EKI 405 F2
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia dengan limpahan ilmu pengetahuan-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas kelompok
mata kuliah Ekonomi Makro Lanjutan dengan maksimal dan tepat waktu.
Kami selaku penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ni Nyoman Reni
Suasih, S.IP., M.Si. selaku dosen kami yang telah membimbing dalam perkuliahan. Makalah ini
yang bertujuan untuk mengetahui mengenai lebih lanjut dalam Kebijakan Fiskal dan Moneter,
yaitu mengenai Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Makro, Keseimbangan Ekonomi, Efektifitas
Kebijaksanaan Fiskal dan Moneter. Tentunya kami menggunakan teori dari beberapa sumber,
dan semoga materi di makalah ini bisa memberi nilai positif bagi para pembacanya.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran membangun dari
pembaca untuk dapat membantu dalam penyempurnaan penulisan selanjutnya di masa yang akan
datang. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara
makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan partner
kebijakan fiskal dalam mengendalikan stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam kondisi perekonomian yang lesu, pengeluaran pemerintah dapat memberi stimulasi
kepada perekonomian untuk bertumbuh melalui kebijakan fiskal yang ekspansif melalui
peningkatan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak untuk meningkatkan permintaan
agregat di dalam perekonomian menyebabkan pendapatan naik yang akan mengurangi
pengangguran yang ada untuk mencapai tingkat pendapatan kesempatan kerja penuh (full-
employment level of income). Sebaliknya dalam kondisi overheating akibat terlalu tingginya
permintaan agregat, kebijakan fiskal dapat berperan melalui kebijakan yang kontraktif melalui
penurunan pengeluaran pemerintah atau peningkatan pendapatan pajak untuk menyeimbangkan
kondisi permintaan dan penyediaan sumber-sumber perekonomian. Sedangkan kebijakan moneter
merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam bentuk pengendalian besaran
moneter dan atau tingkat bunga untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang
diinginkan, perekonomian yang stabil lebih diinginkan dibandingkan perekonomian yang
mengalami gejolak.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Ani Sri Rahayu, “Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam
rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah”. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan
pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
Menurut Zaini Ibrahim, “Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan pengaturan kinerja ekonomi melalui mekanisme penerimaan dan pengeluaran
pemerintah”.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal merupakan suatu
kebijakan pemerintah yang di dalamnya terdapat peraturan yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran pemerintah dalam menjaga kegiatan ekonomi yang diinginkan atau kondisi yang
lebih baik.
Kebijakan fiskal dikatakan menjadi kebijakan ekonomi makro yang sangat penting dalam
rangka:
2
2. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sustainable, kesempatan kerja yang
tinggi
Pada umumnya dikenal dua jenis kebijakan fiskal yaitu kebijakan fiskal ekspansif dan
kontraktif. Kebijakan fiskal yang ekspansif dilakukan untuk meningkatkan output dengan cara
meningkatkan pengeluaran pemerintah dan menurunkan pajak sedangkan kebijakan fiskal
kontraktif dengan cara menurunkan pengeluaran pemerintah dan meningkatkan pajak. Output
negara ditentukan oleh empat unsur yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan
transaksi luar negeri (ekspor dan impor).
Kebijakan fiskal memengaruhi keseimbangan sektor barang dan jasa yang kemudian
memengaruhi keseimbangan sektor ekonomi lainnya. Pengaruh tersebut dimulai dari
keseimbangan pasar barang dan jasa atau sektor riil kemudian pada keseimbangan pasar uang
dan akhirnya pada keseimbangan pasar luar negeri. Keseimbangan pasar barang dan jasa atau
sektor riil adalah keseimbangan pendapatan pada perubahan tingkat bunga karena perubahan
tabungan yang disebabkan oleh perubahan pajak yang kemudian berinteraksi dengan
memengaruhi investasi. Perubahan itu sering digambarkan dalam kurva IS. Keseimbangan pasar
barang dan jasa kemudian memengaruhi keseimbangan pasar uang melalui perubahan motif
masyarakat dalam memegang uang baik memegang uang dengan motif spekulasi atau dengan
motif transaksi dan kedua motif tersebut berinteraksi dengan perubahan jumlah uang beredar.
Mengubah jumlah uang beredar dilakukan oleh otoritas moneter. Perubahan keseimbangan
3
pasar uang akan mempengaruhi keseimbangan pasar luar negeri atau neraca pembayaran
melalui perubahan penawaran dan permintaan mata uang asing, yang sering digambarkan
dengan kurva NPI yaitu keseimbangan cadangan devisa. Keseimbangan pasar barang dan jasa
dapat ditunjukan dengan suatu identitas:
Y =C + I + G+ X−M
C = konsumsi
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M = impor
Pajak yang dibayar oleh para wajib pajak diterima oleh pemerintah sebagai pendapatan
yang kemudian akan digunakan untuk mendanai pengeluaran pemerintah atau government
expenditure yang diberi notasi G yang jumlahnya sama dengan jumlah pajak atau T. Dalam
kenyataannya, sangat sering pengeluaran pemerintah lebih besar dari jumlah pajak atau G>T
karena kebijakan fiskal masih longgar. Dalam uraian ini, dianggap G = T. Seperti diuraikan di
sebelumnya, naiknya penetapan pajak pada para wajib pajak akan menurunkan konsumsi
masyarakat atau C menurun atau menurunkan tabungan masyarakat atau S menurun.
Penurunan itu dapat dilihat dari parameter b dalam persamaan konsumsi, yaitu:
C=a+ bY
Parameter a adalah suatu bilangan konstan yang menunjuk- kan besarnya konsumsi
walaupun pendapatan adalah nol. Parameter b menunjukkan perubahan konsumsi sebagai akibat
dari perubahan pendapatan sehingga parameter b dapat ditulis dalam bentuk matematika:
4
b= AC / AY
b=MPC
S=Y −C
S=Y −( a+bY ) ,
S=Y −a−bY ,
S=−a+Y −bY ,
S=−a+(1−b) Y
Bilangan -a mempunyai arti bahwa tidak ada sesuatu yang ditabung oleh masyarakat atau
bahkan masyarakat memiliki utang sebesar-a jika masyarakat tidak mempunyai pendapatan atau
jika Y =0 atau masyarakat terus berkonsum si dibalik mereka tidak berpenghasilan. Parameter 1-
b mempunyai arti bahwa terjadi peningkatan tabungan masyarakat sebesar 1-b kali pendapatan.
Peningkatan tabungan itu dapat ditulis:
1−b= AS/ AY
1−b=MPS
5
lain, jika konsumsi seseorang meningkat dengan anggapan jumlah pendapatannya tetap, maka
kemampuan masyarakat dalam menabung akan semakin menurun, sedangkan jika jika konsumsi
seseorang menurun dengan anggapan jumlah pendapatannya tetap, maka kemampuan
masyarakat dalam menabung akan semakin meningkat. Kesimpulan ini dapat dibuktikan secara
matematika:
∆ Y =∆ C+ ∆ S(dibagi dengan ∆Y )
∆ Y /∆ Y =∆C /∆ Y + ∆ S /∆ Y ∆ Y
1=MPC + MPSartinya, jika MPC meningkat maka MPS menurun, sedangkan jika MPS
meningkat maka MPC akan menurun. Besarnya pajak akan dapat memperjelas hubungan antara
perubahan konsumsi atau tabungan terhadap pendapatan pemerintah. Untuk menjelaskan
hubungan itu, identitas Y =C + I + G tetap menjadi dasar sebagaimana diutarakan di depan,
variabel X dan M tidak dibahas. Oleh karena itu, dengan memasukkan penetapan pajak dalam
persamaan konsumsi, maka persamaan konsumsi menjadi:
C=a+ b(Y −T )
S=−a+(1−b)(Y −T )
Dengan adanya T, konsumsi akan berubah dan perubahan itu sebesar ∆ C=−b ∆ T dan
tabungan berubah sebesar ∆S= (1-b)(- ∆Tax). Karena perubahan pajak, maka identitas
pendapatan masyarakat terkait dengan pendapatan pemerintah akan menjadi:
Y =C +1+( G+ ∆ T )
6
menjadi IS1. Perubahan itu dapat dilihat dalam gambar kurva keseimbangan pasar barang dan
jasa.
Y2 ke Y4 pada r2.
Perubahan pasar barang dan jasa dapat terjadi karena pengaruh kebijakan fiskal, terlihat
bahwa kebijakan fiskal memiliki tiga tujuan, yaitu:
7
berdasarkan adanya fenomena ekonomi. Mengacu pada teori siklus bisnis, kebijakan fiskal dan
moneter akan memperluas inefisiensi. Berbeda dengan teori Keynes, pengeluaran pemerintah
adalah komponen permintaan agregat yang mempengaruhi output tapi kebijakan moneter
menyebabkan meluasnya ketidak efektifan, sementara itu teori moneteris menyatakan bahwa
kebijakan moneter dapat mempengaruhi output namun sebaliknya kebijakan fiskal tidak efektif
(Belliveau, 2011).
Ekonom moneteris, dengan tokohnya Milton Friedman dan Edmund Phelps menyatakan
bahwa kebijakan yang berorientasi permintaan akan tidak efektif, karena dalam jangka panjang
output agregat indifferen terhadap harga sementara kebijakan moneter lebih efektif daripada
kebijakan fiskal sepanjang kurva penawaran positif dalam jangka pendek. Di lain pihak,
beberapa kaum fiskalis seperti J. Tobin dan P. Samuelson menyatakan bahwa kedua kebijakan
moneter dan fiskal dapat mempertahankan kenaikan output nasional untuk periode yang cukup
panjang, tapi kebijakan fiskal lebih efektif dari pada kebijakan moneter (Topcu, 2012).
Keynesian yakin bahwa perubahan dalam penawaran uang dapat mempengaruhi tingkat
output secara tidak langsung melalui tingkat bunga dan investasi. Keynesian menganjurkan
ekspansi kebijakan moneter dan fiskal sebagai pengaman dari defisiensi permintaan agregat yang
efektif. Mereka yakin hal ini akan mendorong pengeluaran swasta. Bagaimanapun, Keynesian
tidak merekomendasikan kebijakan moneter sebagai penolong atas kemerosotan yang
dimanifestasikan dengan “liquidity trap”. Efisiensi kebijakan moneter menurun ketika
permintaan uang sangat elastis dan investasi inelastis (Tesfay, 2010). Sementara itu Moneteris
meyakini bahwa uang dapat mempengaruhi variable riil dalam jangka pendek tetapi hanya
besaran nominal dalam jangka panjang. Argumen Moneteris adalah bahwa jika perekonomian
berjalan pada tingkat kurang “full employment”, maka peningkatan jumlah uang beredar akan
membawa pada kenaikan output dan employment karena kenaikan dalam pengeluaran, tetapi
hanya dalam jangka pendek (Brunner, 1972).
Sebagai bagian integral dari kebijakan makroekonomi, kebijakan fiskal dan moneter
didesain untuk mengendalikan fluktuasi perekonomian, khususnya fluktuasi dalam pertumbuhan
ekonomi, inflasi dan pengangguran. Kebijakan moneter dibangun dengan suatu pandangan
bahwa untuk mencapai berbagai tujuan seperti menjaga kestabilan harga dengan tingkat inflasi
yang rendah dan membantu perkembangan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
8
Dengan demikian, kebijakan pemerintah respek terhadap jumlah uang beredar, tingkat
bunga dan nilai tukar yang mempunyai peran dominan pada permintaan agregat, inflasi dan
output. Kebijakan fiskal berurusan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan semua barang dan jasa public melalui program administrasi,
pembangunan dan kesejahteraan.
Sejak berakhirnya Depresi Besar, terdapat kepercayaan yang tinggi bahwa kebijakan
fiskal lebih efektif terhadap aktivitas ekonomi. Keynes menyuguhkan teori dan praktek dasar
berdasarkan kebijakan fiskal yang aktif. Meskipun demikian, mulai dari tahun 1960-an
kegagalan kebijakan pajak tambahan di Amerika Serikat mengenalkan dasar moneteris yang baru
menyerang pernyataan bahwa kebijakan fiskal mempunyai efek yang sangat kecil terhadap
permintaan agregat dan kebijakan moneter lebih penting. Hal ini memperlihatkan “naiknya”
doktrin moneteris dan mengalahkan interpretasi Keynesian, kebijakan fiskal.
Signifikansi relatif kebijakan fiskal dan moneter telah menjadi perdebatan dan isu sentral
dalam ilmu ekonomi (Ali, et.al; 2007). Indikator kebijakan fiskal dan moneter secara tipikal
didisain untuk menunjukkan efek terhadap pemerintah dan otoritas moneter pada beberapa
variabel endogen Gross Domestic Product (GDP) (Blinder and Goldfeld, 1976).
Ada pergeseran besar dalam kebijakan makroekonomi setelah dekade pertama atau juga
pentingnya kebijakan moneter relatif terhadap kebijakan fiskal. Andersen and Jordan (1968)
mengenalkan sebuah model moneteris untuk stabilisasi ekonomi yang sejak mulanya dikenal
dengan nama St. Louis Equation (Raj and Siklos, 1986). Model ini memperhitungkan pengaruh
kebijakan moneter terhadap output secara langsung dibandingkan secara tidak langsung seperti
model Keynes (Romer, 2006). Meskipun faktanya bahwa pilihan kebijakan yang optimal di
Negara-negara berkembang mengandung kritik penting terhadap pertumbuhan ekonomi,
efektifitas perbedaan alat kebijakan belum diteliti secara mendalam. Lebih lanjut, diyakini bahwa
pertanyaan efektifitas dari kebijakan fiskal dan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi (dalam
hal ini output), adalah masalah empiris dari pada teoritikal.
9
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kebijakan fiskal mempengaruhi keseimbangan sektor barang dan jasa yang kemudian
mempengaruhi keseimbangan sektor ekonomi lainnya. Pengaruh tersebut dimulai dari
keseimbangan pasar barang dan jasa atau sektor riil kemudian pada keseimbangan pasar uang
dan akhirnya pada keseimbangan pasar luar negeri. Keseimbangan pasar barang dan jasa atau
sektor riil adalah keseimbangan pendapatan pada perubahan tingkat bunga karena perubahan
tabungan yang disebabkan oleh perubahan pajak yang kemudian berinteraksi dengan
memengaruhi investasi. Perubahan itu sering digambarkan dalam kurva IS.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sudirman, I Wayan. Wiraatmaja, Putu Juana dan Sudirman, I Made Surya Negara. 2019.
Kebijakan Fiskal dan Moneter Teori Empirikal. Edisi Kedua. Jakarta : KENCANA.
Rahayu, Ani Sri. 2014. Pengantar Kebijakan Fiskal (hal. 1). Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, Zaini. 2013. Pengantar Ekonomi Makro, (Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (hal. 193). Cet. 1. Edisi Revisi. Banten : IAIN Sultan Maulana Hasanudin
Banten.
Mankiw, N. G. Euston, Q, Dan Peter, W. 2014. Pengantar Ekonomi Makro Edisi Asia
Volume 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Nurlina dan Zurjani. 2 Oktober 2018. Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam
Perekonomian Indonesia (hal : 126-136). Jurnal Samudra Ekonomika. Vol. 2.
12