Oleh:
NAMA : Elsiana Kevin Santoso
NIM : P17230193085
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Judul :
1. Konsep dasar
a. Pengertian
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena
berkurangnya atau terhentinya suplay darah secara tiba-tiba. Jaringan otak
yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang
pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovaskular accident). Orang awam
cederung menganggap stroke sebagai penyakit. Sebaliknya, para dokter
justru menyebutnya sebagai gejala klinis yang muncul akibat pembuluh darah
jantung yang bermasalah, penyakit jantung atau secara bersamaan (Auryn,
Virzara, 2009).
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan
neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah kebagian dari
otak. Dua jenis stroke yang utama adalah iskemik dan hemoragik. Stroke
iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat gumpalan aliran darah
baik itu sumbatan karena trombosis (pengumpulan darah yang menyebabkan
sumbatan di pembuluh darah) atau embolik (pecahnya gumpalan darah
/benda asing yang ada didalam pembuluh darah sehingga dapat menyumbat
pembuluh darah kedalam otak) ke bagian otak. Perdarahan kedalam jaringan
otak atau ruang subaraknoid adalah penyebab dari stroke hemoragik (Joyce
and Jane, 2014).
Jadi dapat disimpulkan stroke adalah kerusakan jaringan otak atau
perubahan neurologi yang disebabkan oleh berkurangnya atau terhentinya
suplay darah secara tiba-tiba ke otak.
b. Etiologi
Stroke terjadi karena adanya penghambatan atau penyumbatan aliran
darah sel-sel darah merah yang menuju ke jaringan otak, sehingga
menyebabkan pembuluh darah otak menjadi tersumbat (iskemic stroke) atau
pecah (hemoragik stroke). Secara sederhana stroke terjadi jika aliran darah ke
otak terputus. Otak kita sangat tergantung pada pasokan yang
berkesinambungan, yang dialirkan oleh arteri.
Asupan oksigen dan nutrisi akan dibawa oleh darah yang mengalir
kedalam pembuluh-pembuluh darah yang menuju ke sel-sel otak. Apabila
aliran darah atau aliran oksigen dan nutrisi itu terhambat selama beberapa
menit saja maka dapat terjadi stroke. Penyempitan pembuluh darah menuju
sel-sel otak menyebabkan aliran darah dan asupan nutrisi ke otak akan
berkurang.
Selain itu, endapan zat-zat lemak tersebut dapat terlepas dalam bentuk
gumpalan-gumpalan yang suatu saat dapat menyumbat aliran darah ke otak
sehingga sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi itulah penyebab
mendasar bagi terciptanya stroke. Selain itu, hipertensi juga dapat
menyebabkan tekanan yang lebih besar sehingga dinding pembuluh darah
menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah. Hemoragik stroke
dapat juga terjadi pada mereka yang menderita penyakit hipertensi (Auryn,
Virzara 2009). Sedangkan Menurut Widyanti & Triwibowo 2013 yaitu faktor
resiko terjadinya stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang tidak
dapat diubah dan dapat diubah.
a. Faktor yang tidak dapat diubah: umur, jenis kelamin, ras, riwayat
keluarga, riwayat transient Ishemic Attack (TIA) atau stroke, penyakit
jantung.
b. Faktor yang dapat diubah: Hipertensi, kadar hemotokrit tinggi,
diabetes, merokok, penyalahgunaan obat, konsumsi alkohol,
kontrasepsi oral, hematokrit meninggi dan hiperurisehol.
c. Patofisiologi
1) Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau
hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus,
pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2) Perdarahan subaraknoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pie meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subarakhnoid mengakibatkan
terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk
dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subarakhnoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuliuh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5
hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga
karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan
kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di riang
subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2
jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Keutuhan glukosa sebanyak 25% dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70% akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak. (Setiono, 2014).
e. Pemeriksaan penunjang
1. Angiografi serebri: membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
2. Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
3. USG Doppler : untuk mengidentifikasi adanya arteriovena (masalah
sistem karotis)
4. CT Scan : Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan
adanya infark
5. Pungsi Lumbal : menunjukan adanya tekanan normal, tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
6. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
7. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
8. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal.
f. Penatalaksanaan
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark serebral terdapat kehilangan secara menetap inti central
jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih
bisa diselamatkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan
sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki
disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
Data Obyektif
1) Keadaan Umum
2) Glasgow Coma Scale
3) Tanda-tanda Vital
b. Diagnosa keperawatan
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
hipertensi
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi serebral
c. Rencana keperawatan
Diagnosis Intervensi
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi keperawatan
Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Observasi
serebral tidak keperawatan selama 1x24jam, maka 1.Identifikasi penyebab
efektif perfusi serebral meningkat dengan peningkatan TIK (mis.
berhubungan kriteria hasil: Lesi, gangguan
dengan 1. Tingkat kesadaran meningkat metabolisme, edema
2. Nilai rata- rata tekanan darah
hipertensi serebral)
membaik
3. Kesadaran membaik 2.Monitor tanda dan
gejala peningkatan
TIK (mis. Tekanan
darah meningkat,
tekanan nadi melebar,
bradikardi, pola nafas
ireguler, kesadaran
menurun)
3.Monitor MAP (Mean
Arterial pressure)
4.Monitor CPP (Cerebral
Perfusion Pressure)
5.Monitor gelombang
ICP
6.Monitor status
pernapasan
7.Monitor intake dan
output cairan
8.Monitor cairan serebra-
spinalis (mis. Warna,
konsistensi)
Terapeutik
1.Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang
tenang
2.Berikan posisi semi
fowler
3.Hindari maneuver
valsava
4.Cegah terjadinya kejang
5.Hindari penggunaan
PEEP
6.Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
7.Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
8.Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
2.kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika
perlu
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 64 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Dsn Krajan, Desa Suruh Wadang RT 1/ RW 3
No. Regester : 21xx
Tanggal MRS : 7-11-2021 jam 10.20WIB
Tanggal Pengkajian : 8-11-2021 jam 11.00 WIB
DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komunikasi : komunikasi afasia
B. Orang yang paling dekat dengan Klien : Anak
C. Rekreasi : keluarga mengatakan jarang berekreasi dengan keluarga
Hobby : -
Penggunaan waktu senggang : membersihkan rumah, menonton tv
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : pasien saat dirumah sakit lebih banyak
digunakan untuk beristirahat diatas tempat tidur
E. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social : klien mengatakan hubungan
dengan orang lain lancar
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Ny. T (Anak)
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah : pasien mengatakan sebelum sakit ia taat beribadah
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : pasin mengatakan ia percaya bisa sehat, dan
datangnya sakit ini karena ia lalai menjaga kesehatan
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : pasien percaya kepada Tuhan terhadap
proses penyembuhannya
PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum :
1. Kesadaran (kualitatif) : Delirium
2. Kondisi secara umum : Lemah
3. Pengkajian Nyeri :
P:
Q:
R:
S:
T:
B. Tanda Vital
Suhu Tubuh : °C Nadi : x/menit
Tekanan darah : mmHg Respirasi : x/menit
Tinggi badan : 150 cm Berat Badan : 59 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : simetris
Ubun-ubun : simetris, tidak ada benjolan
Kulit kepala : bersih
b. Rambut : Normal, beruban
Penyebaran dan keadaan rambut : Normal, merata
Bau : Tidak bau
Warna : Putih beruban
c. Wajah : tidak simetris karena adanya kelumpuhan pada otot
muka
Warna kulit : Sawo matang
Struktur Wajah : bundar
2. M a t a
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan :
Lengkap, simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :
kelopak mata bagian bawah agak berwarna putih
c. Konjunctiva dan sclera :
Anemis
d. P u p I l :
-
e. Kornea dan Iris :
Normal
f. Ketajaman Penglihatan / Virus :
Kabur
g. Tekanan Bola Mata :
Normal
3. H I d u n g
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi :
Normal, simetris dan tidak ada kelainan
b. Lubang Hidung :
Normal simteris kiri dan kanan
c. Cuping Hidung :
Normal
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : Normal, simetris
Ukuran Telinga : Sama besar
Ketegangan telinga : Tidak ada
b. Lubang Telinga : Normal, bersih, simteris kanan kiri
c. Ketajaman pendengaran :
Tajam
5. Mulut dan Faring :
a. Keadaan Bibir : kering
b. Keadaan Gusi dan Gigi : Normal, kotor
c. Keadaan Lidah : Normal, bersih dan berwarna merah muda, tidak ada lesi
6. L e h e r :
a. Posisi Trakhea : Normal, berada di tengah
b. Tiroid : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Suara : Tidak bisa bicara
d. Kelenjar Lymphe : Normal, tidak ada pembesaran
e. Vena Jugularis : Normal
f. Denyut Nadi Coratis : Teraba, kuat, teratur
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Palpasi : Dulness (normal)
- Ictus Cordis : ICS 5 mid clavikula sinistra
b. Perkusi :
- Batas-batas Jantung : Tidak lebih dari 4 cm kearah kiri dari garis
midsternal
c. Aukultasi
- Bunyi Jantung I : Reguler (S I tunggal)
- Bunyi Jantung II : Reguler (S II tunggal)
- Bising/murmur : Tidak ada
- Frekuensi Denyut Jantung : teratur
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : Flat
- Benjolan/massa : Tidak terdapat massa di abdomen
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus :
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak ada
- Benjolan /massa : Tidak terdapat massa
- Tanda-tanda Ascites : Tidak terdapat tanda-tanda ascites
- Hepar : normal
- Lien : normal
- Titik Mc. Burne : tidak nyeri tekan
d. Pekusi
- Suara Abdomen : timpani
- Pemeriksaan Ascites : tidak ada
H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
1. Genetalia
a. Rambut pubis : bersih
b. Meatus Urethra : tidak terkaji
c. Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna dan Daerah Inguinal : tidak ada
J. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS :
Eye 3, Motorik 1, Verbal 2
2. Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) :-
3. Fungsi Motorik : ketergantungan total
4. Fungsi Sensorik : penglihatan kabur, penciuman dan pendengaran normal
5. Refleks :
a) Refleks Fisiologis : (-) tidak ada refleks ektremitas kiri
a) Refleks Patologis : (-) tidak ada refleks ektremitas kiri
Tingkat Risiko :
Skor 0-24 : Tidak Berisiko, Perawatan yang baik
Skor 25-50 : Risiko Rendah, Lakukan intervensi jatuh standar
Skor ≥ 51 : Resiko Tinggi, Lakukan intervensi jatuh resiko tinggi
Keterangan: skor 14: berisiko terjadi luka dekubitus , skor <12: resiko tinggi
Urutan 4 3 2 1
Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Kondisi Sadar Apatis Bingung Stupor
mental (orientasi (letargik, (disorientasi (disorientasi
terhadap pelupa, waktu, tempat, total, tidak
waktu, tempat, mengantuk, tidak dapat berespon
dan orang. pasif, tak beristirahat, terhadap nama,
Berespon bertenaga, agresif, cemas) perintah
terhadap depresi, mampu sederhana atau
semua stimulus mematuhi stimulus verbal)
dan mengerti perintah
penjelasan) sederhana)
Aktivitas Dapat Berjalan Terbatas di Terbatas di
berpindah dengan kursi tempat tidur
(mampu bantuan (ambulasi hanya (terbatas di
berjalan tanpa (mampu di kursi, tempat tidur
bantuan, ambulasi memerlukan selama 24 jam
mampu dengan bantuan bantuan untuk sehari)
bangkit dari orang lain) ambulasi di atas
tempat tidur kursi atau
tanpa bantuan, ambulasi terbatas
mampu di kursi roda)
ambulasi
secara,
mandiri)
Mobilitas Penuh Agak terbatas Sangat terbatas Tidak/sulit
(mampu (mampu (kadang-kadang bergerak
menggerakkan mengontrol dan melakukukan (tidak mampu
seluruh menggerakkan perubahan kecil membantu diri
ekstremitas) seluruh pada posisi sendiri untuk
ekstremitas tubuh dan merubah posisi
tetapi memliki ekstremitas, apapun tanda
derajat tetapi tidak adanya bantuan,
keterbatasan. mampu dan sangat
Membutuhkan melakukan bergantung
bantuan orang perubahan yang kepada orang
lain untuk sering secara lain untuk
berputar, mandiri) bergerak)
mendorong,
keseimbangan,
dan/mendapatka
n posisi duduk
sesuai
keinginannya)
Inkontinensia Tidak Kadang- Biasanya urine Kencing dan
ngompol kadang (inkontinensia kotoran
(kontrol total (inkontinensia urin atau feses (inkontinensia
terhadap urin urin dan/ feses sedikitnya 1 kali urin dan feses
dan feses) tidak lebih dari setiap 21 jam) secara terus
sekali setiap 48 menerus)
jam atau
memiliki kateter
foley dan
inkontinensia
feses
PENGUKURAN KUANTITAS NYERI
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
MASALAH MASALAH
NO. DIAGNOSIS KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif 8/11/202
berhubungan dengan hipertensi 1
dibuktikan dengan TD= 160/100
mmHg
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1/09/2021
11.00 Melakukan pengkajian fisik
pada klien, didapatkan hasil:
- keadaan umum
lemah
- akral hangat
- kesadaran delirium
- GCS 4-1-6
- Tak mual tak
muntah
- TD : 170/90 mmHg
- S: 37.3°C
- N: 80x/mnt
- UU: 800
- 2jpp: 131
EVALUASI KEPERAWATAN
Daftar Referensi