Anda di halaman 1dari 4

ِ ِ ‫ض َّل لَه ومن ي‬ ِ ِ ِ

‫ى لَهُ َوأَ ْش َه ُد أَ ْن‬َ ‫ضل ْل فَالَ َهاد‬ ْ ُ ْ َ َ ُ ِ ‫إِ َّن احْلَ ْم َد للَّ ِه نَ ْستَعِينُهُ َونَ ْسَت ْغف ُرهُ َو َنعُوذُ بِِه ِم ْن ُشُرو ِر أَْن ُف ِسنَا َم ْن َي ْهد اللَّهُ فَالَ ُم‬
ُ‫َن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُسولُه‬ َّ ‫الَ إِلَهَ إِالَّ اللَّهُ َوأَ ْش َه ُد أ‬
: ِ‫قَ َال اهللُ َت َعاىَل يِف كِتَابِِه ال َك ِرمْي‬
[‫ين َآمنُوا َّات ُقوا اللَّهَ َح َّق ُت َقاتِِه َواَل مَتُوتُ َّن إِاَّل َوأَْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن‬ ِ َّ
َ ‫]يَا أَيُّ َها الذ‬
ِ ِ ِ َّ ‫اح َد ٍة وخلَق ِمْنها زوجها وب‬ ِ‫سو‬ ِ ِ َّ
َ‫ث مْن ُه َما ِر َجااًل َكث ًريا َون َساءً َو َّات ُقوا اللَّه‬ ََ ََ َْ َ َ َ َ َ ٍ ‫َّاس َّات ُقوا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم م ْن َن ْف‬
ُ ‫]يَا أَيُّ َها الن‬
[‫الَّ ِذي تَ َساءَلُو َن بِِه َواأْل َْر َح َام إِ َّن اللَّهَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِيبًا‬
‫صلِ ْح لَ ُك ْم أ َْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع اللَّهَ َو َر ُسولَهُ َف َق ْد‬ْ ُ‫يدا ي‬
ِ
ً ‫ين َآمنُوا َّات ُقوا اللَّهَ َوقُولُوا َق ْواًل َسد‬
ِ َّ
َ ‫]يَا أَيُّ َها الذ‬
[‫يما‬ ِ
ً ‫فَ َاز َف ْو ًزا َعظ‬
ٍ ٍ ٍ ِ ِ ِ ِ
ٌ‫ضالَلَة‬َ ‫ َو َشَّر األ ُُم ْو ِر حُمْ َدثَا ُت َها َو ُك َّل حُمْ َدثَة بِ ْد َعةٌَو ُك َّل بِ ْد َعة‬r ‫ض ُل اهلَُدى ُه َدى حُمَ َّمد‬ َ ْ‫اب اهلل َوأَف‬ ْ ‫فَِإ َّن أ‬
ُ َ‫َص َد َق احلَديْث كت‬
‫ضالَلٍَة ىِف النَّا ِر‬َ ‫َو ُك َّل‬
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,
Kita bersyukur pada Allah atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan pada kita. Lebih-lebih Allah memberikan tiga
nikmat yang utama sebagaimana disebutkan oleh Wahb bin Al-Munabbih yaitu nikmat Islam, kesehatan dan kecukupan.
Tanpa tiga nikmat tersebut, kita akan sulit beramal.
Moga dengan nikmat yang kita peroleh tadi semakin meningkatkan ketakwaan kita pada Allah Ta’ala.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu
pula pada keluarga dan sahabatnya serta yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman.
 
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,
Ada sebuah perkataan yang disimpulkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali dalam Lathaif Al-Ma’arif dan  Ibnu Katsir dalam kitab
tafsirnya, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim  dari tafsir surat Al-Lail, juga kaedah ini disampaikan oleh ulama lainnya. Mereka
berkata,
‫السيِّئَةَ َب ْع َد َها‬ َّ ‫ َوإِ َّن ِم ْن َجَز ِاء‬،‫اب احلَ َسنَ ِة احلَ َسنَةَ َب ْع َد َها‬
َّ ‫السيِّئَ ِة‬ ِ ‫إِ َّن ِمن َثو‬
َ ْ
“Sesungguhnya di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya. Dan di antara balasan dari amalan kejelekan
adalah kejelekan selanjutnya.”
Berarti tanda suatu amalan itu diterima adalah kalau dilanjutkan dengan kebaikan selanjutnya dan tanda suatu amalan
tidak diterima (dinilai jelek) adalah jika dilanjutkan dengan kejelekan selanjutnya.
Untuk bulan Ramadhan, jika amalan di bulan tersebut diterima, berarti setelah Ramadhan diikuti dengan kebaikan. Tanda
amalan tersebut tidak diterima adalah jika setelah Ramadhan malah yang ada kejelekan atau amalan kebaikan malah jadi
hilang.
 
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,
Dari penjelasan di atas, kami akan menjelaskan suatu kenyataan. Kita akan temukan 7 kenyataan yang menunjukkan
keadaan kebanyakan kaum muslimin setelah Ramadhan.
 
Kenyataan pertama:
Malas mengerjakan shalat lima waktu, lebih-lebih lagi untuk shalat Shubuh karena ba’da Ramadhan tidak lagi
punya kebiasaan makan sahur.
 
Padahal shalat adalah suatu kewajiban yang mesti diperhatikan. Karena tegaknya bangunan Islam dilihat dari apakaha
shalat lima waktu didirikan ataukah tidak. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
‫ص ْوِم‬ ِ ِ َّ ‫الصالَِة وإِيت ِاء‬
َ ‫الز َكاة َو َح ِّج الَْبْيت َو‬ َّ ‫س َش َه َاد ِة أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ اللَّهُ َوأ‬
َ َ َّ ‫َن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُسولُهُ َوإِقَ ِام‬ ٍ ْ‫بُىِن ا ِإل ْسالَ ُم َعلَى مَخ‬
َ
‫ضا َن‬َ ‫َر َم‬
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji ke Baitullah; dan
berpuasa Ramadhan.”  (HR. Bukhari, no. 8; Muslim, no. 16)
Kalau shalat tidak ada, hancurlah bangunan Islam. Sehingga kalau shalat benar-benar diperhatikan berarti tegaklah
bangunan Islam.
Terkhusus lagi shalat Shubuh jika dijaga dengan baik, maka akan terselamatkan dari sifat kemunafikan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ً‫ َولَ ْو َي ْعلَ ُمو َن َما فِي ِه َما ألََت ْومُهَا َولَ ْو َحْبوا‬، ‫صالَِة ال َف ْج ِر َوالعِ َش ِاء‬ ِ ‫لَيس صالَةٌ أ ْث َقل علَى املنَافِ ِق‬
َ ‫ني م ْن‬
َ ُ َ َ َ َ ْ
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu
keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR.
Bukhari, no. 657).
 
Kenyataan kedua:
Masjid mulai sepi bahkan tidak sedikit yang tidak ada kumandang azan. Parahnya lagi setelah Ramadhan, ada
masjid yang hanya menjadi sarang kotoran hewan (cicak, dll)
 
Perhatikanlah bahwa shalat berjama’ah itu sangat ditekankan sekali bagi kaum pria. Yang buta saja Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam tetap menyuruhnya berjama’ah di masjid.
Ceritanya ada seorang laki-laki buta mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku tidak memiliki orang yang menuntunku ke masjid’. Kemudian pria ini meminta pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diberi keringanan untuk shalat di rumah. Pada mulanya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memberi dia keringanan. Namun, tatkala dia hendak berpaling, beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam memanggilnya lagi lantas berkata,
‫الصالَِة‬
َّ ِ‫ِّداءَ ب‬
َ ‫َه ْل تَ ْس َم ُع الن‬
“Apakah engkau mendengar azan ketika shalat?”
Laki-laki buta tersebut menjawab, “Iya.”
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
‫ب‬ ِ
ْ ‫فَأَج‬
“Penuhilah panggilan azan tersebut.” (HR. Muslim, no. 653)
Lihatlah laki-laki yang buta saja tetap diwajibkan shalat berjama’ah. Bagaimana dengan kita dalam keadaan sehat badan
dan penglihatan pun masih normal?
 
Kenyataan ketiga:
Shalat malam sudah enggan, padahal di bulan Ramadhan kita menjadi orang yang gemar shalat tarawih.
 
Harusnya setelah Ramadhan menjadi orang yang semangat terus menjaga shalat malam atau giat melakukan shalat
tahajud (shalat malam setelah bangun tidur).
Coba perhatikan ada orang yang tidurnya sampai Shubuh itu tiba, ia tidak bangun untuk shalat malam, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam  mencelanya ketika itu dengan mengatakan,
‫ال ىِف أُذَُنْي ِه‬
َ َ‫ك الشَّْيطَا ُن ب‬ ِ
َ ‫ذَل‬
“Demikianlah setan telah mengincingi kedua telinganya.” (HR. An-Nasa’i, no. 1609; Ibnu Majah, no. 1330. Syaikh Al-Albani
dalam Shahih At-Targib wa At-Tarhib no. 640 mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Untungnya setan adalah makhluk ghaib yang kencingnya pun tidak bisa kita lihat. Bayangkan jika kencing itu diwujudkan
seperti kencing anak-anak kita?
 
Juga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela pula orang yang dahulu rajin shalat malam, namun sekarang ia
meninggalkannya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku,
‫وم اللَّْي َل َفَتَر َك قِيَ َام اللَّْي ِل‬ ٍ ِ ِ
ُ ‫ َكا َن َي ُق‬، ‫ الَ تَ ُك ْن مثْ َل فُالَن‬، ‫يَا َعْب َد اللَّه‬
“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si A. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak
mengerjakannya lagi.” (HR. Bukhari, no. 1152)
 
Kenyataan keempat:
Puasa sunnah sudah tidak mau dikerjakan karena merasa cukup dengan puasa wajib di bulan Ramadhan.
 
Padahal puasa Ramadhan perlu disempurnakan dengan puasa sunnah. Biar kekurangan yang ada pada puasa wajib bisa
ditutup dengan puasa sunnah. Salah satu puasa yang bisa dilakukan adalah puasa Syawal sebanyak enam hari.
Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ِ ِ
ْ ‫ضا َن مُثَّ أَْتَب َعهُ ستًّا م ْن َش َّو ٍال َكا َن َكصيَ ِام الد‬
‫َّه ِر‬ َ ‫ص َام َر َم‬
َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun
penuh.” (HR. Muslim, no. 1164)
Puasa ini bisa dilakukan di awal, pertengahan atau di akhir. Puasa ini bisa pula dilakukan berturut-turut atau tidak. Yang
penting enam hari tersebut dikerjakan di bulan Syawal.
 
Jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa mendapatkan berkah dari Allah,
 
Demikian khutbah pertama ini.
 
‫العلِْي ُم‬ ِ ‫أَُقو ُل َقويِل ه َذا أَسَت ْغ ِفر اهلل يِل ولَ ُكم ولِسائِِر املسلِ ِم إِنَّه هو‬
َ ‫السمْي ُع‬
َ َ ُ ُ َ ‫ْ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ ُ ْ نْي‬

Anda mungkin juga menyukai