Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL 2

Kode dan Nama Mata Kuliah : PDGK4500/ Tugas Akhir Program


Pokok Bahasan :Identifikasi Kelemahan dan Keunggulan
Pembelajaran serta Alternatif Penyelesaian
Nama Pengembang : Dedi Damhudi, M.Pd
Masa Registrasi : 2021.2
Nama Mahasiswa : Eka Purnama Sari
NIM : 856736641

Jawaban permaslahan di atas:

Kompetensi Khusus:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelemahan pembelajaran
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi keunggulan pembelajaran
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi media, model, dan pendekatan pembelajaran yang
digunakan oleh guru
Uraian Tugas :

Bu Sinta guru kelas II SD Metropolis yang sudah mengajar selama 2 tahun. Suatu hari dalam
pelajaran bahasa Indonesia, Ibu Sinta akan mengajarkan anak-anak untuk mendeskripsikan
berbagai macam benda. Pelajaran dimulai dengan menanyakan kepada anak-anak apakah
mereka tahu boneka?
secara serentak anak-anak menjawab "Tahu Bu.."
Kemudian Ibu Sinta menyuruh anak-anak menceritakan apa yang diketahuinya tentang
boneka
"Rambutnya pirang" Jawab Nia.
"Kulitnya Putih" Jawab Tari.
"Bonekaku kulitnya hitam" sanggah Dian.
Setelah beberapa anak menjawab, Ibu Sinta menuliskan 10 jenis benda di papan tulis, yaitu:
obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja, gelas dan rumah.
Ibu Sinta :"Coba tuliskan di bukumu apa yang kamu ketahui tentang setiap benda ini."
Ibu Sinta memandang anak-anak sejenak, kemudian berkata "Mengerti anak-anak?
Mengertii... (jawab anak-anak serempak)
Anak-anak berusaha menuliskan apa yang diketahuinya tentang benda-benda tersebut.
Setelah selesai, Ibu Sinta menyuruh satu orang anak untuk membacakan apa yang ditulisnya.
Mendengar hasil pembacaan tadi, Ibu Sinta sangat kecewa tetapi mencoba menahan diri.
Dengan suara tidak bersahabat anak yang membaca tadi disuruh duduk, dan semua anak
disuruh mengumpulkan pekerjaannya. Kekecewaan Ibu sinta menjadi-jadi setelah melihat
tulisan anak-anak secara keseluruhan. Deskripsi yang dituliskan anak-anak sangat singkat,
sebagain besar hanya terdiri dari satu kata, bahkan banyak yang kosong. Ibu Sinta tidak bisa
membayangkan mengapa ketika mendeskripsikan boneka, anak-anak dapat memberikan
jawaban yang beraneka ragam, tetapi setelah diminta menuliskan deskripsi secara sendiri-
sendiri, hasilnya sangat mengecewakan.

PERTANYAAN:
1. Identifikasikan satu hal positif dan satu hal negatif yang dilakukan oleh ibu Sinta
dalam pembelajaran di atas. Beri alasan mengapa hal tersebut anda anggap positif
dan yang satu lagi anda anggap negatif!
2. Mengapa anak tidak dapat mendeskripsikan benda-benda tersebut dengan baik?
Jelaskan jawaban anda dengan contoh yang diambil dari kasus diatas?
3. Berdasarkan kasus di atas, identifikasilah model pembelajaran apa saja yang
digunakan oleh Ibu Sinta? Jelaskan jawaban anda dengan contoh yang diambil dari
kasus diatas?
4. Jika anda akan mengajarkan anak-anak kelas II SD untuk mendeskripsikan benda
tertentu, media/alat bantu apa yang seyogiyanya anda gunakan? Berikan alasan
mengapa anda memilih media/alat tersebut!
5. Pendekatan pembelajaran apa yang digunakan oleh guru tersebut? Berikan alasan
yang mendukung jawabanmu!
6. Jika ibu Sinta merasa model pembelajaran yang digunakannya belum sesuai dengan
karakteristik siswa kelas II? Dapatkah Anda merekomendasikan model pembelajaran
apa yang sebaiknya dipilih oleh Ibu Sinta? Berikan alasan yang mendukung
jawabanmu!

Jawabannya:

1. Dari kasus Ibu Sinta dapat diidentifikasikan satu hal positif dan satu hal negatif yang
dilakukan oleh ibu Sinta dalam pembelajaran di atas yaitu sebagai berikut:
Hal positif:
Salah satu hal positif yang dilakukan Bu Sinta ialah saat mengajarkan anak-anak
untuk mendeskripsikan berbagai macam benda. Pelajaran dimulai dengan menanyakan
kepada anak-anak apakah mereka tahu boneka?
secara serentak anak-anak menjawab "Tahu Bu.."
Kemudian Ibu Sinta menyuruh anak-anak menceritakan apa yang diketahuinya tentang
boneka
"Rambutnya pirang" Jawab Nia.
"Kulitnya Putih" Jawab Tari.
Pada saat menggli pengetahuan peserta didik di awal, peserta didik berinteraksi dengan
Bu Sinta dalam mendeskripsikan boneka. Beberapa siswa memberikan pendapatnya
terkait ciri-ciri boneka. Sehingga siswa di awal pembelajaran semangat dan paham
belajar.
Sedangkan salah satu hal negatifnya yaitu saat ada anak yang menyanggah ciri-ciri
bonekannya berbeda dengan yang di sebut kawannya sebelumnya, Bu Sinta tidak
merespon sanggahan siswa tersebut. Selain itu dalam proses pembelajaran Bu Sinta
hanya sekali menanyakan apakah anak-anak sudah mengerti, tanpa mempertanyakan
apakah siswa itu diam mengerti atau diam karena bingung dan tidak paham dengan
penjelasan Bu Sinta. Setelah beberapa anak menjawab, Ibu Sinta menuliskan 10 jenis
benda di papan tulis, yaitu: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja, gelas dan
rumah. Ibu Sinta meminta siswa menulis tentang deskripsi benda-benda yang disebutkan
bu Sinta sebelumnya tadi. Setelah selesai, Ibu Sinta menyuruh satu orang anak untuk
membacakan apa yang ditulisnya. Mendengar hasil pembacaan tadi, Ibu Sinta sangat
kecewa tetapi mencoba menahan diri. Itulah salah satu hal negatif yang dilakukan Bu
Sinta

2. Menurut pendapat saya anak-anak tidak dapat mendeskripsikan benda-benda tersebut


dengan baik karena bu Sinta hanya memberikan satu contoh saja cara mendeskripsikan
benda sebelum mulai materi tersebut. Selain itu Bu Sinta tidak merespon atau
menjelaskna kembali mengapa pada ciri-ciri boneka sebelumnya tadi ada yang kulit
bonekanya hitan ada yang kulit bonekanya putih, sehingga saat guru meminta siswa
mendiskripsikan benda-benda lain yang ada di sekitarnya, para peserta didik kurang
paham tentang materi tersebut.
Contohnya: deskskripsikan dalam bentuk tulisan ciri-ciri benda. Misalnya saja saat
mendeskripsikan nasi, obat, sepeda, sepatu dan rumah. Siswa bingung apa yang harus
dilihat dari benda tersebur. Apakah bentuknya, ukurannya, rasanya atau apanya yang
harus ditulis siswa tiak tahu.

3. Berdasarkan kasus di atas, menurut pendapat saya model pembelajaran yang digunakan
oleh ibu Sinta yaitu dengan menggunakan model pembelajaran langsung dan model
pembelajaran berbasis masalah.
Kita ketahui model pembelajaran langsung adalah salah satu macam-macam model
pembelajaran. Model ini bisa didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana guru
mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung pada peserta didik.
Menurut Killen pembelajaran langsung merujuk pada teknik pembelajaran ekspositori
(pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, seperti lewat
ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas.
Model pengajaran berdasar masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa memproses informasi
yang sudah ada dalam benaknya, dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia sosial serta sekitarnya.
Berdasarkan kasus saat ibu sinta memberikan permasalahan soal, Bu Sinta
mengambil contoh boneka yang ada di sekitar siswa, saat itu ibu sinta mengambil model
pembelajaran langsung. Selain itu saat mengambil benda-benda yang ada di sekitar siswa,
Ibu Sinta menuliskan 10 jenis benda di papan tulis, yaitu: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu,
uang, bunga, meja, gelas dan rumah. Ibu Sinta meminta siswa menuliskan di buku
mereka apa yang mereka ketahui tentang setiap benda ini. Pada tahap ini, guru
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM).

4. Menurut pendapat saya untuk mengajarkan anak-anak kelas II SD untuk mendeskripsikan


benda tertentu, media/alat yang cocok digunakan adalah sebagai berikut:
1) Media Visual
Jenis media pembelajaran visual adalah media yang hanya mengandalkan
indera penglihatan. Jenis media pembelajaran visual menampilan materialnya dengan
menggunakan alat proyeksi atau proyektor. Pesan yang akan disampaikan dituangkan
ke dalam bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi media visual juga berfungsi untuk
menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin
dapat mudah untuk dicerna dan diingat jika disajikan dalam bentuk visual.
(1) Media visual diam: Foto, ilustrasi, gambar pilihan dan potongan gambar, grafik,
bagan, diagram, poster, peta, dan lain-lain.
(2) Media visual gerak: Gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan
sebagainya.
2) Media Audio Visual
Jenis media pembelajaran audio visual merupakan media yang mampu
menampilkan suara dan gambar. Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual
dibedakan menjadi 2 yaitu madia audio visual diam, dan media audio visual gerak.
(1) Media audiovisual diam: TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara,
buku bersuara.
(2) Media audio visual gerak: Film TV, TV, film bersuara, gambar bersuara, dan
lain-lain.
3) Media Serbaneka
Jenis media pembelajaran serbaneka merupakan suatu media yang disesuaikan
dengan potensi di suatu daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di
masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Contoh jenis media
pembelajaran serbaneka di antaranya adalah papan tulis, media tiga dimensi, realita,
dan sumber belajar pada masyarakat.
(1) Papan (board) yang termasuk dalam media ini di antaranya papan tulis, papan
buletin, papan flanel, papan magnetik, papan listrik, dan papan paku.
(2) Media tiga dimensi di antaranya model, mock up, dan diorama.
(3) Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya. Contoh
pemanfaatan realit misalnya guru membawa kelinci, burung, ikan atau dengan
mengajak siswanya langsung ke kebun sekolah atau ke peternakan sekolah.
(4) Sumber belajar pada masyarakat di antaranya dengan karya wisata dan
berkemah.

5. Dari kasus di atas, pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut adalah
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan. Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang
dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun
dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan
keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide
baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan
siswasecara pribadi.Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih
mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi
seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas
individu dan sosial.
Alasan yang mendukung jawaban saya bahwa Bu Sinta Melakukan pendekatan
kontrukivisme yaitu Berdasarkan kasus saat ibu sinta memberikan permasalahan soal, Bu
Sinta mengambil contoh boneka yang ada di sekitar siswa. saat itu Bu Sinta mengambil
benda-benda yang ada di sekitar siswa, kemudian Ibu Sinta menuliskan 10 jenis benda di
papan tulis, yaitu: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja, gelas dan rumah.
Ibu Sinta meminta siswa menuliskan di buku mereka apa yang mereka ketahui tentang
setiap benda tersebut.

6. Menurut pendapat saya, saya merekomendasikan model pembelajaran yang cocok


digunakan untuk karakteristik siswa kelas II adalah model Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) atau CTL adalah salah satu konsep macam-macam
model pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran
dengan dunia kehidupan siswa secara nyata. Hingga pada akhirnya, para siswa mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
satu lagi alasan yang mendukung jawaban saya memilih model CTL karena model ini
mengaitkan pembelajaran dengan benda-benda yang ada di sekitar siswa atau berkaitan
dengan kehidupan nyata siswa. Contohnya seperti: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang,
bunga, meja, gelas dan rumah yang ada di sekitar siswa atau berkaitan dengan kehidupan
nyata siswa.
Model pembelajaran kontekstual merupakan model yang mengusahakan untuk
membuat siswa aktif dalam menggali kemampuan diri siswa dengan mempelajari konsep-
konsep sekaligus menerapkannya dan mengaitkannya dengan dunia nyata di sekitar
lingkungan siswa. Seperti yang kita ketahui, sejauh ini pembelajaran yang biasa guru
lakukan masih bersifat konvensional, monoton, dan masih terpusat kepada guru saja.
sehingga siswa tidak memperoleh pengalaman belajar yang bermakna, dan tidak diikut
sertakan terlibat secara langsung dalam pemecahan masalah yang diberikan guru pada
proses pembelajaran. dengan demikian, siswa sekolah dasar khususnya cenderung diam,
terkadang terlihat mengantuk, kurang semangat dalam mengikuti pelajaran atau jenuh.
Sementara itu, contoh implementasi atau penerapan langkah pembelajaran
kontekstual adalah sebagai berikut.

No Kegiatan Perilaku Guru

1. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk


mengikuti proses pembelajaran.
2. Apersepsi sebagai penggalian pengetahuan awal siswa
Kegiatan terhadap materi yang akan diajarkan.
1.
Awal/Pendahuluan 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-
pokok materi yang akan dipelajari.
4. Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara
belajar

1. Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan


permasalahan yang diajukan guru. Guru berkeliling
untuk memandu proses penyelesaian permasalahan.
2. Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil
penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan
yang diajukan guru.
3. Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja
yang diajukan guru.
4. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan
memfasilitasi kerjasama.
2. Kegiatan Inti
5. Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompok dan kelompok yang lain menanggapi hasil
kerja kelompok yang mendapat tugas.
6. Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya
jawab guru dan siswa membahas cara penyelesaian
masalah yang tepat.
7. Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada
siswa tentang halhal yang dirasakan siswa, materi yang
belum dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama
mengikuti pembelajaran.

3. Kegiatan 1. Guru dan siswa membuat kesimpulan cara


No Kegiatan Perilaku Guru

Akhir/Penutup menyelesaikan soal cerita.


2. Siswa mengerjakan lembar tugas.
3. Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain,
lembar tugas sekaligus memberi nilai pada lembar tugas
sesuai kesepakatan yang telah diambil (ini dapat
dilakukan apabila waktu masih tersedia).

Menurut Sitiatava (2013, hlm. 259) penerapan pendekatan CTL memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut.
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil (nyata).
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena CTL menganut aliran kontruktivisme.
3) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental.
4) Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan di lapangan.
5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil pemberian guru.
6) Penerapan pembelajaran kontekstual bisa menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna.
Sedangkan kekurangan CTL yang disampaikan oleh Sitiatava (2013, hlm. 259) adalah
sebagai berikut.
1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung.
2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka bisa menciptakan situasi kelas yang
kurang kondusif.
3) Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam CTL guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi.
4) Guru memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-
ide serta mengajak siswa menggunakan strateginya sendiri dalam belajar.

Anda mungkin juga menyukai