TUGAS TUTORIAL 2
DAN RESUME
MODUL 6 , 7 DAN 8
Diajukan guna melengkapi tugas tutorial
PDGK 4204
Tutor Pembimbing
Elinda Novriana,M.Pd
Disusun oleh :
LARA WATI
NIM : 856736222
2. – Melek huruf adalah anak – anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang
tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak
dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman
terhadap lambang bunyi tersebut.
3. 1. Metode Global
Adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan
pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan
menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan
kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Contoh penerapannya :
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca
tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i – n – i – n – a – n – i
2. Metode eja
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf.
Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai
diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari
pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem.
Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan
membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata.
Contoh penerapannya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku )
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-
huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai huruf yang berupa
suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata” badu”tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis
seperti : ba - du → badu.
4. Metode Kata
Metode ini disebut juga metode kata lembaga. Dalam pembelajarannya, diawali
dengan pengenalan kata tertentu kemudian diuraikan menjadi suku kata, suku kata
menjadi hurufhuruf. Selanjutnya, perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata
menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan dikembalikan ke bentuk asal sebagai
kata lembaga (kata semula).
5. Metode SAS
Metode SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik Sintetik. Metode SAS
merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk pembelajaran MMP bagi siswa
yang baru memasuki bangku sekolah. Pembelajaran MMP dengan metode ini diawali
dengan pengenalan struktur kalimat. Kemudian melalui proses analitik, siswa dapat
mengenal proses kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran
membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan Bahasa yang lebih kecil yang
disebut kata.
Contoh: Ini mama
Ini mama
I – ni ma – ma
I–n–i m–a–m–a
I – ni ma – ma
Ini mama
6. Metode Bunyi
Metode bunyi adalah metode pembelajaran membaca permulaan dengan
menyuarakan huruf konsonan. Bunyi ini diletakkan di depan atau dibelakangnya. Dalam
tata bahasa tradisional huruf konsonan disebut huruf mati.
Contoh: :
Misal: m, a → ma (dibaca em. a → ma ), t, a → ta ( dibaca te, a → ta ), ma-ta dilafalkan
mata. k, a→ ka (dibaca ka, a → ka ), k, i → ki (dibaca ka, i → ki ), ka- ki dilafalkan kaki.
2. Materi
Komponen ini berhubungan dengan pertanyaan apa yang diberikan kepada
pembelajar pada proses pembelajaran? Jika dikaitkan dengan klasifikasi Strevens,
komponen ini berhubungan dengan komponen desain kurikulum dan pengembangan
bahan pengajaran.
3. Metodelogi
Komponen ini berkaitan dengan pertanyaan bagaimanakah cara melaksanakan
pembelajaran? Secara lebih rinci, Strevens mengemukakan bahwa untuk melaksanakan
pembelajaran, perlu diperhatikan komponen pemilihan jenis/tipe pengajaran yang relevan
,pendekatan dan pedagogi, metodologi, Pengajaran di dalam kelas.
4. Manusia
Faktor ini berkaitan dengan pertanyaan siapa yang terlibat dalam pembelajaran?
Sebagaimana dikemukakan oleh Baradja (1994) pembelajar merupakan faktor utama
dalam. pembelajaran bahasa. Hal senada dikemukakan oleh Brown (1987), bahwa faktor
manusia yang terdiri atas pembelajar dan pengajar merupakan faktor yang harus
mendapatkan perhatian serius dalam proses pembelajaran bahasa.
5. Evaluasi
Komponen ini berkaitan dengan pertanyaan bagaimana dapat mengetahui bahwa
tujuan pembelajaran telah tercapai?
Evaluasi merupakan unsur yang mempunyai berbagai manfaat, yaitu; (a) untuk memberi
balikan yang sangat penting untuk penilaian proses belajar, kemajuan perubahan kondisi,
dan untuk memberi informasi kepada semua pihak yang terlibat dalam. proses belajar
mengajar, yaitu pembelajar, pengajar, dan pihak lain yang ikut serta dalam penilaian
tingkat keberhasilan proses tersebut; dan (b) untuk kepentingan administrasi lembaga
penyelenggara proses pengajaran, selek-si untuk kepentingan pendidikan lanjutan,
pemberian ijazah atau sertifikat, dan sebagainya.
MODUL 6
PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
4. Metode Global
Metode ini disebut juga sebagai “Metode Kalimat” karena alur proses
pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan
penyajian beberapa kalimat global. Untuk membantu pengenalan kalimat
dimaksud biasanya digunakan gambar.
5. Metode SAS
Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan
menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak
disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat
yang bertujuan membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak.
Selanjutnya melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep
kata.
A. PENILAIAN PROSES
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan
belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan memperhatikan aktivitas,
respon, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan yang harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan testee (peserta tes).
Dalam pembelajaran MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan menilai sejauh
mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekhurufan (kemampuan membaca
tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara teknis.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara
tertulis, lisan, dan perbuatan.
a) Tes tertulis merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya
dilakukan dalam bentuk tertulis. Pengerjaannya oleh sisa dapat berupa jawaban atas
pertanyaan atau tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau
diperintahkan.
b) Tes lisan merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan
dalam bentuk lisan. Dalam cara ini pun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa
jawaban atas pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan.
c) Tes perbuatan merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat dismpaikan secara
tertulis atau lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan
atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini pada umumnya digunakan
untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan kata lain, teknik nontes lebih cocok digunakan dalam
penilaian proses. Sedangkan untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan kedua-duanya, baik
teknik tes maupun teknik nontes.
B. PENILAIAN HASIL
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar siswa.
Alat penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun nontes. Untuk menilai pencapaian
hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah dimaksudkan untuk menilai
kemampuan siswa yang meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambang bahasa yang berupa
huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Tes membaca permulaan dapat mengambil
bentuk-bentuk seperti berikut ini.
a. Membaca nyaring; siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik berupa
lambang yang , huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana.
b. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan
pemokusan pembelajaran yang diberikan.
Teknik isian rumpang untuk membaca permulan tidak berpatokan pada teknik isian
rumpang sebagaimana halnya untuk membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman) yang
aturannya sudah baku, misalnya dengan pelesapan setiap kata kelima, keenam, atau ketujuh
secara konsisten. Misalnya, untuk tes identifikasi lambang bunyi berupa lambang huruf,
penyajian struktur dapat dilakukan dalam bentuk sajian kata dengan menghilangkan bagian-
bagian huruf yang hendak diteskan. Demikian juga, dengan perumpangan suku kata atau kata.
MODUL 7
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI
SD/MI KB1. FOKUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
A. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
KETERAMPILAN BERBAHASA
Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran secara garis besar terdiri atas tiga
komponen, yaitu:
(1) kebahasaan
(2) kemampuan berbahasa
(3) kesastraan.
Kompetensi behasaan terdiri atas dua aspek, yaitu (a) struktur kewacanaan, dan (b)
kosakata. Kemampuan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu (a) kemampuan
mendengarkan/ menyimak, (b) kekmampuan membaca, (c) kekmampuan berbicara, dan
(d) kemampuan menulis. Dalam praktik komunikasi yang nyata keempat keterampilan
tersebut tidak berdiri sendiri melainkan perpaduan dari keempatnya.
Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa indonesia dengan fokus keterampilan
berbahasa adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditekankan pada pengembangan salah
satu kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yanga ada.dengan demikian,
dalam langkah- langkah pembelajaran semua kegiatan belajar mengajar bertumpu dan
berfokus pada salah satu keterampilan berbahasa yang telah ditetapkan.