Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Mata Kuliah :
Fisiologi Manusia
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
20601241096
PJKR C
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui factor yang memengaruhi denyut nadi
1.3.2 Mengetahui proses pemulihan denyut nadi
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Denyut Nadi
Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa keluar
jantung. Denyut ini mudah diraba tepat dimana ada arteri melintas. Darah yang didorong ke
arah aorta sistol tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh darah, tapi juga menimbulkan
gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri. Gelombang yang bertekanan meregang
di dinding arteri sepanjang perjalanannya dan regangan itu dapat diraba sebagai denyut nadi.
Denyut yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke aorta melainkan
gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta yang merambat lebih cepat daripada darah itu
sendiri. Semakin besar metabolisme dalam suatu organ, maka makin besar aliran darahnya.
Hal ini menyebabkan kompensasi jantung mempercepat denyutnya dan memperbesar
banyaknya aliran darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh. Denyut nadi normal
dapat dikategorikan sesuai umur yaitu: dewasa 60-80 kali/menit, anak 80-100 kali/menit dan
bayi 100-140kali/menit (Kasenda, 2014). Denyut jantung merupakan manifestasi dari
kemampuan jantung, untuk mengetahui kerja jantung dapat dilihat dari denyut nadi yang
merupakan rambatan dari denyut jantung, denyut tersebut dihitung tiap menitnya dengan
hitungan repetisi (kali/menit). Untuk mengetahui kecepatan denyut nadi seseorang dapat
dilakukan dengan pulse rate yaitu dengan cara menghitung perubahan tekanan yang
dirambatkan sebagai gelombang pada dinding darah, dimana pengukuran dapat dilakukan
pada arteri karotis, arteri radialis, arteri ulnaris, arteri brachialis, arteri femoralis, arteri
popliteal, arteri dorsalis pedis, arteri posterior tibial, arteri temporalis (Hermawan et al,
2012). Denyut nadi adalah gelombang yang teraba pada arteri akibat dari darah dipompa oleh
jantung, denyut nadi merupakan frekuensi perputaran banyaknya peredaran darah ke jantung
dan pengukurannya digunakan untuk menentukan frekuensi denyut jantung. Denyut nadi
digunakan sebagai parameter fungsi kardiovaskuler. Orang yang mempunyai frekuensi
denyut nadi di bawah 60 denyut permenit bagi orang terlatih menunjukkan efektifitas dari
jantung dalam memompa darah, sedangkan denyut nadi istirahat melebihi 100 denyut
permenit adalah kemampuan jantung memompa darah lemah yang menggambarkan
terganggunya kondisi fisik seseorang. Semakin tinggi denyut nadi seseorang, menunjukkan
semakin berat kerja jantung. Jika ini terjadi terus menerus, maka dipastikan bahwa
produktivitas kerja akan menurun. Juga dijelaskan bahwa denyut nadi dipengaruhi oleh
aktivitas fisik (Sandi, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis
kelamin, kehamilan, keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, rokok, intensitas dan lama kerja,
sikap kerja, faktor fisik dan kondisi psikis. Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap
memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada remaja, denyut jantung menetap
dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi
menurun seiring dengan pertambahan usia. Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja
maksimum sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda
dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut/menit, pada wanita
138 denyut/menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut/menit
dan pada wanita 164 denyut/menit Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau
hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang
darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga cardiac output meningkat
yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi (Muflichatun, 2006).
Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh kebutuhan aliran darah, sistem baroreseptor dan
sistem kemoreseptor. Perubahan tekanan arteri yang cepat merangsang sistem baroreseptor
sehingga menimbulkan respon menurunkan frekuensi denyut jantung dan denyut nadi. Sistem
kemoreseptor menerima rangsang berupa kadar oksigen, kadar karbondioksida dan ion
hidrogen dalam darah (Hanifati, 2015).
Denyut nadi pemulihan setelah latihan merupakan tanda tingkat kebugaran fisik yang
menunjukkan kecepatan penurunan denyut nadi setelah pelatihan untuk mecapai denyut nadi
normal seperti sebelum melakukan aktivitas fisik. Proses pemulihan adalah gambaran dari
fungsi sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis (Arai et al, 2002).
Denyut nadi normal dalam keadaan istirahat sekitar 70-80 denyut/menit. Aktivitas tubuh yang
semakin tinggi menyebabkan peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat makanan dan
oksigen ke jaringan otot sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan kuat sehingga
meningkatkan denyut nadi. Ketika tubuh melakukan aktivitas fisik berat dalam jangka waktu
yang lama tanpa disertai pemulihan yang cukup akan mengalami overtraining. Overtraining
terjadi karenan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dan penurunan aktivitas saraf
parasimpatis (Sedlock et al, 2010). Perubahan denyut nadi sering digunakan sebagai dasar untuk
physical fitness test. Pemulihan denyut nadi secara langsung berhubungan dengan tingkat daya
tahan kardiovaskuler. Pemulihan denyut jantung pada orang dengan tingkat daya tahan
kardiovaskuler kurang akan lebih lama dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat daya
tahan kardiovaskuler baik. Pemulihan denyut nadi yang cepat sangat penting untuk mencegah
kerja jantung terlalu berat. Aktivasi sistem saraf parasimpatis merupakan hal yang mendasari
pemulihan denyut nadi setelah latihan (Trevizani et al, 2012) . Penghitungan denyut nadi
pemulihan dapat dilakukan menggunakan metode Brouha dengan bantuan pulse meter yaitu
menghitung denyut nadi pemulihan P1, P2, P3, P4, P5 (Wahyuni, 2014).
1. Denyut nadi pemulihan P1 adalah denyut nadi per 30 detik terakhir dari menit ke-1 pada
pemulihan.
2. Denyut nadi pemulihan P2 adalah denyut nadi per 30 detik terakhir dari menit ke-2 pada
pemulihan.
3. Denyut nadi pemulihan P3 adalah denyut nadi per 30 detik terakhir dari menit ke-3 pada
pemulihan.
4. Denyut nadi pemulihan P4 adalah denyut nadi per 30 detik terakhir dari menit ke-4 pada
pemulihan.
5. Denyut nadi pemulihan P5 adalah denyut nadi per 30 detik terakhir dari menit ke-5 pada
pemulihan.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin, kehamilan,
keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, rokok, intensitas dan lama kerja, sikap kerja, faktor
fisik dan kondisi psikis. Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi
kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada remaja, denyut jantung menetap dan
iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi
menurun seiring dengan pertambahan usia. Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja
maksimum sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda
dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut/menit, pada wanita
138 denyut/menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154
denyut/menit dan pada wanita 164 denyut/menit Riwayat seseorang berpenyakit jantung,
hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita
anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga cardiac
output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi (Muflichatun, 2006).
Denyut nadi pemulihan setelah latihan merupakan tanda tingkat kebugaran fisik yang
menunjukkan kecepatan penurunan denyut nadi setelah pelatihan untuk mecapai denyut
nadi normal seperti sebelum melakukan aktivitas fisik. Proses pemulihan adalah gambaran
dari fungsi sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis (Arai et al,
2002). Denyut nadi normal dalam keadaan istirahat sekitar 70-80 denyut/menit. Aktivitas
tubuh yang semakin tinggi menyebabkan peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat
makanan dan oksigen ke jaringan otot sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan kuat
sehingga meningkatkan denyut nadi. Ketika tubuh melakukan aktivitas fisik berat dalam
jangka waktu yang lama tanpa disertai pemulihan yang cukup akan mengalami
overtraining. Overtraining terjadi karenan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dan
penurunan aktivitas saraf parasimpatis (Sedlock et al, 2010).
Daftar Pustaka
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/0a96319e4668a6110bd194e250cbadf4.pdf
http://repository.maranatha.edu/19908/3/1210209_Chapter1.PDF