Anda di halaman 1dari 5

Makalah Denyut Nadi dan Frekuensi

Mata Kuliah :

Fisiologi Manusia

Dosen Pengampu :

Dra. Eka Swasta Budayati MS.

Disusun oleh :

Mohamad Anif Firmansah

20601241096

PJKR C

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Denyut Nadi dan Frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantung merupakan salah satu organ yang penting pada tubuh manusia dan berpengaruh besar
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu fungsi jantung adalah menyuplaikan darah ke
seluruh tubuh untuk mengangkut oksigen yang dibutuhkan otot untuk beraktivitas. Semakin berat
aktivitas fisik yang dilakukan, maka makin besar suplai darahnya. Oleh karena itu, jantung
melakukan kompensasi dengan merangsang sistem saraf otonom yaitu mempercepat denyutnya dan
meningkatkan aliran darah agar kebutuhan tubuh akan oksigen dapat terpenuhi (Guyton & Hall,
2008). Aktivitas fisik termasuk stressor fisiologis yang dapat menimbulkan stres apabila dilakukan
secara berlebihan, sehingga akan mengganggu homeostasis tubuh. Selama aktivitas fisik intensitas
berat, konsumsi oksigen seluruh tubuh akan meningkat hingga 20 kali sedangkan konsumsi oksigen
pada serabut otot diperkirakan meningkat hingga 100 kali (Radak, et al., 2007; Tortora &
Derrickson, 2012). Salah satu usaha untuk mempercepat pemulihan homeostasis tubuh yaitu dapat
dengan menggunakan minyak aromaterapi. Aromaterapi merupakan terapi yang menggunakan
minyak essensial yang dinilai dapat membantu mengurangi, bahkan mengatasi gangguan psikologis
dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, nyeri, dan sebagainya. Dalam penggunaannya,
aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa cara, salah satunya melalui jalur nasal (inhalasi).
Pada organ penciuman, wanita lebih sensitif dibandingkan penciuman pria. Wanita memiliki
concha nasalis superior yang lebih luas dibanding pria, karena itu wanita lebih peka terhadap wangi
aromaterapi. (Watt & Janca, 2008; Price & Price, 1997; Costello, 2007). Berbagai tumbuhan sudah
banyak digunakan sebagai minyak aromaterapi seperti lavender, ylang-ylang, lemon, jasmine, dan
East Indian sandalwood. East Indian Sandalwood (Santalum album), lebih dikenal dengan sebutan
cendana di Indonesia, memiliki sejarah panjang yang digunakan pada pengobatan tradisional
oriental. Salah satu bahan aktif utamanya adalah α-santalol 46-60 %, β-santalol 20-30 %. Kegunaan
minyak aromaterapi Sandalwood antara lain yaitu afrodisiak, antidepresan, dan relaksan (Hambali,
2011; Price & Price, 1997; Heuberger,et al., 2006).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Faktor factor yang memengaruhi denyut nadi?
1.2.2 Bagaimana Pemulihan denyut nadi??

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui factor yang memengaruhi denyut nadi
1.3.2 Mengetahui proses pemulihan denyut nadi

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Denyut Nadi
Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa keluar
jantung. Denyut ini mudah diraba tepat dimana ada arteri melintas. Darah yang didorong ke
arah aorta sistol tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh darah, tapi juga menimbulkan
gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri. Gelombang yang bertekanan meregang
di dinding arteri sepanjang perjalanannya dan regangan itu dapat diraba sebagai denyut nadi.
Denyut yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke aorta melainkan
gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta yang merambat lebih cepat daripada darah itu
sendiri. Semakin besar metabolisme dalam suatu organ, maka makin besar aliran darahnya.
Hal ini menyebabkan kompensasi jantung mempercepat denyutnya dan memperbesar
banyaknya aliran darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh. Denyut nadi normal
dapat dikategorikan sesuai umur yaitu: dewasa 60-80 kali/menit, anak 80-100 kali/menit dan
bayi 100-140kali/menit (Kasenda, 2014). Denyut jantung merupakan manifestasi dari
kemampuan jantung, untuk mengetahui kerja jantung dapat dilihat dari denyut nadi yang
merupakan rambatan dari denyut jantung, denyut tersebut dihitung tiap menitnya dengan
hitungan repetisi (kali/menit). Untuk mengetahui kecepatan denyut nadi seseorang dapat
dilakukan dengan pulse rate yaitu dengan cara menghitung perubahan tekanan yang
dirambatkan sebagai gelombang pada dinding darah, dimana pengukuran dapat dilakukan
pada arteri karotis, arteri radialis, arteri ulnaris, arteri brachialis, arteri femoralis, arteri
popliteal, arteri dorsalis pedis, arteri posterior tibial, arteri temporalis (Hermawan et al,
2012). Denyut nadi adalah gelombang yang teraba pada arteri akibat dari darah dipompa oleh
jantung, denyut nadi merupakan frekuensi perputaran banyaknya peredaran darah ke jantung
dan pengukurannya digunakan untuk menentukan frekuensi denyut jantung. Denyut nadi
digunakan sebagai parameter fungsi kardiovaskuler. Orang yang mempunyai frekuensi
denyut nadi di bawah 60 denyut permenit bagi orang terlatih menunjukkan efektifitas dari
jantung dalam memompa darah, sedangkan denyut nadi istirahat melebihi 100 denyut
permenit adalah kemampuan jantung memompa darah lemah yang menggambarkan
terganggunya kondisi fisik seseorang. Semakin tinggi denyut nadi seseorang, menunjukkan
semakin berat kerja jantung. Jika ini terjadi terus menerus, maka dipastikan bahwa
produktivitas kerja akan menurun. Juga dijelaskan bahwa denyut nadi dipengaruhi oleh
aktivitas fisik (Sandi, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis
kelamin, kehamilan, keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, rokok, intensitas dan lama kerja,
sikap kerja, faktor fisik dan kondisi psikis. Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap
memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada remaja, denyut jantung menetap
dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi
menurun seiring dengan pertambahan usia. Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja
maksimum sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda
dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut/menit, pada wanita
138 denyut/menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut/menit
dan pada wanita 164 denyut/menit Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau
hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang
darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga cardiac output meningkat
yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi (Muflichatun, 2006).
Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh kebutuhan aliran darah, sistem baroreseptor dan
sistem kemoreseptor. Perubahan tekanan arteri yang cepat merangsang sistem baroreseptor
sehingga menimbulkan respon menurunkan frekuensi denyut jantung dan denyut nadi. Sistem
kemoreseptor menerima rangsang berupa kadar oksigen, kadar karbondioksida dan ion
hidrogen dalam darah (Hanifati, 2015).

B. Denyut Nadi Pemulihan

Denyut nadi pemulihan setelah latihan merupakan tanda tingkat kebugaran fisik yang
menunjukkan kecepatan penurunan denyut nadi setelah pelatihan untuk mecapai denyut nadi
normal seperti sebelum melakukan aktivitas fisik. Proses pemulihan adalah gambaran dari
fungsi sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis (Arai et al, 2002).
Denyut nadi normal dalam keadaan istirahat sekitar 70-80 denyut/menit. Aktivitas tubuh yang
semakin tinggi menyebabkan peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat makanan dan
oksigen ke jaringan otot sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan kuat sehingga
meningkatkan denyut nadi. Ketika tubuh melakukan aktivitas fisik berat dalam jangka waktu
yang lama tanpa disertai pemulihan yang cukup akan mengalami overtraining. Overtraining
terjadi karenan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dan penurunan aktivitas saraf
parasimpatis (Sedlock et al, 2010). Perubahan denyut nadi sering digunakan sebagai dasar untuk
physical fitness test. Pemulihan denyut nadi secara langsung berhubungan dengan tingkat daya
tahan kardiovaskuler. Pemulihan denyut jantung pada orang dengan tingkat daya tahan
kardiovaskuler kurang akan lebih lama dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat daya
tahan kardiovaskuler baik. Pemulihan denyut nadi yang cepat sangat penting untuk mencegah
kerja jantung terlalu berat. Aktivasi sistem saraf parasimpatis merupakan hal yang mendasari
pemulihan denyut nadi setelah latihan (Trevizani et al, 2012) . Penghitungan denyut nadi
pemulihan dapat dilakukan menggunakan metode Brouha dengan bantuan pulse meter yaitu
menghitung denyut nadi pemulihan P1, P2, P3, P4, P5 (Wahyuni, 2014). 

1. Denyut nadi pemulihan P1 adalah denyut nadi per 30 detik terakhir dari menit ke-1 pada
pemulihan.
2. Denyut nadi pemulihan P2 adalah denyut nadi per 30 detik terakhir dari menit ke-2 pada
pemulihan.
3. Denyut nadi pemulihan P3 adalah denyut nadi per 30 detik terakhir dari menit ke-3 pada
pemulihan.
4. Denyut nadi pemulihan P4 adalah denyut nadi per 30 detik terakhir dari menit ke-4 pada
pemulihan.
5. Denyut nadi pemulihan P5 adalah denyut nadi per 30 detik terakhir dari menit ke-5 pada
pemulihan.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin, kehamilan,
keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, rokok, intensitas dan lama kerja, sikap kerja, faktor
fisik dan kondisi psikis. Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi
kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada remaja, denyut jantung menetap dan
iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi
menurun seiring dengan pertambahan usia. Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja
maksimum sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda
dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut/menit, pada wanita
138 denyut/menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154
denyut/menit dan pada wanita 164 denyut/menit Riwayat seseorang berpenyakit jantung,
hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita
anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga cardiac
output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi (Muflichatun, 2006).
Denyut nadi pemulihan setelah latihan merupakan tanda tingkat kebugaran fisik yang
menunjukkan kecepatan penurunan denyut nadi setelah pelatihan untuk mecapai denyut
nadi normal seperti sebelum melakukan aktivitas fisik. Proses pemulihan adalah gambaran
dari fungsi sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis (Arai et al,
2002). Denyut nadi normal dalam keadaan istirahat sekitar 70-80 denyut/menit. Aktivitas
tubuh yang semakin tinggi menyebabkan peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat
makanan dan oksigen ke jaringan otot sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan kuat
sehingga meningkatkan denyut nadi. Ketika tubuh melakukan aktivitas fisik berat dalam
jangka waktu yang lama tanpa disertai pemulihan yang cukup akan mengalami
overtraining. Overtraining terjadi karenan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dan
penurunan aktivitas saraf parasimpatis (Sedlock et al, 2010).

Daftar Pustaka
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/0a96319e4668a6110bd194e250cbadf4.pdf

http://repository.maranatha.edu/19908/3/1210209_Chapter1.PDF

Anda mungkin juga menyukai