Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI SD

TUGAS TUTORIAL 2
DAN RESUME
MODUL 6 , 7 DAN 8
Diajukan guna melengkapi tugas tutorial
PDGK 4204

Tutor Pembimbing
Elinda Novriana,M.Pd

Disusun oleh :

LARA WATI
NIM : 856736222

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR BI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ PALEMBANG KELOMPOK BELAJAR TANAH ABANG
Jawaban :
1. Membaca menulis permulaan adalah program pengajaran tentang konsep dasar membaca
dan menulis atau sering disebut paket MMP yang diberikan kepada anak pada saatanak
mulai memasuki bangku sekolah, untuk pertama kalinya para murid baru diperkenalkan
dengan lambang-lambang tulisan yang biasa digunakan untuk berkomunikasi.

2. – Melek huruf adalah anak – anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang
tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak
dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman
terhadap lambang bunyi tersebut.

- Melek wacana merupakan kemampuan membaca yang sesungguhnya , yakni kemampuan


mengubah lambang – lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman
akan lambang – lambang tersebut.

3. 1. Metode Global
Adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan
pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan
menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan
kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Contoh penerapannya :
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca
tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i – n – i – n – a – n – i
2. Metode eja
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf.
Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai
diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari
pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem.
Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan
membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata.
Contoh penerapannya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )

k, u → ku (dibaca ka, u → ku )
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat menulis huruf-
huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis rangkai huruf yang berupa
suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata” badu”tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis
seperti : ba - du → badu.

3. Metode Suku Kata


Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/.
Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaian menjadi kata-kata bermakna.
Contoh Penerapan :
Cu – ci
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan perangkaian kata menjadi kelompok kata
sederhana. Contoh: ka-ki ku-da.

4. Metode Kata
Metode ini disebut juga metode kata lembaga. Dalam pembelajarannya, diawali
dengan pengenalan kata tertentu kemudian diuraikan menjadi suku kata, suku kata
menjadi hurufhuruf. Selanjutnya, perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata
menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan dikembalikan ke bentuk asal sebagai
kata lembaga (kata semula).

Contoh : kaki ----ka-ki ----k- a – k-i ----ka-ki ----kaki

5. Metode SAS
Metode SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik Sintetik. Metode SAS
merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk pembelajaran MMP bagi siswa
yang baru memasuki bangku sekolah. Pembelajaran MMP dengan metode ini diawali
dengan pengenalan struktur kalimat. Kemudian melalui proses analitik, siswa dapat
mengenal proses kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran
membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan Bahasa yang lebih kecil yang
disebut kata.
Contoh: Ini mama
Ini mama
I – ni ma – ma
I–n–i m–a–m–a
I – ni ma – ma
Ini mama
6. Metode Bunyi
Metode bunyi adalah metode pembelajaran membaca permulaan dengan
menyuarakan huruf konsonan. Bunyi ini diletakkan di depan atau dibelakangnya. Dalam
tata bahasa tradisional huruf konsonan disebut huruf mati.
Contoh: :
Misal: m, a → ma (dibaca em. a → ma ), t, a → ta ( dibaca te, a → ta ), ma-ta dilafalkan
mata. k, a→ ka (dibaca ka, a → ka ), k, i → ki (dibaca ka, i → ki ), ka- ki dilafalkan kaki.

4. 1. Tujuan dan kebijakan


Komponen ini berkaitan dengan pertanyaan ke manakah arah pembelajaran
bahasa? Arah pembelajaran bahasa dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat dan
pemerintah, misalnya suatu bahasa ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa negara,
atau bahasa asing. Unsur ini memberikan kekuatan motivasi bagi pembelajaran bahasa.

2. Materi
Komponen ini berhubungan dengan pertanyaan apa yang diberikan kepada
pembelajar pada proses pembelajaran? Jika dikaitkan dengan klasifikasi Strevens,
komponen ini berhubungan dengan komponen desain kurikulum dan pengembangan
bahan pengajaran.
3. Metodelogi
Komponen ini berkaitan dengan pertanyaan bagaimanakah cara melaksanakan
pembelajaran? Secara lebih rinci, Strevens mengemukakan bahwa untuk melaksanakan
pembelajaran, perlu diperhatikan komponen pemilihan jenis/tipe pengajaran yang relevan
,pendekatan dan pedagogi, metodologi, Pengajaran di dalam kelas.
4. Manusia
Faktor ini berkaitan dengan pertanyaan siapa yang terlibat dalam pembelajaran?
Sebagaimana dikemukakan oleh Baradja (1994) pembelajar merupakan faktor utama
dalam. pembelajaran bahasa. Hal senada dikemukakan oleh Brown (1987), bahwa faktor
manusia yang terdiri atas pembelajar dan pengajar merupakan faktor yang harus
mendapatkan perhatian serius dalam proses pembelajaran bahasa.
5. Evaluasi
Komponen ini berkaitan dengan pertanyaan bagaimana dapat mengetahui bahwa
tujuan pembelajaran telah tercapai?
Evaluasi merupakan unsur yang mempunyai berbagai manfaat, yaitu; (a) untuk memberi
balikan yang sangat penting untuk penilaian proses belajar, kemajuan perubahan kondisi,
dan untuk memberi informasi kepada semua pihak yang terlibat dalam. proses belajar
mengajar, yaitu pembelajar, pengajar, dan pihak lain yang ikut serta dalam penilaian
tingkat keberhasilan proses tersebut; dan (b) untuk kepentingan administrasi lembaga
penyelenggara proses pengajaran, selek-si untuk kepentingan pendidikan lanjutan,
pemberian ijazah atau sertifikat, dan sebagainya.
MODUL 6
PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN

KB.1 PEMBELAJARAN MEMBACA MENULIS DI KELAS RENDAH


A. PENGERTIAN MMP
MMP merupakan kepandekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan pogram pembelajaran yang diorientasikan kepada
kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas- kelas awal pada saat anak- anak
mulai memasuki bangku sekolah di kelas 1 SD, MMP merupakan menu utama.
Kemampuan membaca permulaan lebih di orientasikan pada kemampuan membaca
tingkat dasar, yaitu kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak- anak dapat mengubah dan
menghafalkan lambang- lambang tertulis menajdi bunyi yang bermakna. Pada tahap ini
sangat dimungkinkan anak- anak dapat melafalkan lambang- lambang huruf yng dibacanya
tanpa diikuti oleh pemaham terhadap lambang bunyi- bunyi tersebut.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN MMP


Tujuan pembelajaran membaca dan menulis permulaan menurut kurikulum 2004
tercermin dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator membaca dan menulis untuk
kelas 1.

KB 2. STRATEGI PEMBELAJARAN MMP


A. METODE PEMBELAJARAN MMP
1. Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai
pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf alpabetis. Huruf-huruf
tersebut dihafalkan dan dilafalkan peserta didik sesuai dengan bunyinya menurut
abjad.
2. Metode Bunyi
Proses pembelajaran membaca permulaan pada sistem pelafalan abjad atau huruf
dengan metode bunyi.
3. Metode Suku Kata dan Metode Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku
kata,seperti
ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co,
da, di, du, de, do, ka, ki, ku, ke, ko
Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna.
Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi guru dapat membuat berbagai variasi
paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna untuk bahan ajar MMP. Kata- kata
tadi misalnya:
ba – bi cu – ci da – da ka –
ki ba – bu ca – ci du – da
ku – ku bi - bi ci - ca da –
du ka – ku ba – ca ka – ca
du – ka ku – da
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat
sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat seperti tampak pada contoh
di bawah ini.
ka – ki ku –
da ba – ca
bu – ku cu –
ci ka – ki

4. Metode Global
Metode ini disebut juga sebagai “Metode Kalimat” karena alur proses
pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan
penyajian beberapa kalimat global. Untuk membantu pengenalan kalimat
dimaksud biasanya digunakan gambar.
5. Metode SAS
Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan
menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak
disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat
yang bertujuan membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak.
Selanjutnya melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep
kata.

B. MODEL PEMBELAJARAN MMP


Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua tahapan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran tanpa buku
- Menunjukkan gambar
- Menceritakan gambar
- Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
- Memperkenalkan bentuk- bentuk huruf melalui bantuan gambar
- Membaca tulisan bergambar
- Membaca tulisan tanpa gambar
- Memperkenalkan huruf, suku kata, atau kalimat dengan bantuan kartu
2. Pembelajaran dengan menggunakan buku
- Membaca buku pelajaran (buku paket)
- Membaca buku dan majalah anak
-
KB3 . PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MMP
Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan
pemaknaan data (informasi) untuk menentukan kualitas sesuatu yang terkandung dalam data
tersebut.
Sasaran penilaian harus mencakupi tiga ranah, yakni ranah kognitif (kemampuan
intelektual), ranah afektif (emosi dan sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Alat
penilaian yang berbentuk tes dan nontes yang dilakukan, baik terhadap proses maupun hasil
diharapkan akan dapat memberikan gambaran kemampuan dan kemajuan belajar siswa
secara utuh dan menyeluruh. Penilaian dengan cara seperti ini dinamakan penilaian dengan
pendekatan holistik.

A. PENILAIAN PROSES
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan
belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan memperhatikan aktivitas,
respon, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan yang harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan testee (peserta tes).
Dalam pembelajaran MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan menilai sejauh
mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekhurufan (kemampuan membaca
tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara teknis.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara
tertulis, lisan, dan perbuatan.
a) Tes tertulis merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya
dilakukan dalam bentuk tertulis. Pengerjaannya oleh sisa dapat berupa jawaban atas
pertanyaan atau tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau
diperintahkan.
b) Tes lisan merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan
dalam bentuk lisan. Dalam cara ini pun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa
jawaban atas pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan.
c) Tes perbuatan merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat dismpaikan secara
tertulis atau lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan
atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini pada umumnya digunakan
untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan kata lain, teknik nontes lebih cocok digunakan dalam
penilaian proses. Sedangkan untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan kedua-duanya, baik
teknik tes maupun teknik nontes.

B. PENILAIAN HASIL
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar siswa.
Alat penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun nontes. Untuk menilai pencapaian
hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah dimaksudkan untuk menilai
kemampuan siswa yang meliputi pengenalan atas satuan-satuan lambang bahasa yang berupa
huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Tes membaca permulaan dapat mengambil
bentuk-bentuk seperti berikut ini.
a. Membaca nyaring; siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik berupa
lambang yang , huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana.
b. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan
pemokusan pembelajaran yang diberikan.
Teknik isian rumpang untuk membaca permulan tidak berpatokan pada teknik isian
rumpang sebagaimana halnya untuk membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman) yang
aturannya sudah baku, misalnya dengan pelesapan setiap kata kelima, keenam, atau ketujuh
secara konsisten. Misalnya, untuk tes identifikasi lambang bunyi berupa lambang huruf,
penyajian struktur dapat dilakukan dalam bentuk sajian kata dengan menghilangkan bagian-
bagian huruf yang hendak diteskan. Demikian juga, dengan perumpangan suku kata atau kata.
MODUL 7
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI
SD/MI KB1. FOKUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
A. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
KETERAMPILAN BERBAHASA
Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran secara garis besar terdiri atas tiga
komponen, yaitu:
(1) kebahasaan
(2) kemampuan berbahasa
(3) kesastraan.
Kompetensi behasaan terdiri atas dua aspek, yaitu (a) struktur kewacanaan, dan (b)
kosakata. Kemampuan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu (a) kemampuan
mendengarkan/ menyimak, (b) kekmampuan membaca, (c) kekmampuan berbicara, dan
(d) kemampuan menulis. Dalam praktik komunikasi yang nyata keempat keterampilan
tersebut tidak berdiri sendiri melainkan perpaduan dari keempatnya.
Yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa indonesia dengan fokus keterampilan
berbahasa adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditekankan pada pengembangan salah
satu kompetensi dasar dan keempat keterampilan berbahasa yanga ada.dengan demikian,
dalam langkah- langkah pembelajaran semua kegiatan belajar mengajar bertumpu dan
berfokus pada salah satu keterampilan berbahasa yang telah ditetapkan.

B. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA


Dalam kurikulum 2004 pembelajaran sastra tidak berdiri sendir, tetapi diintegrasikan
atau dipadukan dengan kompetensi dasar yang lain, yaitu keterampilan berbahasa dan
kebahasaan. Pada saat ini pembelajaran sastra ditekankan pada apresiasi sastra. Oleh karena
itu, teori- teori sastra diajarkan dengan persentase yang sangat kecil, dan tentu saja semakin
tinggi jenjang pendidikan siswa, teori- teori sastra itu perlu dijarkan sebagai bekal
pengetahuan untuk mengapresiasi karya sastra.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN BAHASA


INDONESIA DENGAN BERBAGAI FOKUS
Adapun tujuan dan manfaat pembelajaran bahasa indonesia dengan berbagai fokus
tersebut adalah agar siswa dapat mengembangkan kompetensi mana yang ditekankan,
misalnya yang ditekankan adalah kompetensi dasar mendengarkan maka porsi untuk
pembelajaran mendengarkan maka porsi untuk pembelajaran mendengarkan lebih banyak
daripada keterampilan yang lain jika pembelajarannya ditekankan atau difokuskan pada
sastra maka tujuannya adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi sastra.

KB2. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


Setiap pembelajaran keterampilan memiliki ciri-ciri tersendiri yang harus dikuasai
guru. Sebagai guru yang profesional, dituntut untuk mengetahui masing-masing ciri
(karakter) setiap pembelajaran keterampilan berbahasa (kompetensi dasar berbahasa),
kompetensi dasar kebahasaan dan juga sastra. Hal yang tak kalah penting bagi guru bahasa
adalah : (1) memahami betul karakteristik pembelajaran untuk masing-masing kompetensi;
(2) memahami tuntutan kurikulum dan masyarakat; (3) menafsirkan secara kritis dan kreatif
isi kurikulum; (4) memahami masing-masing kompetensi dalam pembelajaran BI di SD.
Pembelajaran mendengarkan dan berbicara merupakan pembelajaran pertama yang
dapat dilakukan guru pada pertemuan pertama baik kelas rendah maupun kelas tinggi.
Pembelajaran mendengarkan pada kelas rendah dimaksudkan untuk mengetahui daya simak
siswa, daya apresiasi siswa terhadap bunyi dan juga digunakan sebagai dasar
mengungkapkan pengetahuan, kemampuan dan keberanian siswa dalam berbicara. Kedua
keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan dan berbicara merupakan kegiatan yang
resiprokal, artinya, kegiatan tersebut saling mengisi. Adanya kegiatan berbicara jika ada yang
mendengarkan dan sebaliknya.
Pembelajaran membaca pada kelas rendah bertujuan untuk mengenalkan huruf, kata,
kalimat sederhana pada anak. Sistem pembelajarannya dikenal dengan istilah membaca awal
(membaca permulaaan), sedangkan pada kelas tinggi bertujuan agar anak memahami apa
yang dibaca (membaca pemahaman).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan berbagai
metode dan teknik. Untuk membaca di kelas rendah, misalnya pembelajaran membaca dapat
dilakukan dengan metode langsung, metode eklektik, ataupun metode linguistik. Sedangkan
untuk pembelajaran membaca pemahaman dapat menggunakan (1) teknik membaca sekilas
(skimming), (2) teknik membaca memindai (scanning); dan (3) Teknik SQ3R.
Pembelajaran menulis merupakan yang sering dinilai banyak orang belum berhasil.
Untuk membuat seorang terampil menulis harus dimulai sejak dini. Agar memiliki
keterampilan menulis, seseorang dituntut : 1) memiliki kemampuan mendengarkan (daya
simak) yang tinggi; 2) gemar membaca; 3) kemampuan mengungkapkan apa yang disimak
dan dibaca; dan 4) menguasai kaidah penulisan. Pembelajaran menulis pada kelas rendah
(menulis permulaan) yang perlu ditanamkan pada siswa adalah 1) penguasaan tulisan (huruf);
2) penulisan kata; 3) penulisan kalimat sederhana; 4) kaidah penulisan, sedangkan pada kelas
tinggi pembelajaran menulis menuntut anak untuk 1) menguasai teknik menulis, 2)
menuangkan ide ke dalam tulisan; 3) mengembangkan ide yang dimilikinya; 4) mampu
memilih kata, kalimat dan gaya dalam menulis. Menulis itu sendiri merupakan suatu proses.
Sebagai suatu proses, menulis itu dilakukan secara bertahap, yaitu perencanaan menulis
(prapenulis), penulisan, dan revisi (Mc.Crimmon, 1984:10 Akhadiah dkk., 1999:3-5).

A. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS


KETERAMPILAN BERBAHASA
Model pembelajaran Bi dengan fokus keterampilan berbahasa bukan berarti hanya
mengajarkan salah satu jenis keterampilan berbahasa saja, akan tetapi keterampilan yang
menjadi fokus mendapat penekanan bahkan mendapatkan porsi waktu yang lebih dari
keterampilan lain yang tidak menjadi fokus. Setiap keterampilan berbahasa yang menjadi
fokus merupakan kegiatan pembelajaran yang utama karena pembelajaran berangkat, tertuju,
dan berakhir pada keterampilan yang menjadi fokus pembelajaran. Di samping pembelajaran
difokuskan pada keterampilan berbahasa tertentu dan divariasikan dengan keterampilan yang
lain, didalamnya juga terjadi pembelajaran kompetensi dasar kebahasaan.

B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS SASTRA


Pembelajaran sastra di SD/MI lebih pada menikmati karya sastra. Teori-teori sastra
diajarkan dengan presentasi yang sangat kecil, tentu saja semakin tinggi jenjang pendidikan
siswa, teori-teori sastra itu perlu diajarkan sebagai bekal pengetahuan siswa tentang sastra.
Karena dengan mempelajari sastra dapat diperoleh hiburan, pendidikan, pengetahuan,
teknologi, dan ragam budaya.
Sastra memiliki tempat khusus dalam perkembangan anak. Karya sastra, yang dibacakan
anak-anak dalam suasana yang penuh kehangatan dan pada kesempatan yang tepat dapat
merupakan wahana bagi yang mereka mempelajari dunia sekitarnya. Dengan membaca sastra
anak akan memperoleh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karya sastra dapat
menolong anak-anak memahami dunia mereka,membentuk sikap positif, dan menyadari
hubungan yang manusiawi.
MODUL 8
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS
MEMBACAKB 1. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN
FOKUS MEMBACA
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN INDONESIA DENGAN FOKUS MEMBACA
Pemfokusan pembelajaran pada salah satu keterampilan ini menyangkut pemilihan
materi, metode, dan teknik pembelajaran. Jika difokuskan pada menulis maka alokasi waktu
untuk melatih menulis lebih banyak daripada keterampilan lainnya. Jadi yang dimaksud
dengan pembelajaran bahasa indonesia dengan fokus membaca adalah pemebelajaran bahasa
indonesia yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN MEMBACA DI KELAS RENDAH


Adapun tujuan membaca di SD kelas rendah dapat ditentukan atau dicari guru melalui
pemahaman Kompetensi mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia yang tertera
dalam peta Kompetensi untuk mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra.
Macam- macam pengajaran membaca yang dikemukakan oleh I Gusti Ngurah Oka
(1983), seperti berikut ini:
1. Pengajaran membaca permulaan
2. Pengajaran membaca nyaring
3. Pengajaran membaca dalam hati
4. Pengajaran membaca pemahaman
5. Pengajaran membaca bahasa
6. Pengajaran membaca teknik

C. Tujuan Pembelajaran Membaca Di Kelas Tinggi


Menurut Tarigan membaca di kelas tinggi ini melatih siswa dalam keterampilan
yang bersifat pemahaman yang mencakup aspek – aspek berikut.
1. Memahami pengertian sederhana
2. Memahami signifikansi atau makna
3. Evaluasi atau penilaian
4. Kecepatan membaca yang fleksibel
KB.2 MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENAN FOKUS
MEMBACA
A. MATERI, METODE, DAN TEKNIK PEMEBELAJARAN
BAHASA INDONESIADENGAN FOKUS MEMBACA
Macam- macam metode/ teknik pembelajaran membaca adalah, seperti berikut ini
(Iing Sunarti dan Ida Nuhaida:1992)
1. Metode abjad/alfabet
2. Metode bunyi
3. Metode suku kata
4. Metode kata
5. Metode kalimat
6. Metode SAS

B. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS


MEMBACA DI KELAS RENDAH
Sebelum mengajar di depan kelas tentunya guru membuat persiapan tertulis. Sebelum
diberlakukannya Kurikulum 2004, persiapan tertulis itu disebut Model Satuan Pelajaran yang
disingkat MSP. MSP ini disususn untuk beberapa kali pertemuan.

C. MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS


MEMBACA DI KELAS TINGGI
Pada hakikatnya model pembelajaran bahasa indonesia dengan fokus membaca di
kelas tinggi sama dengan model pembelajaran di kelas rendah, yang berbeda hanya
kompetensi yang ingin dikembangkan yang menyangkut pula materi pembelajarannya.

Anda mungkin juga menyukai