Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

HENDRA
A 421 21 191

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa istilah pendekatan pembelajaran yang
sering digunakan oleh pendidik dalam mendesain pembelajaran yakni teori belajar
behavioristik, konstruktifistik, kognitifistik, sibernetik, dan humanistik. Faktanya tidak semua
guru dapat menjelaskan makna dari beberapa teori tersebut meski secara praktik mungkin
saja sering dilakukan.

Pada postingan artikel kali ini akan dijelaskan secara sederhana makna dari teori-teori
pembelajaran khususnya teori belajar kognitifistik dan implikasinya dalam pembelajaran.
Sebelumnya juga telah dijelaskan makna dari teori belajar lainnya.

Dalam teori belajar konstruktivistik proses belajar merupakan suatu proses


pembentukan (kontruksi) pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri. Pengetahuan ada di
dalam diri seseorang yang sedang mengetahui (Schunk, 1986). Artinya, proses pembentukan
pengetahuan dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Peserta didik harus aktif selama
kegiatan pembelajaran, aktif berpikir, menyusun kosep, dan memberi makna tentang hal-hal
yang sedang dipelajari. Terwujudnya gejala belajar ditentukan oleh niat belajar peserta didik
itu sendiri.

Adapun peranan guru dalam teori belajar konstruktivistik adalah membantu


memfasilitasi agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar.
Guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan mendampingi peserta
didik  untuk  membentuk  pengetahuannya  sendiri  dan  dituntut  untuk  lebih memahami
jalan pikiran atau cara pandang peserta didik dalam belajar.

Teori belajar konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan


(kontruksi) pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri
seseorang yang sedang mengetahui (Schunk, 1986). Dengan kata lain, karena pembentukan
pengetahuan adalah peserta didik itu sendiri, peserta didik harus aktif selama kegiatan
pembelajaran, aktif berpikir, menyusun kosep, dan memberi makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar peserta didik itu sendiri.

Ciri-ciri belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Driver dan Oldhan (1994)
dikutip dari modul belajar mandiri guru PPPK 2021 adalah sebagai berikut:

1. Orientasi, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam


mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi.
2. Elitasi, peserta didik mengungkapkan idenya melalui kegiatan diskusi, menulis,
membuat poster, dan lain-lain.
3. Restrukturisasi ide, peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan ide orang lain,
membangun dan mengevaluasi ide baru.
4. Penggunaan ide baru dalam setiap situasi, ide atau pengetahuan yang dimiliki peserta
didik yang telah terbentuk diaplikasikan dalam berbagai situasi.
5. Review, dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan
menambahkan atau mengubah sesuai kebutuhan.
Teori belajar konstruktivistik memandang peserta didik telah dapat menginterpretasi-kan
informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka
sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Tokoh penting yang menjelaskan
makna pengetahuan menurut teori belajar konstruktivistik yakni Lev Vygotsky (1896-1934).

1. Lev V Vgotsky merupakan tokoh sekaligus sebagai pelopor dari teori belajar
konstruktivistik yang menekankan bahwa manusia secara aktif menyusun
pengetahuan dan memiliki fungsi-fungsi mental serta memiliki koneksi sosial.
Vgotsky beranggapan bahwa manusia mengembangkan konsep yang sistematis, logis
dan rasional yang dipengaruhi oleh pihak yang dianggap ahli. Peran orang lain dalam
Memandang  pengetahuan  adalah  non  objektif,  berifat  temporer,  selalu berubah,
dan tidak menentu.
2. Belajar  adalah  penyusunan  pengetahuan,  sedangkan  mengajar  adalah menata
lingkungan agar peserta didik termotivasi dalam menggali makna.

Beberapa implikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian- bagian dan lebih
mendekatkan kepada konsep-konsep yang lebih luas.
2. Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide peserta
didik
3. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan
manipulasi bahan
4. Peserta  didik dipandang  sebagai pemikir yang  dapat  memunculkan teori-teori
tentang dirinya.
5. Pengukuran proses dan hasil belajar peserta didik terjalin di dalam kesatuan kegiatan
pembelajaran.
6. Peserta didik belajar dan bekerja di dalam group.
7. Memandang  pengetahuan  adalah  non  objektif,  berifat  temporer,  selalu berubah,
dan tidak menentu.
8. Belajar  adalah  penyusunan  pengetahuan,  sedangkan  mengajar  adalah menata
lingkungan agar peserta didik termotivasi dalam menggali makna.

Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis.
Proses belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi dan evaluasi. Yang
dimaksud dengan tahap informasi adalah proses penjelasan, penguraian atau pengarahan
mengenai struktur pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tahap transformasi adalah proses
peralihan atau pemindahan struktur tadi ke dalam diri peserta didik. Proses transformasi
dilakukan melalui informasi. Sedangkan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik.
Mengenai pengertian diatas, belajar dan pembelajaran bukanlah sesuatu yang mudah
dilaksanakan tanpa ada teori-teori yang mendukung untuk menjalankannya. Terdapat banyak
teori belajar yang salah satunya adalah Teori Konstruktivistik. Para pelaku pembelajaran dan
berbagai komponen pendidikan/pembelajaran harus benar-benar cermat dan selektif terhadap
teori belajar yang ada dan tersedia. Mereka harus benar-benar tepat dalam menerapkan teori
yang sesuai dengan keadaan atau kondisi peserta didik. Jika salah dalam menerapkannya,
maka sangat mungkin banyak pihak yang menjadi korban, entah itu negara, institusi
pendidikan, atau pelaku pembelajaran (siswa).

PENGERTIAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK

Konstruksi berarti bersifat membangun. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang


memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya
dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya dengan bantuan
fasilitasi orang lain.

Teori konstruktivisme merupakan suatu teori yang dikembangkan dari teori belajar
kognitif Piaget yang menegaskan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran,
sedangkan akomodasi, adalah menyusun kembali struktur pikiran, karena adanya informasi
baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi, 1988:133).

Teori konstruktivisme juga merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran


kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Teori pembelajaran konstruktivisme ini sama halnya dengan model pembelajaran


experiental learning, yaitu suatu model dimana, proses belajar mengajar yang mengaktifkan
pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara
langsung. Experiental Learning adalah : proses dimana pengetahuan diciptakan melalui
transformasi pengalaman. Hasil Pengetahuan dari kombinasi menggenggam dan
mentransformasikan pengalaman (Kolb, 1984).

Teori Konstruktivistik memandang bahwa belajar adalah mengonstruksi makna atas


informasi dan masukan-masukan yang masuk ke dalam otak. Belajar yang bersifat konstruktif
ini sering digunakan untuk menggambarkan jenis belajar yang terjadi selama penemuan
ilmiah dan pemecahan masalah kreatif di dalam kehidupan sehari-hari. Pada teori ini juga
memandang peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut
apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi. Hal ini memberikan implikasi bahwa
peserta didik harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

IMPLEMENTASI TEORI KONSTRUKTIVISTIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Implementasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam proses belajar pembelajaran dapat


menggunakan beberapa metode belajar, seperti penjelasan/ceramah, tanya jawab, diskusi,
penugasan, bermain peran. Pada teknik penjelasan/ceramah, guru menjelaskan tentang suatu
materi pelajaran kepada siswa agar siswa mengetahui apa yang akan dipelajarinya. Pada
teknik tanya jawab, sebelum kegiatan inti dalam suatu pembelajaran berlangsung, guru dan
siswa dapat melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan.
Hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut
dengan memanfaatkan pengetahuan awal (dasar) yang dimilikinya.

Pada teknik diskusi, siswa mendiskusikan dengan siswa lainnya dan guru mengenai
materi pelajaran tersebut. Metode penugasan merupakan suatu cara dalam proses belajar
mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Penggunaan metode ini memerlukan
pemberian tugas dengan baik, baik ruang lingkup maupun bahannya. Pelaksanaannya dapat
diberikan secara individual maupun kelompok. Metode pemberian tugas ini juga dapat
dipergunakan untuk mendukung metode pembelajaran yang lainnya.

STRATEGI-STRATEGI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Pendekatan belajar konstruktivistik memiliki beberapa strategi dalam proses belajar.


Strategi-strategi belajar (Slavin, 1994) tersebut adalah:

1. Top-down processing.
Dalam pembelajaran konstruktivistik, siswa belajar dimulai dari masalah yang
kompleks untuk dipecahkan, kemudian menghasilkan atau menemukan keterampilan
yang dibutuhkan. Misalnya, siswa diminta menulis kalimat-kalimat, kemudian dia
akan belajar untuk membaca, belajar tentang tata bahasa kalimat-kalimat tersebut dan
kemudian bagaimana menulis titik dan komanya.
2. Cooperative learning.
Yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih
mudah menemukan secara komprehensip konsep-konsep yang sulit jika mereka
mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi. Dalam
strategi ini, siswa belajar dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling
membantu memecahkan problem yang dihadapi.
3. Generative learning.
Strategi ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara materi atau
pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata. Sehingga dengan menggunakan
pendekatan generative learning diharapkan siswa menjadi lebih melakukan proses
adaptasi ketika menghadapi stimulus baru. Selain itu, pendekatan ini mengajarkan
sebuah metode yang untuk melakukan kegiatan mental saat belajar, seperti membuat
pertanyaan, kesimpulan, atau analogi-analogi terhadap apa yang sedang dipelajari.

Anda mungkin juga menyukai