Anda di halaman 1dari 6

Tugas Perundang-undangan

Nama Kelompok : 1. Defi Lestari (PO7133121055)


2. Meta Shintia (PO7133121079)
3. Salsabila (PO7133121084)

Kelas : 1B

A. Kasus Pelanggaran
Judul : Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik Bidan
Kasus:
Minggu, 18 Mei 2008 20.00 WIB
KEDIRI - Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila Sutiana (21),
warga Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur, tewas setelah beru
saha menggugurkan janin yang dikandungnya. Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat p
erangsang oleh bidan puskesmas.
Peristiwa naas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung seorang bayi hasil hu
bungannya dengan Santoso (38), warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri. Sayangn
ya, janin yang dikandung tersebut bukan buah perkawinan yang sah, namun hasil hubungan g
elap yang dilakukan Novila dan Santoso.
Santoso sendiri sebenarnya sudah menikah dengan Sarti. Namun karena sang istri bek
erja menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong, Santoso kerap tinggal sendirian di rum
ahnya. Karena itulah ketika bertemu dengan Novila yang masih kerabat bibinya di Ponorogo,
Santoso merasa menemukan pengganti istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut berlanjut menja
di perselingkuhan hingga membuat Novila hamil 3 bulan.
Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk menggugurkan janin ter
sebut atas persetujuan Novila. Selanjutnya, keduanya mendatangi Endang Purwatiningsih (40),
yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri. Keputus
an itu diambil setelah Santoso mendengar informasi jika bidan Endang kerap menerima jasa p
engguguran kandungan dengan cara suntik.
Pada mulanya Endang sempat menolak permintaan Santoso dan Novila dengan alasan
keamanan. Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan Rp2.100.000. K
edua pasangan mesum tersebut menyetujui harga yang ditawarkan Endang setelah turun menj
adi Rp2.000.000. Hari itu juga, bidan Endang yang diketahui bertugas di salah satu puskesma
s di Kediri melakukan aborsi.
Metode yang dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat penahan
rasa nyeri Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan Cynaco Balamin, sejenis vitamin
B12 ke tubuh Novila. Menurut pengakuan Endang, pasien yang disuntik obat tersebut akan m
engalami kontraksi dan mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya.
"Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam setelah disunti
k. Hal itu sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya," terang Kasat Reskrim Polres Ked
iri AKP Didit Prihantoro di kantornya, Minggu (18/5/2008).
Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat mengalami kontraksi
hebat. Bahkan ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh Santoso menuju rumahnya,
Novila terjatuh dan pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya ter
us mengelurkan darah.
Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas Puncu. Namu
n karena kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya, petugas m
edis di ruang gawat darurat tak sanggup menyelamatkan Novila hingga meninggal dunia pada
hari Sabtu pukul 23.00 WIB.
Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi Santoso di rumah sak
it. Setelah mengantongi alamat bidan yang melakukan aborsi, petugas membekuk Endang di r
umahnya tanpa perlawanan. Di tempat praktik sekaligus rumah tinggalnya, petugas menemuk
an sisa-sisa obat yang disuntikkan kepada korban. Saat ini Endang berikut Santoso diamankan
di Mapolres Kediri karena dianggap menyebabkan kematian Novila.
Lamin (50), ayah Novila yang ditemui di RSUD Pare Kediri mengaku kaget dengan kehamila
n yang dialami anaknya. Sebab selama ini Novila belum memiliki suami ataupun pacar. Kare
na itu ia meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum pelaku.

B. Pembahasan Hukum
Aborsi menurut pandangan hukum di Indonesia :
1) Menurut KUHP dinyatakan bahwa ibu yang melakukan aborsi, dokter atau bidan atau duk
un yang membantu melakukan aborsi, dan orang yang mendukung terlaksananya aborsi akan
mendapat hukuman.
Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya di
obati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau denda paling banyak empat puluh ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan per
buatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan at
au juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pekerjaannya mak
a dapat dicabut haknya untuk melakukan pekerjaan itu.

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau men
yuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wan
ita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara p
aling lama lima belas tahun.

Pasal 348

1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang w


anita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
2. Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana p
enjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang terseb
ut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diteran
gkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahata
n dilakukan.

Pasal 535

Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugu


rkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun sec
ara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa dida
pat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bu
lan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:
a) Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, d
iancam hukuman empat tahun.
b) Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetuj
uan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati dianca
m 15 tahun
c) Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bil
a ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
d) Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter,
bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya
dan hak untuk praktek dapat dicabut.

2) Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indo
nesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :

Pasal 15

1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakuka
n:
a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebu
t;
b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan perti
mbangan tim ahli
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluargany
a;
d. pada sarana kesehatan tertentu.

Pasal 80

Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil y
ang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), di
pidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
3) Pembaharuan Undang - Undang Kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan,
dijelaskan pula tentang aborsi.

Pasal 75

1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi


2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
 indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik ya
ng mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik b
erat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga m
enyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
 kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bag
i korban perkosaan;
 Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setela
h melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan k
onseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan be
rwenang.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pe
merintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

1. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhi
r, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
2. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki se
rtifikat yang ditetapkan oleh menteri;
3. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
4. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
5. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 77

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dim
aksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertang
gung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-unda
ngan.

Pasal 194

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan se
bagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

C. Penangan kasus
Abortus provokatus bukan solusi yang tepat dari kehamilan yang tidak diinginkan, mengingat
janin yang dikandung mempunyai hak untuk hidup sesuai dengan hukum di Republik Indonesia,
apalagi jika tidak terdapat indikasi kedaruratan medis yang memang dapat membahayakan ibu.
Jalan keluar terbaik adalah dengan memberikan konseling secara khusus dari konselor, dokter
umum atau dokter kandungan, maupun dokter psikiatri jika memang dibutuhkan.
Beberapa tahap konseling antara lain sebagai berikut:
- Lakukan anamnesis yang memadai untuk memastikan riwayat seksual, riwayat kehamilan,
riwayat penggunaan kontrasepsi, ada tidaknya percobaan abortus provokatus yang dilakukan
sendiri maupun tenaga kesehatan, dan lainnya.
- Pada fase ini dokter mencoba menggali perasaan pasien dan memastikan pasien merasa nyaman
agar berani lebih terbuka akan apa yang dialami sebenarnya, selama fase mendengarkan ini
diharapkan dokter tidak menginterupsi pasien, sampai pasien selesai bicara. Dokter diharapkan
dapat menunjukkan empati pada pasien.
- Setelah itu, dokter memberikan opsi untuk pasien tetap melanjutkan kehamilannya, nantinya
setelah melahirkan, pasien bisa memilih untuk tetap merawat bayinya atau memberikan bayinya
untuk diadopsi.
- Jika pasien bersikeras untuk melakukan aborsi, diskusikan kembali dengan pasien terkait resiko
kesehatan yang dapat terjadi dari abortus provokatus serta prosedur detail yang harus dijalani
pasien.

Anda mungkin juga menyukai