Anda di halaman 1dari 2

TUGAS HUKUM ACARA PIDANA

Nama : Siska Eva Nora


Nim : 190200412
Kelas :A

Kontradiksi Asas Oportunitas dengan Asas Equality Before The Law

Di negara Indonesia KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) dikenal


sebagai Hukum yaitu hukum acara pidana yang juga merupakan undang-undang yang asas
hukumnya berdasarkan asa legalitas. Pelaksanaan ataupun penerapan KUHAP harus memiliki
titik tolak dengan hukum yang bersumber pada hukum yang muncul pada pertama kalinya (the
rule of law).

Jika dilihat dari arti asas legalitas diatas bahwasannya, semua tindakan penegakan hukum
harus berdasarkan ketentuan hukum dan undang-undang yang sudah ada dan masih berlaku (ius
Constitutum) dan seharusnya menempatkan kepentingan hukum dan perundang-undangan diatas
segala-galanya sehingga dapat terwujud cita hukum yaitu ketentraman di masyarakat.1

Dengan berlakunya asas legalitas dinegara Indonesia yang berlandaskan the rule of law
sehingga lembaga ataupun aparat yang memiliki wewenang dalam penegakan hukum tidak
dibenarkan untuk sewenang-wenang dalam melakukan tindakan diluar ketentuan hukum yang
ada, setiap orang baik dia tersangka maupun terdakwa mempunyai kedudukan yang sederajat
dimata hukum (equal before the law), setiap orang, mempunyai hak dalam perlindungan oleh
hukum (equel protection on the law) dan mendapat perlakuan yang adil dibawah hukum (equel
justice under the law).2

Asas Oportunitas adalah pengesampingan perkara terhadap proses hukum


mempertimbangkan adanya kepentingan umum dalam hal tersebut, seseorang tersangka yang
diketahui sudah cukup terang dan cukup syarat dalam pemenuhan proses penyidikan dan
kemungkinan besar akan mendapatkan sanksi pidana yang ingkrah namun perkara tersebut tidak
dilimpahkan ke proses peradilan oleh jaksa penuntut umum dalam hal-hal ini adalah Kejaksaan
Agung. Disini jaksa penuntut umum memiliki alasan terhadap pengesampingan perkara tersebut
yaitu manfaat yang dianggap efektif karena kepentingan umum jika perkara tersebut tidak
diperiksa dimuka pengadilan.3

1
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia, Raja Gravindo Persada 2013. H.12
2
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta, 2004.
h.112
3
Hadari Djanawi Tahir, Pokok-Pokok Pikiran Dalam KUHAP, Penerbit Alumni, Bandung, 198. h.54
Asas equality before the law ini merupakan salah satu manifestasi dari Negara hukum
(rechtstaat) sehingga harus adanya perlakuan sama bagi setiap orang di depan hukum (gelijkheid
van ieder voor de wet).4

Belanda mengartikan asas oportunitas sebagai “penuntut umum boleh memutuskan untuk
menuntut atau tidak menuntut dengan syarat atau tanpa syarat”. Kedudukan penuntut umum
dalam hal ini sangat kuat, sehingga disebut sebagai semi-judge (setengah hakim) karena
kebebasannya secara individual untuk menuntut atau tidak menuntut.5

Jaksa Agung bisa menganggap bahwa akan lebih banyak kerugiannya apabila
melanjutkan proses penuntutan di pengadilan sesuai dengan mestinya, kerugian baik untuk
masyarakat maupun untuk negara, sehingga perkara tersebut bisa saja dikesampingkan melalui
kewenangan Jaksa Agung atas hak Oportunasi ini, Jaksa agung mempertanggungjawabkan Jaksa
Agung atas hak Oportunitas ini, Jaksa Agung mempertanggungjawabkan pada presiden No. 38
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia. Apabila ternyata
tetap bahwa cara-cara pelaksanaan hak tersebut timbul keragu-raguan, maka Dewan Perwakilan
Rakyat dapat meminta keterangan dari Pemertintah (Presiden atau jaksa Agung). Pada akhirnya
Presiden harus mempertanggungjawabkan di majelis permusyawaratan Rakyat.6

Asas opportunitas dan asas equality before the law mempunyai relevansi yang tidak dapat
dipisahkan hal itu dikarenakan karena adanya pertentangan antara kedua asas tersebut. Asas
equality before the law menegaskan bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sama di
muka hukum sedangkan asas opportunitas malah menyatakan sebaliknya, yaitu penuntut umum
tidak wajib menuntut seseorang yang melakukan delik jika menurut pertimbanganya akan
merugikan kepentingan umum. Jadi demi kepentingan umum, seseorang yang melakukan delik
tidak dituntut.7

Asas equality before the law berlaku pada perlindungan hukum secara umum dan secara
tunggal adapun letak pemberlakuan hukum secara tunggal yaitu bahwa menjadi satu wajah yang
utuh diantara dimensi sosial lainnya.8

Pada dasarnya, konsep asas persamaan dimuka hukum (asas equality before the law)
telah dicantumkan dalam Hukum Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Konstitusi RI
sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, dan ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal
27 ayat 1 UUD 1945.

4
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana, Jakarta, Citra Aditya Bakti, 2007. h.20
5
Djoko Prakoso, Eksistensi jaksa di tengah-tengah Masyarakat, Jakarta, Sinar Grafika, 2003. Hal 90
6
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Opcit, h.20
7
Yelina Rachma, Tinjauan Tentang Asas Penyampingan Perkara Demi Kepentingan Umum Dalam
KUHAP dan Relevansinya dengan Asas Persamaan Kedudukan di Muka Umum, Universitas Sebelas Maret, 2010,
h.50
8
Ramli Hutabarat, Perlindungan HAM Dan Persamaan Kedudukan Yang Sama Di Muka Hukum Di
Indonesia, Jakarta, 1997, h.11

Anda mungkin juga menyukai