Angga Alpiansyah 2017 01 22 00 51 13 018
Angga Alpiansyah 2017 01 22 00 51 13 018
Abstrak
Eklampsia adalah hipertensi dalam kehamilan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu disertai kejang pada
wanita hamil yang sebelumnya telah mengalami gejala preeklampsia. Kejadian ini sering terjadi dan berpotensi mengalami
perburukan klinis, diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting. Laporan kasus ini menjelaskan seorang
wanita primigravida usia 20 tahun, usia kehamilan 37 minggu, dengan keluhan utama ingin melahirkan yang disertai dengan
kejang. Pada riwayat medis sebelumnya, tidak dijumpai adanya riwayat epilepsi. Pada kehamilan ini, hipertensi didiagnosis
pada masuk ke rumah sakit karena pasien tidak pernah memeriksakan kandungannya. Kejang berulang terjadi 5 kali sejak
12 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS) dan lamanya tiap kejang sekitar 15 menit. Terdapat penurunan kesadaran
setelah kejang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum buruk, kesadaran delirium dan gelisah, tekanan darah
170/110 mmHg, nadi 100 x/menit, pernafasan 20 x/menit, jantung dan paru dalam batas normal, tidak terdapat asites, dan
terdapat edema pretibial. Pemeriksaan obstetrik didapatkan tinggi fundus uteri 30 cm, presentasi kepala, denyut jantung
janin (DJJ) I: 190 x/menit, DJJ II: 186 x/menit, DJJ III: 185 x/menit, teratur, pembukaan serviks 1 cm, selaput ketuban utuh
3
dan panggul luas. Hasil laboratorium menunjukkan hemoglobin 11,2 gr%, trombosit 321.000/mm , SGOT 35 u/L, SGPT 16
u/L, ureum 19 mg/dL, kreatinin 0,8 mg/dL, LDH 574 u/L, urinalisa protein +3. Pasien dilakukan stabilisasi selama 6 jam,
oksigenasi 5 liter/menit, injeksi magnesium sulfat 20% 4 gram intravena diikuti 6 gram dalam infus, nifedipin per oral 3x10
mg dan dilakukan terminasi kehamilan dengan seksio sesaria.
Korespondensi: Angga Alpiansyah, S.Ked., Alamat Jl. Sukardi Hamdani Palapa 10K No. 27, Kel. Gunung Terang, Kec.
Langkapura, Bandar Lampung, HP 082181128111, e-mail anggaalpiansyah15@yahoo.co.id
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), dan <100.000 sel/uL pada usia kehamilan >20
otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi minggu.10,11
secara dini dan mendapat pengobatan yang Hipertensi kronis merupakan hipertensi
memadai.14 tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
Menurut National High Blood Pressure kehamilan dan menetap setelah persalinan.
Education Program Working Group on High Penyakit ini ditandai dengan tekanan darah
Blood Pressure in Pregnancy, terdapat 4 jenis ≥140/90 mmHg, terdapat riwayat hipertensi
hipertensi dalam kehamilan. Keempat jenis sebelum hamil, atau diketahui adanya
hipertensi dalam kehamilan tersebut antara hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu
lain hipertensi gestasional, preeklampsia dan Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes
eklampsia, superimposed preeklampsia pada celup urin), dapat disertai keterlibatan organ
hipertensi kronik, dan hipertensi kronik.6,10,11 lain, seperti mata, jantung, dan ginjal.6,10,11
Hipertensi gestasional yaitu hipertensi Eklampsia didefinisikan sebagai kejadian
tanpa proteinuria yang timbul setelah kejang pada wanita dengan preeklampsia yang
kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah ditandai dengan hipertensi yang tiba-tiba,
persalinan. Diagnosis ditegakkan bila proteinuria dan edema yang bukan disebabkan
ditemukan tekanan darah ≥140/90 mmHg, oleh adanya koinsidensi penyakit neurologi
tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, lain.2 Eklampsia merupakan kelainan akut pada
tekanan darah normal di usia kehamilan <12 wanita hamil, bersalin atau nifas yang ditandai
minggu, tidak ada proteinuria (diperiksa dengan timbunya kejang atau koma, yang
dengan tes celup urin), dapat disertai tanda sebelumnya telah menunjukan gejala-gejala
dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati preeklampsia.3 Eklampsia berasal dari bahasa
dan trombositopenia, dan diagnosis pasti Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut
ditegakkan pascapersalinan.6 dipakai karena seolah-olah gejala-gejala
Preeklamsia terdiri dari preeklampsia eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa
ringan dimana ditemukan tekanan darah didahului oleh tanda-tanda lain. Pada wanita
≥140/90 mmHg pada usia kehamilan >20 yang menderita eklampsia timbul serangan
minggu, dan tes celup urin menunjukkan kejang yang diikuti oleh koma. Eklampsia lebih
proteinuria +1 atau pemeriksaan protein sering pada primigravida daripada multipara.
kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam, Tergantung dari saat timbulnya eklampsia
preeklampsia berat dimana terdapat tekanan dibedakan eklampsia gravidarum (eklampsia
darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan antepartum), eklampsia parturientum
>20 minggu, tes celup urin menunjukkan (eklampsia intrapartum), dan eklampsia
proteinuria ≥+2 atau pemeriksaan protein puerperale (eklampsia postpartum).4
kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam, Etiologi eklampsia hingga saat ini masih
atau disertai keterlibatan organ lain seperti belum diketahui. Adapun faktor risiko
trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis terjadinya preeklampsia yang mendahului
mikroangiopati, peningkatan SGOT/SGPT, nyeri eklampsia adalah primigravida,
abdomen kuadran kanan atas, sakit kepala, hiperplasentosis, seperti mola hidatidosa,
skotoma penglihatan, pertumbuhan janin kehamilan multiple, diabetes mellitus, hydrops
terhambat, oligohidramnion, edema paru fetalis dan bayi besar, umur yang terlalu muda
dan/atau gagal jantung kongestif, oliguria atau terlalu tua untuk kehamilan ada riwayat
(<500 ml/24 jam), kreatinin >1,2 mg/dl, dan dalam keluarga yang pernah
eklampsia dimana terdapat kejang umum preeklamsia/eklamsia, ada penyakit-penyakit
dan/atau koma, terdapat tanda dan gejala ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
preeklampsia, tidak ada kemungkinan kehamilan, dan obesitas.5
penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan Di Indonesia, angka kematian ibu (AKI)
subarakhnoid, dan meningitis).10,11 masih cukup tinggi. Analisis hasil Survei
Superimposed preeklampsia pada Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
hipertensi kronik yaitu ibu dengan riwayat 1997 menunjukkan AKI sebanyak 334 kematian
hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia per 100.000 kelahiran. Angka ini menurun
kehamilan 20 minggu). Tes celup urin menjadi 307 per 100.000 kelahiran pada tahun
menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit 2003 dan menjadi 228 kematian per 100.000
kelahiran pada tahun 2007. Target AKI untuk
tahun 2010 adalah 125 kematian per 100.000 tingkat koma. Tingkat awal atau aura
kelahiran.1 berlangsung sekitar 30 detik. Mata penderita
Eklampsia di Indonesia masih merupakan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan
penyakit pada kehamilan yang meminta korban tangan bergetar dan kepala diputar kekanan
besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai atau kekiri. Tingkat kejangan tonik berlangsung
pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar 30 detik. Pada tingkat ini seluruh otot menjadi
antara 9,8-25,5% sedangkan kematian bayi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan
lebih tinggi lagi, yakni 42,2-48,9%. Sebaliknya, menggenggam dan kaki bengkok ke dalam.
kematian ibu dan bayi di negara maju lebih Pernafasan berhenti, wajah menjadi sianotik
kecil. Tingginya kematian ibu dan anak di dan lidah dapat tergigit. Stadium ini akan
negara-negara yang kurang maju disebabkan disusul oleh tingkat kejangan klonik yang
oleh kurang sempurnanya pengawasan berlangsung antara 1-2 menit. Spasme tonik
antenatal dan natal; penderita-penderita menghilang, semua otot berkontraksi dan
eklampsia sering terlambat mendapat berulang-ulang dalam tempo yang cepat.
pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat
disebabkan oleh perdarahan otak, tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut
dekompensasio kordis dengan edema paru- keluar lidah yang berbusa, wajah menunjukkan
paru, payah-ginjal, dan masuknya isi lambung kongesti dan sianotis. Setelah kejang terhenti,
ke dalam jalan pernapasan waktu kejangan.6 Di pasien bernafas dengan mendengkur. Pada
RS Cipto Mangunkusumo, kematian ibu akibat tingkat koma, lamanya ketidaksadaran tidak
preeklamsia atau eklamsia pada tahun 1990– selalu sama. Secara perlahan penderita biasa
1992 tercatat sebesar 61,1% dari seluruh menjadi sadar lagi.4
kematian ibu.1 Adapun beberapa teori tentang
Sebuah studi di Brazil, menyebutkan patofisiologi eklampsia adalah sebagai
bahwa prevalensi dan angka mortalitas berikut.15
eklampsia pada daerah dengan tingkat 1. Inhibisi perkembangan uterovaskular
pendapatan rendah (8,1% dan 22%) lebih tinggi Terdapat banyak perubahan uterovaskular
dibanding daerah dengan pendapatan tinggi yang terjadi ketika seorang wanita hamil.
(0,2% dan 0,8%). Hal ini mungkin disebabkan Dipercayai bahwa perubahan tersebut
oleh akses ke fasilitas kesehatan yang lebih disebabkan karena interaksi antara
jauh.7 Berbeda halnya pada negara maju, studi allograft fetus dan ibu sehingga terjadi
yang dilakukan di Kalifornia justru perubahan vaskular lokal dan sistemik.
menunjukkan penurunan insidensi eklampsia Pada pasien dengan eklampsia,
8,0 kasus per 10.000 penduduk pada tahun perkembangangan arteri uteroplasenta
2001 menjadi 5,6 kasus per 10.000 penduduk terhambat.
pada tahun 2007.8 2. Hambatan regulasi aliran darah serebral
Beberapa komplikasi yang dapat Dipercaya bahwa pada eclampsia terdapat
ditimbulkan oleh hipertensi pada kehamilan aliran darah serebral abnormal yang
antara lain: kekurangan cairan plasma akibat diakibatkan oleh hipertensi yang ekstrem.
gangguan pembuluh darah, gangguan ginjal, Regulasi perfusi serebral dihambat,
gangguan hematologis, gangguan pembuluh darah mengalami dilatasi
kardiovaskular, gangguan hati, gangguan dengan peningkatan permeabilitas, dan
pernafasan, sindrom HELLP (hemolysis, terjadilah edema serebral, sehingga terjadi
elevated liver enzymes, low platelet count), iskemia dan enselopati. Pada hipertensi
serta gangguan pada janin seperti yang ekstrem, vasokontriksi kompensasi
pertumbuhan terhambat, prematuritas hingga normal dapat terganggu. Beberapa temuan
kematian dalam rahim. Hipertensi pada otopsi mendukung model ini dan secara
kehamilan juga dapat berlanjut menjadi konsisten menunjukkan pembengkakan
preeklamsia dan eklamsia yang dapat dan nekrosis fibrinoid dinding pembuluh
menyebabkan kematian pada ibu maupun darah.
janin.1 3. Disfungsi endotel
Kejang pada eklampsia dibagi menjadi 4 Faktor yang berhubungan dengan disfungsi
tingkatan yaitu tingkat awal atau aura, tingkat endotel telah menunjukkan meningkat
kejangan tonik, tingkat kejangan klonik, dan pada sirkulasi sistemik wanita yang
mengalami eklampsia. Faktor tersebut x/menit, DJJ II: 186 x/menit, DJJ III: 185
meliputi: x/menit, TBJ: ± 2635 gram. Ø 1 cm H1,
Fibronektin Seluler Proteinuria +3, IG: 8.
Faktor Von Willebrand Pada pasien diberikan tatalaksana
Molekul adhesi sel (seperti P-selectin, berupa informed consent terkait keadaan ibu
vascular endothelial adhesion dan rencana penanganannya, dilakukan
molecule-1 [VCAM-1] stabilisasi selama 6 jam, oksigenasi 5
Intercellular adhesion molecule-1 liter/menit, injeksi magnesium sulfat 20% 4
[ICAM-1]) gram intravena diikuti 6 gram dalam infus,
Sitokin (seperti interleukin-6 [IL-6]) nifedipin per oral 3x10 mg dan dilakukan
Tumor necrosis factor-α *TNF-α+ terminasi kehamilan dengan seksio sesaria.
Selain itu, dipercaya bahwa faktor
antiangiogenik, seperti protein plasenta Pembahasan
fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt-1) dan Penegakkan diagnosis pasien
activin A, antagonis Vascular Endothelial berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
Growth Factor (VEGF). Peningkatan kadar pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan
protein tersebut menyebabkan reduksi penunjang. Didapatkan dari alloanamnesis
VEGF dan menginduksi disfungsi endotel dengan suami pasien, kurang lebih 10 jam
lokal dan sistemik. Kebocoran protein dari SMRS, pasien kejang-kejang yang diawali sakit
sirkulasi dan edema generalisata kepala, kejang berlangsung selama ±15 menit,
merupakan sekuele disfungsi endotel dan ±5 kali dari pukul 10 pagi sampai pukul 5 sore.
menjadi faktor penentu yang berhubungan Pasien tidak sadar setelah kejang, terdapat
dengan preeklampsia dan eklampsia. riwayat perut mulas yang menjalar ke
4. Stres oksidatif pinggang, semakin lama semakin sering dan
Terdapat bukti yang mengindikasikan kuat, terdapat riwayat keluar darah lendir sejak
bahwa molekul leptin meningkat pada 2 jam yang lalu. Suami pasien mengaku pasien
sirkulasi wanita dengan eklampsia, tidak pernah memeriksakan kandungan ke
menginduksi stres oksidatif, faktor lain bidan/dokter, suami pasien mengatakan pasien
pada eklampsia, pada sel. Peningkatan tidak punya riwayat darah tinggi sebelum
leptin juga menyebabkan agregasi hamil. Pasien mengatakan hamil cukup bulan
trombosit, yang berkontribusi terhadap karena terakhir periksa di bidan pasien sudah
koagulasi yang berhubungan dengan masuk 9 bulan namun pasien lupa tanggal
eklampsia. Stres oksidatif diketahui HPHT. Gerakan anak masih dapat dirasakan.
menstimulasi produksi dan sekresi faktor Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien
antiangiogenik activin A dari sel endotel tampak sakit berat dengan kesadaran delirium,
dan plasenta. gelisah. Tekanan darah pasien tinggi 170/110
mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20 x/menit, suhu
Kasus 37,40C. Edema pretibial (+), status obstetri
Ny. G 20 tahun G1P0A0 hamil aterm mau didapatkan dari Pemeriksaan luar FUT 2 jari
melahirkan disertai kejang kurang lebih 10 jam dibawah processus xiphoideus (30 cm),
SMRS yang diawali dengan sakit kepala, kejang memanjang, punggung kanan, his (+)
berlangsung selama sekitar 15 menit, 5 kali 2x/10’/25”, kepala, penurunan 4/5, DJJ
sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit, 190x/mnt, DJJ II: 186 x/menit, DJJ III: 185
pasien tidak sadar setelah kejang, terdapat x/menit, TBJ: ± 2635 gram. Dari Pemeriksaan
riwayat perut mulas yang menjalar ke dalam dengan vaginal toucher: Portio lunak,
pinggang, semakin lama semakin sering dan posisi posterior, eff 30%, Ø 1 cm, ketuban (+),
kuat, terdapat riwayat keluar darah lendir sejak terbawah kepala, HI, penunjuk belum bisa
2 jam yang lalu. Pasien mengaku hamil cukup dinilai.
bulan dan gerakan anak masih dapat dirasakan. Pemeriksaan penunjang didapatkan
Kesadaran delirium, TD: 170/110 mmHg, darah rutin dan kimia darah: Hb: 11,2 gr/dl,
edema pretibial pada kedua tungkai, FUT 2 jari Leukosit: 23000/ul, Trombosit: 321.000/mm3,
dibawah processus xiphoideus (30 cm), SGOT: 35U/L, SGPT: 16U/L, LDH : 574, Ureum:
memanjang, punggung kanan, his (+) 19mg/dl, Kreatinin: 0,8 mg/dl, USG konfirnasi
2x/10’/25”, kepala, penurunan 4/5, DJJ 190 didapatkan kesan hamil 37 minggu jth preskep.
Proteinuria +3 dengan hasil indeks gestosis gram melalui intravena dan diikuti dengan 6
berjumlah 8. gram dalam infus. Diberikan antihipertensi
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, berupa nifedipin 3x10 mg per oral.
dan penunjang yang telah dilakukan pada Ny. Antihipertensi yang dipilih adalah nifedipin,
FIC mengarah pada diagnosis eklampsia (+) karena nifedipin merupakan obat
gawat janin jadi diagnosis Ny. FIC ini sudah antihipertensi yang paling aman untuk janin
tepat yaitu G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I dan tidak menyebabkan penurunan aliran
fase laten dengan eklampsia antepartum JTH darah dalam rahim.15 Tidak diberikan diuretik
preskep + gawat janin.6 karena tidak ada edema paru, gagal jantung
Pasien merupakan seorang wanita muda kongestif dan edema ansarka, serta diberikan
yang masih berusia 20 tahun yang datang cairan Ringer laktat dengan tetesan 25
dengan eklampsia antepartum. Eklampsia tetes/menit untuk menghindari pemberian
antepartum sering kali terjadi pada wanita cairan yang berlebih.
muda yang baru pertama kali hamil. Berhan Terminasi kehamilan merupakan satu-
dan Endeshaw telah mendemonstrasikan satunya terapi definitif untuk eklampsia.15
analisis yang menunjukkan bahwa eklampsia Terminasi kehamilan dilakukan bila telah
prepartum atau yang dalam artikel ini disebut dilakukan stabilisasi (pemulihan)
eklampsia antepartum lebih sering terkena hemodinamika dan metabolisme ibu yaitu 4-8
pada wanita nulipara dan wanita muda. jam setelah satu atau lebih keadaan setelah
Sedangkan pada wanita dewasa dan multipara pemeberian obat anti kejang terakhir, setelah
lebih sering terjadi eklampsia postpartum.9 kejang terakhir, setelah pemberian obat-obat
Pada kasus pasien diberikan anti hipertensi terakhir dan penderita mulai
tatalaksanan berupa informed consent terkait sadar (responsif dan orientasi), cara terminasi
keadaan ibu dan rencana penanganannya, kehamilan disesuaikan dengan keadaan ibu
dilakukan stabilisasi selama 6 jam, oksigenasi 5 saat masuk. Seksio sesaria dapat
liter/menit, injeksi magnesium sulfat 20% 4 dipertimbangkan bila anak hidup atau bila ada
gram intravena diikuti 6g dalam infus, nifedipin indikasi.12,15
per oral 3x10 mg dan dilakukan terminasi Beberapa organisasi telah
kehamilan dengan seksio sesaria. mengembangkan skrining, pengobatan, dan
Prinsip dasar dalam pengelolaan pedoman pencegahan preeklamsia dan
eklampsia antara lain terapi suportif untuk eklamsia. The American College of
stabilisasi penderita, selalu diingat masalah Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) dan
airway, breathing, circulation, monitoring Society for Maternal-Fetal Medicine (SMFM)
kesadaran dan dalamnya koma dengan terus mendukung penggunaan jangka pendek
“Glasgow-Pittsburg Coma Scale”. Kontrol (biasanya <48 jam) magnesium sulfat dalam
kejang dengan pemberian magnesium sulfat perawatan obstetrik untuk kondisi dan jangka
intravena dipilih karena kerjanya di perifer waktu pengobatan yang mencakup sebagai
tidak menimbulkan depresi pusat pernapasan berikut:15
diberikan sampai 24 jam paska persalinan atau 1. Untuk pencegahan dan pengobatan kejang
24 jam bebas kejang. Dilakukan pemberian pada wanita dengan preeklamsia atau
obat antihipertensi secara intermitten, sebagai eklamsia. Rekomendasi baru-baru ini
obat pilihan adalah nifedipin. Pada pasien menunjukkan bahwa magnesium sulfat
eklampsia juga dilakukan koreksi hipoksemia yang dimanfaatkan untuk profilaksis kejang
dan asidosis, hindari penggunaan diuretik pada preeklamsia berat dan untuk
kecuali jika ada edema paru, gagal jantung mengendalikan kejang pada eklampsia,
kongestif dan edema anasarka, batasi meskipun magnesium sulfat tidak
pemberian cairan intravena kecuali pada kasus diperlukan untuk preeklamsia ringan-
kehilangan cairan berat seperti muntah sedang.
ataupun diare yang berlebihan, hindari 2. Untuk neuroproteksi janin sebelum
penggunaan cairan hiperosmotik, dan segera kelahiran prematur yang diantisipasi (<32
dilakukan terminasi kehamilan.12 minggu kehamilan).
Penatalaksanaan pada kasus ini sudah 3. Untuk mempertahankan kehamilan jangka
tepat sesuai dengan tahapan diatas yaitu pendek (≤48 jam) diizinkan pemberian
diberikan magnesium sulfat 20% sebanyak 4 kortikosteroid antenatal pada wanita hamil