Kompetensi Khusus:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelemahan pembelajaran
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi keunggulan pembelajaran
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi media, model, dan pendekatan pembelajaran yang
digunakan oleh guru
Uraian Tugas :
Bu Sinta guru kelas II SD Metropolis yang sudah mengajar selama 2 tahun. Suatu hari dalam
pelajaran bahasa Indonesia, Ibu Sinta akan mengajarkan anak-anak untuk mendeskripsikan
berbagai macam benda. Pelajaran dimulai dengan menanyakan kepada anak-anak apakah
mereka tahu boneka?
secara serentak anak-anak menjawab "Tahu Bu.."
Kemudian Ibu Sinta menyuruh anak-anak menceritakan apa yang diketahuinya tentang
boneka
"Rambutnya pirang" Jawab Nia.
"Kulitnya Putih" Jawab Tari.
"Bonekaku kulitnya hitam" sanggah Dian.
Setelah beberapa anak menjawab, Ibu Sinta menuliskan 10 jenis benda di papan tulis, yaitu:
obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja, gelas dan rumah.
Ibu Sinta :"Coba tuliskan di bukumu apa yang kamu ketahui tentang setiap benda ini."
Ibu Sinta memandang anak-anak sejenak, kemudian berkata "Mengerti anak-anak?
Mengertii... (jawab anak-anak serempak)
Anak-anak berusaha menuliskan apa yang diketahuinya tentang benda-benda tersebut.
Setelah selesai, Ibu Sinta menyuruh satu orang anak untuk membacakan apa yang ditulisnya.
Mendengar hasil pembacaan tadi, Ibu Sinta sangat kecewa tetapi mencoba menahan diri.
Dengan suara tidak bersahabat anak yang membaca tadi disuruh duduk, dan semua anak
disuruh mengumpulkan pekerjaannya. Kekecewaan Ibu sinta menjadi-jadi setelah melihat
tulisan anak-anak secara keseluruhan. Deskripsi yang dituliskan anak-anak sangat singkat,
sebagain besar hanya terdiri dari satu kata, bahkan banyak yang kosong. Ibu Sinta tidak bisa
membayangkan mengapa ketika mendeskripsikan boneka, anak-anak dapat memberikan
jawaban yang beraneka ragam, tetapi setelah diminta menuliskan deskripsi secara sendiri-
sendiri, hasilnya sangat mengecewakan.
PERTANYAAN:
1. Identifikasikan satu hal positif dan satu hal negatif yang dilakukan oleh ibu Sinta
dalam pembelajaran di atas. Beri alasan mengapa hal tersebut anda anggap positif
dan yang satu lagi anda anggap negatif!
2. Mengapa anak tidak dapat mendeskripsikan benda-benda tersebut dengan baik?
Jelaskan jawaban anda dengan contoh yang diambil dari kasus diatas?
3. Berdasarkan kasus di atas, identifikasilah model pembelajaran apa saja yang
digunakan oleh Ibu Sinta? Jelaskan jawaban anda dengan contoh yang diambil dari
kasus diatas?
4. Jika anda akan mengajarkan anak-anak kelas II SD untuk mendeskripsikan benda
tertentu, media/alat bantu apa yang seyogiyanya anda gunakan? Berikan alasan
mengapa anda memilih media/alat tersebut!
5. Pendekatan pembelajaran apa yang digunakan oleh guru tersebut? Berikan alasan
yang mendukung jawabanmu!
6. Jika ibu Sinta merasa model pembelajaran yang digunakannya belum sesuai dengan
karakteristik siswa kelas II? Dapatkah Anda merekomendasikan model pembelajaran
apa yang sebaiknya dipilih oleh Ibu Sinta? Berikan alasan yang mendukung
jawabanmu!
Jawabannya:
1. Dari kasus Ibu Sinta dapat diidentifikasikan satu hal positif dan satu hal negatif yang
dilakukan oleh ibu Sinta dalam pembelajaran di atas yaitu sebagai berikut:
Hal positif:
Salah satu hal positif yang dilakukan Bu Sinta ialah saat mengajarkan anak-anak
untuk mendeskripsikan berbagai macam benda. Pelajaran dimulai dengan menanyakan
kepada anak-anak apakah mereka tahu boneka?
secara serentak anak-anak menjawab "Tahu Bu.."
Kemudian Ibu Sinta menyuruh anak-anak menceritakan apa yang diketahuinya tentang
boneka
"Rambutnya pirang" Jawab Nia.
"Kulitnya Putih" Jawab Tari.
Pada saat menggli pengetahuan peserta didik di awal, peserta didik berinteraksi dengan
Bu Sinta dalam mendeskripsikan boneka. Beberapa siswa memberikan pendapatnya
terkait ciri-ciri boneka. Sehingga siswa di awal pembelajaran semangat dan paham
belajar.
Sedangkan salah satu hal negatifnya yaitu saat ada anak yang menyanggah ciri-ciri
bonekannya berbeda dengan yang di sebut kawannya sebelumnya, Bu Sinta tidak
merespon sanggahan siswa tersebut. Selain itu dalam proses pembelajaran Bu Sinta
hanya sekali menanyakan apakah anak-anak sudah mengerti, tanpa mempertanyakan
apakah siswa itu diam mengerti atau diam karena bingung dan tidak paham dengan
penjelasan Bu Sinta. Setelah beberapa anak menjawab, Ibu Sinta menuliskan 10 jenis
benda di papan tulis, yaitu: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja, gelas dan
rumah. Ibu Sinta meminta siswa menulis tentang deskripsi benda-benda yang disebutkan
bu Sinta sebelumnya tadi. Setelah selesai, Ibu Sinta menyuruh satu orang anak untuk
membacakan apa yang ditulisnya. Mendengar hasil pembacaan tadi, Ibu Sinta sangat
kecewa tetapi mencoba menahan diri. Itulah salah satu hal negatif yang dilakukan Bu
Sinta
3. Berdasarkan kasus di atas, menurut pendapat saya model pembelajaran yang digunakan
oleh ibu Sinta yaitu dengan menggunakan model pembelajaran langsung dan model
pembelajaran berbasis masalah.
Kita ketahui model pembelajaran langsung adalah salah satu macam-macam model
pembelajaran. Model ini bisa didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana guru
mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung pada peserta didik.
Menurut Killen pembelajaran langsung merujuk pada teknik pembelajaran ekspositori
(pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, seperti lewat
ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas.
Model pengajaran berdasar masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa memproses informasi
yang sudah ada dalam benaknya, dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia sosial serta sekitarnya.
Berdasarkan kasus saat ibu sinta memberikan permasalahan soal, Bu Sinta
mengambil contoh boneka yang ada di sekitar siswa, saat itu ibu sinta mengambil model
pembelajaran langsung. Selain itu saat mengambil benda-benda yang ada di sekitar siswa,
Ibu Sinta menuliskan 10 jenis benda di papan tulis, yaitu: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu,
uang, bunga, meja, gelas dan rumah. Ibu Sinta meminta siswa menuliskan di buku
mereka apa yang mereka ketahui tentang setiap benda ini. Pada tahap ini, guru
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM).
5. Dari kasus di atas, pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut adalah
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan. Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang
dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun
dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan
keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide
baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan
siswasecara pribadi.Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih
mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi
seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas
individu dan sosial.
Alasan yang mendukung jawaban saya bahwa Bu Sinta Melakukan pendekatan
kontrukivisme yaitu Berdasarkan kasus saat ibu sinta memberikan permasalahan soal, Bu
Sinta mengambil contoh boneka yang ada di sekitar siswa. saat itu Bu Sinta mengambil
benda-benda yang ada di sekitar siswa, kemudian Ibu Sinta menuliskan 10 jenis benda di
papan tulis, yaitu: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja, gelas dan rumah.
Ibu Sinta meminta siswa menuliskan di buku mereka apa yang mereka ketahui tentang
setiap benda tersebut.
Menurut Sitiatava (2013, hlm. 259) penerapan pendekatan CTL memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut.
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil (nyata).
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena CTL menganut aliran kontruktivisme.
3) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental.
4) Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan di lapangan.
5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil pemberian guru.
6) Penerapan pembelajaran kontekstual bisa menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna.
Sedangkan kekurangan CTL yang disampaikan oleh Sitiatava (2013, hlm. 259) adalah
sebagai berikut.
1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung.
2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka bisa menciptakan situasi kelas yang
kurang kondusif.
3) Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam CTL guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi.
4) Guru memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-
ide serta mengajak siswa menggunakan strateginya sendiri dalam belajar.