Anda di halaman 1dari 11

JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO.

2 OKTOBER 2018

Dampak Kebijakan Fiskal dan Monter dalam


Perekonomian Indonesia

Nurlina1 , Zurjani2
Fakultas Ekonomi Universitas Samudra
1
email: nurlina@unsam.ac.id
2
email: Zuljani000@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh pajak
dan suku bunga terhadap perekonomian Indonesia. Data yang digunakan
adalah data penerimaan pajak Indonesia, tingkat suku bunga (BI Rate) dan
data Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari tahun 2003-2017
yang diperoleh dari situs BPS Indonesia, Bank Indonesia, dan Direktorat
Jenderal Pajak. Data dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linier berganda. Hasil penelitian diperoleh Y = 3,501 + 0,432X1 + 0,286X2.
Hasil uji koefisien determinasi sebesar 4,52 atau sebesar 45,2% artinya
variabel penerimaan pajak dan suku bunga mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia, sedangkan sisanya sebesar 54,8% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil uji t pada
variabel penerimaan pajak nilai Prob > α 5% (0,027 < 0,05) dapat
dinyatakan bahwa penerimaan pajak berpengaruh signifikan terhadap
perekonomian Indonesia. Pada variabel suku bunga nilai Prob > α 5%
(0,041 < 0,05) dapat dinyatakan bahwa suku bunga berpengaruh signifikan
terhadap perekonomian Indonesia. Hasil uji F nilai prob (F statistik) < α
5% (0,021 < 0,05) dapat dinyatakan bahwa secara simultan penerimaan
pajak dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap perekonomian
Indonesia.

Kata Kunci: Penerimaan Pajak, Suku Bunga dan Produk Domestik Bruto
(PDB)

PENDAHULUAN untuk mencapai tingkat pendapatan kesempatan


Kebijakan fiskal merupakan salah satu kerja penuh (full-employment level of income).
kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi Sebaliknya dalam kondisi overheating akibat
secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terlalu tingginya permintaan agregat, kebijakan
terdapat kebijakan moneter yang merupakan fiskal dapat berperan melalui kebijakan yang
partner kebijakan fiskal dalam mengendalikan kontraktif melalui penurunan pengeluaran
stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan pemerintah atau peningkatan pendapatan pajak
ekonomi. Dalam kondisi perekonomian yang untuk menyeimbangkan kondisi permintaan dan
lesu, pengeluaran pemerintah dapat memberi penyediaan sumber-sumber perekonomian.
stimulasi kepada perekonomian untuk Sedangkan kebijakan moneter merupakan
bertumbuh melalui kebijakan fiskal yang kebijakan bank sentral atau otoritas moneter
ekspansif melalui peningkatan pengeluaran dalam bentuk pengendalian besaran moneter
pemerintah atau menurunkan pajak untuk dan atau tingkat bunga untuk mencapai
meningkatkan permintaan agregat di dalam perkembangan kegiatan perekonomian yang
perekonomian menyebabkan pendapatan naik diinginkan, perekonomian yang stabil lebih
yang akan mengurangi pengangguran yang ada

Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 126
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO. 2 OKTOBER 2018

diinginkan dibandingkan perekonomian yang kelangsungan pembangunan ekonomi suatu


mengalami gejolak. negara, hal ini menjadi salah satu tolak ukur dari
Kestabilan menjadi penting karena keberhasilan ekonomi negara tersebut.
kondisi yang stabil akan menciptakan suasana Salah satu kebijakan fiskal yaitu berkaitan
yang kondusif untuk perkembangan dunia dengan pajak. Pajak merupakan penerimaan
usaha. Stabilitas makroekonomi dapat dilihat negara yang digunakan untuk mengarahkan
dari dampak guncangan suatu variabel kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan.
makroekonomi terhadap variabel Pajak sebagai penerimaan pemerintah
makroekonomi lainnya. Apabila dampak suatu merupakan salah satu alat yang cukup penting
guncangan menimbulkan fluktuasi yang besar bagi pemerintah untuk menjalankan fungsinya,
pada variabel makroekonomi dan diperlukan terutama sebagai stabilisator perekonomian
waktu yang relatif lama untuk mencapai melalui kebijakan anggaran guna menjamin
keseimbangan jangka panjang, maka dapat tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup.
dikatakan bahwa stabilitas makroekonomi Penerimaan pajak merupakan sumber
rentan terhadap perubahan. pembiayaan negara yang dominan baik untuk
Kebijakan moneter adalah satu kebijakan belanja rutin maupun pembangunan.
yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan Salah satu kebijakan moneter yaitu
internal dan keseimbangan eksternal demi berkaitan dengan suku bunga. Tingkat bunga
tercapainya tujuan ekonomi makro. Stabilisasi digunakan untuk menstabilkan jumlah uang
ekonomi dapat diukur dengan kesempatan kerja, beredar pada masyarakat. Hal ini dimaksudkan
kestabilan harga serta neraca pembayaran agar perekonomian semakin bergairah. Semakin
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan tinggi tingkat bunga, maka jumlah uang beredar
dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka semakin berkurang. Sebaliknya, semakin rendah
kebijakan moneter dapat dipakai untuk tingkat bunga, maka jumlah uang beredar
memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh semakin bertambah. Tingkat bunga dalam hal
kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan ini adalah BI Rate. Dengan menurunkan BI
oleh sektor perbankan, yang kemudian Rate bank sentral dapat melakukan ekspansi
ditransfer pada sektor riil. Pertumbuhan atau kontraksi moneter. Pada Tabel I terlihat
ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang data mengenai penerimaan pajak dan suku
berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi bunga di Indonesia pada tahun 2012-2017.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto, Penerimaan Pajak dan Suku Bunga di indonesia Tahun
2012-2017
Perkembanga Penerimaan
PDB Perkembanga BI Rate
Tahun n Pajak
(miliar rupiah) n (%) (%)
(%) (miliar rupiah)
2012 2.618,9 - 1.016.237 15,65 5,75
2013 2.770,3 5,78 1.148.365 13,00 7,50
2014 2.991,6 7,98 1.246.107 8,51 7,75
2015 3.134,8 4,78 1.489.255 19,51 7,50
2016 3.328,2 6,16 1.539.166 3,35 6,50
2017 3.551,4 6,73 1.495.893 -2,81 6,50
Sumber: BPS Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak dan Bank Indonesia (diolah, 2018)

Berdasarkan Tabel I-2 dijelaskan ekonomi suatu negara, pendekatan


bahwa PDB pada tahun 2015 meningkat 4,78 pertumbuhan ekonomi cukup lazim
persen atau lebih rendah dari tahun lainnya digunakan. Gambaran kondisi perekonomian
selama periode 2012-2017. Di tahun yang dapat dicerminkan oleh beberapa indikator
sama penerimaan pajak meningkat 8,15 makro ekonomi suatu negara. Salah satu
persen, sedangkan suku bunga meningkat indikator ekonomi makro tersebut adalah
menjadi 7,50 persen. Meskipun bukan satu- Produk Domestik Bruto (PDB) yang dapat
satunya indikator untuk menilai prestasi
Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 127
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO. 2 OKTOBER 2018

digunakan untuk melihat keberhasilan 3. Untuk menstabilkan harga-harga barang


pembangunan perekonomian suatu negara. secara umum, khususnya mengatasi
Penerimaan pajak selama pada tahun inflasi.
2015 cukup signifikan hingga mencapai Secara operasional, konsolidasi fiskal
19,51 persen. Peningkatan tersebut terjadi (penyehatan APBN) diupayakan melalui
pada seluruh pos penerimaan, terutama pos pengendalian defisit anggaran dengan
penerimaan PPh, PPN dan PPnBM, dan langkah-langkah sebagai berikut: (Nizar,
cukai. Faktor utama yang berpengaruh pada 2010:114)
meningkatnya penerimaan pajak adalah 1. Peningkatan pendapatan negara yang
perbaikan sistem administrasi perpajakan dititikberatkan pada peningkatan
sebagai hasil dari kegiatan modernisasi penerimaan perpajakan dan optimalisasi
administrasi di bidang perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
kepabeanan dan cukai. 2. Pengendalian dan penajaman prioritas
Sedangkan tingkat suku bunga alokasi belanja negara dengan tetap
tertinggi yaitu pada tahun 2014 yaitu menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar
mencapai 7,75%, sedangkan tingkat suku dan alokasi belanja minimum.
bunga terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu 3. Pengelolaan utang negara yang sehat
sebesar 5,75%. Fluktuasi BI Rate dalam dalam rangka menutupi kesenjangan
beberapa tahun terakhir disebabkan karena pembiayaan anggaran yang dihadapi
alasan pihak Bank Indonesia untuk pemerintah.
mempertahankan nilai tukar rupiah dan 4. Perbaikan struktur penerimaan dan
menyikapi lonjakan inflasi. alokasi belanja negara, dengan
Dari uraian latar belakang, tujuan memperbesar peranan sektor pajak
utama penelitian ini yaitu untuk menganalisis nonmigas, dan pengalihan subsidi secara
pengaruh pajak dan suku bungan terhadap bertahap kepada bahan-bahan kebutuhan
perekonomian Indonesia pokok bagi masyarakat yang kurang
mampu agar lebih tepat sasaran.
5. Pengelolaan keuangan negara yang lebih
Kebijakan Fiskal
efektif, efisien, dan berkesinambungan,
Menurut Ibrahim (2013:193), kebijakan
yang dilakukan antara lain melalui
fiskal adalah kebijakan pemerintah yang
perbaikan manajemen pengeluaran
berkaitan dengan pengaturan kinerja
negara. Sementara itu, penguatan
ekonomi melalui mekanisme penerimaan dan
stimulus fiskal terutama diupayakan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal
melalui optimalisasi belanja negara
merupakan kebijakan pemerintah dalam
untuk sarana dan prasarana
mengatur setiap pendapatan dan pengeluaran
pembangunan, alokasi belanja negara
negara yang digunakan untuk menjaga
untuk kegiatan-kegiatan dan sektor-
stabilitas ekonomi dalam rangka mendorong
sektor yang mampu menggerakkan
pertumbuhan ekonomi (Rozalinda,
perekonomian, serta pemberian insentif
2015:137).
fiskal (perpajakan).
Tujuan dari kebijakan fiskal menurut
Ibrahim (2013:194),yaitu:
Kebijakan Moneter
1. Untuk meningkatkan produksi nasional
Kebijakan moneter adalah kebijakan
(PDB) dan pertumbuhan ekonomi atau
pemerintah untuk memperbaiki keadaan
memperbaiki keadaan ekonomi.
perekonmian melalui pengaturan jumlah
2. Untuk memperluas lapangan kerja dan
uang beredar. Jumlah uang beredar, dalam
mengurangi pengangguran atau
analisis ekonomi makro, memiliki pengaruh
mengusaha- kan kesempatan kerja
penting terhadap tingkat output
(mengurangi pengang- guran), dan
perekonomian, juga terhadap stabilitas
menjaga kestabilan hargaharga secara
harga-harga. Uang yang beredar terlalu
umum.
tinggi tanpa disertai kegiatan produksi yang
seimbang, akan ditandai dengan
Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 128
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO. 2 OKTOBER 2018

meningkatnya harga-harga pada seluruh rendah akan meningkatkan permintaan


barang dalam perekonomian (Pohan, pinjaman Bank Sentral yang selanjutnya
2008:14). akan menambah jumlah uang beredar
Kebijakan moneter dalam perekonomian (Pohan, 2008:15).
modern dilakukan melalui berbagai Sebaliknya pembelian valuta asing oleh
instrumen yaitu: (Wijoyo, 2007:111) Bank Sentral akan meningkatkan likuiditas
1. Opersi pasar terbuka (Open market rupiah di pasar uang (Wijoyo, 2007:112).
operation), Indikator dan Orientasi Kebijakan
2. Penentuan tingkat bunga (Discount rate Moneter yaitu: (Pohan, 2008:15)
policy), 1. Tingkat suku bunga
3. Penentuan cadangan wajib (Reserve Kebijakan moneter yang menggunakan
requirements policy) suku bunga sebagai sasaran antara akan
4. Himbauan moral (moral persuasion). menetapkan tingkat suku bunga yang
Operasi pasar terbuka (OPT) adalah ideal untuk mendorong kegiatan
kegiatan jual beli surat-surat berharga investasi. Apabila suku bunga
oleh Bank Sentral. Dalam kaitan ini menunjukkan kenaikan melampaui
penjualan surat-surat berharga oleh Bank angka yang ditetapkan, bank sentral
Sentral akan mempunyai dampak kontraksi akan segera melakukan ekspansi
moneter karena pengurangan alat-alat likuid moneter agar suku bunga turun sampai
perbankan yang akan memperkecil pada tingkat yang ditetapkan tersebut,
kemampuan bank-bank memberikan dan begitu sebaliknya.
pinjaman. Sebaliknya pembelian surat-surat 2. Uang beredar
berharga oleh Bank Sentral akan Kebijakan moneter yang menggunakan
membawa dampak ekspansi moneter monetary aggregate atau uang beredar
karena peningkatan alat-alat likuid bank- sebagai sasaran menengah mempunyai
bank yang akan memperbesar dampak positif berupa tingkat harga
kemampuannya dalam pemberian pinjaman. yang stabil. Apabila terjadi gejolak
OPT dilaksanakan untuk mempengaruhi dalam jumlah besaran moneter, yaitu
likuditas rupiah di pasar uang yang pada melebihi atau kurang dari jumlah yang
gilirannya akan mempengaruhi tingkat ditetapkan, Bank Sentral akan
suku bunga. OPT dilakukan melalui dua melakukan kontraksi
cara, yaitu melalui penjualan Sertifikat atau ekspansi moneter sedemikian rupa
Bank Indonesai (SBI) dan intervensi rupiah sehingga besaran moneter akan tetap
melalui Fasilitas Simpanan Bank Indonesia pada suatu jumlah yang ditetapkan.
(FASBI). Penjualan SBI dilakukan melalui
lelang sehingga tingkat diskonto yang Kebijakan Fiskal berkaitan dengan
terjadi benar-benar mencerminkan kondisi Pajak
likuiditas pasar uang. Sementra itu, Menurut Waluyo (2009:2), pajak
kegiatan intervensi rupiah dilakukan oleh adalah iuran masyarakat kepada negara
Bank Sentral untuk menyesuiakan kondisi (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang
pasar uang baik likuiditas maupun tingkat wajib membayarnya menurut peraturan-
suku bunga (Mishkin, 2007:89). peraturan umum (undang-undang) dengan
Fasilitas diskonto adalah kebijakan tidak mendapat prestasi kembali yang
moneter Bank Sentral untuk mempengaruhi langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
jumlah uang beredar melalui penetapan adalah untuk membiayai pengeluaran-
diskonto pinjaman Bank Sentral kapada pengeluaran umum berhubung tugas negara
bank-bank. Dengan menetapkan tingkat untuk menyelengga- rakan pemerintahan.
diskonto yang tinggi diharapkan bank-bank Menurut Mardiasmo (2008:1), pajak
akan mengurangi permintaan kredit dari adalah iuran rakyat kepada kas negara
Bank Sentral yang pada gilirannya akan berdasarkan undang-undang (yang dapat
mengurangi jumlah uang beredar. dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
Sebaliknya penetapan tingkat diskonto yang timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 129
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO. 2 OKTOBER 2018

ditunjuk- kan dan yang digunakan untuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan


membayar pengeluaran umum. hal di atas maka pajak mempunyai
Menurut Undang-Undang Nomor 28 beberapa fungsi yaitu (Sukardji, 2008:4) :
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas 1. Fungsi anggaran
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, Sebagai sumber pendapatan negara,
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada pajak berfungsi untuk membiayai
negara yang terutang oleh orang pribadi pengeluaran-pengeluaran negara.
atau badan yang bersifat memaksa Untuk menjalankan tugas-tugas rutin
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak negara dan melaksanakan
mendapatkan imbalan secara langsung dan pembangunan, negara membutuhkan
digunakan untuk keperluan Negara bagi biaya. Biaya ini diperoleh dari
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. penerimaan pajak. Sekarang ini pajak
digunakan untuk pembiayaan rutin
Sedangkan menurut Sukardji seperti belanja pegawai, belanja
(2008:1), pajak adalah iuran kepada negara barang, pemeliharaan, dan lain
(yang dapat dipaksakan), yang terutang sebagainya. Untuk pembiayaan
untuk yang wajib membayarnya menurut pembangunan, uang dikeluarkan dari
peraturan-peraturan, dengan tidak tabungan pemerintah, yakni
mendapat prestasi kembali, yang langsung penerimaan dalam negeri dikurangi
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah pengeluaran rutin. Tabungan
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah ini dari tahun ke tahun
umum berhubung dengan tugas negara harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
untuk menyelenggarakan pemerintahan. pembiayaan pembangunan yang
Dari definisi-definisi tersebut dapat semakin meningkat dan ini terutama
disimpulkan bahwa pajak mempunyai ciri- diharapkan dari sektor pajak.
ciri sebagai berikut : 2. Fungsi mengatur
1. Pajak merupakan peralihan kekayaan Pemerintah bisa mengatur
dari orang atau badan ke pemerintah. pertumbuhan ekonomi melalui
2. Pajak dipungut oleh negara baik oleh kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah mengatur, pajak bisa digunakan
Daerah. sebagai alat untuk mencapai tujuan.
3. Pajak dipungut berdasarkan undang- Contohnya dalam rangka menggiring
undang serta aturan pelaksanaannya penanaman modal, baik dalam negeri
yang sifatnya dapat dipaksakan. maupun luar negeri, diberikan berbagai
4. dalam pembayaran pajak tidak dapat macam fasilitas keringanan pajak.
ditunjukan adanya kontraprestasi Dalam rangka melindungi produksi
langsung secara individual yang dalam negeri, pemerintah menetapkan
diberikan oleh pemerintah. bea masuk yang tinggi untuk produk
5. Pajak diperuntukan bagi luar negeri.
pengeluaran- 3. Fungsi stabilitas
pengeluaran pemerintah, yang bila Dengan adanya pajak, pemerintah
dari memiliki dana untuk menjalankan
pemasukannya masih terdapat surplus, kebijak- an yang berhubungan dengan
dipergunakan untuk membiayai pemba- stabilitas harga sehingga inflasi dapat
ngunan yang ditujukan untuk dikendalikan, hal ini dapat dilakukan
kepentingan umum. antara lain dengan jalan mengatur
Pajak mempunyai peranan yang peredaran uang dimasya- rakat,
sangat penting dalam kehidupan bernegara, pemungutan pajak, penggunaan pajak
khususnya di dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien.
pembangunan karena pajak merupakan 4. Fungsi redistribusi pendapatan
sumber pendapatan negara untuk Pajak yang sudah dipungut oleh negara
membiayai semua pengeluaran termasuk akan digunakan untuk membiayai
Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 130
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO. 2 OKTOBER 2018

semua kepentingan umum, termasuk Teori-teori pertumbuhan ekonomi


juga untuk yaitu : (Sukirno, 2006:132-137).
membiayai pembangunan sehingga 1. Teori Pertumbuhan Klasik
dapat membuka kesempatan kerja, Teori ini dipelopori oleh Adam Smith,
yang pada akhirnya akan dapat David Ricardo, Malthus, dan John
meningkatkan pendapatan masyarakat. Stuart Mill. Menurut teori ini
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
Kebijakan Moneter Berkaitan dengan oleh empat faktor, yaitu jumlah
Suku Bunga penduduk, jumlah barang modal, luas
Menurut Maryanne (2009:82) tingkat tanah dan kekayaan alam serta
suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) teknologi yang digunakan.
menyatakan tingkat pembayaran atas 2. Teori Pertumbuhan Neo Klasik
pinjaman atau investasi lain, atas Teori Neo-Klasik berkembang sejak
perjanjian pembayaran kembali, yang tahun 1950-an. Ahli ekonomi yang
dinyatakan dalam persentase yang menjadi perintis dalam
ditetapkan Bank Indonesia dengan mengembangkan teori pertumbuhan
mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia. tersebut adalah Robert Solow, yang
Nanga (2007:71) menjelaskan bahwa kemudian diikuti oleh beberapa ahli
kebijakan tingkat suku bunga merupakan lainnya seperti Edmund Phelps, Harry
kebijakan moneter yang diputuskan oleh Johnson dan J.E. Meade. Dalam analisa
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan Neo-Klasik pertumbuhan ekonomi
ekonomi perbankan. Bunga merupakan hal tergantung pada pertambahan dan
penting bagi suatu bank dalam penarikan penawaran faktor-faktor produksi dan
tabungan dan penyaluran kreditnya. Bunga tingkat kemajuan teknologi sebab
bagi bank bisa menjadi biaya (cost of fund) perekonomian akan tetap mengalami
yang harus dibayarkan kepada penabung. tingkat kesempatan kerja penuh dan
Tetapi dilain pihak, bunga juga dapat kapasitas alat-alat modal akan
merupakan pendapatan bank yang digunakan sepenuhnya dari waktu ke
diterima dari debitur karena kredit yang waktu.
diberikannya (Samuelson, 2007:207). 3. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar
Pertumbuhan Ekonomi merupakan perkembangan langsung
Menurut Untoro (2010:39), dari teori pertumbuhan makro John
pertumbuhan ekonomi adalah Maynard Keynes. Menurut Harrod-
perkembangan kegiatan dalam Domar, setiap perekonomian pada
perekonomian yang menyebabkan barang dasarnya harus mencadangkan atau
dan jasa yang diproduksi dalam menabung sebagian dari pendapatan
masyarakat bertambah dan kemakmuran nasionalnya untuk menambah atau
masyarakat meningkat dalam jangka menggantikan barang-barang modal.
panjang. Sedangkan menurut Sukirno Untuk memacu proses pertumbuhan
(2006:132), pertumbuhan ekonomi adalah ekonomi, dibutuhkan investasi baru
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang yang merupakan tambahan netto
dari Negara yang bersangkutan untuk terhadap cadangan atau stok modal
menyediakan berbagai barang ekonomi (capital stock). Menurut teori ini
kepada penduduknya. analisis Keynes dianggap kurang
Dari pengertian tersebut dapat lengkap karena tidak membicarakan
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi masalah-masalah ekonomi dalam
adalah proses dimana terjadi kenaikan jangka panjang, sedangkan teori
produk nasional bruto riil atau pendapatan Harrod-Domar menganalisis syarat-
nasional riil. Jadi perekonomian syarat yang diperlukan agar
dikatakan tumbuh atau berkembang bila perekonomian dapat tumbuh dan
terjadi pertumbuhan output riil. berkembang dalam jangka panjang.
Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 131
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO. 2 OKTOBER 2018

4. Teori Schumpeter Akibatnya ekspor bertambah dan jumlah


Teori ini menekankan pada inovasi pengangguran menurun, sehingga devisa
yang dilakukan oleh para pengusaha yang masuk ke negara tersebut semakin
dan mengatakan bahwa kemajuan menguatkan dollar terhadap mata uang lain,
teknologi sangat ditentukan oleh jiwa dan pada akhirnya seluruh komponen
usaha (enterpreneurship) dalam tersebut akan berdampak terhadap
masyarakat yang mampu melihat perekonomian suatu negara (Nanga,
peluang dan berani mengambil risiko 2007:84).
membuka usaha baru, maupun
memperluas usaha yang telah ada. Hipotesis
Dengan pembukaan usaha baru dan Berdasakan uraian latar belakang
perluasan usaha, tersedia lapangan yang dikaitkan dengan telaah teoritis dan
kerja tambahan untuk menyerap empiris terdahulu, dua hipotesis diajukan
angkatan kerja yang bertambah setiap dalam penelitian ini. Hipotesis pertama
tahunnya. Didorong oleh adanya adalah suku bunga dan pajak secara parsial
keinginan untuk memperoleh berpengaruh signifikan terhadap
keuntungan dari inovasi tersebut, maka perekonomian Indonesia. Hipotesis kedua
para pengusaha akan meminjam modal adalah suku bunga dan pajak secara
dan mengadakan investasi. Investasi ini simultan berpengaruh signifikan terhadap
akan mempertinggi kegiatan ekonomi perekonomian Indonesia.
suatu negara. Kenaikan tersebut juga
akan mendorong pengusaha-pengusaha METODE PENELITIAN
lain untuk menghasilkan lebih banyak Penelitian ini dibatasi hanya mencakup
lagi sehingga produksi agregat akan variable perkembangan pajak, suku bunga,
bertambah dan Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia. Penelitian dilakukan dengan data
Pengaruh Pajak terhadap runtun waktu (time series) dari tahun 2003-
Perekonomian 2017.
Kebijakan perpajakan yang baik ikut Penelitian ini menggunakan data
menentukan jalannya perekomian disuatu sekunder yang bersumber dari situs Badan
negara. Tarif pajak yang tinggi akan Pusat Statistik Indonesia, Bank Indonesia,
menurunkan investasi yang otomatis dan Direktorat Jenderal Pajak. Jenis data
menekan pertumbuhan ekonomi dan dalam penelitian ini adalah kualitatif data
berdampak mengecilnya penerimaan pajak. kualitatif.
Tarif pajak yang relatif kecil akan Metode pengumpulan data, yaitu:
berdampak sebaliknya, investasi melaju, menggunakan penelitian kepustakaan
pertumbuhan ekonomi membaik, dan merupakan cara untuk memperoleh data
penerimaan negara membesar. Jadi, jelas dengan membaca buku-buku, jurnal dan
setiap kebijakan perpajakan memiliki artikel yang berhubungan dengan variabel
dampak ekonomi makro dan aspek sosial penelitian; dan penelitian lapangan (Field
lainnya (Ibrahim, 2012:2012). Research) yaitu merupakan cara untuk
mendapatkan data dengan cara memberikan
Pengaruh Suku Bunga terhadap pertanyaan kepada sampel yang telah dipilih.
Perekonomian Adapun penelitian lapangan ini dilakukan
Kenaikan suku bunga yang dilakukan dengan cara dengan menelaah dokumen yang
oleh bank Sentral, akan direspon oleh para disajikan oleh Badan Pusat Statistik
pelaku pasar dan para penanam modal Indonesia, Bank Indonesia, dan Direktorat
untuk meningkatkan produksi dan Jenderal Pajak
menanamkan investasinya. Seiring dengan Metode analisis data yang digunakan
itu, akan berdampak juga pada jumlah untuk mengetahui pengaruh Indeks
produksi yang bertambah dan tenaga kerja Pembangunan Manusia dan inflasi terhadap
yang juga akan semakin bertambah. pertumbuhan ekonomi menggunakan model
Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 132
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO. 2 OKTOBER 2018

ekonometrika dengan persamaan regresi Pengaruh pajak dan suku bunga


linear berganda (Gujarati, 2005). terhadap perekonomian Indonesia dapat
Variabel independen dalam penelitian diketahui dari hasil analisis data. Analisis
ini adalah pajak (X1), suku bunga (X2), data menggunakan persamaan regresi linier
variabel dependen adalah perekonomian berganda yang dihitung dengan
Indonesia (Y). Proses analisis data menggunakan program statistik SPSS versi
menggunakan program SPSS versi 20,0. 20,0. Diperoleh hasil analisis sebagai berikut
:
HASIL ANALISIS

Tabel 2. Hasil Analisis Statistik

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.501 1.9182 3.019 .000
Pajak .432 .028 .099 2.650 .027
Suku Bunga .286 .122 .317 2.411 .041

2 R .488a
R Square .452
Adjusted R
.404
Square
Std. Error of
1.2881
the Estimate
Sumber: Output SPSS (2018)

Tabel 3. Hasil ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 225.382 3 344.175 6.211 .021a
Residual .703 11 3.271
Total .2899 14
Sumber: Output SPSS (2018)

Berdasarkan tabel 2 maka dapat dibuat Nilai koefisien determinasi (R Square)


persamaan regresi linier berganda sebagai dari persamaan simultan adalah 0,452
berikut: atau sebesar
Y = 3,501 + 0,432X1 + 0,286X2. 45,2%, yang berarti bahwa kemampuan
variabel penerimaan pajak dan variabel
Berdasarkan hasil estimasi tingkat suku bunga berpengaruh secara
menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar simultan sebesar 45,2% terhadap
3,501 menunjuk-kan bahwa jika pajak dan pertumbuhan perekonomian Indonesia,
suku bunga tetap, maka perekonomian sedangkan sisanya sebesar 54,8%
Indonesia sebesar 4,062%. dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Koefisien Determinasi (R2)
Uji F (Simultan)

Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 133
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO. 2 OKTOBER 2018

Nilai Prob. (F-statistic) dari hasil Hasil estimasi koefisien variabel


estimasi sebesar 0,021, artinya nilai Prob. penerimaan pajak di Indonesia diperoleh
(F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,021 < nilai signifikan sebesar 0,027. Hasil ini
0,05), maka H0 ditolak dan Ha menunjukkan bahwa variabel penerimaan
diterima,yaitu secara bersama-sama pajak memiliki tingkat signifikan yang lebih
(simultan) terdapat pengaruh yang kecil dari 0,05. Artinya variabel penerimaan
signifikan antara pajak dan suku bunga pajak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap parekonomian Indonesia. terhadap perekonomian Indonesia. Selain
itu, koefisien regresinya menunjukkan nilai
Uji t (Parsial) positif. Artinya apabila terjadi peningkatan
Hasil estimasi koefisien variabel penerimaan pajak maka akan meningkatkan
penerimaan pajak (X1) sebesar 0,432, perekonomian Indonesia. Berdasarkan hal
artinya jika terjadi kenaikan penerimaan tersebut, maka hipotesis yang menyatakan
pajak sebesar 1%, maka perekonomian bahwa penerimaan pajak berpengaruh
Indonesia akan meningkat sebesar 0,432%, signifikan terhadap perekonomian
cateris paribus. Varabel penerimaan pajak Indonesia, diterima.
(X1) nilai signifikan sebesar 0,027 atau Kebijakan perpajakan yang baik ikut
lebih kecil dari 0,05 (0,027 < 0,05), artinya menentukan jalannya perekomian di suatu
terdapat pengaruh positif dan signifikan negara. Tarif pajak yang tinggi akan
antara penerimaan pajak terhadap menurunkan investasi yang otomatis
perekonomian Indonesia. menekan pertumbuhan ekonomi dan
Hal ini serupa dengan penelitian yang berdampak mengecilnya penerimaan pajak di
dilakukan oleh Sirait (2013) “Analisis suatu negara. Sebaliknya tarif pajak yang
Dampak Kebijakan Fiskal terhadap relatif kecil akan berdampak investasi
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, yang melaju, mengurangi pengangguran,
mengatakan bahwa pajak berpengaruh meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan
positif dan signifikan terhadap penerimaan negara membesar.
pertumbuhan ekonomian di Indonesia.
Hasil estimasi koefisien variabel Pengaruh Suku Bunga (X2) terhadap
tingkat suku bunga (X2) sebesar 0,286, Perekonomian Indonesia.
artinya jika terjadi kenaikan tingkat suku Hasil estimasi koefisien variabel
bunga sebesar 1%, maka perekonomian tingkat suku bunga di Indonesia diperoleh
Indonesia akan meningkat sebesar 0,286%, nilai signifikan sebesar 0,041. Hasil ini
cateris paribus. Variabel tingkat suku menunjukkan bahwa variabel tingkat suku
bunga (X2) nilai signifikan sebesar 0,041 bunga memiliki tingkat signifikan yang lebih
atau lebih kecil dari 0,05 (0,041 < 0,05) kecil dari 0,05. Artinya variabel tingkat suku
artinya terdapat pengaruh positif dan bunga memberikan pengaruh yang signifikan
signifikan antara tingkat suku bunga terhadap perekonomi Indonesia. Selain itu,
terhadap perekonomi Indonesia. jika dilihat dari koefisien regresinya juga
Hal ini serupa dengan penelitian yang menunjukkan nilai positif. Artinya apabila
dilakukan oleh Setiawan (2009) “Analisis terjadi peningkatan tingkat suku bunga maka
Dampak Kebijakan Moneter terhadap akan meningkatkan perekonomi Indonesia.
Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis
Ekonomi Indonesia”, yang mengatakan yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga
bahwa tingkat suku bunga berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap perekonomi
positif dan signifikan terhadap Indonesia, diterima
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kenaikan suku bunga yang dilakukan
oleh bank Sentral, diharapkan akan direspon
PEMBAHASAN oleh para pelaku pasar dan para penanam
Pengaruh Penerimaan Pajak (X1) modal untuk memanfaatkan moment tersebut
terhadap Perekonomian Indonesia guna meningkatkan produksi dan

Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 134
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO. 2 OKTOBER 2018

menanamkan investasinya. Seiring dengan negara. Kenaikan tersebut selanjutnya juga


itu, akan berdampak juga pada jumlah akan mendorong pengusaha-pengusaha lain
produksi yang bertambah dan tenaga kerja untuk menghasilkan lebih banyak lagi,
yang juga akan semakin bertambah. sehingga produksi agregat juga akan
Akibatnya ekspor bertambah dan jumlah meningkat.
pengangguran menurun, sehingga devisa
yang masuk ke negara tersebut semakin KESIMPULAN
menguatkan Rupiah terhadap mata uang lain, Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang
dan pada akhirnya seluruh komponen diperoleh, dinyatakan beberapa kesimpulan
tersebut akan berdampak terhadap sebagai berikut :
perekonomian suatu negara. 1. Secara parsial penerimaan pajak
berpengaruh positif dan signifikan
Pengaruh Penerimaan Pajak (X1) dan terhadap perekonomian Indonesia.
Suku Bunga (X2) terhadap 2. Secara parsial tingkat suku bunga
Perakonomian Indonesia berpengaruh positif dan signifikan
Berdasarkan hasil uji simultan (uji F) terhadap perekonomian Indonesia.
diperoleh nilai signifikan variabel 3. Secara simultan penerimaan pajak dan
penerimaan pajak dan tingkat suku bunga tingkat suku bunga berpengaruh signifikan
sebesar 0,021. Hasil ini menunjukkan bahwa terhadap perekonomian Indonesia.
variabel penerimaan pajak dan variabel
tingkat suku bunga memiliki tingkat DAFTAR PUSTAKA
signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Artinya
secara bersama-sama (simultan) variabel Gulo.2012. Analisis Pengaruh Aspek
penerimaan pajak dan variabel tingkat suku Moneter dan Fiskal Terhadapp
bunga memberikan pengaruh yang signifikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
terhadap perekonomian Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka Vol.1.No.1.Hal 1-21
hipotesis yang menyatakan bahwa Ibrahim, Muhammad. 2013. Pengantar
penerimaan pajak dan tingkat suku bunga Kebijakan Fiskal. Jakarta : Bumi Aksara
berpengaruh signifikan terhadap Izza, Nurul, 2012. Analisis Pengaruh
perekonomian Indonesia, diterima. Kebijakan Moneter dan Kebijkaan
Pertumbuhan ekonomi merupakan Fiskal Regional Terhadap Stabilitas
perkembangan kegiatan dalam perekonomian Harga dan pertumbuhan Ekonomi di
yang menyebabkan barang dan jasa yang Jawa Tengah. Jurnal
diproduksi dalam masyarakat bertambah Ekonomi.Vol.1.No.1.Hal.1-121
dan kemakmuran masyarakat meningkat Mahdi.2013. Pengaruh Kebijkana Fiskal dan
dalam jangka panjang. Inovasi yang Moneter terhadap Pertumbuhan
dilakukan oleh para pengusaha dan kemajuan Ekonomi Jambi. Jurnal
teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha Ekonomi.Vol.1.N0.1.Hal-15
(Enterpreneurship) dalam masyarakat yang Mardiasmo, 2008. Perpajakan. Edisi
mampu melihat peluang dan berani Revisi. Andi Offest. Yogyakarta
mengambil risiko membuka usaha baru, Maryanne. 2009. Ekonomi Makro. Jakarta :
maupun memperluas usaha yang telah ada. Salemba Empat
Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan Nanga, Muana. 2007. Makroe Ekonomi.
usaha, tersedia lapangan kerja tambahan Jakarta : Ghalia Indonesia
untuk menyerap angkatan kerja yang Nasution, Mulia.2006. Teori Ekonomi
bertambah setiap tahunnya. Didorong oleh Makro. Depok; Djambatan
adanya keinginan untuk memperoleh Nizar. 2010. Makro Ekonomi. Jakarta:
keuntungan dari inovasi tersebut, maka para Erlangga
pengusaha akan meminjam modal dan Samuelson, Nordhaus. 2007. Ilmu Ekonomi
mengadakan investasi. Investasi ini akan Makro. Edisi Tujuh Belas. Jakarta:
mempertinggi kegiatan ekonomi suatu Media Global Edukasi
Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 135
JURNAL SAMUDRA EKONOMIKA, VOL. 2, NO. 2 OKTOBER 2018

Setiawan, Iwan. 2009. Analisis Dampak


Kebijakan Moneter terhadap
perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Jurnal, Ekonomi,
Keuangan dan Akuntansi.
Vol.1.No.1.Hal 15-31
Sirait, Yani.2013. Analisis Dampak
Kebijkan Fiskal terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis. Vol.2.No.1.Hal.15-31
Sugioyono.2011. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukirno, Sadono. 2006. Makroe Ekonomi:
Teori Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Waluyo. 2009. Akuntansi Pajak. Jakarta :
Salemba

Nurlina & Zurjani: Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 136

Anda mungkin juga menyukai