Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

HUKUM DAGANG

Nama : Siska Eva Nora


Nim : 190200412
Grup :A
Dosen : Dr. Dedi Harianto, SH., M.Hum

1. Mengapa hukum bisnis dapat ditempatkan dalam lingkup yang sama dengan

hukum dagang dan hukum perusahaan, sedangkan hukum ekonomi diletakkan

dalam lingkup yang berbeda, berikan penjelasan?

Jawab :

Hukum Bisnis memiliki kemiripan dengan Hukum Dagang dan Hukum

Perusahaan. Hukum Bisnis sebagai suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur

tentang tata cara pelaksanaan urusan kegiatan dagang, industri, atau keuangan yang

dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan

uang dalam resiko tertentu dengan usaha tertentu. Kemudian istilah hukum Dagang

merupakan istilah dengan cakupan yang sangat tradisional dan sempit. Pada

prinsipnya kedua istilah tersebut melingkupi topik - topik  yang terdapat dalam

KUHD saja. Hukum Bisnis (Mengutamakan Individu / Pebisnis) yaitu berdimensi

privat seperti asuransi, surat berharga. Hukum Bisnis, Hukum Dagang, dan Hukum

Perusahaan ini mengatur hal - hal yang berhubungan dengan dimensi privat (tetap ada

unsur publiknya tetapi lebih dominan unsur privatnya). Contohnya: Perjanjian

Asuransi, Surat Berharga, dll. Sedangkan Hukum Ekonomi (Kepentingan Umum /


Negara) yaitu mengatur hal – hal yang berdimensi pablik seperti hukum perlindungan

konsumen, persaingan. Hukum Ekonomi lebih berdimensi publik (mengatur banyak

khalayak) dan mempunyai pengertian yang lebih luas. Contohnya: Hukum

Perlindungan Konsumen, Persaingan Usaha, dll.

2. Jelaskan kesamaan materi yang terdapat dalam Buku III KUH Perdata

mengenai perikatan dengan materi yang terdapat dalam Hukum Dagang,

berikan contoh ?

Jawab :

Hukum Dagang adalah bagian dari Hukum Perdata pada umumnya, yakni

yang mengatur masalah perjanjian dan perikatan - perikatan yang diatur pada Buku

III KUH Perdata. Hubungan Hukum Dagang dengan Perikatan itu saling

berhubungan, karena sama - sama mengatur hubungan antara satu pihak dan pihak

lainnya dalam melakukan kegiatan Perdata. Hukum Dagang merupakan bagian dari

Hukum Perdata, atau dengan kata lain Hukum Dagang merupakan perluasan dari

Hukum Perdata.

Untuk itu berlangsung asas Lex Specialis dan Lex Generalis, yang artinya

ketentuan atau hukum khusus dapat mengesampingkan ketentuan atau hukum umum.

KUHPerdata (KUHS) dapat juga dipergunakan dalam hal yang diatur dalam

KUHDagang sepanjang KUHD tidak mengaturnya secara khusus. Contohnya: KUHD

dan KUHPer sama-sama membahas tentang perjanjian. Pada KUHPer perjanjian

boleh dilakukan secara lisan/tertulis. Pada KUHD membahas lebih khusus mengenai
pada perjanjian polis asuransi, perjanjian polis asuransi wajib dibuat secara tertulis

dan Perjanjian Bernama (Nominaat) yang pengaturanya ada pada Perdata dan KUHD.

3. Apakah yang menjadi kelemahan persekutuan perdata umum, sehingga

berpotensi Pasal 1633 KUHPerdata sulit untuk diterapkan ?

Jawab :

Menurut ketentuan Pasal 1633 KUHPerdata : “bila bagian keuntungan dari

masing - masing sekutu tidak ditentukan dalam perjanjian pendirian persekutuan

perdata, maka pembagian keuntungan harus didasarkan atas keseimbangan

pemasukan dari masing - masing sekutu”.

Kelemahan dari persekutuan perdata umum adalah tidak adanya pembagian

yang jelas terhadap pemasukan (in-breng) yang mengakibatkan tidak dapat

berjalannya ketentuan pada Pasal 1633 KUHPerdata, yang dimana pada Pasal 1621

KUHPerdata persekutuan seperti persekutuan perdata umum ini dilarang disebabkan

tidak adanya kejelasan dalam hal pembagian/perincian tentang pemasukan (in-breng)

dari harta kekayaannya yang mengakibatkan tidak adanya pembagian keuntungan

secara adil dan tidak bisanya Pasal 1633 KUHPerdata diterapkan.

4. Bagaimanakah pertanggungjawabab sekutu komanditer apabila CV

mengalami kerugian, dan apakah sekutu komanditer dapat dimintakan

pertanggungjawabannya sampai ke harta pribadi ?

Jawab :

Tanggung jawab sekutu komanditer apabila CV mengalami kerugian, sebagai

berikut :
Para sekutu pasif sebagai pemberi uang/barang hanya berdiri dibelakang

layar, tetapi akan turut memperoleh bagian dari keuntungan yang diperoleh

persekutuan dan turut pula memikul kerugian yang diderita perseroan seperti para

persero biasa, akan tetapi tanggung jawabnya hanya sebatas modal yang disetorkan

ke dalam persekutuan.

Menurut ketentuan Pasal 20 ayat (3) KUHD, tanggung jawab sekutu

komanditer hanya terbatas pada sejumlah modal yang ia setor. Kemudian pada Pasal

20 ayat (2) KUHD ditentukan pula bahwa sekutu komanditer tidak boleh ikut serta

dalam pengurusan persekutuan atau mencampuri urusan sekutu kerja. Apabila

larangan tersebut dilanggar oleh sekutu komanditer, maka Pasal 21 KUHD memberi

sanksi kepada sekutu komanditer tersebut dalam bentuk harus bertanggung jawab

secara pribadi untuk keseluruhan terhadap semua utang atau perikatan yang dibuat

persekutuan.

Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa pada pasal 20 ayat (3) KUHD,

tanggung jawab sekutu komanditer hanya sebatas perjanjian akan uang yang di

sanggupi untuk dibayarkan. Namun apabila sekutu komanditer telah melanggar

ketentuan pada Pasal 21 tentang Pasal 20 ayat (1) dan (2) maka akan berlaku

ketentuan sesuai dengan Pasal 18 KUHD, yang berbunyi “Dalam perseroan firma tiap

persero bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya atas perikatan-

perikatan perseroannya”.

Dimana dapat diambil kesimpulan bahwa sekutu komanditer tidak

bertanggung jawab secara pribadi/dengan harta pribadi atas kerugian/hutang suatu


CV kecuali sekutu komanditer ikut campur dalam pengurusan yang dilakukan oleh

sekutu komplamenter.

5. Jelaskan beberapa peristilahan berikut :

a. Syarat kebiasaan menjadi hukum kebiasaan

b. inbreng

Jawab :

a. Syarat kebiasaan menjadi hukum kebiasaan, yaitu :

1) Adanya perbuatan yang dilakukan berulang – ulang, yaitu ada perbuatan

sama yang dilakukan berulang - ulang sehingga menjadi kebiasaan dan masyarakat

menerima itu menjadi hukum kebiasaan.

2) Dilakukan untuk jangka waktu yang relative cukup panjang, yaitu sesuatu

yang dilakukan berulang - ulang itu dilakukan dalam jangka waktu yang panjang

sehingga menjadi kebiasaan.

3) Adanya penerimaan masyarakat, yaitu kebiasaan yang dilakukan berulang

– ulang dalam waktu yang sama diterima oleh masyarakat dan dianggap sebagai

hukum kebiasaan.

b. Inbreng adalah istilah dari Bahasa Belanda yang berarti penyetoran modal yang

dilakukan tidak dalam bentuk uang tunai, melainkan dalam bentuk barang atau harta.

Yang dimana modal dalam bentuk benda dalam pengertian inbreng adalah dapat

berupa aktiva tanah sebagai lahan untuk mendirikan bangunan perseroan, barang

baku untuk produksi, dan alat mobilitas untuk perseroan.

Anda mungkin juga menyukai