Anda di halaman 1dari 6

BIOMEDIKA Available online at

ISSN : 1979 - 035X (printed edition)


ISSN : 2302 - 1306 (electronic/Portal e-Journal) www.biomedika.ac.id
Volume 9, No. 1, Maret 2016

Biosorpsi Cu(II) oleh Limbah Padat Kayu Aren


(Arenga pinnata) Teraktivasi
Biosorption of Cu (II) by the Solid Waste Wood Palm (Arenga pinnata) Activated

Dian Kresnadipayana1*, Reny Pratiwi2 dan Susan Primadevi3


1,2
Program Studi D-IV Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi Surakarta
3
Program Studi D-III Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi Surakarta
Jl. Letjen Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127
*Corresponding author, e-mail: dian.kresnadipayana@gmail.com

ABSTRAK
Penggunaan adsorben dari bahan organik (biosorben) akhir-akhir ini sangat banyak dikembangkan sebagai bio-
sorpsi logam berat. Limbah kayu aren dari pohon aren (Arenga pinnata) yang digunakan untuk industri soon mengan-
dung bahan organik berupa pati, lignin dan serat selulosa baik terlarut maupun partikel tersuspensi.
Metode yang akan digunakan eksperimen, dengan sistem batch. Limbah kayu aren yang diperoleh dibersihkan dan
dicuci dengan akuades serta diayak dengan ukuran 100 mesh dan dipanaskan pada 105 oC selama 3 menit. Aktivasi
biosorben menggunakan HNO3 dan NaOH. Untuk kemampuan maksimum biosorpsi dilakukan variasi waktu kontak
dan konsentrasi. Karakterisasi biosorben dianalisis menggunakan spektrofotometri Infra Red (FTIR) dan untuk menge-
tahui karakteristik biosorpsi ion logam berat oleh biosorben melalui uji isoterm adsorpsi Langmuir dan isoterm ad-
sorpsi Freundlich.
Biosorben yang berupa limbah padat kayu aren setelah diaktivasi dapat menurunkan kadar logam Cu(II) adalah
46,43 % pada pH optimum 6 atau 7 dengan waktu kontak maksimum 48 jam. Biosorpsi logam Cu(II) mengikuti pola
adsorpsi isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich. Berdasarkan analisis spektrofotometri Infra Red (FTIR) bahwa
gugus aktif yang berikatan dengan ion logam Cu(II) adalah gugus karbonil (C=O) dari hemiselulosa dan lignin se-
dangkan gugus OH berasal dari selulosa dan lignin.
Kata kunci: biosorpsi, limbah padat kayu aren (Arenga pinnata), logam berat, Cu(II),

ABSTRACT
The use of adsorbent of organic matter (biosorbent) lately very much developed as a heavy metal biosorption. Palm
wood waste from palm trees (Arenga pinnata) which is used for industrial soon contain organic materials such as starch,
lignin and cellulose fibers both dissolved and suspended particles.
Experimental methods to be used, with the batch system. Palm wood waste derived cleaned and washed with distilled
water and sieved with a 100 mesh size and heated at 105 ° C for 3 minutes. Activation biosorbent using HNO3 and
NaOH. For maximum biosorption ability to vary the contact time and concentration. Biosorbent characterization
analyzed using spectrophotometric Infra Red (FTIR) and to determine the characteristics of heavy metal ions biosorption
by biosorbent through testing adsorption isotherm Langmuir and Freundlich adsorption isotherm.
Biosorbent solid waste timber in the form of palm once activated can reduce levels of Cu(II) was 46,43% in pH
optimum 6 or 7 with maximum contact time of 48 hours. Metal biosorption of Cr (II) adsorption follows the pattern
of Langmuir and Freundlich adsorption isotherm. Based on the spectrophotometric analysis Infra Red (FTIR) that
the active groups that bind to metal ions of Cu (II) is a carbonyl group (C=O) of hemicellulose and lignin while
the OH group is derived from cellulose and lignin.
Key words: biosorption, wood waste aren (Arenga pinnata),heavy metal, Cu(II)

PENDAHULUAN yang terdapat pada buangan industri, diduga


Zat pencemar logam berat mengakibatkan krom (Cr), Timbal (Pb), Nikel (Ni), tembaga
permasalahan yang lebih serius jika dibanding- (Cu), dan mangan (Mn). (Muljadi, 2009).
kan dengan polutan organik karena ion logam Logam Cu (tembaga) adalah salah satu logam
berat dapat mengakibatkan keracunan bagi orga- berat di mana dalam lingkungan terdapat berupa
nisme serta sangat sulit diuraikan secara biologi pembuangan air limbah industri kimia yaitu di
maupun kimia. Logam berat yang bersifat toksik antaranya adalah industri penyamakan kulit, in-
44 DIAN KRESNADIPAYANA ET AL. Biomedika

dustri pelapisan logam, industri tekstil, maupun dijadikan sebagai biosorpsi logam berat. Serbuk
industri cat. Air limbah yang mengandung ion daun dan batang dari pohon poplar yang pema-
tembaga dapat ditemukan dalam bentuk Cu(I), nasan 80 oC dengan ukuran antara 200 - 800 ìm
Cu(II), dan Cu(III) yang berbentuk padat. Lim- (75 – 25 mesh) dapat mengadsorpsi logam Pb
bah cair ion Cu(II) biasanya berasal dari proses sebesar 100 % dan logam Cd sebesar 92 – 95 %
pewarnaan industri tekstil dengan bahan dasar (Al-Masri et al., 2010). Serutan pohon karet de-
kimia CuSO4 untuk pewarnaan tekstil warna biru ngan pemanasan 80oC dengan ukuran 150 mesh
(Moore and Ramamoorthy, 1984). dapat menurunkan logam Cu dan Ni dalam larut-
Penggunaan sorben dari bahan organik (bio- an (Nordin et al., 2010). Tongkol jagung (Zea
sorben) akhir-akhir ini sangat banyak dikembang- maize), ampas tebu (Saccharum officinarum)
kan. Biosorben lain yang dapat digunakan untuk dan sekam padi (Oryza sativa) sebagai limbah
mengatasi pencemaran logam berat di lingkungan pertanian dapat menurunkan logam Cr(VI) ber-
antara lain bahan-bahan organik mati, serbuk ger- turut-turut sebesar 98,7 ; 98,64 ; dan 100 % yang
gaji, hasil samping pertanian, dan mikro alga. berbentuk serbuk dengan ukuran 200 mesh diak-
Biosorben mempunyai keunggulan untuk menga- tivasi dengan pemanasan 105 oC selama 3 menit
tasi logam berbahaya dan beracun di lingkungan (Abbas et al., 2010). Aktivasi dengan pemanasan
karena harganya yang relatif murah, mudah dida- di antaranya adalah daun-daunan Platanus orien-
pat, dapat diperbaharui serta sifatnya yang ramah talis (Mahvi et al., 2007), serbuk gergaji (Vino-
lingkungan (Shukla et al., 2002). dhini and Das, 2009) dan serbuk gergaji pohon
Senyawa organik juga dapat sebagai bio- cemara (Biparva et al., 2011) dapat menurunkan
sorpsi. Limbah industri pati aren dari pohon aren logam Cr(VI).
(Arenga pinnata) mengandung bahan organik
berupa pati atau serat selulosa baik terlarut mau- MATERI DAN METODE
pun partikel tersuspensi. Tingginya kandungan Bahan
bahan organik bergantung pada efisiensi proses Limbah kayu aren berupa padatan dari industri
pemisahan pati dari air. Pembuatan tepung aren bihun berbasis industri rumah tangga dusun Bendo,
dilakukan melalui terlebih dahulu menebang desa Daleman, kecamatan Tulung, kabupaten
batang pohon aren kemudian dipotong-potong Klaten, provinsi Jawa Tengah. Bahan kimia yang
sepanjang 1,25 - 2 meter. Pada industri tradi- digunakan dalam penelitian ini adalah, meliputi:
sional, serat tadi dimasukkan ke bak yang dialiri CuSO4, H2NO3 0.6 M, NaOH 0.1 M, dan akuades.
air serta diaduk-aduk dengan cara menginjak-
injak untuk memisahkan antara ampas aren dan Alat
tepungnya. (Firdayati dan Handajani, 2005). Labu Erlenmeyer, beaker glass, labu takar,
Selulosa, hemiselulosa dan lignin mempunyai gelas ukur, termometer, pemanas Cimarec 2
potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai thermolyne, timbangan digital Ohaus Explorer,
penjerap karena gugus OH yang terikat dapat Oven pemanas merk Memmert, Furnace merk,
berinteraksi dengan komponen adsorbat. Adanya spektrometer serapan atom (SSA) Perkin Elmer,
gugus OH, pada selulosa dan hemiselulosa me- dan ayakan Tyler.
nyebabkan terjadinya sifat polar pada adsorben
tersebut. Dengan demikian selulosa dan hemi- Cara Kerja
selulosa lebih kuat menjerap zat yang bersifat Preparasi Biosorben
polar dari pada zat yang kurang polar. Limbah diayak dengan ukuran 100 mesh dan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dipanaskan pada 105 oC selama 3 menit kemudian
biosorben dari limbah hasil pertanian yang me- dicuci dengan aquades. Jika air cucian masih
ngandung selulosa, hemiselulosa dan lignin dapat berwarna coklat maka perlu dicuci lagi. Material
Volume 9, No.1, Maret 2016 Biomedika 45

ini digunakan sebagai adsorben sebelum aktivasi. Karakterisasi Biosorben


(Abbas, et.al., 2010). Material ini digunakan Karakterisasi biosorben LKA digunakan uji
sebagai adsorben. isoterm Langmuir dan Freundlich serta dianalisis
menggunakan spektrofotometer infra red (FTIR)
Aktivasi Biosorben sebelum aktivasi dan sesudah aktivasi.
Sebanyak 100 g biosorben dimasukkan ke da-
lam gelas piala 1 L lalu ditambahkan 1 L HNO3 HASIL DAN PEMBAHASAN
0.6 M. Campuran direndam selama 30 menit, Aktivasi Biosorben
kemudian disaring. Sampel dikeringkan dalam Sifat fisis dari limbah kayu aren yang diguna-
oven pada suhu 50oC selama 24 jam, kemudian kan dalam penelitian ini ialah serabut-serabut
suhu dinaikkan menjadi 105oC lalu didinginkan. dari kayu aren. Aktivasi fisika dengan pemanasan
Setelah itu, direndam dalam air deionisasi panas 50 oC selama 24 jam dan aktivator biosorben se-
untuk menghilangkan kelebihan asam dan dike- cara kimia digunakan adalah HNO3 0.6 M dan
ringkan pada suhu 50oC selama 24 jam. Kemu- NaOH 0.1 M. Larutan HNO3 0.6 M yang semula
dian sampel ditambahkan 1 L NaOH 0.1 M. berwarna bening setelah dipakai perendaman
Campuran direndam selama 20 menit sambil berwarna coklat kekuning-kuningan. Perubahan
dipanaskan pada suhu 80oC kemudian disaring warna ini menjelaskan bahwa HNO3 0.6 M ber-
dan airnya dibuang. Setelah itu, dicuci dengan fungsi untuk menghilangkan pengotor-pengotor
menggunakan air deionisasi untuk menghilang- yang mungkin berupa kation-kation yang terda-
kan kelebihan basa. Sampel dikeringkan dalam pat dalam biosorben tersebut aktif.
oven pada suhu 50oC selama 24 jam. Sampel
yang dihasilkan selanjutnya disebut biosorben pH Optimum Biosorpsi Cu(II)
limbah kayu aren (LKA). Permukaan adsroben dipengaruhi oleh pH
sehingga mempengaruhi proses biosorpsi. Pada
pH Optimum Biosorpsi variasi pH untuk efisiensi Cu(II) di mana pH
Ke dalam 8 buah labu Erlenmeyer ukuran maksimum dalam biosorpsi adalah pada pH 6
100 mL dimasukkan masing-masing 1 gram atau 7 disajikan pada Gambar 1. Pada pH rendah
adssorben, selanjutnya ke dalam gelas piala permukaan biosorben tertutupia danya ion H+
tersebut dimasukkan 50 mL larutan ion logam sehingga akan menganggu mendekatnya ion Cu2+
dengan konsentrasi 80 ppm pada variasi pH 1-9 karena adanya ganya tolak-menolak ion sejenis
dengan waktu kontak selama 30 menit. Kemu- antara ion H+ dan Cu2+. Pada pertambahan pH
dian disaring dan filtratnya ditampung untuk yang mendekati pH netral mengakibatkan ber-
diukur kadar ion logam dengan spektrofoto- kurangnya ion H+ dan tidak adanya gangguan
meter AAS. dalam biosorpsi sehingga ion Cu2+ mudah men-
dekati permukaan biosorben. Sebaliknya pada
Waktu Kontak Optimum Biosorpsi pH tinggi terjadinya penurunan ion Cu dikare-
Ke dalam 7 buah labu Erlenmeyer ukuran nakan Cu terbentuk Cu(OH)3-, Cu(OH)42- yang
100 mL dimasukkan masing-masing 1 gram terlarut.
biosorben, selanjutnya ke dalam gelas piala ter-
sebut dimasukkan 50 mL larutan ion logam Cu(II) Waktu Optimum Biosorpsi Cu(II)
dengan konsentrasi 80 ppm dan dikocok dengan Interaksi antara ion Cu2+ dengan biosorben
menggunakan pengaduk masing-masing selama menunjukkan peningkatan proses adsorpsi sejalan
6, 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 jam. Kemudian disa- dengan bertambahnya waktu interaksi, namun
ring dan filtratnya ditampung untuk diukur kadar untuk waktu optimum biosorben adalah 48 jam.
ion logam dengan spektrofotometer AAS. Setelah waktu 48 jam tidak terjadi perubahan
46 DIAN KRESNADIPAYANA ET AL. Biomedika

signifikan dalam biosorpsi di mana ion-ion permu- adsorpsi Langmuir di mana biosorpsi maksimum
kaan biosorben telah mengalami kejenuhan. Hal terjadi saat semua situs aktif biosorben diisi oleh
ini ditunjukkan pada Gambar 2. biosorbat membentuk satu lapisan (monolayer).
Pada isoterm adsorpsi Freundlich menunjukkan
Uji Isoterm Biosorpsi Cu(II) harga R2 sebesar 0,918. Hal ini menunjukkan
Karakteristik biosorpsi ion logam berat oleh bahwa biosorpsi ion berlangsung baik secara fi-
biosorben melalui uji isoterm adsorpsi Langmuir sik yaitu melalui pori-pori maupun secara kimia
dan isoterm adsorpsi Freundlich. Persamaan melalui interaksi gugus karbonil (C=O) dan hi-
isoterm adsorpsi Langmuir menggunakan sebagai droksidanya (OH) yang terdapat pada biosorben.
berikut: Gugus-gugus tersebut dapat mengikat ion Cu(II)
C 1 1 C secara ikatan ion-ion atau ion-polar. Proses bio-
+
x/m = (x/m)max k (x/m)max sorpsi juga dapat dijelaskan bahwa pembentukan
Pada persamaan isoterm adsorpsi Freundlich kompleks antara ion logam dan ligan, maka per-
menggunakan sebagai berikut: bedaan kemampuan sangat ditentukan oleh ke-
log (x/m) = log k + 1/n log C tersediaan gugus-gugus fungsi pada biosorben
Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa proses yang berfungsi sebagai ligan terrhadap ion logam.
biosorpsi Cu(II) mengikuti pola adsorpsi isoterm

Gambar 1. Variasi pH pada Biosorpsi Cu(II)

Gambar 2. Variasi Waktu pada Biosorpsi Cu(II)

Gambar 3. Isoterm Adsorpsi Langmuir dan Freundlich pada Cu(II)


Volume 9, No.1, Maret 2016 Biomedika 47

Analisis Spektrofotometer Infra Red (FTIR) selulosa. Pada biosorben teraktivasi 1720 cm-1
sebelum dan sesudah Biosorpsi Cr(VI) dan terjadi pergeseran pada 1728 cm-1. Menurut Sim
Cu(II) et. al. (2012) dan Xu et. al. (2013) bahwa
Karakterisasi biosorpsi ion logam berat oleh stretching C=O hemiselulosa terjadi pada
biosorben dilakukan dengan analisis FTIR pada 1730 cm-1. Interaksi juga pada vibrasi lingkar
gugus fungsi yang terdapat dalam biosorben. aromatik dan stretching C=O lignin di mana
Karakterisasi tersebut untuk mengetahui gugus pada biosorben teraktivasi pada bilangan ge-
fungsi terutama gugus hidroksi (OH) pada selu- lombang 1627 cm-1 terjadi pergeseran pada
losa, hemiselulosa dan lignin. Pada analisis FTIR 1597 cm-1 untuk Cu(II). Vibrasi lingkar aroma-
dapat memprediksi perubahan struktur kimia se- tik dan stretching C=O lignin menurut Adapa
belum dan setelah diaktivasi serta juga dapat et. al. (2012) pada 1599 cm-1 sedangkan Xu
memprediksi ion logam berikatan dengan gugus et. al. (2013) pada 1595 cm-1. Interaksi juga ter-
fungsi tertentu pada biosorpsi disajikan pada jadi pada stretching O-H lignin di mana pada
Gambar 4. biosorben teraktivasi 3425 cm-1 terjadi pergeser-
Identifikasi gugus-gugus aktif yang berperan an pada 3410 cm-1 untuk Cu(II). Menurut Xu
dalam mengikat ion logam pada biosorben sebe- et. al. (2013) terjadi stretching O-H lignin pada
lum dan setelah diaktivasi serta dilakukan pada 3421 cm-1 sedangkan menurut Sim et. al. (2012)
kondisi optimum pada perlakuan ion logam pada 3412 cm-1 terjadi ikatan hidrogen pada
Cu(II). Hasil karakterisasi menggunakan spek- ikatan OH stretching-vibration O-H á-selulosa.
trofotometer inframerah (FTIR). Spektra infra-
merah hasil aktivasi biosorben dengan ion logam KESIMPULAN
tidak memberikan pergeseran frekuensi yang Biosorben yang berupa limbah padat kayu
terlalu signifikan. Secara umum pada biosorben aren setelah diaktivasi dapat menurunkan kadar
teraktivasi terjadi pergeseran ke arah bilangan logam Cu(II) berturut-turut adalah 46,43 % pada
gelombang yang lebih rendah. pH optimum 7 untuk Cu(II) dengan waktu kon-
Pada interaksi antara biosorben dengan ion tak maksimum untuk logam Cu(II) 48 jam. Ber-
logam Cu(II) terjadi pada stretching C=O hemi- dasarkan analisis spektrofotometri Infra Red

Gambar 4. Analisis FTIR. (A) Biosorben (B) Biosorben Teraktivasi (C) Biosorben-Cu(II)
48 DIAN KRESNADIPAYANA ET AL. Biomedika

(FTIR) bahwa gugus aktif yang berikatan Firdayati, M dan Handajani, M. 2005. Studi Karakteristik Dasar
Limbah Industri Tepung Aren. Jurnal Infrastruktur dan
dengan ion logam Cu(II) adalah gugus karbonil Lingkungan Binaan Vol. I No. 2, Desember .
(C=O) dari hemiselulosa dan lignin sedangkan Mahvi, AH., Gholami, N, dan Khairi. 2007. Adsorption of Chro-
mium from Wastewater by Platanus orientalis Leaves. Iran.
gugus OH berasal dari selulosa dan lignin. J. Environ. Health. Sci. Eng., 2007, Vol. 4, No. 3, pp. 191-
196.
Moore, J.W. and Ramamoorthy, S. 1984. Heavy Metal in Natural
UCAPAN TERIMA KASIH Waters. Springervelag. New York, Berlin, Heidelberg. Tokyo
Terimakasih kepada Direktorat Jendral Pendi- Muljadi. 2009. Efisiensi Instalasi Pengolahan Limbah Cair
Industri Batik Cetak Dengan Metode Fisika-Kimia Dan
dikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Ke- Biologi Terhadap Penurunan Parameter Pencemar (Bod,
budayaan yang telah membiayai penelitian ini Cod, Dan Logam Berat Krom (Cr) (Studi Kasus di Desa
Butulan Makam Haji Sukoharjo). Program Studi Ilmu
dalam program Penelitian Dosen Pemula yang Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Sura-
didanai Tahun 2015. karta. EKUILIBRIUM Vol. 8. No. 1. 10 Januari 2009 : 7–16
Nordin, N., Zainul Akmar Zakaria, Z.A., Ahmad, W.A. Utilisation
of Rubber Wood Shavings for the Removal of Cu(II) and
DAFTAR PUSTAKA Ni(II) from Aqueous Solution. Water Air Soil Pollut (2012)
Abbas, A., Munir, M., Aslam, F., Naheed, S., Zafar, A., 2010. 223:1649–1659.
Removal of Chromium(VI) by Biosorption Using Different Shukla, A, Zhang, YH, Dubey, P, Margravw, JL, and Shukla, S.
Agricultural By Product of Some Important Cereal Cropsas 2002, The Role of Swadust in the Removal of Unwanted
Biosorbent. Middle-East Journal of Scientific Research 6 (5): Materials from Water, J. of Hazardous Materials, 9 : 137-
512-516, 2010. Sim,157.
Siong Fong. M. Mohamed, N. Aida, N. Safitri, and S. N.
Adapa, P. K. L. G. Tabil, G. J. Schoenau1, T. Canam2 and T. Sihariddh. 2012. Computational FTIR with PCA, BioRe-
Dumonceaux. 2011. Quantitative Analysis of Lignocellulosic sources 7(4), 5367-5380.
Components of Non-Treated and Steam Exploded Barley, Sudarmaji, J. Mukono dan Corie I.P. Toksikologi Logam Berat
B3 dan Dampaknya terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Canola, Oat and Wheat Straw Using Fourier Transform Infra-
Lingkungan, Vol. 2, No. 2 , Januari 130 2006:129 -142 Ba-
red Spectroscopy. Journal of Agricultural Science and Tech-
gian Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Airlangga.
nology B 1 (2011) 177-188
Al-Masri, M. S., Y. Amin, B. Al-Akel, T. Al-Naama. 2010. Vinodhini, V and Das, N. 2009. Mechanism of Cr(VI) Biosorption
Biosorption of Cadmium, Lead, and Uranium by Powder by Neem Sawdust. American-Eurasian Journal of Scientific
of Poplar Leaves and Branches. Appl Biochem Biotechnol Research 4 (4): 324-329, 2009.
(2010) 160:976–987. Xu, Feng, Jianming Yu, Tesfaye Tesso, Floyd Dowell, Donghai
Biparva, P, Hadjmohammadi, MR and Salary, M. 2011. Removal Wang. 2013. Qualitative and quantitative analysis of ligno-
of Cr(VI) from Aqueous Solution using Pine Needles Powder cellulosic biomass using infrared techniques: A mini-review.
as a Biosorbent. Department of Environmental Engineering Applied Energy 104 (2013) 801–809.
Volume 6, Number 1: 1-13, January-March, 2011. Sepuluh
Nopember Institute of Technology, Surabaya dan Indonesian
Society of Sanitary and Environmental Engineers, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai