ACARA IV
PEMBESARAN IKAN LELE DI DESA PLIKEN
Oleh:
Maulana Zeta Redo Satria
NIM. A0A013036
A. Latar Belakang
Usaha budidaya ikan merupakan salah satu aktivitas perikanan yang dapat
memberikan kontribusi pendapatan masyarakat, pemenuhan pangan dan gizi. Pada
bisnis perikanan yang sangat diperlukan adalah suatu penataan terhadap semua
aktivitas yang berkaitan dengan bisnis perikanan tersebut, mulai dari pengadaan
dan penyaluran sarana produksi (off farm hulu), kegiatan produksi (on farm)
sampai pada aktivitas pengolahan dan pemasaran produknya (off farm hilir) agar
dapat ditangani secara terpadu sehingga menjadi suatu sistem yang kokoh mandiri
yaitu sistem agribisnis berbasis perikanan.
Agribisnis berbasis perikanan semakin hari semakin maju karena usaha
perikanan merupakan usaha yang berkarakter bisnis yang bisa mendapatkan jasa
atau keuntungan yang diinginkan oleh para pembudidaya ikan. Apalagi sekarang
ini telah terjadi pergeseran pola konsumsi makanan dari mengkonsumsi daging
yang berwarna merah ke daging yang berwarna putih.
Dari pernyataan di atas, maka sekarang in bisnis perikanan merupakan
bisnis yang berpeluang untuk dikembangkan, karena fungsinya sebagai
penyangga kebutuhan pangan yang bermutu. Banyak jenis ikan yang bisa
dibudidayakan, namun kebanyakan ikan tersebut memerlukan sumber air yang
memadai. Bagaimana di daerah yang sumber airnya sangat kurang, apakah
budidaya ikan dapat dikembangkan? Ini adalah pertanyaan menarik untuk
didiskusikan. Beberapa jenis ikan memiliki karakter berbeda dalam
memanfaatkan air sebagai media hidupnya. Jenis ikan yang berekor cagak
(homoserkal) biasanya butuh banyak air dan mengalir agar hidupnya lebih baik,
sedang golongan ikan yang ekornya menyerupai gelung lebih menyukai air
genangan. Kebutuhan air juga dipengaruhi oleh alat pernapasannya, ikan yang
bernapas dengan insang biasanya membutuhkan air yang berkadar oksigen tinggi,
tetapi ikan yang bernapas dengan labirin atau organ arboreal bisa hidup dengan
baik pada air yang berkadar oksigen rendah.
B. Tujuan
A. Persiapan Kolam
B. Sanitasi Kolam
2. Pengapuran.
gram/m2.
3. Pemupukan.
Pengisian tahap awal kira-kira 20 cm dari dasar kolam. Diamkan air dengan
pakan alami lele. Kemudian, dilakukan pengisian air lanjutan sampai setinggi
1m.
BAB III. PEMELIHARAAN BENIH
1. Waktu Tebar
a. Sebaiknya penebaran ikan dilakukan pada pagi atau sore hari, agar suhu
2. Kapasitas Produksi
3. Cara Tebar
kolam agar ikan tidak stress dan meminimalisir tingkat mortalitas pada
ikan.
Jenis Pakan :
1. Pemupukan
3 hari.
dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi
2. Pemberian Pakan.
3. Makanan Tambahan
sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang
● Lele merupakan ikan yang nocturnal, sebaiknya pemberian pakan 3-4 kali
semakin jarang.
● Pemberian pakan berkaitan laju evakuasi pakan dalam lambung dan hal ini
tergantung pada ukuran dan jenis ikan kultur serta suhu air.
● (feeding rate) per hari berdasarkan persentase dari bobot ikan. Semakin
besar ukuran ikan maka feeding ratenya semakin kecil, tetapi jumlah
d. Kecerahan (30-40Cm)
c. Suhu rendah dapat mempengaruhi Laju tumbun, nafsu makan dan laju
metabolism
Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu
dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor. Pada lele
Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan
berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan
akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm. Pemanenan sebaiknya
dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Kolam dikeringkan
sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan,
lambit, tangguh atau jaring. Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele
dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama hari tanpa
diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang. Lakukanlah penimbangan
Panen ikan lele dikolam terpal dapat dilakukan dengan cara panen sortir atau
dengan panen sekaligus (semua). Panen sortir adalah dengan memilih ikan yang
sudah layak untuk dikonsumsi (dipasarkan) biasanya ukuran 5 sampai 10 ekor per
kg, atau sesuai dengan keinginan pasar, kemudian ukuran yang kecil dipelihara
kembali. Panen sekaligus biasanya dengan menambah umur ikan agar ikan dapat
dipanen semua dengan ukuran yang sesuai keinginan pasar. Tujuan dari
pemanenan lele adalah untuk mendapatkan hasil panen dalam keadaan hidup
dengan tingkat kerusakan fisik sesedikit mungkin. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pemanenan adalah ukuran ikan untuk siap panen, waktu pemanenan,
peralatan yang disiapkan, dan cara pemanenan. Pengangkutan ikan lele dilakukan
● Pendapatan Pengelola
a) Analisis Input
Biaya Tetap :
- Biaya tenaga kerja tetap 6 x 3 x Rp1.000.000,- = Rp18.000.000,-
Biaya Tidak Tetap :
- Benih ukuran 5-7, 750.000 ekor x Rp200,- = Rp 150.000.000,-
- Kapur 5 kwintal x Rp10.000,- = Rp 5.000.000,-
- EM4 Perikanan 1 x Rp20.000,- = Rp 20.000,-
- Pakan = Rp75.000.000,-
- Pakan induk = Rp 4.818.000,-
- Obat-obatan = Rp 42.000,-
- Pompa air 3 bh @ Rp110.000,- = Rp 330.000,-
- Diesel 1 bh @ Rp600.000,- = Rp 600.000,-
- Sikat 1.bh @.Rp25.000,- = Rp 25.000,-
- Jaring 1 bh @.Rp150.000,- = Rp 150.000,-
- Alat seleksi 6 bh @.Rp4.000,- = Rp 24.000,-
- Ciruk 5 bh @. Rp1.500,- = Rp 7.500,-
- Gayung 5 bh @. Rp.1.000,- = Rp 5.000,-
- Selang = Rp 90.000,-
- Paralon = Rp 70.000,-
- Perawatan alat = Rp 120.000,-
- Lain-lain = Rp 492.000,-
- Biaya tak terduga 10% = Rp. 2.500.000,-
● Kelayakan Usaha
a) BEP Produksi (ekor), dan BEP Harga (Rp) :
- BEP Produksi = Rp257.293.500 / Rp16.500 = 15.593 ekor
- BEP Harga = Rp257.293.500 / 18.000 ekor = Rp14.294/Kg
b) Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)
R/C Ratio = Rp297.000.000/ Rp257.293.500 = 1,154
c) Efisiensi Penggunaan Modal (ROI)
ROI = I / cost x 100%
= Rp39.706.500 / Rp257.293.500 x 100
= 15,43%
BAB VI. KESIMPULAN