Anda di halaman 1dari 2

TUGAS HUKUM ACARA PIDANA

Nama : Siska Eva Nora


Nim : 190200412
Kelas :A
Dosen Pengampu : Putri Rumondang Siagian S.H., M.H.

Gugagatan Terhadap Saksi Ahli

Bolehkah Menggugat Ahli Karena Keterangannya Di Persidangan? Bagaimana Putusan


Atas Kasus Gugatan Terkait Hal Tersebut?

Keterangan saksi ahli merupakan salah satu alat bukti penting di pengadilan sebagaimana
diatur dalam Pasal 184. Namun tidak setiap persidangan perkara pidana membutuhkan
keterangan saksi ahli, misalnya perkara yang yang dalam pembuktiannya sederhana, karena alat
– alat bukti yang ada tanpa adanya keterangan ahli telah dapat disimpulkan dengan mudah
sehingga tanpa adanya keterangan ahli perkara itu sudah dapat diputus. Hanya perkara – perkara
yang pembuktiannya sulitlah keterangan ahli diperlukan hakim.

Keterangan ahli adalah salah satu alat bukti yang diakui dalam Undang-Undang.
Belakangan ada beberapa akademisi yang memberikan pendapat atau pandangan sebagai ahli
digugat ke pengadilan, atau dilaporkan ke polisi. Gugatan atau pelaporan itu diajukan orang yang
merasa dirugikan oleh pendapat atau keterangan ahli tersebut. Kasus gugatan pernah menimpa
dua ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan seorang ahli pidana dari Universitas Indonesia;
sedangkan laporan ke polisi terjadi di Kalimantan Selatan.

Gugatan terhadap ahli yang memberikan pendapat dalam proses hukum melahirkan tanda
tanya: bisakah seorang ahli digugat atas dasar perbuatan melawan hukum karena sesuai Pasal
1365 KUH Perdata? “Ahli tidak dapat dituntut pidana dan digugat perdata karena keterangan ahli
yang diberikannya. Jika ahli dapat digugat perdata atau dilaporkan pidana ke polisi maka akan
mengganggu sistem peradilan pidana, membuat kegaduhan dalam sistem peradilan, dan
mengancam kebebasan berpendapat ahli yang dijamin konstitusi dan UU di bawahnya,” kata
Topo Santoso, Guru Besar Hukum Pidana Universitas Indonesia.1

Keterangan ahli menjadi bagian yang memang secara KUHAP mendapatkan satu
prioritas untuk menjadi bagian dalam proses mencari dan menggali suatu kebenaran materiil
dalam hal persoalan pidana untuk menemukan siapa pelaku yang sesungguhnya. Pasal 184 ayat
(1) KUHAP mengatur bahwa keterangan ahli adalah salah satu alat bukti yang sah. Merujuk
pada ketentuan dalam KUHAP, keahlian dari seseorang yang memberikan keterangan ahli tidak

1
Normand Edwin Elnizar “Gugatan atas Keterangan Ahli Salah Kaprah dan Sesat” (Diakses di
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt60d1e98f30d80/gugatan-atas-keterangan-ahli-salah-kaprah-dan-sesat/?
page=all\ pada tanggal 20 September pukul 14.00 WIB)
hanya berdasarkan pengetahuan yang ia miliki melalui pendidikan formal, namun keahlian itu
juga dapat diperoleh berdasarkan pengalamannya. Patut diperhatikan KUHAP membedakan
keterangan seorang ahli di persidangan dan keterangan ahli secara tertulis yang disampaikan di
depan sidang pengadilan.

Pasal 186 KUHAP menegaskan bahwa keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli
nyatakan dalam persidangan.2 Dari uraian Pasal tersebut tidak menegaskan secara jelas, yang
mana sesungguhnya dikatakan keahlian yang dimiliki oleh seorang yang dapat mendukung titik
terang suatu tindak pidana.

Selanjutnya, Pasal 1 angka 28 KUHAP yaitu Dalam persidangan perkara pidana salah
satu alat bukti yang berlaku adalah keterangan ahli, yaitu Keterangan yang diberikan oleh
seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.3 Menjelaskan yang dimaksud dengan Keterangan
Ahli adalah ‘keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan’.
Dijelaskan bahwa keahlian khusus itu tidak dibatasi oleh KUHAP, baik keahlian di bidang
hukum maupun keahlian di semua bidang. “KUHAP hanya memberi Batasan keahlian khusus itu
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana,”

Status Keterangan Ahli yang tidak mengikat baik bagi penyidik dalam tahapan
penyidikan maupun hakim dalam persidangan, keterangan itu bisa diterima atau ditolak.
Keterangan ahli itu juga harus relevan dengan alat-alat bukti lainnya dan barang-barang bukti.
Penyidik pun bebas meminta ahli lain memberikan keterangan ahli yang berbeda. Jadi tidak
benar jika dikatakan seseorang menjadi tersangka disebabkan karena keterangan ahli dari
seorang ahli, sebab keterangan ahli tidak bisa menjadi alat bukti tunggal. Masih diperlukan alat
bukti lainnya, bahkan yang lebih penting seperti keterangan.

Menurut Topo Santoso, Guru Besar Hukum Pidana Universitas Indonesia, jika gugatan
terhadap keterangan ahli sampai diproses oleh hakim di persidangan perdata. Persoalan
keberatan atas penetapan status tersangka harusnya menjadi wilayah gugatan pra-peradilan.
Hakim di pengadilan pun telah sangat paham soal kedudukan Keterangan Ahli lewat
Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 213.K/Sip/1955 (tanggal 10
April 1957). Isinya menyatakan bahwa bagi Hakim Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi
tidak ada keharusan untuk mendengar seorang Saksi Ahli berdasarkan Pasal 138 ayat (1)
KUHAP jo Pasal 164 HIR.

2
Redaksi Bumi Aksara, Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Penerbit Karya Anda-
Surabaya-Indonesia, halaman 83
3
KUHAP Pasal 1 Angka 28.

Anda mungkin juga menyukai