Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PERTEMUAN 4:
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
22. Setelah membaca dan mempelajari materi ini, Anda harus mampu:
12.1Memahami Pengertian PPh Pasal 22
12.2Memahami Penghitungan PPh Pasal 22
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 12.1:
Penyusutan dan Amortisasi
Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau
pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap Wajib Pajak dan
berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.Pajak penghasilan pasal 22 ini
merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas:
1. Impor barang
impor (menurut undang undang pajak) adalah kegiatan memasukkan
barang dari luar wilayah pabean Indonesia (luar negeri) ke dalam wilayah
pabean Indonesia
2. Penjualan atau penyerahan barang kepada instansi pemerintah, BUMN
atau BUMD. Apabila pembayaran atas pembelian barang tersebut berasal
dari belanja negara dan atau belanja daerah
3. Hasil produk atau penyerahan barang tertentu.
Pemungut Pajak
Pemungut pajak penghasilan pasal 22 ini diantaranya:
1) Bank Devisa,
2) Direktorat Jendral Bea Cukai,
3) Badan lain:
Tarif Pajak
Ada dua jenis tarif pajak penghasilan pasal 22, yaitu atas impor dan atas
pembelian barang yang dibiayai oleh APBN atau APBD,
1. Atas Impor
a) Menggunakan API ( angka pengenal impor) :2,5% x nilai impor
b) Tidak menggunakan API : 7,5% x nilai impor
c) Tidak dikuasai : 7,5% x harga jual lelang
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk besarnya:
CIF + BM + Pemungutan pabean lainnya
2. Atas pembelian barang yang dibiayai dengan APBN dan APBD besarnya:
1,5% x Harga Pembelian
3. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh:
a. Badan Usaha yang bergerak di bidang
Untuk PPh pasal 22 yang dipungut oleh pertamina dan badan usaha yang
bergerak di bidang bahan bakar minyak, serta oleh BULOG merupakan
pemungutan yang sifatnya FINAL.
Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja
dan otomotif, dipungut dan disetor oleh badan usaha ke : Bank persepsi
atau kantor pos dan giro
4. atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang : Pertamina dan
BULOG penunasan yang disetorkan oleh penyalur dan atau agen ke bank
persepsi atau kantor pos dan giro
5. Bukti pemotongan
Pemungutan (DBJC Dan usaha) wajib menerbitkan bukti pemungutan
rangkap 3 (tiga) didistribusi:
a. untuk pembeli
b. laporan ke Direktorat Jenderal Pajak
c. Arsip pemungutan
6. Penyetoran
a. DJBC dan badan usaha dilakukan secara kolektif menggunakan SPP
b. Oleh importerDJA, bendaharawan, BUMN dan BUMD
c. BULOG dengan menggunakan permulir SPP
PT Mandiri mengimpor hasil perkebunan dari India dengan CIF sebesar US$
100.000. Bea masuk 5% dari CIF dan terkena pungutan 0.5% dari CIF
Kurs umum pada saat itu US$ 1 = Rp 9.900
Kurs menurut SK MenKeu US$ 1 = Rp 9.000
Hitung PPh 22 jika PT Mandiri
a.memiliki API
b. tidak memiliki API
Pembahasan:
1a. C.I.F US$100.000,00 X Rp9.000,00 = Rp900.000.000.00
Bea masuk 5% = Rp 45.000.000,00
Pungutan resmi 0,50% = Rp 4.500.000,00+
Nilai impor Rp949.500.000,00
Besarnya PPh pasal 22 adalah2,50% X Rp949.500.000,00 = Rp23.737.500.00
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan tarif pajak PPh Pasal 22.
2. Jelaskan kegiatan apa saya yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal
22.
3. PT “Maju” pada bulan Maret 2011 mengimpor barang dari Singapura
dengan harga US $ 800.000 biaya angkut US $ 8.000 dan biaya assuransi
US$ 2.000 yang dibayar di luar negeri Selain itu juga dikeluarkan bea
masuk Rp 5.000.000, angkut di pelabuhan Rp 2.000.000 serta pungutan
lain (tidak resmi) Rp 4.000.000. Kurs umum pada saat itu US$ 1 = Rp
9.900 Kurs menurut SK MenKeu US$ 1 = Rp 9 .000
Hitung PPh 22 jika PT Maju:
a. memiliki API
b. Tidak memiliki API
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Resmi, Siti. 2013. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 7 Buku I. Jakarta:
Salemba Empat.