Anda di halaman 1dari 13

Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

PERTEMUAN 2:
PAJAK PENGHASILAN SECARA UMUM

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian dan pajak penghasilan
secara umum, Anda harus mampu:
1.1 Menjelaskan definisi pajak penghasilan dan dasar hukumnya
1.2 Memahami subjek dan obyek pajak penghasilan dan pengecualian subjek
dan obyek pajak penghasilan
1.3 Menjelaskan pengurangan penghasilan, tarif pajak penghasilan dan
penghasilan kena pajak

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Menjelaskan Definisi pajak penghasilan dan Dasar Hukum

 Definisi Pajak Penghasilan

Menurut Siti Resmi (2016:70) pajak penghasilan adalah pajak yang


dikenakan terhadap subjek pajak atau penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam satu tahun pajak.

Pajak penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir


dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008. Dalam pasal 4 ayat satu
Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 disebutkan Penghasilan adalah
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima wajib pajak yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dapat disimpulkan bahwa Pajak penghasilan adalah Kontribusi wajib


kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan atas setiap

S1 Manajemen Universitas Pamulang 1


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima wajib pajak dalam negeri


atau luar negeri yang dapat dipakai konsumsi atau menambah kekayaan
wajib pajak dengan nama dan bentuk apapun dengan merujuk pada
Undang-undang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa kali
dan terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008.

Pengertian Pajak Penghasilan pasal 21


Menurut Siti Resmi, Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri.

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 31/PJ/2009, pajak


penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

Dapat disimpulkan bahwa pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak atas


penghasilan karyawan yang jumlah pajaknya langsung dipotong oleh
pemberi kerja.

 Dasar Hukum
Peraturan Perundangan yang mengatur pajak penghasilan di Indonesia
adalah UU Nomor 7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU
Nomor 7 tahun 1991, UU Nomor 10 tahun 1994, UU Nomor 17 tahun
2000, UU Nomor 36 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jenderal
Pajak, dan surat edaran direktur jenderal pajak.

S1 Manajemen Universitas Pamulang 2


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Menjelaskan subjek dan objek pajak penghasilan

 Subjek Pajak

Pengertian Subjek Pajak


Subjek Pajak adalah pihak-pihak yang dikenai kewajiban untuk
melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya. Dapat
meliputi orang pribadi maupun badan (perusahaan).

Subjek Pajak Dalam Negeri


Istilah Subjek Pajak dalam negeri akan sering ditemukan dalam konteks
PPh. Subjek pajak dalam negeri meliputi orang pribadi (individu) maupun
badan. Pengertian ‘badan’ dalam UU KUP adalah sekumpulan orang
dan/atau modal yang merupakan satu kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun tidak, yang meliputi PT, CV, perseroan lainnya, BUMN/D dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
(BUT/permanent establishment).
Orang pribadi (individu) yang disebut sebagai subjek pajak dalam negeri
adalah orang pribadi yang: (1) bertempat tinggal di Indonesia, atau (2)
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan; atau
(3) yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan berniat untuk
bertempat tinggal di Indonesia. Manakala orang pribadi meninggal dunia
dan meninggalkan warisan, maka sebelum warisan itu terbagi, kedudukan
subjek pajak si almarhum digantikan oleh warisan yang belum terbagi

S1 Manajemen Universitas Pamulang 3


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

tersebut. Itulah sebabnya, warisan yang belum terbagi juga dikategorikan


sebagai subjek pajak dalam negeri menggantikan yang berhak
(menggantikan si almarhum).
Sementara badan yang tergolong subjek pajak badan dalam negeri adalah
badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. Unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi keempat kriteria berikut ini
tidak termasuk dalam pengertian subjek pajak badan dalam negeri:
1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan
2. Pembiayaannya bersumber dari APBN/D;
3. Penerimaanya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah
(pusat maupun daerah); dan
4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negara.

Subjek Pajak Luar Negeri


ISTILAH subjek pajak luar negeri juga akan lebih sering ditemukan dalam
pembahasan PPh. Dan sama seperti subjek pajak dalam negeri, subjek
pajak luar negeri juga terdiri dari orang pribadi (individu) dan badan.
Subjek pajak orang pribadi luar negeri adalah orang pribadi yang:
1. tidak bertempat tinggal di Indonesia; dan
2. berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan.

Sedangkan badan yang termasuk kelompok subjek pajak badan luar negeri
adalah badan yang tidak didirikan di Indonesia dan tidak berkedudukan di
Indonesia.
Subjek pajak luar negeri (baik orang pribadi maupun badan) dapat
memperoleh penghasilan dari Indonesia dengan cara: (1) menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan bisnis melalui BUT (permanent
establishment); atau (2) tidak melalui BUT (biasanya penghasilan yang
bersifat pasive income seperti bunga, dividen, royalti maupun sewa).

S1 Manajemen Universitas Pamulang 4


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Jika subjek pajak luar negeri memperoleh penghasilan dengan cara


pertama, maka BUT dari subjek pajak luar negeri tersebut tergolong
subjek pajak luar negeri. Namun dalam perlakuan pajaknya, BUT
dipersamakan dengan subjek pajak badan dalam negeri dan memiliki
kewajiban pajak yang sama dengan subjek pajak dalam negeri (kewajiban
NPWP, SPT dan lain sebagainya).

 Objek Pajak Penghasilan


Objek pajak penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yng diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP),
baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Tidak Termasuk Objek Pajak
1. Bantuan atau sumbangan
2. Warisan
3. Deviden atau bagian laba
4. Iuran yang diterima atu diperoleh dana pensiun
5. Beasiswa

Tidak termasuk Subjek Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2


adalah:
a. Badan perwakilan negara asing
b. Penjabat-penjabat perwakilan diplomatik
c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan keputusan
Menteri Keuangan
d. Penjabat-penjbat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Yang Menjadi Objek Pajak bentuk usaha tetap adalah :

S1 Manajemen Universitas Pamulang 5


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

a. Penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan
dari harta yang dimiliki atau dikuasai
b. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang,
atau pemberiaan jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan
atau dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia
c. Penghasilan sebagaimana tersebt dalam psal 26 yang diterima atau
diperoleh kantor pusat.

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Menjelaskan pengurangan penghasilan, tarif dan penghasilan kena
pajak

 Pengurangan yang Diperbolehkan

A. Biaya Jabatan, Biaya Pensiun, dan Iuran Pensiun/Jaminan Hari Tua Bagi
Pegawai Tetap

Pengurang yang diperbolehkan untuk penghasilan bruto pegawai tetap


terdiri dari biaya jabatan dan iuran pensiun/Jaminan Hari Tua. Sementara
itu, untuk penerima pensiun, pengurang yang diperbolehkan hanya terdiri
dari biaya pensiun. Berikut ini adalah uraian lebih detilnya untuk tahun
pajak mulai 2016.

1. Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan


memelihara penghasilan sebesar 5% dari penghasilan bruto, dengan
jumlah maksimum yang diperkenankan sejumlah Rp 6.000.000,00
setahun atau Rp 500.000,00 sebulan (PerMenkeu No.
101/PMK.010/2016).

S1 Manajemen Universitas Pamulang 6


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

2. Iuran pensiun, yaitu iuran yang terkait dengan gaji yang dibayarkan
oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan
3. Iuran Jaminan Hari Tua, yaitu iuran yang terkait dengan gaji yang
dibayarkan oleh pegawai kepada badan penyelenggara Tabungan Hari
Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
4. Biaya pensiun, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara uang pensiun sebesar 5% dari penghasilan bruto berupa
uang pensiun dengan jumlah maksimum yang diperkenankan
sejumlah Rp 2.400.000,00 setahun atau Rp 300.000,00 sebulan.

B. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi Pegawai Tetap, Pegawai


Tidak Tetap, dan Bukan Pegawai

Besaran PTKP

1. Wajib Pajak Tidak Kawin dan memiliki tanggungan


Uraian Status PTKP
Wajib Pajak TK0 54.000.000,-
+ Tanggungan 1 TK1 58.500.000,-
+ Tanggungan 2 TK2 63.000.000,-
+ Tanggungan 3 TK3 67.500.000,-

2. Wajib Pajak Kawin dan memiliki anak / tanggungan


Uraian Status PTKP
+ WP Kawin K0 58.500.000,-
+ Kawin Anak 1 K1 63.000.000,-
+ Kawin Anak 2 K2 67.500.000,-
+ Kawin Anak 3 K3 72.000.000,-

S1 Manajemen Universitas Pamulang 7


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

3. Wajib Pajak Kawin, penghasilan istri digabung dengan suami


Uraian Status PTKP
+ WP Kawin K/I/0 112.500.000,-
+ Kawin Anak 1 K/I/1 117.000.000,-
+ Kawin Anak 2 K/I/2 121.500.000,-
+ Kawin Anak 3 K/I/3 126.000.000,-

Catatan:

 Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang


 TK : Tidak Kawin
 K : Kawin
 K/I : Kawin dan penghasilan pasangan digabung

Perbedaan antara Penghasilan Tidak Kena Pajak 2016 dengan 2015

Berikut perhitungan simulasi perbandingan kenaikan Penghasilan Tidak Kena


Pajak PTKP 2016 dengan PTKP 2015:

1. Wajib Pajak Tidak Kawin (TK)


Uraian Status PTKP 2015 PTKP 2016 PERBEDA
AN
Wajib Pajak TK TK0 36.000.000 54.000.000,- 18.000.000
,- ,-
Tanggungan 1 TK1 39.000.000 58.500.000,- 19.500.000
,- ,-
Tanggungan 2 TK2 42.000.000 63.000.000,- 21.000.000
,- ,-
Tanggungan 3 TK3 45.000.000 67.500.000,- 22.500.000
,- ,-

S1 Manajemen Universitas Pamulang 8


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

2. Wajib Pajak Kawin (K)


Uraian Status PTKP 2015 PTKP 2016 PERBEDAAN
WP Kawin K0 39.000.000,- 58.500.000,- 19.500.000,-
Kawin Anak 1 K1 42.000.000,- 63.000.000,- 21.000.000,-
Kawin Anak 2 K2 45.000.000,- 67.500.000,- 22.500.000,-
Kawin Anak 3 K3 48.000.000,- 72.000.000,- 24.000.000,-

3. Wajib Pajak Kawin, istri memiliki penghasilan dan digabung dengan suami
Uraian Status PTKP 2015 PTKP 2016 PERBEDAAN
WP Kawin K/I/0 75.000.000,- 112.500.000,- 37.500.000,-
Kawin Anak 1 K/I/1 78.000.000,- 117.000.000,- 39.000.000,-
Kawin Anak 2 K/I/2 81.000.000,- 121.500.000,- 40.500.000,-
Kawin Anak 3 K/I/3 84.000.000,- 126.000.000,- 42.000.000,-

Tanggungan yang dimaksud dalam tabel diatas adalah tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus, serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga)
orang. Contoh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus adalah anak
kandung dan orang tua kandung. Untuk keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus, contohnya adalah mertua dan anak tiri.

Besarnya PTKP di atas ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun


takwim. Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam
bagian tahun takwim, besarnya PTKP tersebut dihitung berdasarkan keadaan
pada awal bulan dari bagian tahun takwim yang bersangkutan.

S1 Manajemen Universitas Pamulang 9


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

 Tarif Pajak

Rumus perhitungan pajak penghasilan:

PPh Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak

Tarif PPh 21 dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015. Tarif PPh 21 berikut ini berlaku pada
Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP):

 WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50 juta adalah 5%


 WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50 juta - Rp 250 juta adalah
15%
 WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250 juta - Rp 500 juta adalah
25%
 WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500 juta adalah 30%
 Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif pph 21
sebesar 20% lebih tinggi dari mereka yang memiliki NPWP.

 Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan kena pajak adalah penghasilan Wajib Pajak yang menjadi


dasar untuk menghitung pajak penghasilan. Pendapatan kena pajak diatur
dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Penghasilan kena pajak didapat dengan menghitung penghasilan bruto


dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan. Apabila dalam menghitung penghasilan kena pajak,
penghasilan bruto setelah dikurangkan dengan biaya untuk mendapatkan,

S1 Manajemen Universitas Pamulang 10


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

menagih dan memelihara penghasilan didapat kerugian maka kerugian


tersebut dikompensasikan mulai dengan penghasilan tahun pajak
berikutnya sampai dengan berturut-turut lima tahun.

Untuk Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi, dalam menghitung


penghasilan kena pajak diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak
Kena Pajak.

S1 Manajemen Universitas Pamulang 11


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Apakah yang dimaksud pajak penghasilan?


2. Sebutkan dasar hukum yang digunakan dalam pajak penghasilan di
Indonesia!
3. Sebutkan subjek dan objek pajak penghasilan!
4. Berapakah tarif pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia?
5. Apa yang dimaksud dengan penghasilan kena pajak?

S1 Manajemen Universitas Pamulang 12


Modul Perpajakan ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku

Siti Resmi. 2016. Buku 1: Edisi 9. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta:
Salemba Empat.

Waluyo.2013. Buku I: Edisi 11. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba


Empat.

Mardiasmo.2013. Edisi Revisi. Perpajakan. Yogyakarta : penerbit andi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang


Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan

Link and Sites:

Isroah.2016. Buku Perpajakan (On-line)


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Isroah,%20Dra.%20
M.Si./BUKU%20PERPAJAKAN.pdf. diakses tanggal 22 Agustus 2016

S1 Manajemen Universitas Pamulang 13

Anda mungkin juga menyukai