Anda di halaman 1dari 68

Tata Kelola Keuangan

dan
Manajemen Aset
di Puskesmas
D I S A M PA I K A N PA DA :
WORKSHOP MANA JEMEN PUSKESMAS
KOMITE AKREDITASI KESEHATAN PRATAMA
ASOSIASI DINAS KESEHATAN SELURUH
INDONESIA
Dr. Asjikin Iman Hidajat Dachlan, MHA
Widyaiswara Ahli Utama
BBPK JAKARTA
HP: 0811989806
imandachlan@yahoo.com
imandachlan@gmail.com
Jl. Wijaya Kusuma No 49A
Jakarta Selatan
Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
melakukan tata kelola keuangan dan Manajemen Aset di
Puskesmas.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta diharapkan
mampu:
a. Melakukan perencanaan dan penganggaran Puskesmas
b. Melakukan Instrumentasi Tata Kelola Keuangan di
Puskesmas
c. Melakukan Manajemen Aset di Puskesmas
3
Pokok Bahasan
01 02 03
TATA KELOLA PERENCANAAN & MANAJEMEN
KEUANGAN PENGANGGARAN ASET
DI PUSKESMAS DI PUSKESMAS DI PUSKESMAS
1. TATA KELOLA KEUANGAN DI PUSKESMAS

a. b. c. d.
Penatausahaan Pengelolaan Penatausahaan Pelaporan &
Keuangan di keuangan di pengeluaran pertanggung
Puskesmas Puskesmas Kas di jawaban
pengelolaan
Puskesmas
keuangan di
Pkm
a. Penata usahaan
keuangan di puskesmas
Penatausahaan dana
Penatausahaan dana di Puskesmas merupakan pelaksanaan
prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas beserta
pembukuan dan pertanggungjawabannya.
Dua aktivitas utama penatausahaan dana di Puskesmas, yaitu:
1) Aktivitas penatausahaan penerimaan kas dan
2) Aktivitas penatausahaan pengeluaran kas.
6
a. Penata usahaan
keuangan di puskesmas
1) Aktivitas penatausahaan penerimaan kas
Dana yang dikelola adalah pendapatan (bukan bersumber dari pemerintah)
seperti Retribusi Layanan Kesehatan Puskesmas dan sumber lainnya yang
sah. Setelah dana tersebut diterima, kemudian ditindaklanjuti dengan
penyetoran penerimaan tersebut ke Rekening Kas Daerah.
2) Aktivitas penatausahaan pengeluaran kas.
Dana yang dikelola adalah dana kebutuhan belanja (Bersumber dari
Pemerintah) seperti Dana Operasional Puskesmas dari Dinas Kesehatan,
DANA BOK, dan dana Kapitasi, setelah dana tersebut diterima,
ditindaklanjuti dengan pengeluaran/pembayaran dana tersebut untuk
kegiatan Puskesmas. 7
a. Penata usahaan
keuangan di puskesmas
Kaidah yang berlaku bagi seluruh unit instansi pemerintah dalam
mengelolaan keuangan didaerah, sebagai berikut:
1) Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. (Pasal 3 (1) UU 17/2003)
2) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi
kewajiban daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus
dimasukkan dalam APBD. (Pasal 3 (6) UU 17/2003)
3) Penerimaan Kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat
daerah tidak boleh digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran.
(Pasal 16 (3) UU I/2004) 8
b. Pengelolaan keuangan
di puskesmas
Secara garis besar tugas dari pengelola Keuangan puskesmas adalah
mengelola semua kegiatan keuangan puskesmas mulai dari perencanaan,
penyusunan laporan dan mempertanggungjawabkan secara internal
maupun eksternal.
Rincian tugas tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengelola dan memverifikasi dana secara akuntabel dan transparan.
2) Mengumumkan dan melaporkan semua hal terkait penggunaan dana.
3) Menyusun rencana keuangan dan rencana pengambilan dana
berdasarkan format baku sesuai aturan
4) Melakukan pembukuan semua transaksi keuangan
5) Menyusun laporan baik internal maupun eksternal
6) Mempertangungjawabkan semua pengelolaan keuangan kepada pihak
internal maupun eksternal termasuk auditor. 9
b. Pengelola keuangan di
puskesmas
Pengelola keuangan di puskesmas paling sedikit terdiri dari
Kepala puskesmas dan bendahara.
Kepala Puskesmas merupakan pihak yang bertanggungjawab
atas seluruh pelaksanaan kegiatan di Puskesmas serta
pengelolaan seluruh sumber dananya.
Peran kepala puskesmas dalam pengelolaan keuangan daerah
sangat beragam, ada kepala puskesmas yang ditunjuk sebagai
KPA, tetapi ada juga yang ditunjuk sebagai Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK).

10
b. Pengelola keuangan di
puskesmas
Selain kepala puskesmas, pihak yang peranannya cukup vital
dalam pengelolaan keuangan puskesmas adalah bendahara.
Di puskesmas bendahara dibedakan menurut aktivitas dan
sumber dana kegiatan, misalnya bendahara dana kapitasi JKN
adalah bendahara yang mengelola dan mengadministrasikan
kegiatan yang sumber dananya dari dana kapitasi, begitu juga
bendahara DAK adalah bendahara yang mengelola dan
mengadministrasikan kegiatan dengan pendanaan dari (DAK
non fisik).

11
b. Pengelola keuangan di
puskesmas
1) Peran dan tanggung jawab Kepala puskesmas
a) Menyusun serta mengajukan usulan rencana kegiatan dan pendanaan
puskesmas kepada dinas kesehatan.
b) Memverifikasi dan mengesahkan daftar penggunaan uang seharihari yang
diajukan oleh Bendahara.
c) Melakukan pengecekan atas ketersediaan dana yang ada pada puskesmas
sebelum melaksanakan kegiatan.
d) Melaksanakan kegiatan serta mengelola dana secara bertanggung jawab dan
transparan sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan sumber dananya.
e) Melakukan pemeriksaan secara berkala atas penatausahaan keuangan
puskesmas.
f) Memverifikasi dan menetapkan laporan periodik penerimaan dan pengeluaran
dana yang disusun oleh bendahara.
g) Mengumumkan laporan periodik penerimaan dan pengeluaran dana di papan
pengumuman serta mengirimkannya kepada pihak terkait yang diatur oleh
peraturan perundangan-undangan. 12
b. Pengelola keuangan di
puskesmas
2) Peran dan tanggung jawab bendahara
a) Membantu Kepala puskesmas dalam menyusun usulan rencana kegiatan dan
pendanaan puskesmas.
b) Menyiapkan daftar penggunaan uang sehari-hari atas dana yang dikelolanya
untuk mendapatkan persetujuan dari Kepala puskesmas.
c) Melakukan pengecekan atas penerimaan dana dalam rekening bank bendahara.
d) Melakukan verifikasi atas bukti-bukti transaksi penerimaan dan pengeluaran
kebutuhan belanja puskesmas.
e) Melakukan penyetoran / pembayaran atas dasar dokumen sumber yang
ditentukan.
f) Menghitung, memungut dan menyetor PPh (pasal 21, 22, dan 23) dan PPN.
g) Membukukan seluruh transaksi penerimaan dan pengeluaran dalam Buku
Penerimaan dan Pengeluaran Kas Bendahara Penerimaan atau Buku Kas Umum.
h) Menyimpan bukti transaksi di tempat yang aman dan mudah dicari.
i) Menyusun SPJ serta laporan periodik penerimaan dan pengeluaran dana yang
dikelolanya. 13
c. Penatausahaan
pengeluaran kas di pkm
Penatausahaan pengeluaran kas di puskesmas meliputi rangkaian prosedur dari mulai
usulan kebutuhan belanja puskesmas, penerimaan dana kebutuhan belanja puskesmas,
sampai dengan pertanggungjawaban seluruh dana kebutuhan belanja oleh pengelola
keuangan puskesmas.
Secara garis besar dana kebutuhan belanja yang dikelola oleh puskemas merupakan
dana pemerintah daerah (APBD), sehingga dalam melakukan pengelolaan dan
penatausahaan keuangannya, berpedoman pada peraturan daerah:
1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
2) Permendagri 13 Tahun 2006 dan Perubahannya (permendagri No. 59 tahun 2007 dan
permendagri no. 21 tahun 2011) tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
3) Permendagri 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan
Laporan Pertangungjawaban Bendahara serta Cara Penyampaiannya.
14
c. Penatausahaan
pengeluaran kas di pkm
Pengelolaan serta penatausahaan pengeluaran kas di puskesmas, dari sumber
lain mengacu pada:
1) Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Teknis DAK yang diterbitkan
setiap tahun, untuk penatausahaan dana DAK non fisik bidang Kesehatan.
DAK merupakan dana dari pemerintah pusat, tetapi karena sifatnya sudah
diserahkan kepada pemerintah daerah melalui mekanisme Transfer ke Daerah
dan Dana Desa (TKDD), maka penatausahaan pengeluaran kas mengacu
pada sumber APBD.
2) Perpres 32 tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi
JKN, Permenkes 19 tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi JKN, dan
SE-Mendagri 900 tahun 2014 tantang Petunjuk Teknis Penganggaran,
Pelaksanaan, dan Penatausahaan Dana Kapitasi, untuk penatausahaan
Dana Kapitasi BPJS.

15
d. Pelaporan & pertanggung
jawaban pengelolaan keuangan
di PKM
Sebagai UPTD yang berada dibawah Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) yaitu Dinas Kesehatan, maka pelaporan
keuangan Puskesmas memiliki karakteristik tersendiri.
Dana yang dikelola oleh Puskesmas beragam, sedangkan
Dinas Kesehatan hanya mengelola dana yang berasal dari
APBD saja.
Oleh karena itu, pengelolaan dan pelaporan dana tersebut
disesuaikan dengan petunjuk teknis (juknis) yang diberikan oleh
tiap pemberi dana, sehingga bentuk dan format pelaporannya
juga bisa berbeda-beda, tergantung pemberi dananya.
16
d. Pelaporan & pertanggung
jawaban pengelolaan keuangan
di PKM
Oleh karena itu, maka diterapkan “Model pelaporan dan pertanggung
jawaban pengelolaan keuangan” di Puskesmas yang berupa Pelaporan
Keuangan Terpadu.
Pelaporan Keuangan Terpadu (LKT) adalah laporan yang mencatat
semua jenis penerimaan dari berbagai sumber dana dan semua
jenis pengeluaran yang dilakukan.
Laporan Keuangan Terpadu merupakan laporan keuangan
konsolidasi Puskesmas yang menunjukkan seluruh sumber dan
pengeluaran keuangan Puskesmas secara komprehensif yang
merupakan salah satu bagian penting dari Good Governance (tata
kelola) Puskesmas.
17
d. Pelaporan & pertanggung
jawaban pengelolaan keuangan
di PKM
Penyusunan Laporan Keuangan Terpadu hanya terkait dana yang dikelola
Puskesmas khususnya dana yang dipungut, diadministrasikan dan
penggunaannya merupakan otoritas Puskesmas.
Prinsip-prinsip dasar Laporan Keuangan Terpadu sebagai berikut:
1) Mencatat Semua Pengeluaran untuk kegiatan di Puskesmas. Sesuai
dengan namanya laporan ini mengkonsolidasikan seluruh pemasukan
dan pengeluaran uang untuk keperluan Puskesmas, baik investasi
maupun operasional. Termasuk dalam pemasukan Puskesmas adalah
dana dari pemerintah daerah tingkat I dan II serta pemerintah pusat,
baik yang bersifat rutin maupun proyek, dana dari orang tua atau
masyarakat, atau penghasilan Puskesmas lainnya.
18
d. Pelaporan & pertanggung
jawaban pengelolaan keuangan
di PKM
2) Pencatatan disertai dengan bukti yang sah. Pengeluaran harus
dilakukan pada harga yang wajar serta barang yang diperoleh dapat
dibuktikan keberadaan dan penggunaannya.
3) Mencatat kesesuaian antara anggaran dan realisasi. Sejalan dengan
akuntabilitas, penerimaan dan khususnya pengeluaran sedapat
mungkin sesuai dengan yang dianggarkan. Kalau ada realisasi
pengeluaran yang tidak sesuai anggaran, perlu penjelasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
4) Sederhana. LKT disusun dalam format yang sederhana agar dapat
dibaca dan dimengerti, bahkan oleh orang awam sekalipun.
Kesederhanaan bentuk laporan juga dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya multi interpretasi.
19
2. Perencanaan dan Penganggaran di Puskesmas

a. b. c.
Kebijakan Perencanaan Sumber
perencanaan & di Puskesmas Pembiayaan
penganggaran di Puskesmas
di Puskesmas
a. Kebijakan perencanaan dan
penganggaran di puskesmas
Kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional, sehingga
perencanaan anggaran bidang kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dari
perencanaan pembangunan nasional yang mengacu kepada Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN). Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari
pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan visi misi Presiden dan implementasi
Nawa Cita yang kelima yaitu “Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia”.
Pembangunan Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 Tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, supaya terwujud derajat
kesehatan warga masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia) yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Perencanaan di Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terkecil, harus terintegrasi dengan pembangunan kesehatan
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari perencanaan pembangunan nasional yang
mengacu kepada Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).

21
a. Kebijakan perencanaan dan
penganggaran di puskesmas
Pembiayaan pembangunan kesehatan di Indonesia di implementasikan
dalam penganggaran pembangunan yang dikenal dengan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Pengertian Pembiayaan Pembangunan dalam arti luas, yaitu:
Usaha pemerintah dalam menyediakan dana untuk membiayai
pembangunan di wilayahnya dengan menggunakan sumber-sumber dari
pendapatan (revenue), utang (debt), dan kekayaan (equity) yang bersifat
konvensional atau non-konvensional.
Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan
kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya
22
b. Perencanaan di puskesmas
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang berurutan dan harus
dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia
secara efektif dan efisien.
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah proses penyusunan
rencana kegiatan tingkat Puskesmas untuk tahun yang akan datang,
dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian
masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
PTP Terpadu adalah suatu pendekatan perencanaan tingkat Puskesmas
yang mana komponen perencanaan terpadu dipakai sebagai dasar analisa
semua program kesehatan dasar Puskesmas dan penentuan prioritas
serta penentuan kegiatan terpilih untuk dimasukkan ke dalam Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas.

23
b. Perencanaan di puskesmas
Proses perencanaan puskesmas dimulai dari tingkat
desa/kelurahan, selanjutnya disusun pada tingkat kecamatan
dan kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Perencanaan puskesmas yang diperlukan dan terintegrasi
dengan lintas sektor kecamatan, akan diusulkan melalui
kecamatan ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Puskesmas akan menyusun rencana 5 (lima) tahunan dan
rincian rencana tahunannya berdasarkan hasil evaluasi tahun
sebelumnya dan mengacu pada kebijakan kesehatan dari
tingkat administrasi diatasnya.

24
b. Perencanaan di puskesmas
Jadwal penyusunan perencanaan kesehatan tahunan pada Dinas
Kesehatan termasuk di dalamnya Puskesmas sebagai UPTD adalah
sebagai berikut:
1) Menyusun Analisis Situasi (Desember-Januari) Analisis situasi adalah
langkah paling awal dalam perencanaan kesehatan. Analisis situasi
sudah harus mulai dikerjakan sejak Bulan Desember.
2) Mengikuti Rapat Kerja Perencanaan I. Kepala Puskesmas dan
Perencana Puskesmas mengikuti Rapat Kerja Perencanaan I yang
dilakukan di Bulan Januari. Rapat kerja ini diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan dan melibatkan semua unit di bawahnya termasuk
puskesmas. Rapat kerja ini juga dapat dihadiri oleh Badan
Perencanaan Daerah (Bappeda), provider swasta, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) kesehatan, maupun OP. Dalam Rapat Kerja
Perencanaan I ini akan disepakati target-target program yang harus
dicapai oleh masing-masing puskesmas, dalam rangka mencapai target
Kabupaten/Kota 25
b. Perencanaan di puskesmas
3) Perencanan Tahunan oleh Puskesmas. Setelah Rapat Kerja
Perencanaan I, puskesmas diminta menyusun Rencana Kerja Tahunan
(RKT) masing-masing, yang berisi:
a) Target yang akan dicapai tahun depan;
b) Kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai target tersebut;
c) Jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut;
d) Tambahan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut (dana, tenaga, sarana).

Penyusunan RKT dilakukan dalam Bulan Januari (setelah Rapat


Perencanaan I) sampai Bulan Februari. Khusus untuk puskesmas, dalam
menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) tahunan perlu mengakomodir
hasil Musrenbang Desa/Kelurahan dan kecamatan, yaitu usul-usul dari
masyarakat untuk program kesehatan di kecamatan bersangkutan.

26
b. Perencanaan di puskesmas
4) Rapat Kerja Perencanaan II. RKP II ini dilaksanakan pada
akhir Februari atau awal Maret, yaitu sebelum Musrenbang
Kabupaten/Kota dilaksanakan. Dalam rapat ini puskesmas
menyampaikan RKT untuk dibahas antara pengelola
program di puskesmas dengan penanggung jawab program
di Dinas Kesehatan.
Kepala Puskesmas berkoordinasi dengan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam rangka persiapan
Musyawarah Pembangunan (Musrembang) dan
pembahasan lebih lanjut dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kabupaten/Kota.

27
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
Secara garis besar dana kebutuhan belanja dan
proses penganggaran yang dikelola oleh
puskemas merupakan dana pemerintah daerah
(APBD), sehingga dalam melakukan pengelolaan
dan penatausahaan keuangannya, maka
Puskesmas tunduk atau berpedoman pada
peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan
daerah yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
28
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
Menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009,
sumber pembiayaan upaya kesehatan adalah dari APBD dan
APBN yang ada di berbagai sektor, termasuk pembiayaan
Kesehatan di Puskesmas.
1) Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah (APBD)
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah (termasuk didalamnya pembiayaan Puskesmas) yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan
dengan peraturan daerah. APBD merupakan dasar
pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran.
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan.
29
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
a) Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui
Rekening Kas Umum Daerah (RKUD), yang menambah ekuitas
dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak perlu dibayarkan kembali oleh daerah.
b) Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah (RKUD) yang mengurangi ekuitas dana lancar,
yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
c) Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu
dibayarkan kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahuntahun anggaran berikutnya.

30
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
2) Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang
bersumber dari Pendapatan APBN, yang dialokasikan
kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional.
Dalam perencanaan dan penganggaran DAK bidang
kesehatan, Sekretariat Jenderal dalam hal ini Biro
Perencanaan dan Anggaran menjadi leading sector dalam
koordinasi dengan Kementerian/Lembaga Terkait.
31
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
a) Dana Jampersal (Jaminan Persalinan)
• Dana Jampersal merupakan Dana Alokasi Khusus Nonfisik
yang dilaksanakan oleh Dinkes Kabupaten/Kota meliputi semua
penerimaan dan pengeluaran pelayanan KIA;
• Dana Jampersal diarahkan untuk memobilisasi persalinan ke
fasilitas kesehatan sehingga dapat melakukan pencegahan dini
terhadap terjadinya komplikasi baik persalinan ataupun nifas;
• Penyediaan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK)
mempertimbangkan sumber daya kesehatan di daerah;
• Digunakan untuk membiayai persalinan, perawatan kehamilan
risiko tinggi di fasilitas pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil/bersalin miskin dan tidak mampu yang belum mempunyai
jaminan pembiayaan oleh JKN/KIS, atau jaminan kesehatan
lainnya; 32
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
• Penerima bantuan hanya berlaku di perawatan/pelayanan kelas III
sesuai dengan pelayanan bagi penerima bantuan iuran (PBI) dan tidak
diperbolehkan naik kelas.
• Dana Jampersal tidak boleh digunakan untuk membiayai kegiatan yang
telah dibiayai melalui dana APBN, APBD, BPJS, maupun sumber
lainnya;
• Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menghitung kebutuhan pemanfaatan
dana Jampersal masing-masing kegiatan untuk wilayah kabupaten/kota
sesuai dengan prioritas;
• Dana Jampersal dapat dimanfaatkan secara fleksibel sesuai kebutuhan
yang diatur dalam juknis, dan alokasinya merupakan pagu maksimal;
• Pembayaran kegiatan jampersal menggunakan sistem klaim dari fasilitas
pelayanan kesehatan atau penanggungjawab kegiatan jampersal kepada
bendahara yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
• Ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan dan pemanfaatan dana
Jampersal diatur lebih lanjut di daerah sesuai dengan peraturan yang
berlaku. 33
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
b) Dana BOK (Bantuan Operasional Puskesmas)

• Dana BOK merupakan Dana Alokasi Khusus


Nonfisik yang dilaksanakan oleh Propinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta
Puskesmas yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pembiayaan pelayanan
UKM Esensial.

34
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
• Dana BOK Propinsi diperuntukan program
 Penurunan AKI, AKB
 Penurunan Angka Stunting
 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
 Upaya Deteksi Dini, Preventif, dan Respons
Penyakit
 Pembinaan Kapasitas Labkesda Paska
Akreditasi

35
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
• Dana BOK Kabupaten/kota diperuntukan program
 Penurunan AKI, AKB
 Penurunan Angka Stunting
 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
 Upaya Deteksi Dini, Preventif, dan Respons
Penyakit
 Pengujian Kalibrasi Alat Kesehatan Puskesmas
 Peningkatan Mutu Labkesda

36
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
• Dana BOK Puskesmas diperuntukan program
 Penurunan AKI, AKB
 Penurunan Angka Stunting
 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
 Upaya Deteksi Dini, Preventif, dan Respons Penyakit
 Penyediaan Tenaga dengan Perjanjian Kerja
 Pemicuan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
desa/Kelurahan prioritas
 Penyelenggaraan Fungsi Manajemen Puskesmas
 Dukungan Operasional UKM Tim Nusantara Sehat
37
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
3) Dana kapitasi dan non kapitasi
• Merupakan dana yang dibayarkan atas pelayanan yang
diberikan secara praupaya, pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama oleh BPJS selaku
penyelenggara program JKN.
• Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran perbulan yang
dibayar dimuka berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar
tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang diberikan.
• Dana non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh
BPJS Kesehatan berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang diberikan.
38
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
• Dana Kapitasi diberlakukan untuk pelayanan:
 administrasi pelayanan;
 pelayanan promotif dan preventif;
 pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
 tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun
non operatif;
 pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, termasuk
pil dan kondom untuk pelayanan Keluarga Berencana;
 pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pertama.

39
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
•Dana Non Kapitasi diberlakukan untuk:
 pelayanan ambulans;
 pelayanan obat rujuk balik;
 pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk
balik;
 pelayanan skrining kesehatan tertentu
termasuk pelayanan terapi krio untuk kanker
leher rahim;
 rawat inap tingkat pertama;
40
c. Sumber pembiayaan di puskesmas
jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang
dilakukan oleh bidan atau dokter, sesuai
kompetensi dan kewenangannya;
 pelayanan Keluarga Berencana berupa suntik,
KB implant, IUD dan MOP/vasektomi;
 kompensasi pada daerah yang tidak terdapat
fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat
 pelayanan gawat darurat di fasilitas kesehatan
yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan

41
3. Manajemen Aset di Puskesmas

a. b. c. d.
Dasar Hukum Manajemen Pengelolaan Sistem
Manajemen Aset / BMN / BMN/BMD pengelolaan
Aset di BMD BMN/BMD
Puskesmas
a. Dasar hukum
1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah;
4) Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2007 Tentang
Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan;
6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
156/PMK.07/2007;
43
a. Dasar hukum
7) Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 19 tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah;
8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara;
9) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata
Cara Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
10)Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik
Negara;
11)Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.06/2016 tentang
Perubahan Atas PMK 246 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan Barang Milik Negara

44
b. Manajemen asset/bmn/bmd
1) Pengertian Aset/BMN/BMD
a)Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah.
b)Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah.
c) Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman
serta melakukan pengelolaan Barang Milik Negara/
Daerah.
45
b. Manajemen asset/bmn/bmd
d) Pengguna Barang adalah pejabat pemegang
kewenangan Penggunaan Barang Milik Negara/Daerah.
e) Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau
pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk
menggunakan barang yang berada dalam
penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
f) Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara
independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
g) Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan
suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa Barang
Milik Negara/Daerah pada saat tertentu.

46
b. Manajemen asset/bmn/bmd
2) Jenis Asset BMN/D
Barang Milik Negara/ Daerah meliputi:
a) Barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah;
b) Barang yang berasal dari perolehan lainnya
yang sah meliputi:

47
b. Manajemen asset/bmn/bmd
• Barang yang diperoleh dari
hibah/sumbangan atau yang sejenis;
• Barang yang diperoleh sebagai
pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
• Barang yang diperoleh sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan;
• Barang yang diperoleh berdasarkan putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap
48
b. Manajemen asset/bmn/bmd
3) Pejabat Pengelola
a) Menteri Keuangan sebagai bendahara
umum negara adalah Pengelola Barang
Milik Negara/BMN.
b) Gubernur/Bupati/Walikota adalah
pemegang kekuasaan pengelolaan Barang
Milik Daerah/BMD.
c) Sekretaris Daerah adalah Pengelola
Barang Milik Daerah.
49
c. Pengelolaan bmn/bmd
1) Perencanaan
Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah
dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian
hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan
kepastian nilai.
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik
Negara/Daerah disusun dengan memperhatikan
kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian/ Lembaga/ satuan kerja perangkat
daerah serta ketersediaan Barang Milik Negara/
Daerah yang ada.
50
c. Pengelolaan bmn/bmd
Perencanaan Kebutuhan meliputi perencanaan
pengadaan, pemeliharaan, Pemanfaatan,
Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik
Negara/ Daerah. Perencanaan Kebutuhan
merupakan salah satu dasar bagi Kementerian/
Lembaga/ satuan kerja perangkat daerah dalam
pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan
baru (new initiative) dan angka dasar (baseline) serta
penyusunan rencana kerja dan anggaran.

51
c. Pengelolaan bmn/bmd
Perencanaan Kebutuhan sebagaimana dimaksud diatas
kecuali untuk Penghapusan, berpedoman pada:
a) standar barang;
b) standar kebutuhan; dan/atau
c) standar harga.

Standar barang dan standar kebutuhan ditetapkan oleh:


a) Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara setelah
berkoordinasi dengan instansi terkait; atau
b) Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah
setelah berkoordinasi dengan dinas teknis terkait.
52
c. Pengelolaan bmn/bmd
2) Inventaris
a)Pengadaan Barang Milik Negara/ Daerah dilaksanakan
berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan dan
terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel. Pelaksanaan
pengadaan Barang Milik Negara/ Daerah dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali
ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah.
b)Penggunaan; Status Penggunaan Barang Milik Negara/
Daerah ditetapkan oleh: i) Pengelola Barang, untuk
Barang Milik Negara; atau ii) Gubernur/ Bupati/ Walikota,
untuk Barang Milik Daerah.

53
c. Pengelolaan bmn/bmd
3) Pemanfaatan Barang Milik Negara/ Daerah
dilaksanakan oleh:
a) Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara
yang berada dalam penguasaannya;
b) Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/
Bupati/ Walikota, untuk Barang Milik Daerah yang
berada dalam penguasaan Pengelola Barang;
c) Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola
Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada
dalam penguasaan Pengguna Barang;

54
c. Pengelolaan bmn/bmd
4) Pengamanan dan pemeliharaan;
Pengamanan administrasi, fisik, dan hukum
a) Pengamanan Administrasi meliputi: pembukuan,
inventarisasi, pelaporan BMN/D,
b) Pengamanan Fisik meliputi keamanan
Penyimpanan, Pemagaran.
c) Pengamanan Hukum meliputi, kepastian sertifikasi
tanah, bukti status kepemilikan BMN/D

55
c. Pengelolaan bmn/bmd
Pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegiatan untuk
menjaga kondisi dan memperbaiki semua BMN/D
agar selalu dalam keadaan baik dan siap untuk
digunakan. Pemeliharaan dilaksanakan dgn
berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan
Barang (DKPB). Biaya pemeliharaan barang milik
negara/daerah dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah. Kuasa
Pengguna Barang wajib membuat daftar hasil
pemeliharaan barang untuk dilaporkan kepada
Pengguna Barang secara periodik.
56
c. Pengelolaan bmn/bmd
5) Penilaian;
Penilaian Barang Milik Negara/Daerah
dilakukan dalam rangka penyusunan neraca
Pemerintah Pusat/Daerah, Pemanfaatan, atau
Pemindahtanganan, kecuali dalam untuk:
a) Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai;
atau
b) Pemindahtanganan dalam bentuk Hibah.

57
c. Pengelolaan bmn/bmd
6) Pemindahtanganan;
Barang Milik Negara/Daerah yang tidak
diperlukan lagi bagi penyelenggaraan tugas
pemerintahan negara/daerah dapat
dipindahtangankan.
Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah
dilakukan dengan cara:
a) Penjualan;
b) Tukar Menukar;
c) Hibah; atau
d) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah. 58
c. Pengelolaan bmn/bmd
7) Penjualan
Dalam PMK Nomor 111/PMK.06/2016
penjualan BMN didefinisikan sebagai
pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara
kepada pihak lain dengan menerima
penggantian dalam bentuk uang.
BMN dapat dijual dengan ketentuan bahwa
penjualan BMN tidak boleh mengganggu
pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan.
59
c. Pengelolaan bmn/bmd
8) Tukar Menukar BMN
Dalam PMK Nomor 111/PMK.06/2016 tukar
menukar BMN didefinisian sebagai
pengalihan kepemilikan BMN yang dilakukan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah, atau antara pemerintah pusat dengan
pihak lain, dengan menerima penggantian
dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya
dengan nilai seimbang.

60
c. Pengelolaan bmn/bmd
9) Hibah
Hibah BMN adalah Pengalihan
kepemilikan BMN (semua barang yang
dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah ) dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah atau kepada
pihak lain tanpa memperoleh
penggantian. 61
c. Pengelolaan bmn/bmd
10) Penghapusan;
Penghapusan meliputi:
a) Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/
atau Daftar Barang Kuasa Pengguna; dan
b) Penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara/
Daerah.
c) Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/
atau Daftar Barang Kuasa Pengguna
sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan
dalam hal Barang Milik Negara/Daerah sudah
tidak berada dalam penguasaan Pengguna
Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang. 62
c. Pengelolaan bmn/bmd
11) Penatausahaan
Tujuan Penatausahaan Barang Milik Daerah adalah
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Barang Negara/Daerah dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah yang menyatakan bahwa, ”Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna
Barang Daerah, berwenang dan bertanggungjawab
melakukan pencatatan dan inventarisasi Barang
Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya.”

63
c. Pengelolaan bmn/bmd
12) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Menteri Keuangan melakukan pembinaan pengelolaan
Barang Milik Negara dan menetapkan kebijakan
pengelolaan BMN/D.
Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan
pengelolaan Barang Milik Daerah dan menetapkan
kebijakan sesuai dengan kebijakan umum
Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik
Negara/Daerah dilakukan oleh:
a) Pengguna Barang melalui pemantauan dan
penertiban; dan/atau
b) Pengelola Barang melalui pemantauan dan
investigasi. 64
c. Pengelolaan bmn/bmd
13)Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan dan Pengendalian Barang
Milik Negara/ Daerah dilakukan oleh:
a) Pengguna Barang melalui
pemantauan dan penertiban; dan/
atau
b) Pengelola Barang melalui
pemantauan dan investigasi.

65
d. Sistem pengelolaan bmn/bmd
1) Sistem pengelolaan BMN
Integrasi sistem pengelolaan BMN dan sistem
anggaran merupakan amanat PP Nomor 27 Tahun
2014 tentang Pengelolaan BMN/D, PP Nomor 90
Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Lembaga (RKA-KL), dan
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 73 Tahun 2011
tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Integrasi tersebut diperlukan sebagai upaya
pencapaian pengelolaan keuangan negara yang lebih
efektif, efisien, dan optimal.
66
d. Sistem pengelolaan bmn/bmd
2) Sistem Pengelolaan BMD
Sasaran strategis yang harus dicapai dalam
kebijakan pengelolaan aset/barang milik daerah
antara lain:
a)Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai
kekayaan daerah;
b)Terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan
aset daerah;
c)Pengamanan aset daerah;
d)Tersedianya data/informasi yang akurat mengenai
jumlah kekayaan daerah. 67
TERIMA KASIH
30/10/2021

Anda mungkin juga menyukai