Anda di halaman 1dari 4

TUGAS HUKUM HAK MILIK INTELEKTUAL

Nama : Siska Eva Nora


Nim : 190200412
Kelas :A
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Tan Kamello SH., MS
Syarifah Lisa Andriati S.H., M.Hum.
Password : “Reading never stop, if I stop reading one minute I will be stupid
or no days without reading”.

Pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang Berkaitan dengan Hak
Milik Intelektual

Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang
bersumber dari hasil kerja otak (peranannya sebagai pusat pengaturan segala kegiatan
fisik dan psikologis), hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar, hasil
kerjaanya itu berupa benda immateril (benda yang tidak berwujud). Hasil kerja otak itu
kemudian dirumuskan sebagai intelektualitas. Orang yang optimal memerankan kerja otaknya
disebut sebagai orang yang terpelajar, mampu menggunakan rasio, mampu berpikir secara
rasional dengan menggunakan logika (metode berpikir, cabang filsafat), karena itu hasil
pemikirannya disebut rasional atau logis. Orang yang tergabung dalam kelompok ini disebut
kaum intelektual.
Hak milik intelektual merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud (benda
immaterial). Benda dalam kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai
kategori. Salah satu diantara kategori itu, adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi
benda berwujud dan tidak berwujud. Dapat dilihat dalam Pasal-pasal KUHPerdata yang
berkaitan dengan HaKI adalah sebagai berikut :
Pasal 499 KUHPerdata : “Menurut undang-undang, barang adalah tiap benda dan
tiap hak yang dapat menjadi obyek dari hak milik”. Hak Kekayaan Intelektual sebenarnya
merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud (benda immateril). Benda dalam
kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu di antara
kategori itu, adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda berwujud dan benda
tidak terwujud. Barang yang dimaksudkan oleh Pasal 499 KUHPerdata adalah benda materil
(stoffelijk voorwerp), sedangkan hak adalah benda immaterial. Ini sejalan dengan klasifikasi
benda menurut pasal 503 KUHPerdata, yaitu penggolongan benda ke dalam kelompok benda
berwujud dan tidak berwujud.
Benda immaterial yang berupa hak itu dapat dicontohkan seperti hak tagih, hak atas
bunga uang, hak sewa, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak atas benda berupa jaminan,
hak kekayaan intelektual dan lain sebagainya. Hak immaterial itu sendiri dapat menjadi objek
dari suatu hak benda. Hak benda adalah hak absolut atas suatu benda, tetapi ada hak absolut
yang objeknya bukan benda yaitu hak kekayaan intelektual.
Pasal 500 KUHPerdata : “Segala apa yang karena hukum perlekatan termasuk
dalam sesuatu kebendaan sepertipun segala hasil dari kebendaan itu, baik hasil karena
alam maupun hasil karena pekerjaan orang lan, selama yang akhir-akhir ini melekat pada
kebendaan itu laksana dan akar terpaut pada tanahnya, kesemuanya itu adalah bagian dari
pada kebendaan tadi”.
Pasal 501 KUHPerdata : “Dengan tak mengurai ketentuan-ketentuan istimewa
menurut undang-undang atau karena perjanjian tiap-tiap hasil perdata adalah bagian dari
pada sesuatu kebendaan, jika dan selama hasil itu belum dapat ditagih”.
Dari pasal-pasal diatas benda dapat dibagi menjadi benda pokok (utama) dan benda
perlekatan. Benda pokok adalah benda yang semula telah dimiliki oleh seseorang tertentu,
sedangkan benda perlekatan adalah setiap yang: (1) karena perbuatan alam; (2) karena
perbuatan manusia; (3) karena hasil perdata yang belum dapat ditagih.
Batasan hak kekayaan intelektual adalah terpisahnya antara hak kekayaan intelektual
dengan hasil material yang menjadi bentu jelmaannya. Sebagai contoh, hak cipta dalam
ilmu pengetahuan dan hasil material yang telah menjadi bentuk jelmaannya adalah buku,
begitupula dalam bidang hak paten dan hasil materi yang menjadi bentuk jelamaannya
adalah minyak pelumas. Jadi yang dilindungi dalam keangka hak kekayaan intelektual
adalah haknya, bukan jelmaan dari hak tersebut.
Hak cipta diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982, diubah dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1997 terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tanggal 29 Juli 2002.
Hak paten diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 diubah dengan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1997 terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2001 tanggal 1 Agustus 2001. Sedangkan merk diatur dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1992, diubah dengan Undang-Undang 14 Tahun
Pasal 503 KUHPerdata : “Ada barang yang bertubuh, dan ada yang tidak bertubuh”.
Pasal ini berkaitan dengan penggolongan benda ke dalam kelompok benda berwujud
(bertubuh) dan benda tidak berwujud (tidak bertubuh). Benda immateril atau benda tidak
berwujud yang berupa hak itu dapatlah kita contohkan seperti hak tagih, hak atas bunga uang,
hak sewa, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak atas benda berupa jaminan, Hak Kekayaan
Intelektual (Intellectual Property Rights) dan lain sebagainya. hak immateril itu tidak
mempunyai benda (berwujud) sebagai objeknya.
Hak milik immateril termasuk ke dalam hak-hak yang disebut pasal 499 KUH Perdata.
hak milik immateril itu sendiri dapat menjadi objek dari suatu hak benda. Selanjutnya
dikatakannya pula bahwa, hak benda adalah hak absolut atas sesuatu benda berwujud, tetapi
ada hak absolut yang objeknya bukan benda berwujud. Itulah yang disebut dengan nama Hak
Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights).
Pasal 1320 KUHPerdata : “Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi
empat syarat: kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; kecakapan untuk membuat
suatu perikatan; suatu pokok persoalan tertentu; dan suatu sebab yang tidak terlarang.”.
Secara normatif, pengaturan hukum hak kekayaan intelektual diatur dalam berbagai
peraturan perundang-undangan tersendiri. Seperti dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) memberikan tuntutan untuk melakukan perjanjian. Menurut
pasal tersebut, terdapat 2 syarat pokok dalam melakukan perjanjian yaitu, syarat subjektif
yang menunjuk adanya kesepakatan bagi para pihak untuk mengikatkan diri, yang artinya
dalam suatu perjanjian tidak diperkenankan adanya unsur paksaan, penipuan maupun
kekhilafan, dan syarat objektif yang di mana suatu hal tertentu adalah bahwa suatu
perjanjian mempunyai objek yang ditentukan berupa benda yang ada maupun yang akan ada
(Pasal 1332-1335 KUHPerdata) sedangkan persyaratan adanya suatu sebab yang halal
adalah berkaitan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan tidak bertentangan dengan
Undang-Undang (Pasal 1337 KUHPerdata).
Pasal 1365 KUHPerdata : “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.”. Gugatan perdata dapat dilakukan oleh
pencipta atau oleh salah seorang dari pencipta (apabila ciptaan itu diciptakan secara bersama-
sama) Gugatan perdata atas perbuatan melawan hukum dapat dilakukan oleh pencipta. Hak
cipta memberikan wewenang untuk menyita barang-barang yang diumumkan bertentangan
dengan hak cipta itu dan juga perbanyakan yang tidak diizinkan dan dapat menuntut barang itu
sebagai miliknya atau menuntut supaya barang-barang itu dimusnahkan atau dijadikan tak
terpakai. Hakim dapat memerintahkan untuk dilaksanakan pembayaran ganti rugi kepada
pencipta. Tuntutan perdata ini tidak mengurangi tuntutan pidana.
Pasal 1234 KUHPerdata : “Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.” Merek merupakan salah satu bentuk dari
Hak Kekayaan Intelektual. Hak merek adalah hak kebendaan maka konsekuensinya hak
tersebut dapat dipertahankan terhadap siapa saja. Dalam hak merek itu terdapat hak absolut
adalah diberinya hak gugat oleh undang-undang kepada pemegang hak, disamping adanya
tuntutan pidana terhadap orang yang melanggar hak tersebut. Jika pelanggaran hak itu semata-
mata terhadap hak yang telah tercantum dalam UUM 2001, maka gugatannya dapat
dikategorikan sebagai peristiwa perbuatan melawan hukum (onrechtsmatige daad), (vide Pasal
1365 KUH Perdata), tetapi jika pelanggaran itu menyangkut perjanjian lisensi, di mana para
pihak dalam perjanjian itu tidak memenuhi isi perjanjian itu baik seluruhnya atau sebagian,
maka gugatannya dapat dikategorikan sebagai gugatan dalam peristiwa wanprestasi.

Anda mungkin juga menyukai