISME”

KELOMPOK 2

Eki Anisa Putri 2023012017

Syahroni 2023012009

Tri Wahyuni 2023014003

Ayu Azzahara Al Balqis 2023012010

Dosen Pengampu:

Dr. Riswanti Rini, M.Si

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Di zaman modern ini, banyak bermunculan krisis diberbagai bidang kehidupan

manusia terutama dibidang pendidikan. Kita sebagai manusia yang berakal harus

dapat memcahkan berbagai problematika kehidupan. Krisis seperti ini untuk

menjawab tantangan di masa yang akan datang. Berbagai teori bermunculan

sebagai jawaban dari manusia. Seperti teori yang diungkapkan oleh para penganut

aliran perennialisme, yang mana menurut mereka perennialisme memberikan jalan

keluar dan dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Filsafat pendidikan

Perennialisme tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan esensialisme. Apabila

kebenaran esensialis ada pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka

kebenaran Perennialisme ada pada wahyu Tuhan.

Aliran Rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran parennialisme

yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut memandang

bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang

terganggu oleh kehancuran, kebingungan,dan kesimpang siuran. Meskipun

demikian, prinsip yang dimiliki aliran ini,tidaklah sama dengan prinsip yang

dipegang oleh aliran perennialisme. Tetapi aliran rekonstruksionisme ini tidak

sependapat dengan cara dan jalan pemecahan yang ditempuh oleh aliran

perennialisme. Aliran perennialisme memilih jalan kembali ke kebudayaan abad

pertengahan. Sementara itu, aliran rekonstruksionisme berusaha membina suatu

kensensus yang paling luas dan mungkin tentang tujuan utama dan teringgi dalam

kehidupan manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERENIALISME

1. Pengertian Perenialisme

Perenialisme berasal dari kata dasar perenial yang berarti abadi atau kekal yang

selalu ada tanpa akhir. Perenialisme memandang pola perkembangan kebudayaan

sepanjang zaman merupakan sebagai pengulangan dari apa yang telah ada

sebelumnya sehingga perenialisme disebut juga sebagai tradisionalisme Esensi

aliran ini yaitu menerapkan nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal dan

abadi yang selalu seperti itu sepanjang sejarah manusia. Perenialisme sering

dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai

kebudayaan masa lampau.

Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi dan solusi terhadap pendidikan progresif

dan atas terjadinya keadaan yang mereka sebut sebagai krisis kebudayaan dalam

kehidupan manusia modern. Untuk mengatasi hal tersebut aliran ini menggunakan

kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum tyang telah menjadi pandangan hidup

yang kuat, kukuh pada zaman kuno, dan abad pertengahan.

2. Latar Belakang Munculnya Aliran Perenialisme

Perenialisme diambil dari kata perennial, yang diartikan sebagai countinuing

troughout the whole year atau lasting for a very long time, yang bermakna abadi

atau kekal. Dari makna tersebut mempunyai maksud bahwa perenialisme


mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai – nilai dan norma –

norma yang bersifat kekal dan abadi.

Pendiri dari aliran ini adalah Aristoteles yang kemudian didukung dan dilanjutkan

St. Thomas Aquinas pada abad ke – 13. Munculnya aliran ini adalah sebagai alat

atau cara untuk menghadapi krisis yang dihadapi manusia saat ini. Perenialisme

menganggap kenyataan dalam kebudayaan manusia saat ini mengalami krisis. Oleh

karena itu perenialisme memberikan suatu pemecahan dengan jalan “kembali pada

kebudayaan masa lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal. Perenialisme lahir

dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialis menentang pandangan

progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.

Perenialisme memandang bahwa jalan kembali , atau proses mengembalikan

keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal yang dimaksud adalah

melalui pendidikan. Oleh karena itu pendidikan haruslah lebih banyak

mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan

tangguh.

3. Tokoh-Tokoh Perenialisme

Perenialisme sudah ada sejak zaman filosof abad kuno dan pertengahan. Seperti

halnya dalam bidang pendidikan, konsep perenialisme dalam pendidikan dilatar

belakangi oleh filsafat-filsafat Plato sebagai bapak idealisme klasik, filsafat

Aristoteles sebagai bapak realisme klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang

mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran (filsafat) Gereja

Khatolik yang tumbuh pada zamannya (abad pertengahan).


a. Plato

Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu nafsu, kemauan

dan pikiran. Pendidikan harusnya berorientasi pada tiga potensi tersebut dan juga

kepada masyarakat, sehingga kebutuhan yang ada pada masyarakat dapat terpenuhi.

Dengan pertimbangan ketiga potensi tersebut tidak sama pada setiap individu.

Manusia yang besar potensi rasionya, inilah manusia kelas pemimpin atau kelas

sosial tertinggi. Manusia yang dominan potensi kemampuannya, merupakan

manusia kelas prajurit atau menenggah. Manusia yang dominan potensi nafsunya,

merupakan rakyat jelata atau kaum pekerja.

b. Aristoteles

Aristoteles menganggap pembinaan kebiasaan sebagai dasar. Terutama dalam

pembinaan kesadaran disiplin atau moral, harus melalui proses permulaan dengan

kebiasaan di waktu muda. Secara ontologis, ia menyatakan bahwa sifat atau watak

anak lebih banyak potensialitas sedang guru lebih banyak mempunyai aktualitas.

Bagi Aristoteles tujuan pendidikan adalah kebahagiaan. Untuk mencapainya maka

aspek jasmani , emosi dan intelek harus dikembangkan secara seimbang.

c. Thomas Aquinas

Seperti halnya Plato dan Aristoteles tujuan pendidikan yang diinginkan oleh

Thomas Aquinas adalah sebagai usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam

individu agar menjadi aktualitas, aktif dan nyata. Tingkat aktif dan nyata yang

timbul ini bergantung dari kesadaran-kesadaran yang dimiliki oleh tiap-tiap

individu.
4. Ciri-Ciri Aliran Perenialisme

Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri itu adalah

a. Perenialisme mengambil jalan regresif, yaitu kembali kepada nilai dan prinsip

dasar yang menjiwai pendidikan pada masa yunani kuno dan abad pertengahan.

b. Perenialisme beranggapan bahwa realita itu mengandung tujuan

c. Perenialisme beranggapan bahwa belajar adalah latihan dan disiplin mental

d. Perenialisme beranggapan bahwa kenyataan tertinggi itu berada di balik alam,

penuh kedamaian, dan transcendental.

5. Pandangan Perenialisme Terhadap Pendidikan

Perenialisme dalam konteks pendidikan dibangun atas dasar suatu keyakinan

ontologisnya, bahwa batang tubuh pengetahuan yang berlangsung dalam ruang dan

waktu ini mestilah terbentuk melalui dasar-dasar pendidikan yang diterima manusia

dalam kesejahteraannya. Pendidikan menurut aliran ini adalah suatu upaya

mempersiapkan kehidupan. Prinsip mendasar pendidikan bagi aliran ini adalah

membantu subjek-subjek didik menemukan dan menginternalisasikan kebenaran

abadi, karena memang kebenarannya mengandung sifat universal dan tetap. Aliran

ini meyakini bahwa pendidikan merupakan transfer ilmu pengetahuan mengenai

kebenaran abadi. Pengetahuan adalah suatu kebenaran sedangkan kebenaran

selamanya memiliki kesamaan. Sehingga penyelenggaraan pendidikan dimana-

mana mestilah sama.

Belajar adalah upaya keras untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan melalui

disiplin tinggi dalam latihan pengembangan prinsip-prinsip rasional. Makna hakiki

dari belajar merupakan belajar untuk berfikir. Dengan berfikir subjek didik akan
memiliki senjata ampuh dalam menghadapi berbagai rintangan yang dapat

menurunkan martabat kemanusiaannya, seperti kebodohan, kebingungan dan

keragu-raguan.

Pandangan perenialisme dalam pendidikan yaitu bahwa pendidikan harus

berdasarkan pada nilai-nilai luhur, norma dan agama. Dapat juga dikatakan bahwa

proses belajar mengajar harus dikembalikan pada nilai-nilai luhur, norma-norma

dan agama pada masa lalu. Pendidikan harus melahirkan orang-orang yang

mematuhi norma dan tawujud di jalan kebenaran. Dengan tidak menaati norma

berarti membawa kepada kematian. Pendidikan juga harus menitik beratkan pada

nilai agung dalam hal terpusat pada guru. Pendidikan harus dipusatkan pada guru,

karena guru memiliki kemampuan serta norma-norma dan nilai yang luhur seperti:

a. Tentang Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena

dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat

analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal

pikiran. Menurut epistemologi Thomisme sebagian besarnya berpusat pada

pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula dalam

keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya

secara penuh. Jadi epistemologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan

tentang pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang

dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan

tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode deduksi, yang merupakan

metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki. Menurut perenialisme


penguasaan pengetahuan mengenai prinsip prinsip pertama adalah modal bagi

seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan,

bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan

pertautannya masing-masing memahami problema yang perlu diselesaikan dan

berusaha untuk menggadakan penyelesaian masalahnya.

b. Tujuan Pendidikan

Aliran perenialisme merupakan paham filsafat pendidikan yang menempatkan nilai

pada supremasi kebenaran tertinggi yang bersumber pada Tuhan. Menurut

Brameld, perenialisme pada dasarnya adalah sudut pandang dimana sasaran uang

akan dicapai dalam pendidikan adalah “kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang

kenyataan, kebenaran, dan nilai yang abadi, tak terikat waktu dan ruang”. Aliran ini

mencoba membangun kembali cara berfikir Abad Pertengahan yang meletakkan

keseimbanganantara moral dan intelektual dalam konteks kesadaran spiritual.

Dengan menempatkan kebenaran supernatural sebagai sumber tertinggi, maka nilai

dalam pandangan aliran perenialisme selalu bersifat theosentris.

c. Prinsip-Prinsip Pendidikan

Prinsip merupakan asas, atau aturan pokok. Jadi dalam hal ini yang dimaksud

prinsip pendidikan adalah asas atau aturan pokok mengenai pendidikan dalam

perenialisme. Dinamakan perenialisme karena kurilukumnya berisis materi yang

bersifat konstan dan perenial. Mempunyai prinsip-prinsip pendidikan antara lain :

a) Konsep pendidikan bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.

b) Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan manusia yang unik, yaitu

kemampuan berfikir.
c) Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.

d) Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.

B. ALIRAN REKONSTRUKSIONISME

1. Pengertian Aliran Rekonstruksionisme

Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris reconstruct, yang berarti

menyusun kembali. Rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang dapat merombak

tata susunan lama ke tata susunan kehidupan yang lebih modern. Aliran

rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran parenialisme yaitu

berawal dari krisis kebudayaan modern. Meskipun demikian prinsip yang dimiliki

oleh kedua aliran ini tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran

paranialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan

yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam

kehidupan. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan

dunia merupakan tugas semua umat manusia. karenanya pembinaaan kembali daya

intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina

kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang

dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam

pengawasan umat manusia menjadikan manusia lebih memiliki karakter

kemanusian yang saat ini sudah luntur, intinya adalah untuk lebih memanusiakan

manusia itu sendiri.

Untuk mencapai tujuan yang dinginkan rekonstruksionisme berupaya mencari

kesepakatan antar sesama manusia agar dapat mengatur tata kehidupan manusia
dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungan nya. maka proses dan lembaga

pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu melakukan perubahan.

Untuk mencapai. Peran pendidikan adalah mengungkapkan lingkup persoalan

budaya manusia dan membangun kesepakatan seluas mungkin tentang tujuan-

tujuan pokok yang akan menata umat manusia dalam tatanan budaya dunia. Teori

belajar rekontstruksi merupakan teori-teori yang menyatakan bahwa peserta didik

itu sendiri yang harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi

kompleks, mengecek informasi baru dibandingkan dengan aturan lama dan

memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi.

Kemudian mengenai dimensi-dimensi pembelajaran, rekonstruksionisme yang

integratif dengan pandangan futurisme diartikan dengan memadukan antara

pembelajaran rekonstruksionisme dengan pandangan futurisme yang bertujuan

membantu menyiapkan warga dalam hal ini generasi muda untuk merespon

perubahan dan membuat pilihan-pilihan cerdas mengingat umat manusia bergerak

ke masa depan yang memiliki lebih dari satu konfigurasi. Sehingga filsafat

rekonstruksionisme-futuristik bertujuan mengembangkan masa depan yang lebih

menyenangkan melalui pendidikan. Dan juga aliran ini memandang bahwa sebuah

Negara dijalankan dan diperintah oleh rakyat secara demokratis sehingga dapat

tercipta kemakmuran kesajahteraan tanpa ada nya unsure pembedaan baik itu

menurut ras, suku dan agama. Berdasarkan kedua model aliran itulah filsafat

pendidikan rekonstruksi mengembangkan ide-ide pemikirannya.

Rekonstruksionisme mempercayai bahwa realitas sosial itu selalu berubah, sebagai

konsekuensinya mereka memandang sekolah sebagai lembaga sosial, tempat untuk


mengembangkan daya kritis peserta didik untuk melihat berbagai persoalan sosial

di sekitarnya.

Kemunculan Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg

pada tahun 1930. Pandangan Count mengajak para pendidik untuk membuang

mentalitas budaknya, agar secara hati-hati menggapai kekuatan dan kemudian

berjuang membentuk sebuah tatanan sosial baru yang didasarkan pada sistem

ekonomi kolektif dan prinsip-prinsip politik demokratis. Sekaligus menyerukan

kalangan professional pendidikan untuk mengorganisasikan diri dari tingkat Taman

Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) dan menggunakan kekuatan

terorganisir mereka untuk kepentingan-kepentingan masyarakat luas.

Kecenderungan pemikiran tersebut memunculkan sebuah kebalikan dari peran

tradisional sekolah sebagai pengalih budaya yang bersifat pasif menuju agen

reformasi kemasyarakatan yang bersifat aktif. Dekade 1930-an menampilkan

sekelompok orang yang terkenal sebagai pemikir terkemuka di sekeliling Counts

dan Harrold Rugg di Universitas Columbia. Ide-gagasan para tokoh tersebut secara

luas mencakup aspek-aspek sosial dari pemikiran progresif John Dewey. Pada

pasca perang dunia memperlihatkan munculnya suatu arah baru pada

rekonstruksionisme melalui karya Theodore Brameld. Beberapa karyanya yang

berpengaruh adalah Patterns of Educational Philosophy (1950), Toward a

Reconstructed Philosophy of Education (1956) dan Education as Power (1965).


Jadi dapat disimpulkan bahwa aliran rekontruksionisme adalah aliran memperbaiki

dari segi tatananan hidup yang lama ke tatanan hidup yang lebih modern lagi.

dengan cara berkerja sama antar elemen masyarkat yang ada.

2. Latar Belakang Aliran Rekonstruksionisme

Rekonstrusionisme di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun

1930 yang ingin membangun masyarakat baru, masyrakat yang pantas dan adil.

Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan ini

lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan

melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang

ini. Selain itu, mazhab ini juga berpandangan bahwa pendidikan hendaknya

memelopori melakukan pembaharuan kembali atau merekonstruksi kembali

masyarakat agar menjadi lebih baik. Karena itu pendidikan harus mengembangkan

ideologi kemasyarakatan yang demokratis.

Alasan mengapa rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresif

hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang

ada pada saat sekarang ini. Dalam aliran rekonstruksionisme berusaha menciptakan

kurikulum baru dengan memperbaharui kurikulum lama. Progresivisme pendidikan

didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak bukannya

memfokuskan pada guru atau bidang studi.ini berkelanjutan pada pendidikan

rekonstruksionisme yaitu guru harus menyadarkan si pendidik terhadap masalah-

masalah yang dihadapi manusia untuk diselesaikan, sehingga anak didik memiliki

kemampuan memecahkan masalah tersebut.


3. Pandangan-Pandangan Aliran Rekonstruksionisme

a. Pandangan Ontologi

Didalam pandangan ontologi dapat dijelaskan bagaimana hakikat dari segala

sesuatu. Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal.

Sebuah realita untuk dapat dimengerti kita tidak hanya selalu melihat segala sesuatu

yang konkret tetapi sesuatu yang khusus karena sebuah realita yang ada tidak

pernah terlepas dari sistem, selain substansi yang dipunyai dari tiap sesuatu

tersebut. Sebagai substansi sebuah realita akan terus bergerak dari potensialitas

menju ke aktualitas ini dilakukan guna mencapai tujuan yang terarah dengan cara

nya masing-masing karana tiap realita memiliki perspektif tersendiri. Menurut

Bakry (1986:51),aliran ini berpendirian bahwa alam nyata ini mengandung dua

macam hakikat sebagai sumber, yakni hakikat materi dan hakikat rohani. Kedua

macam hakikat ini memiliki ciri yang bebas dan berdiri sendiri dan abadi dan

hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam. Menurut descarates pada

umumnya manusia tidak sulit menerima prinsip dualism ini yang menunjukan

bahwa kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera manusia sementara

kenyataan batin segera diakui dengan adanya akal dan perasaan hidup. Seorang

tokoh utama scholastic, alselpus menyatakan bahwa secara kritis realita semesta

dapat dipahami dan tidak ada sesuatu dialam ini nyata diluar kekuasaan

tuhan,karena semua itu sebagai perwujudan dari kesepurnaan-Nya.dalam

perkembangan selanjutnya penafsiran ini didukung oleh Thomas Aquinas. Menurut

Thomas Aquinas untuk mengetahui realita yang ada harus berdasarkan iman,

sementara perkembangan rasional hanya dapat dijawab dan mesti diikuti dengan

iman.
b. Pandangan Epistemologis

Kajian epistomologis ini lebih merujuk kepada aliran pragmatism dan

parenialisme.Menurut aliran ini untuk memahami realita memerlukan suatu asas

tahu.artinya adalah tidak mungkin memahami realita tanpa pengalaman dan

hubungan realita terdahulu melalui ilmu pengetahua.karena nya baik indra maupun

rasio sama-sama berfungsi membentuk pengetahuan dan akal dibawa oleh

pancaindera menjadi pengetahuan yang sesungguh nya. Aliran ini juga berpendapat

bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan self-evidence yakni

bukti yang ada pada diri sendiri realita dan eksistensinya. Dengan kata lain

pengetahuan yang benar buktinya ada di dalam pengetahuan ilmu itu sendiri.

Sebagai ilustrasi adanya tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain atas

eksistensi tuhan. Pedoman aliran ini berasal dari ajaran aristoteles yang

membicarakan dua hal pokok yakni pikiran dan bukti yang menggunakan jalan

pemikiran silogisme. silogisme menunjukan hubungan logis antara premis mayor,

premis minor dan kesimpulan yakni memakai cara pengambilan kesimpulan

deduktif dan induktif.

c. Pandangan Aksiologi

Di dalam proses interaksi sesama manusia diperlukan nilai-nilai. Begitu juga dalam

hubungan manusia dengan alam semesta, prosesnya tidak mungkin dilakukan

dengan sikap netral. Dalam hal ini, manusia sadar ataupun tidak sadar telah

melakukan proses penilaian yang merupakan kecenderungan manusia. Tetapi,

secara umum ruang lingkup pengertian ”nilai” itu tidak terbatas. Menurut Imam

Barnadib (1992:69) aliran rekonstruksionisme memandang maslah nilai

berdasarkan asas-asas supranatural, yaitu menerima nilai natural yang universal,


yang abadi, berdasarkan prinsip nilai teologis. Hakikat manusia adalah emanasi

potensial yang berasal dari tuhan. Atas dasar pandangan inilah tinjauan tentang

kebenaran dan keburukan dapat diketahui. Kemudian, manusia sebagai subjek telah

memiliki potensi-potensi kebaikan dan keburukan sesuai kodrat nya kebaikan itu

akan tetap tinggal nilainya bila tidak dikuasai oleh hawa nafsu disinilah akal

berperan menentukan. Neo-Thomisme memandang bahwa etika ,estetika dan

politik sebagai cabang dari filsafat praktis yang berhubungan dengan prinsip-

prinsip moral, kreasi estetika dan organisasi politik. Karena nya dalam arti teologis

manusia perlu mencapai kebaikan tertinggi yakni bersatu dengan tuhan kemudian

berpikir rasional. Terkait dengan malah estetika maka hakikat keindahan

sesungguhnya adalah tuhan sendiri. sementara keindahan itu hanyalah keindahan

khusus atau pancaran dari unsur universal yang abadi yakni tuhan.

4. Aliran filsafat rekontruksionisme dan penerapannya dalam dunia

Pendidikan

Aliran rekonstruksionisme memiliki cara yang berbeda dengan perenilaisme yaitu

berupaya merombak tata susunan kebudayaan lama dan membangun tata susunan

hidup kebudayaan yang bercorak modern, serta brupay untuk membuat kesepakatan

Bersama bagaimana mengatur tata kehidupan manusia juga mengatur kehidupan

dilingkungannya menjadi lebih baik lagi.

Rekonstruktivisme menganggap jika sekolah adalah agen perubahan, yag tidak

hanya mentransfer ilmu tapi juga mengajarkan nilai nilai dalam kehidupan dan

menbangun kembali atau merekontruksikan nilai nilai tersebut seoptimal mungkin

sehingga timbullah cara berpikir yang lebih efektif dan cara kerja yang lebih efektif

sehingga menjadikan dunia yang lebih baik dari masa sebelumnya.


Dalam aliran ini guru berperan penting sebagai seorang yang membantu dan

mengarahkan siswa untuk mengenali berbagai masalah yang ada di kehidupan

sekarang, dan membuat siswanya terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang ada

di sekitarnya. Menjadikan siswa lebih menyadari dan lebih pandai dalam

beradaptasi dan memecahkan masalah terkait perkembangan jaman yang

signifikan.

Ada lima tujuan untuk pendidkan dalam aliran filsafat rekonstruksionisme menurut

Orstein dan Huskins dalam bukunya Curriculum tahun 2004

1. Untuk memeriksa warisan budaya masyarakat dan peradapan lainnya

2. Menghadapi masalah kontroversial dan membahasnya

3. Didedikasikan untuk membawa perubahan dalam masyarakat

4. Memeriksa masa depan dan kemungkinan realitas masa depan

5. Partisipasi siswa dalam interkulturarilme. Walaupun tujuan tujuan ini

bagus, mereka juga tidak realistis. Rekontruksinisme sering dipandang

sebagai idealis karena teorinya didasarkan pada masyarakat utopis.

Pendidikan dulu pada umumnya hanya berfokus pada mentransfer ilmu

pengetahuan kepada muridnya, guru hanya memberikan pelajaran dan murid hanya

perlu mendengarkan dan memahami materi dan terus begitu saja. Tapi ini

berlawanan dengan aliran rekonstruksionisme yaitu murid dan guru terbuka akan

berbagai pembahasan diskusi, masalah sosial dan budaya, guru serta siswa turut

berpartisipasi dan aktif dalam perubahan sosial.

Guru hendaknya berperan selain sebagai pengajar juga sebagai pemimpin yang

mengarahkan murid muridnya dan membantu peserta didik untuk menghadapi


perubahan dengan menumbuhkan cara berpikir yang berbeda beda agar

menciptakan alternatif penyelesaian masalah yang lebih efektif.

Kurikulum juga harus membahas tentang masalah masalah social yang di hadapi

oleh umat manusia sekarang termasuk masalah peserta didik itu sendiri dan juga

progam prmbelajaran yang berkaitan dengan pemecahan masalah.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perenialisme berasal dari kata dasar perenial yang berarti abadi atau kekal yang

selalu ada tanpa akhir. Perenialisme memandang pola perkembangan kebudayaan

sepanjang zaman merupakan sebagai pengulangan dari apa yang telah ada

sebelumnya sehingga perenialisme disebut juga sebagai tradisionalisme Esensi

aliran ini yaitu menerapkan nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal dan

abadi yang selalu seperti itu sepanjang sejarah manusia. Perenialisme sering

dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai

kebudayaan masa lampau.

Aliran rekontruksionisme adalah aliran memperbaiki dari segi tatananan hidup yang

lama ke tatanan hidup yang lebih modern lagi.dengan cara berkerja sama antar

elemen masyarkat yang ada.

B. SARAN

Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya mengalami banyak

kekeliruan. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, dikarenakan kami

masih dalam tarap pembelajaran. Maka dari itu kami selaku penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga kami lebih baik di masa

mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Adb. Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 200. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz

Media.

Jalaludin dan Idi,Abdullah.2012.Filsafat Pendidikan : Manusia,Filsafat,dan

Pendidikan.Jakarta:

Khobir Abdul. 2013. Filsafat Pendidikan Islam: landasan Teoritis dan

Praktis. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.

Midayeli Muh. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung : Refika Aditama.

Mulyana Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung :

Alfabeta.

Noor, Muhammad Syam. 1986. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat

Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional

PT Rajagrafindo Persada. Purnamasari, Iin. 2015.

Rekonstrusionismefutureristik dalam pendidikan Indonesia. Jurnal Ilmiah. CIVIS,

Volume V, No 2.

Rachman, Adb Rachman Assegaf. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

Suhartono Suparlan. 2008. Wawasan Pendidikan. Yogyakarta : Ar Ruzz.

Tirtaraharja, Umar dan La Sulo. 1998. Pengantar Pendidikan. Jakarta :

Rineka Cipta.
Wangsa, Teguh Gadhi. 2011. Filsafat Pendidikan: Manzab-Manzab

Filsafat Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai