Anda di halaman 1dari 135

TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARASI
ANALISIS DAYA DUKUNG TIANG BOR TUNGGAL
BERDASARKAN, DATA CPT, SPT DAN LABORATORIUM
(STUDI KASUS PADA PROYEK BANK INDONESIA JAKARTA)

ISLAM

Disusun Oleh

No. Mhs : 88 310 122


NIRM : 885014330110

JUamal Slawiet
No. Mhs : 88 310 186
NIRM: 885014330161

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
1995

">s
TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARASI
ANALISIS DAYA DUKUNG TIANG BOR TUNGGAL
BERDASARKAN, DATA CPT, SPT DAN LABORATORIUM
(STUDI KASUS PADA PROYEK BANK INDONESIA JAKARTA)

Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan Untuk


Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil Pada
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia

Disusun Oleh :

No. Mhs : 88 310 122


NIRM : 885014330110

JHatttat SUutiei
No. Mhs : 88 310 186
NIRM : 885014330161

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
1995
KATA PENGANTAR

Bi sffti I I ah i j - r o t e ; i i n^oh i m

Asset I ant-u ' a I a i hxim. Wi- . Wb>.

Fuji syukur penyusun panjatkan ke Hadlirat Allah SWT,

solawat serta salatrt seaoga dilimpahkan kepada Habi Besar

kita Muhauad SAW. Alhatndu 1illah, pada akhimya penyusun

dapat snenyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Studi

Koiaparasi Analisis Day a Dukung Fondasi Tiang Bor Berdasarkan

Data CPT, SPT dan Laboratorium ini, tepat pada waktunya.

Adapun, penyusunan Tugas Akhir ini diiaksanakan sebagai


prasyarat untuk fuesienuhi jenjang Strata Satu pada Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan di

Un iver •-:, itas Islam Indonesia Yogyakarta.

Akhii'fiy-s. dongan keterbatasan waktu dan pemikiran yang

ada pads penyusun, tentuny a penyusun tidak terlepas dari

rintangan dan haaibatan . Nasriun deffiikian, dengan bantu an dan

dorongan dari berbagai pihak, akhimya penyusun dapat


menyelesaikan Tugas Akhir ini. Untuk itu pada keserapatan
mi, penyusun fnenyainpaikan rasa teriaaa kasih yang
sedala.Ki-dalafftnya kepada :

1. Bapak Ir. Susastrawan, MS, selaku Dekan Fakultas Teknik

Sipil dan Perencanaan Universitas Islairi Indonesia.

2. Bapak Ir. Batnbang Sulistiono. MSCE, selaku Ketua Jurusan

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam


Indonesia,

3. Bapak Ir. Ibnu Sudarmadji, MS, selaku Dosen Peffibiiribing I


pada penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ir. Faisol AM. MS, selaku Dosen Pembimbing II pada
pen yu sunan Tug as Ak h ir ini ,

5. Yang tere inta Ayah, Ibu, Kakak beserta Adikku yang telah
banyak memberikan dorongan baik moril maupun materil
hingga terwujudnya Tugas Akhir ini,

6. B.ekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak siembantu


dan tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik beliau yang telah diberikan kepada


penyusun, mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.,
.Amin .

Akhir kata, penyusun raenyadari dengan sepenuh hati

dalam penyusunan Tugas Akhir Ini masih jauh dari


keseiupumaan, koreksi dan saran-saran tentuny a akan penyusun

terima untuk penyeinpurnaan Tugas Akhir ini. Semog's. Tugas

Akhir ini bermanfaat khususnya bag i penyusun , umumnya bag i

p ih a k y an g m em bu tu hk an n y a .
Wa.b i l l ah i L' t ctuf i h u>cl I hi dayah
Was set I curiu' ctlai hum WR. WB

r —,,.."' "''*'•— :. . Yogy,akarta, Mei 1995


'•'"' Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN a
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI ; V
DAFTAR NOTASI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xj^
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Pokok Masalah 2
1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3
1.5. Batas8.ii Masalah 4
1.6. Ke a s 1 i a n 4
1.7. Me todo 1 og i 4

BAB II PONDASI TIANG

2.1. Pengertian dan Jenis Pondasi 7


2.2. Pondasi Tiang 9
2.3. Pondasi Tiang Bor dan Pondasi Sumuran ...... 12
2.3.1. Pondasi tiang bor 12
2.3.2. Pondasi sumuran 19
2.4. Penyelidikan Tanah 19
2.4.1. Penguj ian sondir 2
2.4.2. Pengujian penetrasi standar (SPT) ... 26
2.4.3. Korelasi "Standard Penetration Test"
dan "Cone Penetration Test" 29
5 . Pengujian Pembebanan Tiang 30
BAB III DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR TUNGGAL
3.1. Daya Dukung Tiang 3g
3.2. Daya Dukung Tiang Mermrut Rumus Teoritis .. 39
3.2.1. Daya dukung tiang bor pada tanah
kohesif 3g
3.2.2. Daya dukung tiang bor pada tanah
non- kohesif 41
3.2.3. Daya dukung tiang bor pada tanah
antara pasir dan tanah lempung 44
3.3. Daya Dukung Menurut Ruams Eirtpiris
3.3.1. Daya dukung ijin berdasarkan data
penguj ian CPT 48
3.3.2. Daya dukung tiang berdasarkan hasil
penguj ian SPT 4g
3.3.3. interprestasi daya dukung tiang
tunggal bedasarkan data "Loading
s: e s t,
51

BAB IV ANALISA DAYA DUKUNG FONDASI TIANG BOR TUNGGAL


<STUDI KASUSy

4.1. Uffium ca
4.2. Data Penye lid ikan Tanah 54
4.2.1. Lingkup penyeiidikan tanah 55
4.3. Data Fondasi Tiang Bor 5g
4.4. Muka Air Tanah c.-7
4.5. Data Loading Test 57 >
4.6. Tahanan Kulit Tiang dan Kedalainan dengan
Metoda Prediksi dai Data SPT dan CPT 57
4.7. Daya Dukung Ujung Tiang Metoda Prediksi
dari Data SPT dan CPT 66
4.3. Prediksi Daya Dukung Total Ijin dan
Kedalainan Tiang yang Diperlukan dari Data
Grafik Sondir 69

4.9. Prediksi Daya Dukung Total Ijin dari


Diagram SPT n-

v 1
4.10. Evaluasi Penguj ian Peuibebanan ("Loading
Test" } 82

4.11. Evaluasi Hasil Daya Dukung dari Data SPT


dengan Hasil Uji PeiTibebanan 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 88


PENUTUP 91
DAFTAR PUSTAKA g2
LAMPIRAN-LAMPIRAN g3
DAFTAR NOTASI

A - Luas tampang melintang ujung tiang

Ap = Luas tampang melintang ujung tiang


As = Luas selirrmt tiang
B = Diameter t i an g

C = Nilai kohesi undrained tanah

Cu = Conesi undrained

Cu = Cohesi undrained rata-rata

Cb = Cohesi undrained (Cu) pada ujung tiang

Ckd = Tahanan konus ujung rata-rata

Cdk = Tahanan konus rata-rata sepanjanag tiang

D ~ Panjang tiang
Dr = K ep ad a t an r e 1 a 11 f

f = Jumiah total hambatan pelekat sampai ujung tiang

fs ~ Rata-rata gesekan lokal sepanjang tiang

ft - Jumiah total hambatan pelekat sampai ujung tiang

R - K o e f is ie n tanah

Ks = RoefisIen tekanan tanah

L - Redalaman tiang fondasi


N = Nilai jumiah tumbukan pada pengujian Standard
Penetration Test

N' = Nilai jumiah H SPT terkoreksi


N" = Nilai N (SPT) rata-rata sepanjang tiang

No = Bearing capasity faktor

Nq - Bearing capasity faktor


Pd - Tekanan tanah effektif

Po - Tekanan efektif tanah

Qap = Rapasitas daya dukung ijin


Q.b = Tahanan ujung tiang

Qs = Tahanan kuiit tiang

qu = Ruat tekan bebas


Qup = Tahanan daya dukung ultimit
qc = Tekanan konus pada pengujian sondir
Qc = Tekanan konus rata-rata sekitar ujung tiang
Qub Tahanan ultimit ujung tiang
Qus T ananan ultimit kulit tiang
SF Safety Faktor
U Reliling penampang pondasi
W berat tanah yang digantikan tiang
Wp Berat tiang
s.r Faktor bentuk penampang tiang
<5e Loncatan elastik tiang
0 Sudut gesek internal tanah
r Berat jenis tanah
cu Faktor adhesi

Berat s a t u an air
s Sudut gesek antara tanah dan tiang
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Definisi fondasi dangkal 8

2.2 Kerugian akibat pengerukan lumpur tidak sem-


purna 17

2.3 Persoalan-persoalan yang timbul pada pemakaian


"Casing" sementara 18

2.4 Alat sondir konus biasa 23

2.5 Alat sondir bikonus 25

2.6 "Standar Penetration Test" (SPT) 27

2.7 Pengujian beban tiang dengan beban angker 31

2.8 Pengujian beban dengan beban kontra 32

3.1 Kurva beban vs penurunan pada uji beban tekan 37


tiang ("Pile Loading Test")

3.2 Transfer beban dari kepala tiang sampai ujung 37

3.3 No values for piles in days 40

3.4 Panjang efektif pada kulit tiang untuk perhi-


tungan tahanan kulit pada "under beamed pile" 41

3.5 Bearing kapasing faktor 42

3.6 Berbagai kondisi pada penentuan tekanan tanah 43


efektif

3.7 Koefisien daya dukung Terzaqhi 45

3.8 Panjang efektif untuk tahanan konus rata-rata


(q c ) p ad a u j u n g t ian g 47

3.9 Nilai tahanan konus ujung rata-rata 48

3.10 Grafik pembebanan terhadap penurunan 52

3.11 Metoda grafis anaiisis dari MV Nayak 52

4.1 Kapasitas tahanan kulit ultimit boring No 1


59
K a p a s it a s t a h a n an ku 1 it u 111 m i t b o r in g No 8
d an s on d Ir N o , 11 61

4.3 Kapasitas tahanan kulit ultimit boring No 15


dan sondir No.11 63

4.4 Interprestasi kapasitas 111 m11 dari


raasurkowic-2 86
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 H u b u n g a n O, D r , ;•- d e n g a n N u n t u k p a s I r

2.2 Hubungan y, qu dan nilai N untuk lempung 29

2.3 Hubungan antar nilai tekanan ujung (qc) dengan


nilai N SPT 30

2.4 Prosedur pembebanan mengikuti prosedur ASTM


D. 1143 34

3.1 Roefisien tanah menurut LD. Court 50

4.1 Pediksi tahanan kulit ultimit dari data SPT


No. 11 dan No. 15 65

4.2 Dava dukung ujung ijin tiang bor dari data SPT
No". 11 dan CPT No 15 68

4.3 N terkoreksi dari data bor no 1 73


DAFTAR L A M P I R A N

Peta lokasi titik sondir dan titik bor

G raf i k sondir no , 15

G :;• a. £ ik sondir no. 13

G i-sf ik sond ir no .• 11

5. Gra.fi k sondir no. I

6. Diagram H SPT no. Bor 8

Diagram N SPT no. Bor 11

Diagram N SPT no. Bor 10


o

10 Diagram N SPT n

n.-,

,u;igan liieufio tet 11.'. i s n o Bor 11

'.^a t ax an 11 loading test aksial


B A B I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah mempunyai per an an yang penting pada suatu- lokasi

pekerjaan konstruksi, karena tanah merupakan pendukung


suatu bangunan. Mengingat semua bangunan dibuat di atas atau

di bawah permukaan tanah, maka harus dibuat fondasi yang

dapat memikul beban bangunan tersebut atau gaya yang bekerja

melalui bangunan itu.

Masalah yang dijumpai dalam pelaksanaan pekerjaan

konstruksi adalah daya dukung tanah dan besarnya penurunan

yang terjadi, untuk menentukan daya dukung tanah dan


penurunan tersebut perlu pengetahuan mengenai kondisi tanah.
Tanah baik merupakan tanah yang mempunyai daya dukung

yang tinggi dan penurunan yang terjadi kecil. Apabila days,


dukung ijin tanah tidak terlampaui maka tidak akan terjadi
kerusakan bangunan akibat keruntuhan tanah. Jika penurunan

total dan penurunan diferensial masih dalasa batas ijin,

maka bangunan tidak akan mengalami kerusakan pada

konstruksinya.

Untuk menentukan jenis fondasi yang tepat suatu

bangunan, selain kondisi tanah, banyak faktor yang perlu

dipertimbangkan antara lain; faktor biaya, teknik

pelaksanaan dan pengalaman. Di samping itu padatnya bangunan

di sekitarnya juga perlu diperhatikan.


Apabila tanah baik tidak terlalu dalam, dapat digunakan
fondasi dangkal. Jika tanah baik sangat dalam, dipakai
fondasi dalam.

1.2. Polcok masalah

Dari hasil penyelidikan tanah yang dilakukan di Proyek


Bank Indonesia Jl. M. Thamrin Jakarta, lapisan tanah yang
tebal dan mempunyai daya dukung yang tinggi baru dijumpai
pada kedalaman lebih kurang 45 m. Masalah lain yang ditemui
adalah tingginya permukaan air tanah, yaitu 1,50 m di bawah
permukaan tanah. Dengan memperhatikan permukaan kondisi
tanah tersebut, maka alternatif fondasi yang dipilih adalah
fondasi tiang. Mengingat disekitar proyek banyak gedung
perkantoran, maka alternatif fondasi tiang yang dipilih
adalah fondasi tiang bor, karena getaran dan suara yang
ditimbulkan relatif kecil dibandingkan tiang pancang,
sehingga retaknya bangunan di sekitar proyek relatif kecil
bahkan tidak ada.

Dengan mengamati adanya variasi dan sifat-sifat tanah,


maka penentuan daya dukung fondasi serta kedalamannya perlu
diperhitungkan dengan teliti. Untuk mengetahui besarnya
kapasitas dukung tiang dan kedalamannya ada dua cara
pendekatan yang dapat digunakan yaitu cara teoritis dan cara
empiris. Pada cara teoritis perhitungan kapasitas dukung
dilakukan dengan menganalisis hasil-hasil pengukuran dan
penyelidikan sifat-sifat tanah setempat, sedangkan cara
empiris untuk memperkirakan kapasitas dukung dengan
pengujian penetrasi yaitu Pengujian Sondir {"Cane
Penetration. Test") dan pengujian SPT ("Standard Penetration

Test"). Berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh dengan


berbagai cara ini, kemudian dipilih nilai yang terkecil
untuk ditetapkan sebagai daya dukung rencana. Untuk

mengetahui besarnya kapasitas dukung fondasi di lapangan

dilakukan pengujian dengan memberikan beban secara langsung

pada fondasi, yang dikenal sebagai pengujian pembebanan.


Pengujian ini juga perlu dilakukan apabila grafik yang

diperoleh dengan pengujian sondir (CPT) dan atau pengujian

SPT sangat bervariasi sehingga kapasitas dukungnya mungkin

diragukan.

Pada Tugas Akhir ini akan membahas "Analisis daya

dukung fondasi tiang bor tunggal dan kedalamannya

berdasarkan data penyelidikan tanah yaitu data hasil

pengujian CPT dan pengujian SPT dari berbagai metode".

1.3. Tujuan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah studi komparasi

analisis daya dukung fondasi tiang bor tunggal dari metode

Wesley, metode Tomlinson yang dimodifikasi NV. Nayak, metode

Rusia, dan metode LD. Court berdasarkan data penyelidikan

tanah di lokasi proyek berupa data, hasil CPT dan SPT dengan

data loading test.

1.4. Manfaat

Faedah Tugas Akhir yang membahas tentang fondasi tiang

bor tunggal dan analisis daya dukungnya adalah memberikan

tambahan masukan kepada para mahasiswa Jurusan Teknik Sipil,

3
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam

Indonesia, yang selama ini pembahasan mengenai fondasi tiang

bor masih relatif sedikit dibandingkan pembahasan tentang

struktur atas atau yang lainnya.

1. S. Batasan Masalah

Pada penyusunan Tugas Akhir ini Penyusun menganalisis

daya dukung fondasi tiang bor tunggal ("Bord Cast-in Situ"),

perhitungan daya dukung diambil berdasarkan data CPT, SPT

dan "loading test" pada proyek Bank Indonesia di Jalan

Mohammad Thamrin Jakarta. Masalah-masalah lain diluar yang

disebutkan di atas seperti teknis pelaksanaan, urutan

pelaVisanaan dan kekuatan struktur tiang tidak dibahas.

1 . 6. Ke-asliein

Sejauh pengetahuan penulis, analisis daya dukung

fondasi tiang bor berdasarkan data CPT dan SPT belum pernah

dibahas dalam tug.as akhir mahasiswa di Fakultas Teknik Sipil

dan Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam

Indonesia.

Tugas akhir yang pernah dibuat, yakni membahas tentang

daya dukung fondasi Franki.

1.7. Metodologi .

Metoda yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

adalah studi literatur mengenai daya dukung fondasi tiang

bor tunggal . Daya dukung fondasi dihitung berdasarVian nilai


CPT dan SPT yang. diambii dari data hasil penyelidikan tanah

pada proyek Bank Indonesia di Jl. Mohammad Thamrin Jakarta.

Dari data hasil "Cone Penetration Test" (CPT)

dipelajari grafik yang menunjukkan besar tekanan tanah pada

setiap kedalaman, juga dipelajari grafik hasil "Standard

Penetration Test" (SPT) yang menunjukkan jumiah tumbukan dan

jenis tanah dengan kedalamannya. Data tanah CPT dan SPT

dipadukan dengan mengkorelasikart hasil-hasil tersebut dengan

menggunakan rumus-rumus empiris. Rumus-rumus hitungan daya

dukung dipakai dari dua data tanah yaitu, hitungan

berdasarkan nilai CPT dan nilai SPT dengan menggunakan

beberapa metoda. Data hasil penyelidikan tanah tidak

semuanya bisa memenuhi rumus-rumus yang dipakai, sehingga

untuk parameter tanah tersebut diambii dengan

mengkorelasikan antara data CPT, SPT dan parameter tanah

lainnya secara empiris.

Selain data-data hasil penyelidikan tanah yang dipakai

untuk menghitung daya dukung fondasi, juga dipakai catatan

hasil "loading test" untuk mengevaluasi hitungan daya

dukung. Tes pembebanan "loading test" adalah pengujian

pembebanan secara langsung terhadap fondasi yang

bersangkutan. Hasil tes pembebanan ini merupakan pernyataan

yang aktual dari besarnya daya dukung fondasi tersebut.

Selama pengujian berlangsung penambahan pengurangan beban

dan penurunan yang terjadi dicatat. Dari catatan selama

"loading test" tersebut dibuat grafik hubungan antara

penurunan dan beban, kemudian dihitung daya dukungnya dengan

menggunakan metoda grafis. Dari beberapa metoda hitungan


yang menghasilkan daya dukung berdasarkan nilai CPT dan SPT

tersebut di atas, kemudian hasil daya dukung tersebut

dikomparasikan dengan hasil daya dukung berdasarkan "loading

test". Dari komparasi tersebut diambii kesimpulan sebagai

akhir dari tugas akhir.


B A B II

FONDASI TIANG

2.1. Pengertian dan Jenis Fondasi

Fondasi suatu bangunan adalah konstruksi bawah yang

meneruskan semua beban konstruksi di atasnya ke tanah

pendukung atau merupakan elemen penghubung antara konstruksi

atas dengan tanah (Bowles,1986).

Dari pengertian di atas tampak bahwa fondasi merupakan

bagian konstruksi yang sangat penting, oleh karena itu

fondasi suatu bangunan harus memenuhi syarat-syarat

tertentu. Menurut Nakazawa dan Sosrodarsono (1983),

persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu

fondasi adalah sebagai berikut ini.

1. Kedalaman minimal harus cukup untuk mengatasi penga-

ruh akibat perubahan volume tanah musiman, misalnya

kembang susut tanah dan tidak boleh lebih kecil dari

ketebalan tanah organik atau timbunan sampah (bila

ad a )

2. Fondasi harus aroan terhadap bahaya penggulingan,

pergeseran dan penurunan

3. Bentuk dan ukuran fondasi disesuaikan dengan tnanab

pendukung fondasi

4. Fondasi harus mampu menahan beban struktur apabila

dilakukan perubahan-perubahan pada struktur

atasnya
5. Fondasi harus ekonomis baik struktur maupun

pelaksanaan pembuatannya,

6. Struktur fondasi dan pelaksanaannya tidak menggang-

gu lingkungan sekitarnya,

Pada umumnya fondasi suatu bangunan dapat dibagi

menjadi dua golongan, yaitu:

1. Fondasi dangkal

Narayan V Nayak (1982) mendefinisikan fondasi

dangkal sebagai berikut:

a. Apabila perbandingan antara kedalaman fondasi (D)

dan lebar fondasi (B) tidak lebih dari 2, atau

D
< 2
B

(lihat gambar 1.1)

Ground Level

Oambar 2. i Definisi dari fondasi dangkal

b. Anggapan bahwa penyebaran tegangan pada struktur

fondasi ke bawahnya yang berupa lapisan penyangga

("bearing stratum") yang kuat, lebih kecil atau

sama dengan dua kali lebar fondasi.


Contoh fondasi dangkal antara lain fondasi telapak

dan fondasi staal.

2. Fondasi dalam

Apabila perbandingan kedalaman fondasi dan lebar

fondasi lebih dari 2. Macam fondasi dalam adalah:

a. Fondasi tiang, dipakai jika lapisan tanah baik

terletak sangat dalam sehingga tidak mungkin lagi

digunakan fondasi langsung,

b. Fondasi tiang bor dan kaison, digunakan untuk

beban kolom yang besar dan untuk mengatasi

masalah lingkungan.

2.2. Fondasi Tiang

Fondasi tiang adalah elemen struktur bawah yang

digunakan jika lapisan tanah bagian atas tidak cukup kuat

untuk memikul beban, sedangkan lapisan tanah baik terletak

cukup dalam. Elemen ini berbentuk tiang, dapat berupa tiang

baja, tiang kayu maupun tiang beton. Fondasi tiang digunakan

untuk:

1. Meneruskan beban-beban konstruksi di atas tanah, ke

dalam tanah atau melalui lapisan tanah,

2. Menahan gaya desakan Vie atas ("up lift") atau gaya

guling, seperti untuk ruangan bawah tanah di bawah

bidang batas air jenuh dan menopang kaki terhadap

guling.
3. Keamanan tambahan pada tumpuan jembatan ("pier"),

khususnya jika erosi merupakan persoalan yang

berpengaruh,

4. Memampatkan tanah yang non kohesif yang lepas

melalui perpindahan isi tiang pada saat pemancangan,

5. Meneruskan beban-beban struktur pada konstruksi

lepas pantai ke dalam tanah dasar.

Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk

memasang fondasi tiang. Cara yang. sering digunakan adalah

dengan Kiempersiapkan tiang lebih dahulu, kemudian dimasukkan

ke dalam tanah dengan mesin pemancang. Fondasi tiang semacam

ini disebut fondasi tiang paneang. Cara lain adalah dengan

membuat lubang dengan bor, kemudian lubang bor tersebut

diisi dengan beton dan baja sebagai tulangannya, fondasi

tiang tersebut disebut dengan fondasi tiang bor.

Menurut Suhardjito Pradoto (1989), fondasi tiang secara

umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Tiang-tiang perpindahan (tiang-tiang pancang / "displace

ment piles"/"driven types").

Yang termasuk dalam kategori ini, antara lain:

1. Kayu, berpenampang bundar atau segi empat dengan

sambungan atau menerus ("timber piles"),

2. Tiang beton ("precastconcrete piles"), dapat

berpenampang masif atau bulat,

3. Tiang beton pratekan ("presstresed concrete piles")

berpenampang masif atau bulat,

10
4. Pipa baja ("steel tube") dipancang dengan ujung

tertutup,

5. Pipa baja dengan penampang segi empat ("steel box")

dipancang dengan ujung tertutup,

8. Pipa baja yang ujungnya membesar atau mengecil

("fluted & tapered steel tube"),

7. Pipa baja dengan ujung tertutup dimasuVikan dengan cara

ditekan ("jac Vied-down steel tube with close end"),

b. Tiang-tiang perpindahan (tipe dipancang dan dicor di

tempat ("displacement piles/driven & cast in situ type").

Tipe ini meliputi:

1. Pipa baja dipancang setelan itu diisi atau dicor beton

sambii pipa baja ditarik ("steel tube driven and with

drawn after placing concrete"),

2. Tiang pracetak beton yang diisi dengan beton

("Precast cocrete shell filled with concrete"),

3. Pipa baja berdinding tipis dipancang kemidian diisi

beton ("thin walled steel shell driven").

c. "Small-displacement piles"

1. Tiang pracetak beton, penampang pipa dipancang dengan

penampang tiang terbuka atau salib ("precast

concrete/tubular section driven"),

2. Tiang pratekan beton, penampang bulat dipancang dengan

penampang terbuka atau salib ("prestresed concrete

tubular section driven"),

3. Tiang baja profil H ("steel H section"),

II
4. Tiang baja penampang bulat atau pipa, dipancang dengan

ujung terbuka ("steel tube section driven"),

5. Tiang ulir ("screw pile").

d. Tiang-tiang tanpa perpindahan ("non-displacement piles")

Dilaksanakan pertama dengan mengeluarkan tanah dengan

proses pengeboran. Kemudian tiang dibuat dengan

meletakkan beton pada lubang bor, tiang ini meliputi:

1. Betonan yang dituang pada lubang bor ("bord & cast in

situ"),

2. Pipa-pipa yang diletakkan pada lubang bor dan diisi

dengan betonan ("tubeslesed inhole drilled").

e. Tiang komposit ("Composite piles")

Kombinasi dari unit tipe tiang dari ketiga kata gori yang

telah disebutkan di atas

Menurut Bowies (1938), dari segi bahannya tiang dapat

berupa tiang baja, tiang kayu dan tiang beton. Fondasi

tiang beton terbagi menjadi dua yaitu beton pracetak dan

tiang beton cetak di tempat("cast in place"). Untuk tiang

beton cetak di tempat dibuat dengan jalan pemboran tanah

atau dengan pemancangan "Casing" ke dalam tanah kemudian

diisi campuran beton.

2.3. Fondasi Tiang Bor dan Fondasi Sumuran

2.3-1. Fondasi tiang bor

Fondasi tiang bor termasuVi salah satu bentuk fondasi

dalam yang dibuat dengan cara membor tanah, kemudian diisi

dengan beton.
Menurut Tomlinson <1977) pemilihan tipe tiang bor

tergantung tiga faktor yaitu:

1. Lokasi dan tipe struktur

Fondasi tiang bor cocok untuk daerah padat bangunan

karena getaran atau suaranya tidak begitu mengganggu

lingkungan sekitarnya. Fondasi ini tidak begitu baik

untuk fondasi bangunan-bangunan di pantai.

2. Kondisi tanah

Kondisi tanah kohesif yang kenyal sampai keras

sangat mendukung pemakaian tiang bor untuk tanah

lempung yang sangat lunak dan tanah granular yang

sangat lepas, cocok bila menggunakan fondasi tiang

p an e s.ng .

3. Umur tiang bor

Di daerah dengan air tanah yang agresif umumnya di

pakai bahan fondasi yang tahan sifat-sifat zat

kimia, air yang agresif tersebut.

Pemilihan fondasi sangat tergantung pada berbagai

keadaan yang pads, dasarnya tidak terlepas dari keuntungan

dan kerugiannya.

Keuntungan fondasi tiang bor ialah:

1. Tanpa sambungan sehingga dapat dibuat tiang yang

lurus dan sangat panjang. Panjang tiang dapat

ditetapkan lebih mudah,

2. Getaran dan suara pada saat melaksanakan

pekerjaan sangat kecil, cocok untuk pekerjaan pada


daerah yang padat bangunannya,

13
3. Tanah galian dapat diamati secara langsung dan

sifat-sifat tanah pada tanah pendukung fondasi 'juga

dapat langsung di ketahui,

4. Alat pembor dapat menembus rintangan-rintangan yang

tidak dapat ditembus oleh tiang pancang.

Kerugian fondasi tiang bor ialah:

1. Seringkali beton bahan tiang dicor di bawah muka air

tanah sehingga kualitasnya setelah selesai lebih

rendah dibandingkan dengan tiang pracetak,

2. Ketika beton dituangkan, dikhawatirkan adukan beton

tercampur dengan reruntuhan tanah,

3. Tanah galian cukup banyak sehingga tempat kerja akan

menjad i kotor.

Pada saat ini ada tiga metoda dasar dalam pembuatan

fondasi tiang bor (Bowles, 1991 V, yaitu:

1. Metoda kering

Metoda ini digunakan pada tanah kohesif dan

permukaan air tanah berada di bawah dasar fondasi.

Tahap pelaksanaan pengeboran adalah sebagai berikut;

tanah dibor sampai kedalaman yang diperlukan

kemudian diisi sebagian dengan beton. Tulangan

dipasang dan setelah itu beton dituang lagi ke dalam

lubang sampai penuh. Tiang bor selesai dicor.

2 . Metoda acu an

Metoda ini digunakan pada tempat-tempat yang mungkin

mengala.mi keruntuhan tanah. Tahap pekerjaan dengan

metoda ini adalah sebagai berikut; tanah dibor,


untuk mencegah keruntuhan tanah maka dipasang

"casing" sampai kedalaman yang diperlukan. Setelah

"casing" terpasang, pengeboran dilanjutkan sampai

tanah baik. Pengeboran selesai, dasar lubang

dibersihkan dari sisa-sisa material dan tulangan

dipasang. Setelah itu dilakukan pengecoran beton ke

dalam lubang bor sambil "casing" ditarik dari

lubang. Tiang bor selesai dicor.

3. Metoda bentonit

Bentonit adalah mineral lempung yang sebagian besar

terdiri dari "montmorillonite" , ditambah dengan air

menjadi semacam bubur yang dikenal sebagai bubur

bentonit dan digunakan untuk mencegah perbedaan

tekanan pada tanah sekitarnya dengan lubang bor,

sehingga keruntuhan tanah dapat dihindari dan air

tanah tidak masuk ke dalam lubang bor. Metoda ini

dipakai pada tanah yang tidak stabil dengan muka air

tanah tinggi. Tahap pelaksanaan pekerjaan fondasi

dengan sistem ini adalah sebagai berikut; dilakukan

pemboran samapai kedalaman yang diperlukan (tanah

baik) dan untuk keruntuhan tanah pada dinding

lubang, ditambahkan adonan bentonit. Setelah

pemboran selesai, tulangan dipasang. Kemudian corong

pipa cor ("tremie") dipasang dan dilakukan

pengecoran. Tiang bor selesai dicor.

Menurut Poulos dan Davis (1980), pembuatan fondasi

tiang bor pada tanah kohesif akan berpengaruh pada daya

15
lekat antara fondasi dengan tanah. Efek tersebut adalah

karena pembuatan tiang bor akan melunakkan tanah di

sekeliling lubang yang timbul karena:

1. Penyerapan air dari beton yang baru dicor,

2. Perpindahan air dari tanah kohesif di sekitar daerah

yang tekanannya lebih rendah di sekitar lubang bor,

3. Air yang dituangkan ke alat pemboran untuk memudah-

kan pemboran.

Menurut Nakazawa dan Sosrodarsono (1983), efek lain

pembuatan tiang bor di tanah kohesif adalah pengumpulan

lumpur di dasar lubang. Lumpur ini harus dikeluarkan dari

dasar lubang, karena pengerukan lumpur yang tidak sempurna

akan menimbulkan kerugian-kerugian seperti merosotnya mutu

beton sebab beton tercampur lumpur, tulangan tidak terpasang

pada tempat yang seharusnya, beton tidak sampai pada tanah

baik yang mengakibatkan penurunan tiang (lihat gambar 2.2).

Pelaksanaan pemboran fondasi tiang di tanah non kohesif

dapat menyebabkan keruntuhan tanah di sekitarnya, karena

tanah yang dibor selalu mempengaruhi keadaan tanah fondasi

itu sendiri seperti tekanan tanah dan tekanan air tanahnya.

16
(a) (c)

/
XT- .V7_

W W

darribar 2. 2. Kerugian akibat pengerukan lumpur lidak


s empurna

(A> beton mengandung lumpur


(B> beton tidak sampai tanah baik,
(c> penulangan terapunq.

Akibat pemboran tersebut, permukaan dinding lubang bor

kehilangan keseimbangannya dan dapat runtuh. Cara mengatasi

keruntuhan permukaan dinding lubang tersebut adalah:

1. Penggunaan "casing" selama pemboran,

2. Menstabilkan tanah yang dibor dengan bahan stabili-

sator seperti bentonit.

Menurut Ellison (1975), masalah lain yang dapat terjadi

adalah akibat penggunaan "casing" sementara. Apabila

pencabutan selongsong tidak dilakukan dengan benar, maka hal

ini dapat menimbulkan persoalan-persoalan seperti pada

gambar 2.3.

17
Sedorrq die abul Sedanq dicabul Sedanq die abut

W^ A ^" ^ ^ ^, /9f. /H\

Alt ran air ke


atas me l o l u i
Rongga ^
^ Tanah I embek
beton akan me-
k arena

pembusuraA ^ mas u k
nyebabk an
,seg redosi
t'Arch i n«

i r d a I am
i a n q q a

Ter t a i. u b anyak Terlalu sediHl Scr-'Sga terisi air


beton di dalam bet on d t dal am pada lapisan pem-
" c a s ?. nq" " cas xnq" bava air sebelum
"casing" dipasang

Qambar 2. 3. persoalon-persoalan yang limbut pada p&rnakaia.r,


casing" semenlara.

Mengatasi masalah air tanah selama pemboran dan


pengecoran bukan merupakan masalah yang mudah, apabila
aliran-aliran air tanah besar, dapat membawa butiran-butiran
tanah sehingga membahayakan kestabilan lubang bor.
Untuk mengeluarkan air tanah dari lubang dilakukan
pemompaan, akan tetapi pemompaan ini dapat merusak susunan
lapisan tanah di bawah lubang bor dan dapat menyeba.bkan
penurunan muka air sekitarnya. Penurunan muka air tanah di
sekitar lokasi dapat membahayakan bangunan-bangunan lain di
sekitarnya. Cara menanggulangi masalah tersebut adalah:
1, Menggunakan "casing" permanen atau sementara pada

lapisan tanah yang permeabel,

2. Menggunakan bubur bentonit.

2.3.2. Fondasi Sumuran

Fondasi sumuran juga termasuk fondasi dalam. Umumnya

dipakai jika tanah keras terletak antara 4 sampai 8 meter

dari muka tanah dan tidak ada problem air tanah. Bahan

sumuran umumnya terdiri dari beton siklop (campuran semen,

pasir, kerikil dengan perbandingan 1:3:5 ditambah 65 % batu

besar sehingga membentuk suatu adukan yang rapat).

Fondasi sumuran dan fondasi tiang bor pada prinsipnya

sama, hanya pada fondasi sumuran tanah digali secara manual.

Apabila tanah yang digali mudah longsor, untuk memudahkan

penggalian tanah dapat digunakan pipa beton untuk menahan

iongsoran selama tanah digali.

Fondasi sumuran banyak dipakai karena pertama; sumuran

dapat digali sampai mencapai lapisan yang dikehendaki dan

lapisan tanahnya dapat diketahui. Kedua; fondasi sumuran

tidak menyebabkan perubahan sifat tanah di sekitarnya, yang

ketiga; fondasi sumuran tidak menimbulkan getaran dan

keributan.

2.4. Penyelidikan Tanah

Penyelidikan tanah adalah merupakan salah satu tahapan

dalam perencanaan struktur bangunan, terutama struktur

bawah. Penyelidikan tanah dilakukan untuk:

19
1. Mendapatkan informasi tanah dan sifat-sifatnya yang

berkaitan dengan desain fondasi dan metode

pe laksariaannya,

2. Mengetahui letak muka air tanah.

Dengan mengetahui jenis dan sifat-sifat tanah serta letak

muka air tanah, maka kedalaman dan jenis fondasi dapat

ditentukan.

Langkah-langkah penyelidikan tanah adalah sebagai

herikut in i.

a. Persiapan merupakan langkah pertama dari suatu

penyelidikan tanah. Kegiatan yang dilakukan antara lain

mengumpu1kan informasi sebanyak mungkin yang relevan

dengan lokasi bangunan yang akan dibangun dan

mempelajari gambar-gambar rencana bangunan.

b. Peninjauan lokasi bangunan. Hal-hal yang perlu diteliti

antara Iain: kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul

dalam pelaksanaan pembangunan, tanah permukaan, dan

b an guns, n yang ada.

c. Penyelidikan pendahuluan, terutama untuk pekerjaan

struktur di lokasi yang belum pernah dilakukan

penyelidikan tanah.

d. Penyelidikan tanah yang definitif. Pada tahap ini dilaku

kan penyelidikan secara terperinci untuk memperoleh data

tanah yang diperlukan guna perencanaan fondasi.

Penyelidikan tanah meliputi penyelidikan tanah di

lapangan dan pengujian sampel tanah di laboratorium. Dari

penyelidikan tanah di lapangan akan diperoleh data tanah


asli yaitu daya dukung tanah dan kekerasan atau kepadatan

tanah. Pengujian sampel di laboratorium akan diperoleh data:

a. Sifat indek tanah yaitu batas cair, batas plastis,

indeks plastisitas,

b. Sifat fisik tanah seperti kadar air, porositas,angka

pori dan berat butir tanah,

c. Sifat mekanik tanah yaitu kuat geser, konsolidasi,

dan kuat tekan tanah.

Penyelidikan tanah terdiri atas pengeboran dan

pengujian penetrasi yaitu penetrasi statis dan penetrasi


dinamis.

Pengeboran dapat dilakukan secara manual dan mekanis.

Pengeboran dengan bor tangan banyak dipakai karena ringan,

sederhana dan ekonomis, tetapi hanya cocok untuk pekerjaan

kecil dan tidak bisa dipakai pada tanah yang tidak stabil

serta ada problem air tanah. Untuk pengeboran sampai


kedalaman yang sangat besar umumnya dipakai bor yang

digerakan secara mekanik. Tujuan pengeboran adalah:

1. Menentukan profil tanah,

2. Menentukan tebal dan jenis tanah, dan

3. Untuk pengambilan sampel tanah terusik dan sampel


tak terusik.

Secara empiris, pengujian penetrasi digunakan untuk

menentukan kepadatan atau kekerasan tanah dan

lapisan-lapisannya. Untuk itu diperlukan alat yang dikenal


sebagai penetrometer.

21
Menurut Wesley (1977), penetrometer dibagi menjadi dua

macam yaitu penetrometer statis dan penetrometer dinamis.

a. Penetrometer statis, disebut statis karena ditekan

dengan tekanan konstan. Prinsip kerjanya adalah

menekan ujungnya ke dalam tanah pada kecepatan

tertentu dan gaya perlawanannya diukur,

b. Penetrometer dinamis, disebut dinamis karena adanya

pukulan yang digunakan untuk menekan konis menembus

tanah. Prinsip kerjanya adalah sebaga berikut: ujung

konis dimasukan ke dalam tanah dengan pukulan yang

dilakukan dengan menjatuhkan beban. Beban dijatuhkan

dengan tinggi jatuh tertentu dan jumiah pukulan yang

diperlukan untuk mendorong ujung konis menembus ke

dalam tanah dihitung.

2.4.1. Pengujian Sondir

Pengujian sondir disebut juga dengan "Cone Penetration

Test" (CPT). Pengujian ini pertama kali berkembang di

Belanda dan banyak dipakai di Indonesia.

Tujuan mula-mula dari pengujian ini adalah untuk

mengetahui perubahan-perubahan lapisan tanah terutama

kekerasan dan kepadatannya. Dengan penelitian para ahli

sifat dan jenis tanah, daya dukung serta kedalaman fondasi

dapat ditentukan secara empiris.

Pengujian sondir dilakukan tanpa didahului dengan

pengeboran. Mata sondir yang berupa kerucut bersudut 60° dan

22
luas penampangnya 10 cm langsung ditekan kedalam tanah

dengan kecepatan konstan 2 cm/det .

Menurut Wesley (1977), ada dua macam mata sondir yang


dapat dipakai yaitu:

1. Konis biasa, hasil yang diperoleh adalah perlawanan


ujung atau nilai konis (qc). Nilai ini diperoleh
dengan menekan stang dalam dan otomatis akan menekan

konis ke bawah. Seluruh pipa sondir tetap diam.


Tekanan yang dibutuhkan untuk menekan konis menembus

tanah dibaca pada manometer. Sondir dengan konis


biasa dapat dilihat pada gambar 2.4. di bawah ini.

i „,uk„, „,„•„„.,„

Oambar 2. 4. Alat sondir d&r,ga.rt konus biasa


2. Bikonis, nilai yang diperoleh ada. dua macam yaitu

nilai konus (qc) dan nilai gesekan (fs). Nilai qc

dan nilai fs didapat dengan cara menekan stang dalam

seperti pada sondir dengan konis biasa. Pada

permulaan hanya konis yang ditekan bergerak ke

bawah, dengan demikian hanya nilai konis yang

diukur. Setelah konus bergerak sejauh 4 cm, maka

selubung gesek ikut bergerak juga, sehingga nilai

konus dan nilai gesekan diukur bersama-sama. Nilai

gesekan ini diperoleh dengan mengurangi nilai

keseiuruhan dengan nilai konus lalu dikalikan dengan

koefisien yang merupakan perbandingan antara luas

selubung gesek. Sondir bikonus dapat dilihat pada

gambar 2.5.

Biasanya pengukuran dilakukan set lap 20 cm sehingga

keadaan tanah dapat diketahui secara kontinyu. Pada

pengujian ini alat yang banyak dipakai adalah sondir

bikonus.

Berdasarkan kemampuannya, terdapat dua macam alat

sondir yaitu sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton dan

sondir berat dengan kapasitas 10 ton. Untuk tanah lempung

cukup digunakan sondir ringan, sedangkan pada tanah yang

keras digunakan sondir berat.

Hasil pengujian CPT berupa nilai konis (qc), nilai

gesekan (fs) dan kedalaman tanah. Hasil pengujian tersebut

kemudian dibuat grafik yang menghubungkan antara nilai konus

(qc), gesekan (fs) dengan kedalamannya. Dari grafik tersebut

24
daya dukung fondasi pada kedalaman tertentu dapat dihitung

dengan melihat berapa nilai qc dan fs nya. Dengan rumus yang

dijela.skan pada bab berikutnya daya dukung fondasi bisa

dihitung.

i Ditekan supaya nilai konis diukur

Ditekan supaya nilai konis ditambah


hambatan pelekat diukur

Stang dalam
Ditekan supaya
masuk sampai
kedalaman yang
Disambung berikut.
pada pipa
sondir

Er a \—7

Mantel untuk
mengukur
hambatan pe
lekat. ( skin
friction )

VZ7

Konis

Oambar 2.5. Alat sondir denqan btkonts


Keuntungan dari pengujian sondir adalah cepat

memperoleh hasil, praktis dan murah, tetapi pengujian ini

juga mempunyai kelemahan yaitu:

1. Apabila dijumpai batuart lepas, pengujian sondir

tidak bisa diteruskan dan kadang-kadang memberi

indikasi sudah mencapai tanah baik,

2. Tidak bisa mengambil sampel tanah.

2.4.2. Pengujian penetrasi standar (SPT = "Standard Penetra

tion Test" )

Pengujian penetrasi standar dilakukan bersama-sama

dengan pengeboran. Setiap pengeboran mencapai kedalaman

0,75 - 1,5 meter dilakukan SPT. Cara melakukan pengujian pe

netrasi ini diuraikan dalam alinea berikut.

Tabung contoh standar diletakkan pada dasar lubang bor

yang telah dibersihkan dari material lepas, kemudian

ditumbuk menembus tanah. Tabung contoh standar ditumbuk

dengan beban penumbuk seberat 63,5 kg (140 lb) yang

dijatuhkan dari ketinggian sekitar 76 cm (30 in) sampai

masuk sedalam 15 cm. Setelah itu ditumbuk lagi sampai tabung

contoh tersebut masuk sedalam 30 cm dan jumiah pukulan yang

diperlukan dihitung. Jumiah pukulan ini disebut nilai N.

Alat serta cara melakukan pengujian dapat dilihat pada

gambar 2.8.

26
Beban penumbuk
seberat 140 pound (63 kg)

Tinggi ~J
jatuh = 30 inch

Kabel yang ditarik


dan dilepaskan

Jumiah pukulan 6inch (15 cm)]


ditentukan pada q:
jarak ini 12 inch ( 30 cm )

Oambar 2. o". "Standard Penetration Test"

(Wesley, 1S>77>
Hasil SPT dapat dihubungkan secara empiris dengan

beberapa sifat tanah seperti kepadatan relatif, sudut gesek

internal, berat satuan tanah, kuat tekan bebas. Hubungan

antara sudut gesek internal, kepadatan relatif, berat satuan

tanah dengan jumiah pukulan dapat dilihat pada tabel 2.1.

dan hubungan kuat tekan bebas dan berat satuan tanah dengan

nilai N dapt dilihat pada tabel 2.2.

Hasil selama pengujian SPT dikumpulkan untuk kemudian

dibuat grafik yang menjelaskan hubungan antara jumiah

tumbukan dan jenis tanah dengan kedalamannya. Dari grafik

tersebut pula kita dapat mengetahui jenis tanah pada

kedalamn tertentu. Untuk menghitung daya dukung fondasi bisa

diambii data hasil SPT dengan melihat berapa jumiah tumbukan

pada kedalaman dimaksud dan jenis tanahnya. Kemudian dengan

rumus-rumus empiris dihitung daya dukungnya.

Tabel 2.1. Hubungan O, Dr, y dengan N untuk pasir

sudul ges ek Kepad at ari Berat Satuan


Diskripsi 3 N
internal , 0 relatif, £>r Taanah , y ( KhJ/m >

25 30
sangat lepas 11 - 16
27 32 0,15 -5-10
Lepas 14 - 18
30 35 0,35 -8-15
Sedang 17 - 20
35 40 0,65 •10-40
Padat 17 - 22
38 43- 0,85 20-70
Sangat padat 20 - 23
1,00 >35
Tabel 2.2. Hubungan y, qu, dan nilai N untuk lempung

D iskripsi y jenuh Kuat tekan bebas qu N

sangat lunak
16-19- 25- 2-
lunak
50 - 4 -
Sedang
17-20 100 8-
kenyal
200 16
sangat kenyal 19-22
400 32-
keras

2.4.3. "Korelasi Standard Penetration Test" dan "Cone

Penetration test"

Di beberapa negara seperti Amerika dan Inggris telah

banyak dikembangkan suatu penelitian untuk mengetahui

hubungan antara SPT dan CPT, tetapi menurut Mayerhof (1965)

hubungan antara SPT dan CPT suatu negara belum tentu cocok

dapat di terapkan pada tanah di negara lain.

Dari penelitian yang dilakukan dan mempertimbangkan

data penelitian yang dilakukan di beberapa negara, Scherman

(1970) memberikan hubungan antara nilai tekanan ujung dari

CPT(qc) dan nilai N dari SPT sebagai berikut:

qc = n . N (2.1)
qc
atau n = (2.2)
N

Hubungan antara qc dan N dapat dilihat pada tabel 2.3


Tabel 2.3 Hubungan antara nilai tekanan ujung (qc dalam kPa)
dengan nilai N dari SPT

Jenis Tanah n = qc/N

Lumpur, pasir berlanau, campuran 200


pasir lanau

Pasir halus sampai sedang, pasir 300-400


dengan sedikit lanau
Pasir kasar dan pasir berkerikil 500-600
Kerikil berpasir dan kerikil 800-1000

2.5. Pengujian Pembebanan Tiang

Metoda yang paling dipercaya untuk mengetahui kapasitas


dukung fondasi tiang di lapangan adalah dengan pengujian
pembebanan. Ada beberapa macam pengujian pembebanan
berdasarkan tinjauan beban (Teng,1965) yaitu:
a. Pengujian terhadap beban aksial,
b. Peng uj ian tern ad ap be ban 1a tera1, dan
c. Pengujian terhadap gaya angkat ke atas.

Tipe pengujian yang banyak dilakukan adalah pengujian


terhadap beban aksial.

Menurut Poulos (1930), pengujian pembebanan didasarkan


atas beberap a tujuan , ya itu :

1. Sebagai kontrol terhadap fondasi tiang sebelum beban


batas yang d ip i1ih tercap a i.

2. Menentukan daya dukung, sebagai suatu tinjauan


terhadap daya dukung yang diperoleh dari pendekatan
teor it is maupun empIr is.
3. Menunjukkan perilaku beban-penurunan tiang terutama

di tempat yang menerima beban kerja.

4. Untuk memperlihatkan kekuatan struktural tiang.

1. Metoda Pembebanan

Metoda yang dipakai untuk meletakkan beban pada tiang

uji ada beberapa macam, yaitu:

a. Tiang angker, ditujukan untuk menahan gaya tarik ke atas

yang diakibatkan oleh dongkrak. Tiang angker ini

didirikan pada tiap sisi tiang uji. Dengan sebuah balok

yang diikatkan pada kedua kepala tiang angker, balok ini

direntangkan di atas kepala tiang uji.

Dongkrak hidrolik di atas kepala tiang uji berfungsi

untuk menerapkan beban pada tiang uji. Pengujian

pembebanan tiang angker dapat dilihat pada gambar 2.7.

AstcAor piies
four dial gauges

Qarnbar 2. 7 Pengujian beban liang dengan tiang angker


b. Meja beban, merupakan suatu plat yang dipasang pada

bagian atas kepala tiang uji dan berfungsi sebagai tempat

meneruskan beban kontra ke tiang uji. Pengujian dengan

beban kontra dapat dilihat pads, gambar 2.3.

Universal beams

]-lm minimum
Clear space
head of test pie
Test p"e

Gambar 2. 8 Pengujian pembebanan dengan beban kontra

Pads, pengujian ini tiang yang digunakan dapat berupa

tiang uji khusus (tiang yang tidak dapat dipakai sebagai

fondasi) atau salah satu tiang yang akan dipakai sebagai

fondasi. Pelaksanaan pembebanan dapat dilakukan dengan

pembebanan bertahan maupun pembebanan berulang. Pada

pembebanan bertahan, setelah beban maksimum terpakai

beban secara berangsur-angsur dikurangi, sedangkan pads.


pembebanan berulang set lap akhir pembebanan beban

dihilangkan dahulu kemudian di lanjutkan tahap pembebanan

b e r i k u t n y a..

2. Prosedur Pengujian

Pengujian bertahap merupakan cara yang biasa dipakai

pada pengujian pembebanan. Prosedur pada metoda ini adalah

dengan memberikan beban tiang uji, kemudian beban dinaikkan

secara bertahap. Beban pada tiap tahap dipertahankan dalam

keadaan konstan selama waktu tertentu sampai nilai penurunan

yang dicapai benar-benar berhenti atau berada di bawah

kecepatan penurunan yang disyaratk&n sebelum diikuti

\ '• e tti*^e i.1 dn C' ii <..<ir? i. .a. tij.j '. i i ^: 'j- .

Tahap pembebanan dan besarnya presentasi penambahan

beban serta. la.ma.nya waktu beban bertahan pads. tiap tingkst

pembebanan dapat dilihat pada tabel 2.4.

'**&££&
Tabel 2.4 Prosedur pembebanan mengikuti prosedur ASTf
D. 1143-

BEBAN = 500 TON


ALAT = EHERPAC CLP, 10006, A = 1463,61 CM2 (227 Sq2 )

BEBAN
% TON Kg/cm PEMBACAAN

0 0.00 0.00 0'- 2'


25 62.50 42.70 A 0'-2'-4'-8'-10'-15'-20'MAX.2JAM
50 125.00 85.41 A 0'-2'-4'-8'-10'-15'-20'MAX.2JAM
25 62.50 42.70 B 0'-2'-4'-8'-10'-15'-20'
0 0.00 0.00 B
50 125.00 85.41 A
75 187.50 128.11 A
100 250.00 170.81 A
75 187.50 128.11 B
50 125.00 85.41 B
25 62.50 42.70 B
0 0.00 0.00 B
50 125.00 85.41 B
100 250.00 170.81 A
125 312.50 213.51 A
150 375.00 256.22 A
125 312.50 213.51 B
100 250.00 170.81 B
75 187.50 128.11 B
50 125.00 85.41 B
25 62.50 42.70 B
0 0.00 0.00 B
50 125.00 85.41 B
100 250.00 170.81 B
150 375.00 256.22 A
175 437.50 298.92 A
200 500.00 341.62 C 0 '-2'-4'-8'-10'-15'-20'MAX.24JAM
175 437.50 298.92 D 0'-2'-4'-8'-10'-15'-20'60 MENIT
150 375.00 256.22 D
125 312.50 213.51 D
100 250.00 170.81 D
75 187.50 128.11 D
50 125.00 85.41 D
25 62.50 42.70 D
0 0.00 0.00 C 0'-2'-4'-8'-10'-15'-20'MAX.24JAH

A : Pembacaan min. 1 jam dan 0.25 mm/jam


max. 2 jam
B : Pembacaan 20 men it
C -• Pembacaan min. 12 jam dan 0,25 mm/jam
max. 24 j am
: Pembacaan 1 jam

34
Hasil dari pengujian dibuat grafik hubungan antara

besarnya beban yang diberikan dengan penurunan yang terjadi.

Kemudian dari data hasil "loading test" dicari besar daya

dukungnya dengan menggunakan metoda grafis.

35
BAB III

DAYA DUKUNG FONDASI TIANG BOR TUNGGAL

3. 1 . Daya Dukung Tiang

Ada tig a faktor per law an an dari tars ah yang berperan

terhadap kemaajpuan dukung fondasi tiang. Hhitaker (1972)

menyebutkan faktor-faktor tersebut sebagai berikut ini.

1. Gerakan tiang ke bawah menyebabkan timbulnya gaya pada

permukaan di sekeliling tiang yang melawan gerakan

tersebut. Gaya perlawanan ini diberikan oleh Iekatan atau

gesekan antara tanah di sekeliling permukaan tiang dengan


peririu ks.an 1i sng .

2. Jika sebuah tiang dite!;0.n kebawah, maka tanah yang berada

tepat dibawah ujung tiang dan disisi ujungnya akan

memberikan perlawanan ujung pada tiang.

3. Tiang aengisi suatu rongga di dalam tanah. Berat dari

volume tanah yang digantikan oleh tiang dengan luas

penampang tiang Ab, ke dalam tiang D, dan unit tanah y

atau sataa dengan y. D. Ab. Selisih antara berat tiang

dengan berat tanah yang digantikan oleh tiang harus


d idukun g tanah.

38
* P beban

Gambar 3.*. Kurva beban vs pe nur,


man pada uji beban tekan
ttang C'piU loading test").

O arnb ar 3.2.
Transper beban dari
kepala tiang sampai u j unq
Pada gambar 3.1., pembebanan pada titik A dimana beban
didukung oleh tahanan kulit sepanjang selimut tiang pada
saat itu hanya sedikit bahkan tidak ada beban yang
dipindahkan pada ujung tiang (gambar 3.2.a).
Pada gambar 3.1. pembebanan sampai titik B tahanan
kulit BaksimuB telah dicapai dan sebagian beban ditransper
ke ujung tiang (gambar 3.2.b).

Pada gambar 3.1. pembebanan pada titik D tahanan kulit


dan tahanan ujung telah mencapai harga maksimum (gambar
3.2.c). Dari evaluasi di atas, Tomlinson (1977) memberikan
persamaan dasar statis daya dukung ultimit fondasi tiang
sebagai berikut:

Quit - Qb + Qs - (wp + W) (3.1)


d imana:

Qb = Tahanan ultimit ujung tiang


Qs = Tahanan ultimit kulit tiang
wp = Berat tiang

« = Berat tanah yang digantikan tiang (r.D.Ab)


Besarnya Wp dan W diabaikan, karena memberikan hubungan yan(
sangat kecil pada Quit (Tomlinson, 1977).

Qui t
Q (3.2)
SF

dim a n a.:

Quit _ Kapasitas daya dukung ultimit tiang


SF - safety faktor

3S
Tomlinson (1977) memberikan nilai SF sama dengan 2,5
untuk pencapaian setlemen yang tidak akan lebih dari 10 mm
(0,4 inc) pada beban kerja.

3.2. Daya dukung Tiang Bor Menurut Rumus Teoritis


3.2.1. Daya Dukung Tiang Bor Tunggal Teoritis Pada Tanah
Kohesif.

Pada tanah kohesif, sudut gesek internal tanah 0,


dianggap sama dengan nol (O = 0).
a. Kapasitas daya dukung ujung ("end bearing
resistance").

Pada tanah kohesif, kapasitas daya dukung ujung


menurut Tomlinson (1977) adalah sebagai berikut:
Qb uit = No. Cb . Ab (3 3,
dimana:

Nc = Faktor daya dukung (lihat gambar 3.3)


Cb = Cohesi undrained (cu) pada ujung tiang
Ab = Luas potongan melintang dari ujung tiang
(l/4.n.D2)
Untuk kedalaman tiang lebih besar atau sama dengan 4
kali diameter, Mayerhof (Tomlinson,1977) memberikan
harga Nc = 9. Tomlinson mengusulkan faktor reduksi
sebesar 0,75 untuk nilai ujung tiang bor pada tanah
lempung.

39
2 3

Depth lei foundation level L


Bie.iclth of found,i; Br

Gambol 3. 3. Hcir9a Nc untuk tiang di dalam tanah lempung

. Kapasitas tahanan kulit

i"->-i. + nu u u 11£=; a.i i efnp iris


intara gesekan kulit dan
cohesi und:
anah di sekeliling tiang, Tomlinson
( 1977) member ikan persamaan sebag a i berikut:
Qs ult - a . CZ
Ab (3.4)
dimana:

Cu = Cohesi undrain rata-rata di sekeliling


tiang

As = Luas permukaan tiang (selimut tiang)


« = Faktor adhesi (0,3-0,6)

Skempton (Tomlinson,1977) untuk tiang bor


menyarankan memakai harga faktor adhesi (o.) sama
dengan 0,45. Untuk tiang dengan pembesaran di bawah
("under reamed pile") Tomlinson (1977) menyarankan
Panjang efektif dari selimut tiang adalah seperti
gambar d i b"j aw ah mi
/ \
->Pembes a ran ujung

L = panjang efektif yang diperhtlung-


kan dalairi perhilungan tahanan
kulit

Gambar 3. 4. Panjang efektif pada kulit tiang untuk perhi


lungan LaY>a.r,cxn kulit pada "undei—beaned pile".

3.2.2. Daya Dukung Tiang Bor Tunggal Teoritis Pada Tanah Non

Kohesif

Formula klasik untuk menghitung daya dukung tiang bor

pada tanah non-kohesif mengikuti bentuk persamaan 3.1.

Dengan menganggap nilai cohesi undrained (Cu = 0), Tomlinson

(1977) memberikan persamaan daya dukung tiang sebagai


berikut:

a. Daya dukung ujung

Qp ult = Nq Pd Ab (3.5.)
dimana:

Nq = Faktor daya dukung (lihat pada gambar 3.5)

41
PcJ = Tekanan tanah efektif (lihat gambar 3.6)
Ab = Luas potongan ujung tiang

20a

25 50 35 4-0 4.5
Angle of Shearing res.'SCenCe inOegreeS

Gambar 3. 5. Bearing capacity factors Nq


Pd = yv> Pd = f^sat - yv>h

mt ma. t

ys at

a> Muka air di bavoh b> Muka air sama dengan


ujung tiang muka t anah

Pd = y (D - h) + (j'eat - rv) h
ml

»-h

Oambar 3.<S. Berbagai kondisi pada penentuan tekanan tanah


efektif.

Tomlinson 1977, mengusulkan untuk memberi batasan kapasitas


daya dukung ujung pada pasir sebesar 107,6391 kg/cm2,
b. Tahanan kulit (Qs)

Qs uit - 1/2. ks . pd . tg 6 . As (3.6.)


dimana:

Pd - Tekanan tanah efektif (lihat gambar 3.6)

43
Ks = Koefisien tekanan tanah (Tauma dan Reese

memberikan nilai 0,7 untuk tiang bor)

& - Sudut gesek antara tanah dan tiang (Touma

dan Reese memberikan harga <> - O pada

tiang bor)

As - Luas permukaan selisnut tiang bor

Tomlinson 1977, mengusulkan untuk berbagai kondisi,

daya dukung perencanaan untuk tahanan kulit sebesar = 1,0764


2
kg/cm , dan daya dukung tahanan ujung sebesar 107,6391
... z
kg/cm .

3.2.3. Daya Dukung Tiang Pada Tanah Antara Pasir dan Tanah

Lempung

Pada tanah ini dimana mempunyai nilai cohesi dan sifat

gesek (c - O) seperti pada sandy clay, sandy silt dan silty

atau clayey sand. Daya dukung ujung dihitung berdasarkan

koefisien He dan Hq dari Tersaqhi dan Peck untuk persamaan

di bawah ini (Tomlinson, 1977)

Qb - Ap[l,3 c Ho + po (Nq-I) 4 &.y y B Hq] (3.7)


Dimana:

2
Ap - Luas ujung tiang cm
2
c = Nilai kohesi undrained tanah <kg/cm )

po - Tegangan efektif tanah sampai ujung tiang


2
(kg/cm ) dihitung seperti gambar
2
y ~ Berat jenis tanah (kg/cm3)

a.y - faktor penampang:

- persegi a;- = 0,4

- bulat a:y - 0,3


03
till
u
03
CO
•H O
u c o
03 •H tH 'a/ jo)obj AjiDBcteo Suueag
Xi
s
03 v-ia 8 ? *«
tu c •H
^—' C3 -C
_jd •H
•H p X) cr
_L_
"D 0)
M
CT l—t
03 0)
M CO' s h
J-j rO
0) 03
H X! -Si
TO
V.HJ ~^t -a
c. £3 •H
c
UU TO' id
c ^ « +.1
tU 03 co •H
•H
T? -P s
4-1 03
C X) 4-J
J-J a* i—i
•H 3
c
4-1
05
<D •rH
S tt-l •H tul
05
._
cri
a.i >~i c N
o a.i 3 si
—i _-i
-^ -O o
ttfl
CO
c CO i-l
u
u]
03
-P
CO
CO
•*/V P"<? *a/ 9jo)obj Ayoedeo Buuosg
a1 C •H CO
H tV3 *
—1 03 [--
s3 Ui o
O 03 rH
3.3. Daya Dukung Menurut Rumus Empiris

3.3.1. Daya Dukung Tiang Berdasarkan Hasil Pengujian "Cone

Penetration Test" (CPT)

Penentuan daya dukung tiang berdasarkan grafik pengu

jian sondir, dapat dipakai beberapa metode sebagai berikut:

1. Rumus Wesley

Rumus yang digunakan Wesley merupakan rumus yang banyak

dipakai di Indonesia. Daya dukung ultimit tiang adalah

sebagai berikut:

Q = Qp + Qs

= P.A+ f.o (3.8)

Dimana:

Qp = Daya dukung ultimit ujung tiang ( kN )

Qs - Daya dukung ultimit tiang karena gesekan atau

Iekatan (kN)
2
P = Nilai konis rata-rata (kN/m )
2
A = Luas tampang tiang (m )

f = Jumiah total hambatan pelekat pada ujung

pondasi (kN/m)

o = Keliling tiang (m)

Daya dukung tiang ijin, Q

-_ p.A . f.o (3.9)


y " SFi SFa

Dengan:

untuk pasir murni SFi = 3

SFz = 5

untuk lempung SF* = 5

SFz = 10

46
Untuk tahanan konus rata-rata <p) pada ujung tiang

diambii sebesar 40 di atas ujung tiang dan 4D di bawah

ujung tiang (lihat gambar 3.6).

mt

4D
u iuna t r anq

4D

Oambar 3.H Panjang efektif untuk tahanan konus rata-rata


f qc> pada u.iung tiang.

2. Hetode Tomlinson modifikasi NV. Nayak

Metode Tomlinson yang diroodifikasi HV. Nayak menghitung

kapasitas daya dukung tiang dari data CPT berdasarkan


data tahanan konus (Qc), dengan persamaan sebagai

berikut:

Cdk
Qup - Ckd Ap + 20f} As (3.10)

Qup (3.11)
Qap
3

dimana;

Qup - Kapasitas daya dukung ultimit (kN)

Qap = Kapasitas daya dukung ijin (kN)

47
Ckd = Tahanan konus ujung rata-rata (kN/m )

Ap = luas penampang ujung tiang (m )

Cdk = Tahanan konus rata-rata sepanjang tiang

(kN/m2 )
2
As = Luas selimut tiang (m ).

Tahanan konus ujung rata-rata diambii 3D diatas ujung

tiang pondasi dan ID di bawah ujung tiang pondasi (lihat

gambar 3.9)

~^

3D

Ujung pondasi
I>

Gambar 3. £> nilai tahanan konus ujung rata—rata

3. Metode Rusia

Metode Rusia memberikan persamaan kapasitas daya dukung

tiang berdasarkan nilai tahanan konus (qc) dan

berdasarkan nilai gesekan lokal sepanjang tiang, sebagai

berikut:

Qup = Qc A -f U D Fs (3.12)

Qup
Qap (3.13)

Dimana:

Qup = Tahanan daya dukung ultimit (ton)

Qap = Tahanan daya dukung ijin (ton)

48
Qc = Tahanan konus ujung rata-rata (kg/cm2)
A = Luas penampang ujung pondasi (cm2)
U = Keliling penampang pondasi (cm)
D = Kedalaman pondasi (cm)

Fs = Rata-rata gesekan lokal sepanjang tiang


(kg/cm2) .
Tahanan konus ujung rata-rata diambii 4D di atas ujung
pondasi dan ID di bawah ujung pondasi (lihat gambar 3.9).

3.2.2. Daya Dukung Tiang Berdasarkan Hasil Pengujian


"Standard Penetration test" (SPT)

Untuk menghitung daya dukung berdasarkan data pengujian


SPT digunakan rumus sebagai berikut:

1. Metode langsung (N V Nayak,1982)

Qup = 40 N Ap + A^L (314)

Qap
r> _ ___
- QUP (3<i5)

dimana:

Qup = daya dukung ultimit tiang (ton)


N = nilai N (SPT) rata-rata pada ujung tiang
sampai 2D di bawah ujung tiang

N = nilai N (SPT) rata-rata sepanjang tiang


Ap = luas potongan melintang ujung tiang (m2)
As = luas selimut tiang sepanjang tiang (m2)
Q^p = daya dukung izin tiang

49
2. Menurut L. Decourt (1982), Daya dukung ultimit tiang

dapat dihitung sebagai berikut:

a. Daya dukung ujung, Qp

Untuk memperkirakan daya dukung ujung diambii rata-rata

3 nilai N di atas ujung tiang fondasi.


EN
Np = —^

Daya dukung ultimit ujung dinyatakan dengan:

Qp - Np K Ap (3.16)

Dimana:

Np = rata-rata nilai N

K - koefisien tanah (lihat tabel 3.1.)

Tabe 3.1 Koefisien tanah menurut L. Decourt

Jenis tanah K (kpa) K (t/m2)

Tanah lempung 118 12

Lanau berlempung 196 20

Lanau berpasir 245 25

Pasir 392 40

b. Kapasitas gesekan tiang

Untuk mencari kapasitas gesekan tiang perlu

mempertimbangkan rata-rata nilai N sepanjang tiang.

Besar gesekan sepanjang tiang (fs) adalah sebagai

berikut:

fs = N/3 + 1
Dimana:

N = rata-rata jumiah pukulan sepanjang

tiang, N/n

n = jumiah titik yang ditinjau

Daya dukung akibat gesekan, Qs

Qs = fs p 1 (3.17)

dengan:

fs = gesekan sepanjang tiang

P = keliling tiang

1 = kedalaman

Daya dukung ijin (Qap)

Qp + Qs
Qap i *4 1 Q
3

Menurut Tersaqhi dan Peck (1948), untuk lanau dan pasir


jenuh dengan nilai N lebih besar dari 15 maka nilai N harus
dikoreksi menjadi:

N = 15 + 1/2 (N '- 15) (3.19)


Dimana:

N = Nilai N yang terkoreksi

N' - Nilai N lapangan

3.3.3. Inteprestasi daya dukung tiang tunggal berdasarkan


data uji pembebanan ("Pile Loading Test")
1. Umum

Seperti telah dibicarakan pada sub bab 2.3, prosedur


pembebanan umumnya dilakukan dengan memberikan beban secara
bertahap. Tahap pembebanan dilakukan dengan cara penambahan
dan pengurangan beban pengujian pada meja beban. Pembebanan
yang dilakukan biasanya sampai 200% dari beban perencanaan.
Dengan penambahan dan pengurangan beban uji sebesar
25%, prosedur yang umum adalah dengan meningkatkan beban
uji sampai jumiah tertentu lalu mengurangi beban uji hingga
tanpa beban uji sampai kenaikan atau reaksi elastik tanah
("rebound") berhenti. Tiang kemudian dibebani lagi sampai
beban kerja kemudian sampai beban maksimum (200% beban
rencana). Penambahan dan pengurangan ini merupakan siklus
pembebanan atau disebut sebagai pembebanan cyclic ("Cyclic-
Load ing Test").

OP l a s l i s

>El a s t •

Oambar 3.10. Grafik pembebanan terhadap penur,

Pengurangan beban dilakukan tahap demi tahap dengan


diberi waktu jeda tiap tahap, selanjutnya hingga reaksi
tanah ("rebound") berhenti sebelum pengurangan beban
selanjutnya.

Prosedur penambahan dan pengurangan beban secara tepat


sering dispesifikasikan oleh kode bangunan atau satu
organisasi konstruksi. Pada pengujian ini prosedur
pembebanan dengan sistim cyclic ("Cyclic Loading Test") yang
dispesifikasikan ASTM D 1143-89 untuk beban rencana 250 ton.
2. Metode Masurkowick

Metoda ini dilakukan dengan cara membagi jarak penurunan


total secara sembarang menjadi bagian-bagian yang sama
dan memotong kurva beban vs penurunan. Dari
perpotongan ini kemudian ditarik garis ke atas tegak
lurus sumbu beban sehingga memotong garis sumbu beban.
Kemudian dari titik-titik perpotongan garis beban dengan
sumbu beban, dibuat garis dengan sudut 45° sehingga
memotong garis-garis beban yang lain. Dari titik-titik
perpotongan tersebut dibuat garis lurus dan titik dimana
garis itu berpotongan dengan sumbu beban merupakan besar
d ar i beban run tuh Pu.
B A B IV

ANALISIS DAYA DUKUNG FONDASI TIANG BOR TUNGGAL

CSTUDI KASUS)

4. 1 . Unium

Pada bab sebelumnya telah dibicarakan daya dukung dan

penurunan tanah yang harus diperhatikan dalam perencanaan

fondasi tiang. Daya dukung fondasi dapat dicari dengan rumus

teoritis dan rumus empiris. Dari data penyelidikan lapangan

"Cone Penetration Test" (CPT) dan "Standard Penetration

Test" (SPT) akan dihitung kapasitas daya dukung dari fondasi

tiang bor berdasarkan metoda-metoda perhitungan empiris

yang telah dibicarakan di muka.

Hasil dari perhitungan tersebut, dibandingkan dengan

beban renoana yang akan bekerja. dan dievaluasi dengan

analisis hasil pengujian pembebanan ("Loading Test") tipe

tekan. Sebagai contoh analisis digunakan kasus pada Proyek

komplek perkantoran Bank Indonesia pusat di Jakarta. Dari 5

titik bor dan 4 titik sondir yang masing-masing saling

berdekatan (dapat dilihat pada peta lokasi titik sondir dan

titik bor pada lampiran 1).

Pada grafik sondir, diagram SPT dan pengujian

pembebanan pada proyek ini adalah memakai sistim Metrik,

oleh karena itu dalam perhitungan tetap dipakai satuan asal.

4.2. Data Penyelidikan Tanah

Data tanah diambii dari data penyelidikan tanah pada

proyek perkantoran Bank Indonesia pusat di Jalan MH. Thamrin

54
No 2 Jakarta Pusat. Pada area! ini dibangun gedung

perkantoran yang terdiri dari 26 lantai dan 2 Basement. Luas


2
bangunan keseiuruhan ± 115.982 m dengan luas tanah ± 2 Ha.

Kondisi pertnukan tanah relatip datar. Penyelidikan tanah

dipereayakan kepada Lembaga Teknologi Fakultas Teknik

Universitas Indonesia Jakarta yang dilakukan mulai tanggal

26 November 1989 sampai tanggal 29 Januari 1990.

4.2.1. Lingkup Pekerjaan Penyelidikan Tanah

a. Test permeabilitas

Dilakukan untuk inencari faktor koefisien

permeabilitas tanah K. (koefisien kecepatan rembesan

tanah).

b. Bor dalam ("Deep Boring")

Dilakukan untuk mendapatkan contoh tanah asli

("Undisturb") dari lapangan serta mengklasifikasikan

tanah secara visual di lapangan. Pekerjaan bor

dilakukan pada 14 (empat betas) titik bor di lokasi

sampai dengan kedalaman 80 meter dari permukaan

tanah. Dari tiap lubang bor diambii contoh tanah

asli dengan interval pengambilan 2 meter untuk

keperluan test laboratorium.

c. "Standard Penetration Test" (SPT).

Pengujian SPT ini dilakukan bersama-sama dengan bor

dalam pada interval 1,5 meter. Uji SPT dilakukan

dengan menumbukkan Split Spoon Sampler ke dalam

tanah dengan hammer seberat 83,5 kg tinggi jatuh

76 cm .

55
d. "Cone Penetration Test" (CPT">.

Uji CPT dilakukan sebanyak 21 (dua puluh satu> titik


sondir dengan menggunakan alat sondir berat 10 ton

pada interval pembacaan 200 mm (20 cm). Penembusan


ditentukan setelah ditemukan lapisan tanah keras

dengan nilai konus qc > 300 kg/cm2 atau sudah


mencapai kedalaman 40 meter. Pada pengujian ini
dipakai type sondir bikonus, dengan tabung friksi
dari Bogeman.

e. Pemeriksaan contoh tanah di laboratorium

Contoh tanah yang didapat pada waktu uji pemboran


diperiksa cii laboratorium untuk memperoleh
parameter-parameter tanah yang akan dipakai untuk

menghitung kapasitas dukung fondasi secara teoritis


dan identifikasi tanah secara tepat.

4.3. Data Fondasi Tiang Bor

Pada proyek ini, melihat keadaan lokasi sekitarnya


banyak terdapat bangunan bertingkat tinggi yang dipakai
sebagai gedung perkantoran, maka dipakai jenis fondasi tiang
bor, dimana dalam pelaksanaannya tidak banyak mengganggu,
baik ditinjau dari kebisingan maupun getaran yang
ditimbulkannya. Tiang bor yang digunakan berdiameter 100 cm
dengan daya dukung. izin 250 ton untuk setiap tiang. Mutu
beton yang digunakan K-225, mutu baja U39 dengan kedalaman
yang bervariasi antara 40 sampai dengan 45 meter dari muka
t an a h .

5 6
4.4. Muka Air Tanah

Berdasarkan penyelidikan lapangan sondir dan bor dalam,


muka air tanah ("Ground water level") tertinggi -0,30 meter
dari permukaan tanah, dan yang terdalam -1,50 meter dari
muka tanah asli.

4.5. Data Loading Test

Tiang bor yang dipilih oleh Konsultan Pengawas dan


Perencana dibebani dengan beban maksimum 2 x 250 ton = 500
ton. Pembebanan dilakukan dengan sistim beban kontra yang
terdiri dari blok-blok beton. Pembebanan pada ujung tiang
dilakukan dengan perantaraan tekanan "hydrolic jack"
mengikuti Standard ASTM D-1143 "Cyclic Load" (pembebanan
siklus). Adapun hasil penga.matan secara ringkas sebagai
b e r i ku t :

1. Total setlement = ii,7263 mm


(Pembebanan 200 % = 500 ton)
2. Net setlement = 2,8473 mm
(Pembebanan 0 % = 0 ton)
3. Rebounding (1-2) = 8;87go ^
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat catatan hasil uji
pembebanan pada lampiran 13.

4.6. Tahanan Kulit Tiang dan Kedalaman dengan Metoda


Prediksi dari Data SPT dan CPT

Dalam pondasi tiang dikenal dua perilaku transfer gaya


aksial tiang pondasi terhadap tanah pendukungnya. Melalui
tahanan gesek sepanjang permukaan kulit tiang dan trasfer
57
tahanan tumpuan melalui ujung tiang. Tahanan total yang

dapat ditahan tanah terhadap beban yang bekerja pada pondasi

tiang tersebut adalah jumiah dari tahanan kulit tiang dan

tahanan ujung tiang.

Metoda prediksi kulit dengan data grafis sondir dapat

dilihat pada persamaan 3.8 sampai dengan persamaan 3.13,

mengambil tiga parameter yang berbeda dari grafik sondir.

Nayak mengambil nilai konus rata-rata sepanjang tiang (qc)

dan dibagi dengan nilai 200 untuk memprediksikan nilai

tahanan gesek tanah sepanjang tiang. Metoda Rusia mengambil

nilai gesek lokal rata-rata (fs) untuk prediksi tahanan

gesek tanah sepanjang tiang dan Wesley mengambil nilai

friksi total (Ft) sedalam tiang sebagai prediksi tahanan

gesek tanah.

Sedangkan prediksi tahanan kulit dari data SPT,

LD Court mengambil nilai N pukulan rata-rata sepanjang tiang

dibagi tiga, kemudian ditambah satu untuk pendekatan empiris

tahanan gesek tanah sepanjang tiang (dapat dilihat pada

persamaan 3.16 sampai dengan 3.19) dan Nayak memberikan

nilai empiris tahanan gesek tanah sepanjang tiang dengan

nilai N rata-rata sepanjang tiang dibagi lima. Dengan

mengambil prediksi tahanan kulitnya saja yang dihitung

dengan persamaan 3.8 sampai dengan 3.19, hasil hitungan

dapat dilihat pada grafik 4.1, 4.2, dan 4.3 di bawah ini.

Ketiga grafik tersebut adalah grafik yang menggambarkars

hubungan antara nilai prediksi tahanan kulit ultimit

sepanjang tiang dan kedalaman tiang.


BORING LOG
NO. 1

-SILTY:
-6LAY-

v.silty;
• SAND- • KETERANGAN :

•f METODA WESLEY (CPT)


A METODA NAYAK-TOMLINSON (CPT)
o METODA RUSIA ( CPT;)
91 METODA LD. COURT (SPT)
V METODA NAYAK (SPTD

ftsLV x4

SILTY
:sancl'

•SAND:
-Clay:

GRAFIK 4.1
HUBUNGAN PREDIKSI TAHANAN KULIT TIANG DAN KEDALAMAN TIANG.
METODA CPT DAN SPT DARI DATA BOR NO. 1 DAN SONDIR NO. 1
Dari grafik 4.1. terlihat bahwa kurva metoda prediksi

data CPT Wesley dan Rusia mulai dari permukaan tanah sampai

kcduly.aii.ui 26,5 m menunjukan bahwa prediksi metoda rusia

lebih besar. Perbedaan prediksi yang terjadi 5,55 %.. Dari

kedalaman 26,5 m sampai 40 m perbedaan prediksi semakin

kecil bahkan dari kedalaman 38 m sampai 40 m kurva berimpit.

Kurva metoda prediksi data CPT NV. Nayak-Tomlinson

memperlihatkan bahwa daya dukung yang dihasilkan jauh lebih

kecil dibanding dengan metoda Wesley dan Rusia. Pada metoda

Wesley dan Rusia kecilnya perbedaan prediksi tersebut

disebabkan penggunaan rumus dukungan kulit (qs) mengambil

nilai dari rata-rata jumiah hambatan pelekat total dan

jumiah hambatan lokal. Sedangkan pads. metoda NV.

Nayak-Tomlinson penggunaan rumus dukungan kulit mengambil

n i 1 a. i rata-rata h a m. b a t a n ujung (qc).

Untuk metoda dari data SPT, kurva metoda L Decourt dari

permukaan tanah sampai kedalaman 40 m menunjukan hasil

prediksi daya dukung yang lebih besar dibanding dengan

metoda prediksi HV. Nayak. Kedua metoda SPT tersebut

mengambil N rata-rata sebagai data untuk memprediksikan daya

dukung kulit (qs). Perbedaan yang terjadi disebabkan karena

pengambilan angka pembagi yang berlainan. Bila mengamati

'hasil dari metoda CPT No. 1 dan SPT No. 1 tersebut dapat

dikatakan bahwa metoda Wesley dan Rusia memberikan prediksi

yang optimis, sedangkan metoda NV. Nayak memberikan prediksi

yang konservatip.
BORING LOG
NOB 0
KAftSITAS TAHANAN KtJIlT ULTHiT (ton)
500 6P0 TOO 800 900 1000 1100 1200

KETERANGAN : j
-f METODA WESLEY (CPT) j
* METODA NAYAK-TOMLINSON (CPT)
OMETODA RUSIA (CPT) |
® METODA LD. COURT (SPT) i
. METODA NAYAK (SPT)

GRAFIK 4.2
HUBUNGAN PREDIKSI TAHANAN KULIT TIANG DAN KEDALAMAN TIANG
_METODA CPT DAN SPT DARI DATA BOR NO. 8 DAN SONDIR NO. 11
Dari grafik 4.2. tampak kurva dari LD. Court, Wesley dan
Busia sampai dengan kedalaman 13,05 m menggambarkan prediksi
yang tidak terlalu berbeda, bahkan untuk prediksi Wesley dan
Rusia. hampir berimpit pada kedalaman 6,4 m dan prediksi LD.

Court dan Wesley hampir berimpit pada kedalaman 9,3 m.


Prediksi LD. Court, Wesley dan Rusia seolah membentuk suatu

kelompok kurva sampai kedalaman 13,05 m. Dari kedalaman 13,05


m sampai 37 m kurva LD> Court terpisah, hanya kurva Wesley dan
Rusia yang tetap saling berdekatan dengan letak kurva Rusia.
konsisten berada di atas Wesley dengan perbedaan prediksi
terbesar sampai kedalaman 37 m sekitar 5 %. Sedangkan kurva
LD. Court dengan Rusia berbeda sekitar 30 %. Untuk kurva NV.
Nayak (SPT) dan kurva Nayak Tomlinson sampai kedalaman 30 m,
Kurva NV. Hayak (SPT) berada di atas Nayak-Tomlinson. Tetapi
pada kedalaman 33 m kurva Nayak-Tomlinson berada di atas Nayak
(SPT). Dari grafik 4.2. tampak kedua kurva Nayak (SPT) dan
Nayak (CPT) masing-masing memprediksikan tahanan kulit yang
terkecil dibanding dengan metoda Wesley, Rusia dan LD. Court.

62
KAPASITAS TAHANAN KULIT ULTIMIT (ton) ^.
600 TOO 600 90O 1000 1100 1200

KETERAN6AN : j
J-|- METODA WESLEY (CPT )
A METODA NAYAK-TOMLINSON ( CPT )
O METODA RUSIA (CPT)
6> METODA LD. COURT (SPT)
. METODA NAYAK (SPT)
-.-METODA TOMLINSON (LABORATORIUM)

HUBUNGAN PREDIKSI TAHANAN KULIT TIANG DAN KEDALAMAN TIANG


METODA CPT DAN SPT PARI DATA BOR NO. 11 DAN SONDIR NO. 15
Dan grafik 4.3. tampak kurva prediksi Court, Wesley
dan Rusia saling berdekatan menunjukkan nilai prediksi yang
tidak terlalu jauh berbeda dan seolah-olah membentuk
kelompok kurva sampai kedalaman 13,9 m. Kemudian kurva Court
turun dan berada di bawah kurva Wesley dan Rusia. Sampai
kedalaman 37 m hanya kurva Rusia dan Wesley tetap saling
berdekatan dan kurva. Rusia tetap berada. di atas kurva
Wesley. Adapun untuk kurva Nayak-Tomlinson (CPT) dan Nayak
(SPT) keduanya berada di bawah kurva Wesley, Court dan
Rusia. Untuk bor 11 dan sondir 15 dari kelima kurva
Prediksi, ternyata prediksi Nayak-Tomlinson memberikan hasil
yang terkecil. Untuk lebih jelasnya Pada halaman berikutnya
diberikan tabel 4.1 prediksi tahanan kulit dengan prosentase
beda prediksi dari grafik 4.1. dibandingkan dengan prediksi
metoda teoritis yang memakai Parameter-parameter tanah dari
data laboratorium oleh formula Tomlinson (lihat persamaan
3.5 sampai dengan 3.7 dan perhitungan pada lampiran 12).
Apabila hasil prediksi daya dukung NV. Nayak-Tomlinson
dibandingkan dengan prediksi teoritis data dari laboratorium
dan Tomlinson(perhitungan lihat lampiran 12) kurva Nayak
(SPT) berada cukup dekat sampai kedalaman 18,9 m dan '
selanjutnya sampai kedalaman 37 kurva Nayak (SPT) berada di
bawah kurva prediksi laboratorium.

Dari tabel prediksi kulit ultimit, kalau dibandingkan


kelima prediksi empiris dengan prediksi dari rumus statis
data laboratorium, adalah metoda prediksi kulit NV. Nayak
yang paling dekat untuk kasus ini, beda prediksi antara -31%
sampai dengan +4,162%.
TflBEL 1.1

PREDIKSI TRHRNflN KULIT ULTIMIT DRRI DRTFl CPT NO. 15 DRN SPT NO. 11

QRRI METOOR CPT METODR SPT


KEDR- DRTR LRB.
LRMRN

NRYRK-TOMLINSON WESLEY RUSIR NRYRK LD. COURT


TOMLINSON

QsultCT) BED* y QsultCT? BEDR y. QsultCT5 bedr ;-; QsultCT) BEDR y. QsultCT)' BEDR y.

12.7 39,0862 16,1899 -57,810 91,2396 Ill,107 105,5308 169,995 37,2250 -1.761 101,9799 160,910

18.9 71,2663 29,7806 -58.212 163,3171 129,206 180,1695 152,639 71,2329 1, 162 183,1112 156,9es

26.1 178,6.318 105,1227 -10,983 389,5112 118,069 110,6518 129,888 63B.7612 -22,319 315,5017 76,621

31.9 26-3,9730 137,7393 -18,017 590,6028 112,891 612,3877 131,113 182,8220 -31,803 101,9532 52,828

35 316,0116 189,3577 -15,280 760,2153 119,699 785,0983 126,873 239,3078 -30,815 508,8381 17,013

3? 389,5183 221,2713 -13,192 813,2099 117,758 871,1952 121,129 268,8387 -30,981 561,3378
11.880
Dari grafik 4.1, 4.2, dan 4.3 tersebut dapat diketahui

masing-masing prediksi membentuk suatu kurva lengkung yang

menunjukkan seiriakin dalam pondasi semakin bertambah daya

dukungnya. Hal itu dapat dimengerti bahwa semakin dalam

tiang, tentunya akan semakin luas permukaan bidang gesek

tiang dengan tanah. Tetapi dari ketiga kurva prediksi pada

grafik tersebut, tak satupun dari kurva. itu yang memberikan

perbedaan tahanan kulit yang konsisten antara satu kurva

dengan kurva yang lainnya.

Untuk kurva metoda prediksi tahanan kulit dengan data

CPT dan dengan tanpa melihat nilai SF (safety faktor) dapat

dikatakan metoda dari Nayak-Tomlinson yang paling

konservatif dalam memprediksi dan over optimist untuk metoda

Rusia. Sedangkan prediksi paling kecil dari data SPT adalah

metoda dari Nayak. Dari grafik 4.1, 4.2, dan 4.3 dapat

dilihat kurva Rusia dan kurva Wesley saja yang tetap saling

berdekatan.

4.7. Daya Dukung Ujung Tiang Metoda Prediksi dari Data SPT

dan CPT

Daya dukung ujung tiang tidak selalu akan bertambah

besar untuk setiap penambahan kedalaman tiang. Hal ini akan

terlihat dari grafik sondir, dimana nilai perlawanan tanah

untuk setiap penambahan kedalaman tidak selalu memberikan

indikasi penambahan nilai perlawanan tanah. Begitu pula dari

diagram N SPT, jumiah N pukulan tidak selalu bertambah

banyak untuk setiap penambahan kedalaman. Tentunya keadaan

ini berlaku pula untuk daya dukung ujung tiangnya. Ketiga


metoda prediksi dukung ujung dari data CPT, memberikan nilai

dukung ujung sama dengan nilai rata-rata perlawanan tanah

tehadap konus (qc) sekitar ujung tiang dikalikan dengan luas

potongan melintang ujung tiangnya. Perbedaan yang ada, hanya

pertimbangan pengambilan rata-rata nilai qc di sekitar ujung

tiang. Metoda Rusia, Tomlinson-Nayak mempertimbangkan nilai

qc setebal 3D di atas ujung tiang dan ID dibawah ujung

tiang. Wesley mempertimbangkan rata-rata nilai qc sekitar

ujung tiang masing-masing setebal 4D di atas ujung tiang dan

4D di bawah ujung tiang, dapat dilihat pada persamaan 3.8

sampai dengan 3.1.3, sedangkan untuk prediksi dari data SPT

LD Court membedakan nilai setiap dukung ujung tiap jenis

lapisan tanah dengan nilai empiris K dapat dilihat pada

tabel 3.1, kemudian dikalikan dengan nilai rata-rata N SPT

sekitar ujung tiang sampai dengan 3 nilai N di atas ujung

tiang. Nayak memprediksikan nilai dukung ujung 40N rata

sekitar ujung tiang sampai 2D di bawah ujung tiang. Pada

halaman berikutnya diberikan tabel 4.2 beda prediksi daya

dukung tanah pada ujung tiang (unit base resistance) dari

metoda-metoda data SPT. dan CPT, dibandingkan dengan prediksi

daya dukung tanah pada ujung tiang dari data Laboratorium

dengan memakai persamaan 3.3 dan 3.5 dari Tomlinson. (dapat

dilihat pada lampiran 11 dan lampiran 12).

Dari keempat metoda prediksi empiris daya dukung tanah

pada ujung tiang (unit base resistance), dapat dilihat pada

tabel 4.2, untuk jenis tanah pasir (sand) rata-rata prediksi

empiris memberikan nilai perbedaan minus dengan nilai beda

prediksi sekitar -43,85% sampai -78,28%.


TRBEL 1.2

DflYR DUKUNG UJUNS ULTIMIT TIRNG BOR DtfP.I DRTR CPT No. 15 Df)N SPT No. 11

DRRI DRTR LRB. METODR CPT METODR SPT

TOMLINSON RUSIR-NRYRK- WESLEY L.D. COURT NRYRK VISUAL SOIL


KEDfl-
TOMLINSON KLRSIFICRTION
LRMRN
Cm) CBOR No.115
UNIT BRSE RE- QCCKg/cm2> BEDR X QCtkg/cm2? BEDR V. N.KCkg/em2) BEDR 'ri 10NCkg/cm2 3 BEDR y.
SI STENCH Ckg/cm2 5

10 2,763 7, 166 159,36 10,000 261,92 9,333 237,78 28,000 913.39 SILTY CLAY

16 1,581 11,569 217,e2 20,750 352,66 20,000 336,30 50,999 1012,51 SILTY SRNO

22 131,617 59,098 -55,11 56,655 -56,96 37,999 -71,13 15,999 -65,05 SfiNO

25 119,571 76,8l0 -18,65 52.770 -61,72 51,999 -65,23 61,000 -57,21 SAND

28 18,338 17,565 159,37 19.610 170,53 23,666 29.05 55,000 199,92 SILT

33 322.675 69,990 -75,16 76.580 -76,26 75,333 -76.65 105.000 -67,16 SRNO

36 13,837 l12,000 709,12 118,710 757,92 27,200 96.57 109,000 687,71 CLRY

39 52,850 113,315 171,17 x 55,666 5.32 121,000 131.63 CLAYEY SILT

510,173 K X 117,999 -76,88 ll 1.000 -78.26 SRND


•15
4.8. Prediksi Daya Dukung Total Ijin dan Kedalaman Tiang

yang Diperlukan dari Data Grafik Sondir

Dari data penyelidikan tanah grafik sondir dapat

diketahui besar dari tahanan perlawanan tanah dan dari

diagram N SPT dapat dilihat jumiah N pukulan untuk

memperkirakan kekerasan tanah. Hubungan nilai H SPT, qc dan

perkiraan dari kekerasan tanah dapat dilihat pada tabel 2.1

dan tabel 2.2.

Tomlinson, Nayak dan Davis memberikan nilai batas untuk

daya dukung tahanan gesek tanah dan tahanan dukung tanah

pada ujung tiang pondasi. Pada instalasi tiang bor akan

menimbuikan efek pelunakan sekeliling lubang dan pada dasar

lubang bor, sehingga nilai-nilai parameter yang didapat

sebelumnya dari penyelidikan tanah akan berubah setelah

dilakukan instalasi tiang. Dengan pertimbangan itu,

Tomlinson, Nayak dan Davis untuk prediksi daya dukung tiang


perencanaan diberikan nilai batas kurang atau sama dengan 1
2 2
ton/ft (i 1,078 kg/cm ) untuk tahanan gesek tanah, dan

nilai daya dukung tanah terhadap ujung tiang untuk

perencanaan tidak boleh melebihi 100 ton/ft (< 107,639


kg./ cm I.

a. Data Pengujian Sondir pada Titik No.13

Grafik sondir No.13 dapat dilihat pada lampiran


No.3 kedalaman pengujian sampai dengan kedalaman 40 m di

bawah muka tanah. Nilai konus terendah < 10 kg/cm2 dan


terbesar sekitar 380 kg/cm2. Tanah keras dijumpai mulai
kedalaman antara 34 m sampai 35 m di bawah muka tanah.

Friksi total sampai 40 m di bawah muka tanah sebesar 5250

69
kg/cfff. Pada kasus Proyek Bank Indonesia ini, dibuat basemen

sampai pada elevasi -8,2 m dengan tebal pile cap 3,5 m,

untuk itu tiang diperhitung mulai kedalaman -12 m dari muka

tanah asli.

1) Metoda Wesley

Tanah keras yang cukup tebal dijumpai mulai sekitar

kedalaman 34 n di bawah muka tanah. Pada kasus ini tiang

dibuat sampai kedalaman 38 m di bawah muka tanah sehingga

bisa memenuhi kriteria ketebalan 4D di atas ujung tiang

dan 4D di bawah ujung tiang dari metoda Wesley, dan

diharapkan ketebalan tanah keras setebal 4D di bawah

ujung tiang akan mampu mendukung beban yarsg ditransfer

ujung tiang. Metoda Wesley dapat dilihat pada persamaan

3.8 dan 3.9.

Q. - Qp 4- Qs

>Fi SF2

Dari grafik sondir diperoleh ;

Q. rata-rata 4D di atas ujung tiang sampai 4D di bawah

ujung tiang (P)

_ 30+40+30+804 230+280+350+360+360+350+315
11

= 220,454 kg/cm2
Friksi total sampai kedalaman 36 m (ujung tiang) ft =

3040 kg/cm.

Friksi total sampai kedalaman -12 m (cut of level)

= 400 kg.

70
M SFi SFz

845,395 + 811,285
5 10

- 250,207 ton

Q > Q/e-ncana = 250 ton .

Metoda Rusia

Qup - Qc A + U D fs

Qap - Qup/3

Dapat dilihat pada persamaan 3.12 dan 3.13. Dengan kasus

yang sama diambii panjang tiang 24 m, dari grafik sondir

diperoleh:

Nilai rata-rata pads, tanah keras setebal 3D di atas ujung


tiang pondasi dan ID di bawah ujung tiang pondasi

0_ _ 40+30+30+230+280+350+360+380 „ „„ _ 2
^vj - g 218,250 kg/cm

Luas potongan melintang ujung pondasi A = 7853,982 cm2


Daya dukung ujung tiang ultimit

Qc . A = 216,250 . 7853,982

= 1698,424 ton

Periksa dukung ujung tiang dengan nilai prediksi rencana

ultimit dukung ujung dari Tomlinson, Nayak dan Davis


Qbaias = 845,359 ton

Qc . A > 845,359 ton

Diambii dukung ujung = Qbaias = 845,359 ton.

Keliling tiang pondasi U = 2 . U . r = 314,159 cm

Nilai gesek lokal rata-rata sepanjang tiang dari grafik


diperoleh (fsh
Q
H
= P A +
SFi

SF2

845,395 ^ 811,235
"5 10

= 250,207 ton

Q > Qz-encana = 250 ton .

2) Metoda Rusia

Qup = Qc A + U D fs

Qap - Qup/3

Dapat dilihat pada persamaan 3.12 dan 3.13. Dengan kasus

yang sama diambii panjang tiang 24 m. dari grafik sondir

diperoleh:

Nilai rata-rata pada tanah keras setebal 3D di atas ujung

tiang pondasi dan ID di bawah ujung tiang pondasi

0 _ 40+30+30+230+230+350+380+360 „ n^ _,_ , . 2
wc - - - 218,250 kg/ cm

Luas potongan melintang ujung pondasi A = 7353,982 cm2


Daya dukung ujung tiang ultimit

Qc . A = 216,250 . 7853,9S2

= 1693,424 ton

Periksa dukung ujung tiang dengan nilai prediksi rencana

ultimit dukung ujung dari Tomlinson, Nayak dan Davis

Qbaias = 845,359 ton

Qc . A > 845,359 ton

Diambii dukung ujung = Qbaias = 845,359 ton.

Keliling tiang pondasi U = 2 . n . r = 314,159 cm

Nilai gesek lokal rata-rata sepanjang tiang dari grafik

diperoleh (fs):
fs = (0,2+0,2+0,6+0,4+0,3+0,3+0,4+0,3+0,8+0,3+0,4+0,7+1 +
1,6+0,6+1,2+1+1,5+0,7+1+1,4+0,6+2,2+0,7+1,6+0,7+1 +

0,3+1+1,6+1,4+1,6+0,8+1,4+0,9+1+1,4+1,8+0,6+0,2+0,5
+0,4+0,5 +1,3+0,3+0,5+1+1+0,6+1+0,3+0,8+1,6+0,8+1,4
+2,5+4+3,2+5)/58 = 1,075 kg/cm2
Daya dukung kulit tiang = U . D . fs

= 314,159 . 24 . 100 . 1,075

= 810530,220 kg

= 810,530 ton

Periksa dengan nilai batas tahanan kulit dari Tomlinson,


Nayak dan Davis 810,530 Ton < Qsbatas = 811,285 Ton.
Qup = Qc . A + U . D . fs

- 845,395 + 810.530

= 1855,925 ton

Qap - 1655,925/4 - 413,981 ton > Qr*r.c<ir.a = 250 ton


3) Metoda NV Nayak - Tomlinson

Qup = ckd Ap + -|~— As

Qap - Qup/3

Dapat dilihat pada pesamaan 3.10 dan 3.11

Grafik No. 13, diambii kedalaman tiang sampai 36 m di


bawah muka tanah. Dari grafik sondir No, 13 diperoleh
nilai rata-rata konus sepanjang tiang

cdk = (8+14+8+10+24+14+16+55+68+38+40+35+60+55+60+170+40+
30+40+120+44+38+24+18+36+20+30+60+60+50+30+38+30+80+
230+280+350+360+360)/39 = 78,025 kg/cm2
Luas penampang melintang ujung tiang dengan diamete 1 m
Ap = 1/4 . n . 1002 = 7853,982 cm2
Luas selimut tiang <p 1 zi sepanjang 24 m

n . r . 1

n . 50 . 24 100 = 753932,2369 cm2 = 75,398 mz


cdk
Tahanan kulit tiang = ( kN )
200

78,025 . 9,807
75,393 m
200 .(1/100). 1000

= 2260,173 kN

= 230,485 ton

Periksa tahanan kulit dengan nilai tahanan kulit dari

Tomlinson, Nayak dan Davis untuk <p 1 m dengan panjang

tiang 24 m Qsbatas = 811,285 ton

230,465 T < Qsbatas - 811,285 ton

Pediksi dukung ujung ultimit dari Nayak-Tomlinson sama

dengan prediksi dukung ujung ultimit dari metoda Rusia.

Pada metoda Rusia daya dukung ujung = 845,395 Ton.

Qup = 845,395 + 230,465

= 107 5,860 ton

1075.860
Qap 358,620 Ton > Qyencano. - 250 Ton

Tabel prediksi daya dukung (Ton) metoda CPT untuk data


sondir No. 13

Kedalaman ijin total i j i n total ijin total


( m) Nayak-Tomlinson Rusia Wesley

36 358,620 413,981 250,207

Untuk titik-titik sondir yang lainnya. dengan cara

pengambilan data dan perhitungan yang sama SPT pada

74
perhitungan prediksi daya dukung CPT No. 13 diberikan

dalam bentuk pada tabel di bawah ini

Tabel prediksi daya dukung tiang untuk data CPT No. 15


dalam ton

Prediksi Nayak-Tomlinson R u s i a
kedala
man (m) Qsu Qbu Qt ijin Qsu Qbu Qt ij in

36 205,095 845,395 350,163 811,285 845,395 414,170


39 240,532 845,395 361,976 912,695 345,395 439,523

Prediksi Wesley
Daya Dukung
kedala
man (m) Qsu Qbu Qt ijin Rencana 250 Ton

Prediksi Wesley kurang


36 716,233 84 5,395 240,707
dari daya dukung ren-
cana

Sampai dengan kedalaman 36 m, sondir No. 15 untuk

prediksi daya dukung total ijin dari metoda Wesley kurang

dari daya dukung total rencana 250 Ton. Untuk .kedalaman

selanjutnya setelah kedalaman 36 m, perhitungan tidak

bisa memenuhi kriteria Wesley yang menghitung dukung

ujung tiang dari nilai rata-rata konus (Qc) sampai 4D di

bawah ujung tiang. Nilai konus pada ujung tiang (Peak


2
Value) hanya 30 kg/cm . Dari metoda Nayak-Tomlinson dan

Rusia, akan lebih aman untuk menempatkan ujung tiang pads.

kedalaman 38 m dimana nilai konus pada puncak tiang


2
sebesar 120 kg/cm dan sampai 2D di bawah tiang

memberikan indikasi pertambahan nilai konus.


Tabel prediksi daya dukung tiang untuk data CPT No. 11

Prediksi Nayak-Tomlinson Rusia


keda.la-
man (m) Qsu Qbu Qt i j in Qsu Qbu Qt ijin

36 210,257 845,395 351,834 811,285 845,395 414,170

Prediksi Wesley
kedala
man (m) Qsu Qbu Qt ijin

36 811,285 845,645 250,257

Tabel prediksi daya dukung tiang untuk data CPT No. 1

Prediksi Nayak-Tomlinson Rusia


kedala
man ( Si ) Qsu Qbu Qt ijin Qsu Qbu Qt ijin

38 279,067 708,858 329,308 653,703 706,858 340,140


39 319,384 845,359 383,260 729,101 845,395 393,824

Prediksi Wesley
kedala
man ( m ) Qsu Qbu Qt ijin

36 672,301 845,395 236,309


< 250 T

Untuk grafik sondir No. 1, sampai kedalaman 36 m metoda

Wesley memprediksikan daya dukung total ijin kurang dari

250 Ton. Nilai konus ujung tiang fondasi < 100 kg/c m
Dengan metoda Nayak-Tomlinson dan metoda Rusia dihitung

samapai kedalaman 28 m di bawah muka tanah, nilai konus

di ujung fondasi 180 kg/cm2. Variasi nilai konus terkecil


di bawah ujung tiang 140 kg/c m

76
Dari perhitungan diatas, ada 2 titik sorsdir yang tidak

memenuhi daya dukung rencana jika dihitung dengan metoda

prediksi dari Wesley, yaitu pada sondir 15 dan sondir no

1. Prediksi ijin dari Wesley untuk tanah lempung

konservatif dibanding dengan prediksi Nayak-Tomlinson dan

metoda Rusia, dimana pencapaian nilai konus rata-rata

pads, ujung tiang > 107,839 kg/cm (nilai batas ujung),

metoda Wesley untuk tanah non pasir dengan SFi - 5 dan

SF2 = 10 masih memerlukan sumbangan tahanan kulit dengan

friksi total (Ft) untuk & 1m sebesar =

p - Qb . Qs

(Q^r, - —§i )10 - Qs


<->rn in3
ujiJ.IU
107,639 . 0,25
E
. n . 10Q2 ,nn
j 10 = Qs

dimana Qs = 2 . FT . 50 . Ft

maka di dapat Ft = 2575,797 Kg/cm

Sedangkan untuk prediksi ijin total dari Nayak,

pencapaian nilai rata-rata pada ujung tiang > 107,839


2
kg/cm daya dukung ijin rencana sebesar 250 ton akan

terpenuhi hanya dengan tahanan ujungnya saja. Dengan

menghilangkan tahanan kulit, untuk beban ijin rencana

sebesar 250 ton dan SF - 3, diperlukan pencapaian nilai

konus rata-rata sebagai berikut;


n 250.103 .3 __ ,__ , , 2
Qc = "0.25 .n. ioo2~ = 95-493 kg/cffi

4.9. Prediksi Daya Dukung Total Ijin Dari tiiagram SPT

"Standart Penetration Test" yang telah dibicarakan di

muka, untuk prediksi days, dukung tiang diagram N SPT ini,


telah berkembang metoda empiris prediksi daya dukung tiang

yang diusulkan oleh NV Nayak dan LD Court.

Untuk menghitung daya dukung dari nilai N SPT ini

Tersaqhi dan Pech mengusulkan nilai N koreksi pads. tanah

lanau dan pasir yang jenuh untuk nilai N > 15. Nilai N

terkoreksi menjadi N = 15 + 1/2 (N'- 15). Dimana N' adalah

nilai N dari lapangan

a. Data diagram N SPT dari No. bor 1

Tiang dibuat sampai kedalaman 42 m di bawah muka tanah,

Nilai N lapangan pada ujung tiang 50 dan di bawah ujung

masih mempunyai nilai N = 23 dengan konsitensi pasir mampat

(dense sand). Diagram N SPT No. 1 dapat dilihat pads.

1amp i ran 10.

Tabel 4.3 N terkoreksi dari bor 1

Kedalaman (m) N' Lapangan N koreksi

1,60 4 4
3,60 0 0
n
5,60
7,80 6 6
9,60 o n

11,60 8 8
13,80 7 n

15,60 5 5
17,60 13 13
19,60 12 12
21,00 14 14
23,00 14 14
25,00 5 5
27,80 12 12
30,00 27 21
32,00 13 13
34,00 14 14
36,00 40 27,5
38,00 24 24
40,00 20 17,5
42,00 50 32,5
44,00 31 23
1 . Metoda NV Nayak

H As
Qup = 40 N Ap + (lihat persamaan 3.14)

Qup
Qap (1i ha t p e r s am a an 3.15)

Kedalaman Tiang sampai kedalaman 42 m, kepala tiang di


buat dari kedalaman -12 m, maka nilai rata-rata N

dihitung mulai kedalaman -12 m dari muka tanah asli.

Dari tabel 4.3, didapat nilai N rata-rata sepanjang tiang


rj - (8+7+5+13+12+14+14+5+12+21+13+14+27,5+24
+ 17 ,5+32 ,5 )./15 = 15 , 133

N rata-rata pada ujung tiang sampai 2D di bawah ujung


tiang

23 + 32,5 n "7 "7 c,


N i I , I -J

Luas penampang melintang ujung pondasi 4- 1 m

Ap 1/4 n 1 - 0,785

luas selimut tiang sampai 30 m tiang pondasi 4> 1 m

As -- 2 n 0,5 30 -- 94,248 m2

Dari persamaan 3.14

N As
Qup = 40.N.Ap +
o

= 40.27,75.0,7853 + 15'133 ;
5
94>24S
= 1156,934 Ton

Kontrol tahanan kulit dengan tahanan kulit batas

Qs batas untuk & lm dengan panjang tiang 30 m didapat


Qs batas = 1,076 . 2 . n . 50 . 30 . 100

= 1014106,109 kg

= 1014,106 ton

Qs = 285,250 ton < Qs batas = 1014,108 ton.

79
D arI p ers ama an 3.15

Qup 1156,934
Qap - 289,233 Ton
4

M e t o d a. L D C ou rt

Qu - Qs + Qp

Qp = Np k Ap

N =
3

Qs fs p 1

+ 1 (lihat persamaan 3.17)


Qu
Qap -
3

Untuk kasus yang sama dibuat tiang sampai dengan

kedalaman 42 m. Dari. tabel IV. 1 dan diagram N SPT No. I

d ida.pat :

Nilai rata-rata di ujung tiang sampai 3N di atas ujung


32,5 4 17,5 + 19,5
tiang N = 23,16?

Luas penampang melintang untuk tiang pondasi <p 1 »

Ap = 1/4 n l2 = 0,7853 m2
Dari bor log No 1, lapisan tanah pada dasar pondasi pasir
2
(sand stone), dari tabel 3.1 diperoleh nilai k - 40 T/m .

Dari persamaan 3.18

Qp - Np k Ap

- 23,16? 40 0,7853 - 724 444 Ton

Keliling tiang untuk tiang pondasi <p I ffi

p = 2 n r = 2 n 0 , 5 = 3,142 m

Panjang tiang 1 = 30 m

N rata-rata sepanjang tiang

>J - (3+7+5+13+12+14+14+5+12+21+13+14+27,5+24+17,5
+32,5)/15 - 15,133
Dari persamaan 3.17
H . , 15,133
+ 1 + 1 = 8.051
3 3

Qs = fs p 1 = 4,952 3,142 30 = 570,387 Ton

Qu = Qp + Qs

= 7 24,444 + 570,367

- 1294,881 Ton.

Qu 1294.811
Qap = = 431.604 Ton
3

Qap > Qrencana = 250 Ton.

LD Court ( i / NV Nayak <T)


Kedala
man (m)
Qbu Qij if Qsu Qbu Qij in

C.-7 p ^ o n \ n -I A AAA
431.S0< i.OJ - ^di 871,350 189.233

Untuk nomor-nomor bor lain, dengan cara pengambilan data

dan perhitungan yang sama diberikan daya dukung ijin pada

tabel prediksi di bawah ini

NO D LD Court (T) NV Nayak (T)


Bor ( Ki )
Qsu Qbu Qij in Qsu Qbu Qij in

10 45 681,071 379,609 353,560 346,439 845,395 297,959

8 40 593,159 400,553 332,904 306,11? 801,106 276,808


1
43 880,250 845,395 508,548 349,716 816,814 291,632

81
4. 10. Evaluasi pengujian pembebanan (."Loading Test")

Pada kasus Proyek Bank Indonesia ini pengujian

pembebanan yang dilakukan adalah cara penambahan beban

berulang ("Cyclic"), yaitu pembebanan yang dilakukan dengan

penambahan beban dan pengurangan beban secara bertahap. Pada

saat akhir penambahan pembebanan dicatat penurunan yang

terjadi dan saat akhir pengurangan pembebanan dicatat

loncatan elastik tiang yang terjadi. Berdasarkan hitungan

dari hasil penyelidikan tanah oleh Perencana ditetapkan

beban yang akan bekerja adalah 250 ton untuk tiap tiang.

Retentuan yang. disyaratkan menghendaki adanya beban uji

minimal yang harus dipenuhi adalah 200% beban rencana.

Pembebanan sebagai berikut:

Beban kerja - 250 ton

Beban uji 200% ~ 500 ton

Hasil pengujian digambarkan dalam bentuk grafik yang terdiri

dari :

a. Kurva hubungan antara bebari dart penurunan,

b. Kurva hubungan antara beban dan waktu,

c. Kurva hubungan antara penurunan dan waktu.

Pembebanan dilakukan dengan sistim berulang, pada

grafik. akan diperoleh dua macam penurunan yaitu:

1) Penurunan total : titik-titik yang menunjukkan

penurunan maksimum pada setiap tahap penambahan

beban uji dihubungkan satu sama lain, garis yang

diperoleh menggambarkan besarnya penurunan total.

2) Penurunan elastis ; titik yang menunjukkan penurunan

pada setiap pengurangan bebari dan dihubungkan satu

82
sama lain, garis ini menggambarkan besarnya

penurunan elastis. Penurunan elastis ini dianggap

sebagai selisih antara penurunan total dengan

penurunan netto.

Evaluasi pengujian pembebanari berdasarkan beberapa

spesifikasi yang ada adalah sebagai berikut:

a) Batas penurunan total

- Batas absolut menurut ASTM, New York City Code dan

Holland - 2,54 cm,

- Batas relatif menurut Inggris = 10% diameter

pondasi.

Mengamati dari hasil loading test (lihat lampiran),

ps.da grafik beban dengan penurunan didapat bahwa penurunan

total yang terjadi dengari beban 500 ton (200% beban rencana)

ad a1ah 11,7813 mm.

Penurunan total 1,1781 cm < batas absolut 2,54 cm,

< batas relatif 10% diameter

100 cm - 10 cm.

Dengan hasil penurunan total 1,1781 cm, berarti pondasi

tersebut memenuhi spesifikasi batas penurunan total.

penurunan total
b) Batas ratio
beban total

- Batas total ratio menurut Chicago dan California

= 0,01 inci/'ton

Mengamati dari hasil loading test (lihat lampiran),

pada grafik beban dengan penurunan didapat penurunan total

yang terjadi 11,7813 mm (0,4839 inci) pada beban total 500

ton (200% beban rencana).


(JAM

33 Mil
I* PtSf-WTWAW *|
&-?<?*'
0,4838 inci
iatas ratio - -
500 ton

9,276 10 ~4inci/ton < 0,01 inci/ton

Dengan hasil tersebut berarti pondasi memenuhi spesifikasi

batas rati o.

Dari hasil hitungan di atas dapat dikatakan bahwa

pondasi No. 418 yang diuji beban tekan memenuhi syarat

untuk direncanakan menahan beban 250 ton.

4.11. Evaluasi Hasil Daya Dukung Dari Data SPT dengan Hasil

Uji Pembebanan t Loading Test >

Perhitungan daya dukung pondasi digunakan formula yang

mengambil data tanah dari pengujian boring (SPT). Hitungan

daya dukung dari rumus-rumus empiris tersebut ternyata

mendapat hasil daya dukung yang berbeda-beda. Karena itu

perlu dilakukan suatu test beban yang bisa memberikan

keterangan besar daya dukung aktual yang dapat ditahan oleh

tiang tersebut. Pada kasus ini kemudian dicoba membandingkan

daya dukung yang dihasilkan dari metoda empiris data SPT

dengan data loading test. Titik pondasi yang diloading No.

416, dengan loading tes tipe tekan, kedalaman tiang 45

meter. Untuk mendapatkan hasil perbandingan yang teliti maka

diambii titik boring yang diperkirakan berdekatan dengan

titik pondasi No. 418 yaitu titik boring No. 7 dan titik

boring No. 11. Kemudian untuk menyesuaikan kedalaman tiang

fondasi yang ditest, maka daya dukung dari data SPT dihitung

sampai kedalaman 45 m juga.


Hitungan daya dukung ultimit dari data SPT menurut

metoda Mayerhof (NV Nayak) dan metoda LD Court (lihat

persamaan 3.14, 3.18 dan 3.17) pada titik boring No. 7 dan

boring No. 11 didapat hasil sebagai berikut:

N ay a k (T) LD Cout (T)


Q
Bor No. 7 Bor No. 11 Bor No. 7 Bor No. 11

Qbu 863,830 318,712 795,770 900,478

Qsu 429,162 453,322 856,841 896,861

Qu
total 1292,991 1270,034 1652,417 1797,339

Perhitungan daya dukung ultimit dari data loading test

metoda gratis yang dirumuskan oleh Haaurkowi.cz didapat daya

dukung ultimit sebesar 1230 ton lihat gambar IV.5 pada

halaman berikutnya.

Apabila daya dukung ultimit dari data SPT dibandingkan

terhadap hasil metoda Kazurkowicz didapat hasil sebagai

berikut:

Mazurkowiez (data loading test) 1230/1230 = 1

- Mayerhof modifikasi Boring No. 7 - 1292,991/1230 = 1,051


NV. Nayak
Boring No. 11 = 1270,034/1230 - 1,032

- LD Court Boring No. 7 = 1652,411/1230 = 1,343

Boring no. 11 = 1797,339/1230 - 1,431

- Tomlinson (Lab) Boring no. 11 = 1464,838/1230 = 1.190

Dari hasil perbandingan tersebut ternyata metoda Nayak

lebih mendekati (optimist) sedangkan metoda LD Court

memberikart hasil yang over-optimist.


GAMBAR :W

JNTERPRESTASi:. KAPASITAS:. liLXiMll PARI.. MAZURKOWICZ (1972)


Dari hasil perbandingan tersebut ternyata. metoda Nayak
lebih mendekati (optimist) sedangkan metoda LD Court
memberikan hasil yang over-optimist.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesi nipul an.

Dari hasil pembahasan mengenai analisis daya dukung

pondasi tiang bor tunggal berdasarkan hasil penyelidikan

tanah grafik sondir dan diagram SPT serta didukung oleh

hasil pengujian pembebanan pada kasus Proyek Bank Indonesia

di Jakarta, kira.nya dapat diambii beberapa kesimpulan:

1. Hasil dari berbagai metoda perhitungan daya dukung

tiang dengan data SPT dan CPT, memberikan hasil prediksi

daya dukung yang tidak sama. Hal ini disebabkan karena

masing-mssing metoda mengambil harga pendekatan empiris

dari keadaan tanah yang berbeda, sehingga hasil prediksi

daya dukungnya berbeda pula, dan metoda empiris disuatu

tempat belum tentu cocok untuk digunakan pada tempat yang

1 a. i n n y a .

2. Perhitungan daya dukung kulit (Qs) menunjukan bahwa

semakin dalam pondasi,semakin besar juga daya dukungnya.

Tetapi untuk daya dukung ujung (Qb) tidak selalu semakin

dalam pondasi semakin besar daya dukung Ujungya.

3. Dari hasil pengujian beban aksial tiang No. 416

dengan metoda "Cyclic", dimana pondasi dibebani sampai

200% beban rencana (500 T) penurunan total yang terjadi

sebesar 11,726? mm -< 2,54 cm, batas ratio yang terjadi

sebesar 9,276 .10 inc/ton. Dengan penurunan total dan

bat as rat io penu run an se besa.r itu, be rar t i pond as i


tersebut memenuhi spesifikasi yang disyaratkan ASTM, New
York City Building code, Chicago dan California Building
Code.

4. Prediksi tahanan kulit ultimit, metoda NV. Nayak dengan


data SPT memberikan hasil yang mendekati prediksi tahanan
kulit dari metoda teoritis formula Tomlinson.

5. Untuk metoda-metoda dari data SPT, yang dibandingkan


dengan metoda grafis interprestasi hasil loading test
dari Maaurkowicz ternyata metoda dari NV. Nayak yang
paling mendekati.

5. 2. Saran

1. Pengujian tanah dengan menggunakan alat sondir kapasitas


10 ton dapat digunakan untuk perencanaan pondasi bangunan
bertingkat banyak, hanya saja perlu ditambah kemampuan
kedalaman penembusannya supaya bisa sama dengan kemampuan
. alat bor. Jarak pengujian CPT dan SPT perlu lebih rapat
lagi satu sama lainnya. Dengan demikian diharapkan lebih
bisa mendeteksi ketebalan lapisan tanah keras untuk
meinper kir akan penempa tan ujung tiang fondas i .

2. Interval titik pengambilan contoh tanah yang


akan diperiksa di Laboratorium perlu lebih dekat lagi
sehingga sifat-sifat tanah yang diketahui lebih komplit
dan lebih kontinyu untuk setiap lapisan tanah.

3. Kenyataan di lapangan pengujian beban tiang tidak


dilakukan sampai tiang benar-benar mengalami kegagalan
beban, sehingga daya dukung ultimit tiang sukar untuk

39
dxketahui, dan penentuan daya dukung uItimit dari hasil
pengujian pembebanan
dengan skala grafis, sangat
ng yang menentukannya,
, i-i c-uhiektif
dipertgaruhi oUDJckh, itas
x dari ora
lebih teliti dan
q„ perlu evaluasi yang
P E N U T U P

Puji syukur dengan menguoapkan alahamdulillah ke


Hadlirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Tugas akhir ini.
Dalam menyampaikan Tugas Akhir ini, penyusun telah
berusaha dengan sebaik-baiknya. Mengingat keterbatasan
waktu dan kemampuan yang ada, penyusun mengakui dengan
segala kerendahan hati, tentunya dalam menyampaikan Tugas
Akhir inimasih jauh dan kesempurnaan. Untuk itu harap
maklum adanya, kepada semua pihak yang mengerti bidang
teknik sipil-

Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih yang


sedalam-dalamnya kepada. semua pihak yang telah banyak
membantu, hingga terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir
ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada
penyusun, diberikan balasan yang setimpal dari Allah
SWT ., Am in .
DAFTAR PUSTAKA

i. Bowies, Joseph, E., 1983, Analisa Dan Disain Pondasi


Jilid 1, Erlangga, Jakarta Pusat.
2. Bowles, Joseph, E., 1936, Analisa Dan Disain Pondasi
Jilid 2, Erlangga, Jakarta 10420.
3. Nayak, N.V., 1982, Foundation Design Manual For
Practicing Engineers And Civil Engineering Students,
Dhanpat Bar and Sons Technical and Publishers 1682,
Nai Sarak, Delhi.

4. Nakazawa, K., Sosrodarsono, S., 1933, Mekanika Tanah


dan Teknik Pondasi, PT. Pradnya Paramita, Jakarta
5 Poulos, H.G., Davis, E.H., I960, Pile Foundation
Analysis And Design, Jhon Wiley and Sons, Canada.
6. Sanglerat, G., 1972, The Penetrometer And Soil
Exploration, Development in GeotechnicalEngineer!ng
Vol 1, Elsevier Publishing Company, Amsterdam,
N e t he r I and .

7. Subarkah Imam, Ir., 1986, Teknik Pondasi Suatu


Ikhtisar Praktis, Idea Dharma, Bandung.
8. Tomlinson, H.J., 1977, Pile Design And Construction
Practice, Cement and Association, 52 Grosvenor
Gardens, London.

9. Teng,
WC. 1965, Foundation Design, Prentice Hall of
.a '.'Private) Ltd

,,, "r^-i^v t n 1977 Mekanika Tanah, Bad an Penerbit

Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan.


z
<
H
CO
X O':
<
I I
H3A0HJ fiaviHp.MWI HVQ »m>m Nt* UinSPlC I [|® ii7on-r>JJL'3:t
bib
r-.-.o/.r..'. : <>-:\*\. U'-lnq ^HU^-ppi i ii!ii.inip.iri(|"| /^T-'x
•-•-. - i a -.i--. i >:iiI>;-^i r-;:q|iiq:q
CO
5
&
•3
^ - c -;:
I'll
MHUl J : i wi
1 Uv'i:-'^
!"' ; '•'!''! >l .'I <•;;•.,,,- ,-w
Mil M ' T i
uO
5
W3~\JrtVS U3IIJ0 X U3~l.>-<VS IIOOJ5-JI1.IS O
U31JI-IVS 'IIOJ
II i UllVi 1 IVMIIIII | 0
(I)
JllJi-iVS 3J.W -IIOSIIJ 30 !•> U31JI-IVS JO SIOOl-IAS
e q~i
0£6. "zT'a"—""63&-liv2'
•> J-MJTl j J
9 M5^aGdMWT} 001 DNIUOS
CO
5
&
£
d
£ *
o
o
-J
c o
? c

5
r W
-1
o
C) 0
z
3J
UJ\MVS iiooji-in.is o
u3"wnvs U3IU0
(|i U3"U11VS IIVMNIIl.t #
U31JMVS TlOJ J
U31drr.'S JO SlOOIliS
Ul-JdrtVS 3d*J-»OSI«30 (.. 1 CT
CJiliOS JO 0.3
—'v
^rPS
GO'iS
S7TS
ooo»
miiu*«:
flltj-TU^. (XJjIt'HCa-iJ
OJ-77 | oai*»n-J
i (ihT, 7>St~.
00 t 7 oo •: | (r. {'• |
00'07
•J-WBMI HiUJJl
CO 'St I 9V^ mvu j-"-v in**
s?-: i
^r 1
Oy-»i-ii? TrttirjQl i
" nzzr
lei::
jn,\ j^itjv.
•— I c- • •" I
tcc~
•,ur
•. .
v" ^u
?ti: "
i r o 3t-fT* J>T»l v>s x*< d»J^
u.:
U.S. _,
^ O-J^u^J 3^~ ii
0» b< '
S0&- t
OWi '
C9 S- |
IT--* !
If 1^-J^ / 1-'
SO7- '
1 ^ *>*-,!.
1'. j^- l^ r»j^<
laitu>a I
I'OiirOi IS 5 V13
i.ui»'oi^i>lU3C ijOi I dlUDSJO i UOIOD | | 1 OH i-1 J.1
I Tunsia I
..^uiu,l3i
S3"Vrfr-fPS 1105 S1S31 NOM5Lll3ll3^ OI/VOUVJS
13--.3 i ui iv.^ uro*.-..
iin-.-jO i i'
OSi. t-ssBiioar-'; Mf;vs
01 MlS'SiiSdMWT} oo"i oniuoEi
o
CI
-I-
o
CO
o CO
in o
ri ll.l
CN
s CO
-3'
n CM
n
o
o
fvl U)
I
o
o CO
=3 in
CN «0
CN o
CN
•3- r-
cr> ; in
ri \ o . I r~ cn n
o fsl CD r- r~ n n co in
o CO CO n o r~ cn
>o in
in n
CN n
0>
CM m
oo
I CO VO • I CN >n
o CN 00 I-. in
a5 o
-cr m
in n
••
o
cn

iO
r-i

r-l
co
CN in
UJ
c- _
a.
co
O <r
Q ^
CO «d <r
o
I
3=,
I— vO
n
ci
vo
ii
VO
If)
<

i-
<
CO r- ~jL
—i LO
ft <
r- UJ
V
--> UJ
o Z :>
D
CD i rr
o o o io o>
CO
o
(-1
•o v:
•^
a
\£) CN in o> co. o .. CM r- CN
m 2 rx
CN O •cr o m -.£. O
in IU V-
1- <
cr> rx
CO O
<
in CO
CO ^r o •«r
>0 I 1 <.
ri x _l
1 o
o
vO
>o o o
m
•:i
•r
c'l
n\
. •»
*r
vo iri
o o a
VC
o ill ( 1 1(1 CI. >() • *. .. CN £ w <
* » , ,.
T m
o 05 .—1 O c M- CN
-a-
.-I
cr.
t^
o CT.
CO in
1 - c o
I o 10 CO lv
o
o o O t-~ IM
Fr.CJECT : HtfiK ZZCMESIA

LOCATION : JL. M.K. THAMRIN - JAKARTA FUSAT

Boring No.
B.11
Deprh (rteter) 3,00-3,50 6,00-6,60 9,00-9,50 12,00-12,61 15, 00-15, 5'j

cy, G 2,638 2,492 •) "CQ 2, COO 2,664


V
hesxon Apparent, c ; kg/cn-' 0,20 0,05 0,10 0,20 0,2 1
jle of Shearing Resistance, 0 ; 15 a
9,00 9,50 !
c Density, If'wet > o-/ cn 1,55607 1,19307 1,47378 1, i'JDOO 1,502 !
;* Density, 7/dry ; gr/cn 0,9550? 0,450 0.77805 0,53434 0,900 |
:er Content, w ; % / ^ 63,38/n =^o 163,99/0,96 35,17/0,947 ir'r:;.:.9/o,09 56,30/90,79fo
.ity, K ; cn/sec ( 10 m )3,?7 x 10" 94 :c i0~5 ( 30 m) 1,' k

jression :

: : meter 29,60-29,90 35.70-15.35 39,80-40,0 44,6-44,9 47,60^17,7 4


r

1
^ressive Strength, Q. ; kg/cn' I 3,20 3.075 3",260 2,25 0,995
/ 3 • 1.770 1.708 i
wet ; gr/cn 1,891 1,825 . 1,636
i
ary ; gr/cn i 1.337 1,L42 1,223 1,297
1,369
w : % 41.46 . 33.31 42,30 _ 43,91 31,63 --

•4Crn
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSi
LABORATORIUM MEKANI
Boring No.
No. TEST

\ Depth (meter) | 3, 00
Specific Gravity, G.
2,63?

TriarcLal : Cohesion Apparent c kg/era"' 0,20


Angle of Shearing Resistance, 0 15 j
Vfet Density, T^wet ; gr/cn3 1,55c
Dry Density, ~Sdry ; gr/a3 0,95:
V.'ater Content, w ; % / Sr 63,38/0
o. Field Permeability, K ; ca/sec ( 10 TO
Unccniined Ccmpression :
Depth of Sample ; meter 29,60-2$
Dnccnfined Compressive Strength, Q. ; kg/cn2 3,20
7/et Density, 7/ wet ; gr/cn:3- 1,891
Dry Density, 7/dry ; gr/cn3 | 1.337
•'Vater Content w a
,o
41.46

•«o
<%
Q
^
CO CO c-~ l"~ 'OJ]
d tea ^
E-' l\)
co CO CO co o
£ tllj m
UO tul
K r-H
no C-J -^
u CO D-
G cm CI'
r-H
in r\ o CO CO uO r- (X
d uO CO CM
co •Oi C'-J
r-H CO c:.
co to a
r,vr
c-~ 4-> '' Mil CO CO J J r-
« C-J CD II r-H ov
ex. sz 'OJj CM CO n CO
ea r-l •H II o ^ co C-J to
o -•* rH<
d co i—1
r^_
CM ^~-
^ fi --'
uO CO CO
uO o
r-H II
II
d © CO
'. cc 1 -^ CM
CM r-H uO i-O
^
^ ' uO IS
o
o CM CO r-H r-H o
o CO' uO
s & m uO1 '•
co CO
CO '•
II <3< o o
t=) & 4-' r-H to
ti r-H
fi c3 •H
o co
co uO II -i- co
fi <•=>' -+• c:
uO O CM
to. ^ r-H
o O
1 •'II
uO ] ^
C2 [-•- CO l.0 i; !t5 0 CO [••-
ri (X X-- CO 'Oil 0) CO CM 'OJj
CM C
*^ a + uO H -ct* r-S _x: C-3 L.0
c: "CO
u0< t—i CO CO f.0 -p c- 1 uO
^2 0 o CM
"lO CM CO
in
n
C-J
CO
i-^
rHH
^~
r-i CO C-J r-H C-1
l.0 lO r~ CO
^ ^ 2 C3 '
C£ t= T-l 'Cifi + » rfl !<:•
'3
," uO C)~~
r:^ ^c rJ o UO ft; era
c^: ;U ,'"'
uO1 CO rn i» C-i
fca :<t -<
CO O co CO r~~!
<^r ., ^ C^ c* CO co r^j i^ J
ir- i^; _-~
o r-- '-< -- I o ^ r-H
r£ c:?
C- i1
cr r-~ r
CO ta
a £ hi:
CJ:'• -•#
-.^.
t d
CO CO T-H
CO
-.„• U"J CO uO CO
r-H r--<
CM ^ C^l
•r-H !
bl 1
I CO
3 <3 '••$ o
'3 --.
CO
d i^ c"> r:-1
<-"-- d" d d
cd '/]
CO C"? O' or c? CU
? 5= d
d d
d ©
d » *""
& - Soil (3 - 12,7)

po (0 - 12,7)=> po- 6,6296 + (1,3902 - 1) 4,7 = 3,4635 T./m2


Qs - 0,5 . 0,7 . po tg 9,25° 2n 0,5 . 4,7 = 7123,2930 kg
Qst - 39066,17 52 kg

4. EEEw&SD FKErD&EA!)',&iT, 0 - 18,9 01


Qs (0 - 12,7) - 39036,1752 kg

Elevaai kedalaitian (12,7 - 18,9) => Silty Sand


C - Soil (12,7 - 18,9)

Qs - 0,4 5 . 0,212 . 2n . 50 . 6,2 . 100 = 18581,8922 kg


ft -• Soil ( 12 ,7 - 13,9)

po (12,7 - 13,3)=> po - 8,4635 + (1,4595 - 1) . 6,2


- 11,3124 T/»2
Qs - 1/2 . 0,7 . po . tg 10° . 2il . 0,5 . 6,2
i .5 ..>.-'••• .> , .i. ...: o<i lit'.

QG1. t. 39086, 1732 + 13581,3322 + 13598,2534


:" ;!266 ,32 98 kg_

5. Eii;r.o/>,->;; d irii'A'-,!! ;v,niA)ii'i o - 26,4 c-<

Qs <. 0 - 18,3 < - 7 1266,3203 kg

Eievaoi ksdalasian (18,9 - 26,4) =» Sand


ft - Soil (18,9 - 26,4)

po (0 - 13,9) = 11,3124 T/ffi2


2
po (0 - 26,4) - 11,3124 + (1,5975 - 1)7,5 = 15,79365 T/si
Qs =0,5 . 0,7 . po . tg 39,5° . 2H . 0,5 . 7,5
- 107365,5064 kg
Qst ~ 71266,3208 + 107365,5034 = 173631,8292 kg

6. EEEWA7S0 KEID&E&D-i&D-, 0 - 31,9 Di


Qs (0 - 26,4) - 178631,3292 kg

Elevaai kedalainan (26,40 - 31,90) =* Clayey Silt


C - Soil (26,4 - 31,90)
Qs - 0,4 5 . 0,6528 , 20 , 50 . 5,5 . 100 - 507 53,0842 kg
ft - Soil (26,4 - 31,90)
po (0 - 31,9) = 15,79365 + (1,85925 - 1) 5,5

- 20,5795 T./ai2
Qs - 1/2 . 0,7 . po . tg 16°. 2H . 0,5 . 5,5
- 35533, 1464 kg

Qs!: = 178631,8292 + 50758,0342 + 35533,1464


= 284973,0598 kg

7 . EEEv/ASD D<EfD&E&D1&01 0 - 35 01

Qs (0 - 31,9) = 264973,0598 kg

Elevasi kedalaman (31,9 - 35) Sand

ft - Soil (31,9 - 35)

po (0 - 35) = 20,5195 + (1,902 - 1) 3,1 = 26,4157 T/m2


Qs - 1/2 . 0,7 . 26,4157 . tg 42° 251 . 0,5 . 3,1
- 81073,5488 kg

Qst - 264973,0533 + 81073,5466 ~ 346048,6064 kg

O. E"v'Ai*/n D-oE;D&Q_«B1&D1 0 - 37 01

Qs (35 - 37) = 346046,6064 kg

V 1 w T7 S s i k ed a 1 auian (35 - 37 ) C1 ay
C - Soil (35 - 3?)

Qs - 0,45 . 1,5375 . 2FI . 50 . 2 . 100 = 43471,7383 kg


Qst = 43471,7883 + 346048,6064 - 389518,3947 kg

9. 0 - 41,7

Qs (0 - 37) = 339518,3947 kg

Elevasi kedalaman (37 - 41,7) Clayey Silt


C - Soil (37 -41,7)

Qs = 0,45 . 1,0944 . 2U . 50 . 4,7 . 100 = 72717,0628 kc


r1 - _• 1 /or?
.> i J i i CO )'

po .0 - 41,7) - 26,4157 + (1,325 - 1> 2 + (1,636-1) 4,7


= 31,0549 T/ffi2
Qs - 1/2 . 0,7 . 31,0549 tg 1.6° 2FI . 0,5 . 4,7

<z E&BIEOE&DI 12
= 46019,5479 kg

Qst - 503255,0054 kg

10. EEEV&SD D<EE>&E/»B1&D'J 0 - 45 01

Qs (0 - 41,7) - 508255,0054

Elevasi kedalaman (41,7 - 45) Sand

0 - Soil (41,7 - 45)

po (0 - 45) = 31,0549 + (1,902 - 1) 3,3


= 34,0315 T/m2
Qs - 1/2 . 0,7 . 34,0315 tg 42° 20 . 0,5 . 3,3
- 111136,0715 kg

Qst - 619441,0769 kg
Qt.aE.& - po - 34,0315 T/m2
Qb<^ -. Hq . pd . Ab

- 150 . 34,0315 . 0,25 . n . I2


- 4009,2416 T

Nq . pd -- 510,4725 kg/cm2 > 107,639 kg/cm2

Q ho,.* »ii dlaifibi] - 107,639 kg/eta2. 0,25 . n . 1002


- 34 5,395 T

Q.. ;/(m — Q'oa.sf -i- Q-V.ui. (,?.

= 619.441 -f 845,395
" ~ 2,5" ~

- 585,934 ton

<z E A DIED ESDI


EmBIEBE&DI 13

LAPORAN PERCOBAAM LOAD TEST TEKAN


PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG A?B DAN PODIUM RIKOPERBI TAHAP I
LOKASI : JL. MH. THAMRIN JAKARTA PUSAT

PENDAHULUAN

Berdasa rkan Surat Penambahan Load Test Tekan no. • 25/453/UL/PkP


tangga1 20 Desember 1992, dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
Pondasi Tiang Bor Beton Gedung A . B dan Podium pada RIKOPERBI
Tahap I PT. Waskita Karya diwa.iibkan melaksanakan percobaan
pembeba nan terhadap tiang -bor yang lokasi tiangnya ditentukan
oleh K o nsultan Pengawas dan Perencana.-
AcJapun pelaksanaan percobaan pembebanan yang dilakukan adalah
sebaga i berikut:
- Nomor Bore Pile 416
- Type Bore Pile Token
- Pos i s i D-9
- Beban Maximum 500 ton ( 200 % )
- Tangp a 1 Pelaksanaan 19 S/D 21 Januari 1 993 '
- Prose dur pembebanan ngiluiti Prosedur ASTM D. 114 3- 09

Pembacaan besarnya tekanan yang diterima oleh tiang bore pile


tsb. di baca pada Manometer yang menunjukkan tekanan hydroulic
.lack. sedan glean penurunan tiang ale ibat pembebanan dapat dibaca
pada Dial Gauge yang dipasang pada keempat oen.iuru tiang bore.
terhadap batang tetap/refferensi beam. Disameing itu untuk lebih
telitinya dalam percobaan ini dilakukan pembacaan arah horisontal
dengan menggunakan Dial Gauge. Hasil percobaan pembebanan berupa
grafik dan peneata tan di lapangan dapat dilihat pada lampiran.

Demi k ian 1aporan pelaksanaan ini kami buat dan talc lupa kami
menunggu saran :ian k r i t i k dari s a uda ra - s a uda ra yang s if a t n y a
membangun.

Jakarta. 21 Januari 1993


Proygk. j£&n!<"" Indonesi
Kepal £/*Prpyek. -i

Ir. B. RIWVT SIREGAR


£tV;^-£S^7£'^'

PERCOBAAN BEBAN TEKAN ' .'.•'".'•. ,-'' :


NO. BORE PILE = 416 ' ~" ' ' ."'.'' '••••:•.• .... /,'.
-BEBAN— • =-500TON;v -. - _....._ ...._. „..____.:/,:^
ALAT BEGAN
= ENEFU^^CLRJOOOG ,A= 1463,61 CM2j=227^£l
% TON Kg/CM 2
J5H PEMBACAAN

0.00 O.CO 0'-2'


25 62.50 42.7QJ A0'-2--<k-8--10--l5,-20' MAX 2 JAM
SO 125.00 85.4 1 A 0'-2'-4'- -8,-10,-l5'-20' MAX2JAM
25 62.50 42.70 8 o'-2'-4'- -8'-10,-15,-20: . . •. '
0.00 0.00 B
50 125.00 85.-11 A
75 187.50 128.1 1 A
100 250.00 170.81 A
75 187.50 128.1 1
50 125.00 85.41 B
62.50 42.70
O.CO O.CO
50 125.00 65.41
100 250.00 170.81 A
125 3 12.50 213.51 A
150 I 375.00 256.22 A
125 3 12.50 213.51 B
100 250.00 170.61
75 I 107.50 120.1 1
SO 125.00 85.4 1
25! 62.50 42.70
O.CO O.CO
50 125.00 I 65.4 1
100 250.00 170.81 B
150 375.00 | 256.22 A.
175 437.50 298.92 A
200 I 500.00 I 34 1.62 CO'-2'-4'-8'-10'-15'-20' -.. MAX 24 JAM
175 1 437.50 298.92 D Q'-2'-4'-8'-1Q--l5'-20' 60 MENIT ^n
ISO 375.00 I 255.22 D
125 312.501 213.5' O
100 I 250.00 I 170.01 O
75 187.50 I 120.1 1 D
50 125.00 35.4 1 D
25 i 62.50 42.70 0
0.00 O.CO C 0' -2' -4' -8'-10'- 15' -20' MAX 24 JAM

A : Pgnibacaon MIN 1JAM DAN 0,25 MM/JAM .


MAX 2 JAM
B : Pembacaan 20 MENIT " ' '••'•'•
C : Pembacaan MIN 12 JAM DAN 0.25 MM/JAM
. MAX 24 JAM '
D : Pembacaan 1 jam
nAT_A_ pEMGAMAT/VJ'i LOAD TEST TAB IK
PnOVEK : BANK INDONESIA
BORE PILE NO.: 4l6
r
1 Or-.r.^,.™ dt WASKJTA KAP.YA
nATA pcmqau.atam LOAD TEST T.AB'.K
jcabang IV JAKAMIA PROYEK : BANK iNDONESiA
RORF Pll F NO.: 410
a r\ o ir-\ ^ A I AKll I A f™> I ^ ^ r^i r,
I C7 *_>/ l ^ ^ i onnuni u Icdo

KENAIKAW ' KETEP.ANGAN


l
KbNAIKAN
, or i/Ja,5 j/j t_a_ u^a nv.a DATA PENGAMATAN LOAD TEST TAP.i.K
in a IV JAKAM I A PROYEK : BANK iNDONESiA
RORF Pll F NO.: 416
4 f-\ O / r ^ ry 4 (AMI I A C~) < 4 f\t\<-\
r cy \J( Ly <e_ I u m x c / n i li iao<j

BEBAN HAf?M_ PEMBACAAN RATA


I / -rr»M < DCQAI.I T T O ATA I/-CM A 11/'A M l / C T C D AMOA K

J_ _L _j_ JL J_
125 50 1 4.9850 4.4150 0.3950 I 0.0350 2.6075 2.C075
4.9850 4.4150 0.3950 | 0.6350 2.6075 2.6075
4.P0OO 4.4150 0.3950 I o.firvso ) P.fjQfin .fiOfi.3
A Q7nn A a ( nn n ior,n

1 .& i uu m . i i cr\/ w. *JZtUV U.rj^JUKJ t.uutu «:.UI^*:U

I 4.9DOU 4.4CAJU u.jyau | u.ooou 2.5yoo •<^.t)ydd

4.9650 4,4000 0.3950 | 0.6350 2.5988 2.5908

fi? «; or- r* ap^n 3 A7?;n (•n ?-inn\l cn n?;r,n\ 1 7f;aa i ,758ft


IV. c I uy/j \ ^.

o.a<:3u o.o/ ou ^U.^iuu; |U.U33U) I ./DOO

3.9250 3.3700 (0.2100)| (0.0550) 1.7575 1.7575


3.9200 3.3700 (0.2100)1 (0.0550) 1.7563 1.7553
rv qi r.n r< rwnn (n ?1 nni I cn nr,.,:,n\ 1 7f>.aa 1 75rxn
o rn r.ri q o c ^ r\ m t h r.v 7i;ic

U j 1.4 yUU 2.2c!U(J (0.20UU)| (U.025U) U.//00 U.fflitt |


I 1.3850 1.1350 (0.2300)1 (0.3300) 0.4775 0.4775
1.3350 1.0950 (0.2300)1 (0.3300) 0.4550 0.4550
/n opnnM Cn n n r t

V. C ^\J-yJ \\J . {LW\J \J ,\JZ1\J*J \J . OC3WVJ


11Jl±
u.yosu U.JODU U.OODU

! 1.1100 0.8900 (0.2000)| (0.3650) 0.3300 0.3308

cn p«nn\l cn ;n>;n)
/r, >\l /r-i

yv.^ocivn \v.k\j5G) i.uuoo ii.UUOO

4.5650 3.9250 (0.2600)1 (0.2050) 2.0063 2.0063


4.5650 3.9250 (0.2600)1 (0.2050) 2.0053 2.0053
Rnnn r\ qo^c, in ?r,nn)l Cn pn.^m ? nnw nnrsn
^ i;c^n /r» o c n A \ i n nr\cr\\ n nn.r^n n nncn

250 1UUI b./JSU b.1U5U 1.3000 I 1.0550 3.yb«U y.yboo MilNAIKAIN

6.7400 6.1100 1.3800 1 1.6600 3.9725 3.9725 1 JAM


6.7500 SO 1.3800 I 1.6800 3.983^ 3.9338
n -I A (Ot;

V. I t yj^i V. I ^l.V . uuuv yj. a j u o yj. O ^ U \ J

cyuu D.1DDU 1.3650 i i .6600 I.UCVD I.UU'^O

I 6. 7900 6.1550 1.3800| 1.7000 4.0063 4.0063


.7000 6.16C0 1.4000 1 1.7000 4.0125 4.0125
Amn r -t Ann 1 do^n 1 7nnn .1 ncAA

o 5700 I.1/3U I . / I UCI t.ua i o

6.0800 6.2550 1.4000 | 1.7900 4.1013 4.1013


5.6800 6.2550 1.4 800 [ 1.7900 _jJ0j_3 4.1013
r AAnn r n ?.rvsn 1 snnn I 1 Annnl 4.1 nan a mnn
A ( ^ r.r. /4 -I H o n
-0 -I-
_J_
J12.5 J. t5 [_8JI.CU0 C.055U 2.025U I 3.UUU0 5.0025 5.^025

i "8.1950 7.6S50 2.6250 | 3.0800 5.3963 5.3963


I S.2250 7.7100 2.6300_l_3.1_050 _5.41_7_5 5.4175
fTE'SO n ^ynn I a mi; 5 -! -!2 ! !"- //lOI

(T J->r,r
| c . v.' ~ *JW | vj. I ^W V
t

. „ , „ DT lAJACly'ITA U'ADVA
I
DATA PEN.GAMATAM LOAD TEST TAP"^
iang IVJAKAKIA FROYEK : BANK iNDONESiA
RORF Pll F NO.: 416
TAM<-^r->AI . A r\ O tr\ r-i j i a kii I a n i a n n ' i
i; innuunL : ic; Cj;u ^ i u r \ i > t u n i ii i C7c7vj
t
i.

f 11 BEBAN | "~
j
1 HA6IL PEMBACAAN RATA
ill 1 ( TOM \ ! SESA.\' D.'AL 1 ' C\'/V ° ' r>,IA| i 1 piiai a • ATA
KEmA!""'1 KETERA\,riA KJ
J-.. . .i i i 1 j
*25| i I 0.2950 j 7.7600 1 2.7100 1 3.1750 j 5.4900 5.4900 | KtNAIKAN
reol 1 I 8.31001 7.60001 2.72001 3.18501 5.5038 5.5030 | 1 JAM =
r-. •-> 1
t—7
{ 1 0 0350 1 7.0.100 1 9.7550 1 3 ??0Q 1 5.5350 5.5350 I
fAn 1
I I 5.3500 J 7.5-150 ' 2.7750 ! 32400"' t; t ; ^ o ^ ^ ^^0^ I _n <«•*>«;
jj-^l I „ „..— | _ „„,_„ 1 —.„..„ 1 „ „r-, • )
| O.OIUU j I.OUJU d, 1 OJU 1 o.^GuO y.uuoo
touj j j 6.3700 j 7.6650 j 2.7y00| y.2550 j 5:5700 O.O/CO |
p5| 1 j 8.3800| 7.8800| 2.7900 | 3.2550 | 5.5763 5.5763 |
100 1 j 1 8.3950 1 7.8900 1 2.7900 1 3.2550 1 5.5e25 5.5825 1
P 5J j 6.4000 j 7.8950 j 2.8<">nn 1 .1 pano i 5.5938 <; rq^« 1
1 ! P. XIC1C1 ! "* '""-"=/-* 1 '-I or-tco 1 r> ooy-vyi I C c?r^r>r> 1
c '
j
F f
|i17J 375 J| i "<-
150| 9.8850 | 9.5150| 4.1800 j 4 7700 j
--' •• •
7.0875j 7.0875
[19! I I 9.9450 | 9.5800 | 4.2150| 4.7850 1 7.1313| 7.1313 1 j
! ! 9.9750 1 p nnnn 1 4 pjnn 1 a n.35n 1
N
—I
1
) 110 0'15n '
) ° "7t:r\ 1
f_r-.y ~" | a T)nn 1
• -*a nnr,n 1
|
7.1695 1
"7 Old 1
7 1R95 I
"7 11CO 1
I
j
"I j jtG.GaaGj S.595GJ 4.3550 j 4.S2GG j i .<:coo | 7.2565 | i
•J2I
t—;
i MU.lUOUj y./ZbU| 4.00UU | H.ysbU | /.2yuu | /.2you | |
37 | 1 ! 10.1400 1 9.7800 1 4.4100| 4.9750 | 7.3263 1 7.3263 | |
4? I
A~ I
] f10.1700) o.2000 I 4.4450 I 50050 I ..
7.3550 ,_
i 7.3550 i
jj [j '.0 ' onn 'j. ° n-^n Ii a•• Aann Ii r- nAnn Ij 7 insi i 7 3AR-3 1 |
sJC ) i iw.ccvw i S.CG30 i 4.ASC0 i .5 040(3 -T I" -r a no o | |
I • tvyvyiy | j
s'l 1 p0.2c<50| 9.66501 4.5000 j 5.0600 j C.IVfUU | 7.4200 j |
021 [10.4000 J10.0600 | 4.6650 1 5.2350 | 7.5900 | 7.5900 j j
•:7l 110.4350 i 10.1000 1 4.6850 i 5.2600 1
12 f
7.5200 1 7.6200 1 |
1- n .iRRn I i n 1onn I j 7nnn I r ?7r,n | 7 R.-*75 1 7 R375 I I
" i I . vy.-._-_y^ , ny.iw.vyo 1 i.itw .^.to-vyC -T CCr.i; 1 ~* cc^cz 1

H j iD.SuOuj i0. t650 j 4.7400 j 5.2900 i c .0/OO 1 c.6/35 1 j


271 | | 10.5)00 ( 10.1700| 4.7600 1 5.2900 1 7.6825| 7.6825 | |
{321 I 110.5300 I10.2900 1 4.7700 1 5 3100 i 7.7025 1 7.7025 I |
m\ I | in..sjnn I in.ginni a nnn I 5 3350 I 7 71;T1A I 7 713AI j
<4_ | 1 ifj ccr.n 1 ir, Tinn 1
1 •- -,r I '"' "j
yi ar.nn 1
-' ~- i
r men 1
~~ , 7 7-31 T 1 7.7313 ' 1
"I I | iG.c-550 11G.24GG i 4.BGC0 i 5.3400 i /. /353 I /. 1353 | KENAiKAN i
«l I | 10.5000 [ 10.2500 | 4.00U0 [ 5.0000 | A/525 | i. /525 11 Jam = j
571 | 110.5900 | 10.2700| 4.8500 1 5.3800 1 7.7725 1 7.7725 j |
321
7I
I
I
j10.6050 I10.2750 I 4.0500 I 5.4200 I 7.7875 f 7.7e75 1 0.17 1
j 10.5)00 j 10.2550 1 4.8700 1 R-<enn 1 7 Amo 1 7.503S ' 1
"' I | 1K>.\JtLU\J | IV.vyvy^^l 1.UUUU | 5.45GG] / .u 1 cCj 1
-r r\ A*-\er 1 |

>'i ! j 10.6600 j 10.3/00 | q.6600 j O.4500 1 /.tyvyi-ro I /.632o i j


| I I J ' 1 1 1 1
>0\ 312.5 1 125 10.1350 I 9.0500 I 4.5650 I 5.1650 ! 7.4433 1 7.4438 1 |
??! 1 I 1n 1o'-,n I o ARnn I j w^ | n yRt;n i
~ i i 7 JJ.^A 1 7 443A 1 |
1 <^ *"cn 1 r, nenn 1 ^ qcen 1 c^dry>
H 1- '"•"-'"I a.vy^ovy | -r.vyvyOU 5..56G 1 . -T-tvyu 1
-7 A A1 O 1 1
:o| | | iu. iS5G| 9.5500 | 4.5650 i 5. i650 i 7.4436 1 7.4435 ( j
») | [10.1950| 9.0500 1 4.5650 | 5.1650 J 7.4438 1 7.4438| |
51 !1 I 10.1950 I 9.0500 1 4.56501 5.1650 ( 7.4438 1 7.4438 1 |
ini I m iq^n I q A.snn I a Rnsn I ^ msn 1 7 44.in 1 7 443A 1
---f
_|
1-
.|
j • 1 i - •( ^1- '1 1
1| tJU | iGu j S.m'GGO j S.GG5G j 3.53GG j 4.5750 j 6.6525
i^-\i i
6.6525 1
)—
J.J . ! 1 y.3you_L o.yyso | o.ooou | 4.0/50 \ 0.04/5 1 (y.04/5 | j
51 1 \ 9.3050 1 8.9900| 3.0300 | 4.3750 | 6.6450 | 6.6450| |
9! 1 1 9.3000 1 0 9000 1 3.0250 1 4 3750 1 6.6400 1 6 6400 1 1
11 1 ' 9.3000 ' G.0n00 ' ^ f^n 1 a 17^0 ! 5.6'100 ! R R.inn ! 1
.' C"l--,'-r^l y,r,ny,y>| o nrMrn 1 J l^rn 1 • ) 1
&. vy * w>vy j o.c^i-'vyvyj u.uc^u j -t.or^vyi rr 0 0 n r* 1 o rr-r-» n rt ! i
v' 1 vy . vysy tyvy i

li i I y.3/0ui u.y/5U[ 3.625U i 4.3/50 | 0.0JOJ 1 0.0003 | |


•crc PT. W.A,SK!T.A "adva
4bRng IV JAKAHfA
DATA PEMGAM.ATAN LOAD TEST T.AR!K
^EOrEK ; BANK iNDONESiA
RORF Pll F NO.:41fi
TANGGAL : 19 S/D 21 JANUARI 1980

BEBAN
I Tr\kt \
% ! _H.A?!L PEMBACAAN] | rata I .
2£S^' [^^Tzu^Y^^r^^. oata 1 KENAiXAN JkFTcc>**"^am
" . t 1 v«_ I »_. iy-«i « i^a*-\* «

•y 3/5/ —J_60_|10. OJ5_0_| _ 0.005U


•'4|
10.3350 | 0.8850,
JJ0.3500 I 0.9000 I
10.2550 ' 5.9 1nn 'I.O'ISO ' A RrlRO
IV.^yuv/V I G.32CCj • '^i—r;
L..U-3JJOOJ_jyno^
Hi O
'V CD
<-b CD
M. -r —
r"
r"
• •<
Y"
f7' 1/3
ID
z <r
(-) o -j
IJ
:z C\J
,-> G
V
?> z O'J
<it" CI)
r; ID •<? •*-
j^f^.,^^,-, tho'
..„ DT (A/ACU'lTA l/ADVA nATA PPMCiAUATAM I OAn TrrQT TARIIT

rwglV JAKAKIA PnuYtK : toANK I'NucjNtSiA


RORF Pll F NO. : 416
•TAklP^AI A <A O / P*. .-» A 1 AMI 1 Ani 4AA'i
1 /-Vl -I V^^JnL. i C3 o / u £ i uniiuni n i oou

1 1 1 1 1 1
1 BEBAN 1 °- HASH PEMBACAAN 1 RATA 1
ii 1 / Tf~\Ml 1 O IT D AM DIAL 1 1 niAi o I Ql£[_ 2 1 r^ij A1 /< 1 DATA KENAIKAN KETEP.ANGAN
| * ' — •' 1
1 1 i i 1 1

:o3 1 1 | 14.6100 | 13.4450 3.2850 8.9250 11.3163| 11.3163 / I


:?3| 1 14.6450 1 13.4650 8.3100 8.9650 11.3463! 11.3463
w 1 1 1 14.0750 13.4920 8.3720 .9.0200 , 11.38901 11.3098
:fl1 1 1 I 1 A 70RI1 13.5350 S.3950 o rwnn 1 i /tORT 1 H AOP.1. / I
1 | . . . . .

1 1 | a . -r-^r, ... f- r~r- y, a a yr-yy.1 y.j 4r-yr.


:23 1 1 1 1*+,/ U J U 1 o.uooU O. M 1 '*s\J S.G7GG 1 1 .1JIO II .MJ1o
1 i
.« | | | 14.//5U 13.5910 6.4350 9.0900 11.4726 i 11.4726 KEN'AiKAN j
i.03 1 1 |14.7950 13.6100 8.4600 9.1150 11.4950| 11.4.950 A JAM = j
!J3 1 1 I 14.0200 13.6400 8.4600 9.1150 11.5088 1 . 11.5088
;'3 1 1 I 1.1 Arcnn 13.6550 8.5200 a 1A5H 11 5575 I 11 5575 n n^n I
i «o 1 1 | I n.uu^w
-* A CTOO 1
1 i.^iyu|
A A, C-FOCT
t i.v/iuu v {
I | 1 v.vyc^yvy %j. vy-» w O. 1 Z?\S\J

1 1
iw 1 1 1 ii.oaiA/ u . r ioc/ 6.5500 9.2550 1 1 .O IW 1 1 I.O IC/V
!03l j _J 14.9000 13.7150 8.5800 9.2550 11.6125| 11.6125 / 1

•Ml 1 I 14.9150 I 13.7400 0.5800 I 9.2550 11.6225 1 11.6225


- .v* 1 1 I 14 Q15n I 13 7550 3 5350 9.2550 11.6275 1 11.6276 / I
• n 1 1 I A A rn r;a I a n 7ci;n I o cor;n 1 n ot;i;n 1 A a Ronn 1 a a cino 1
! 1 | ~~ I •-•'—-- 1
1 1 I A • „-.-_ I „„„ I
I I'A.H^ZSUl lO.fSIUUj S.615G 1 5.2550 I 11.5453 i ,i.5'i53t'J i
1 1
1 1 I )4.yo50 | io. /you j 0.02U0 | 9.2550 | 11.0500 1 11.0500| |
.'13 1 1 ( 14.9500 | 13.8000 1 8.6600 | 9.3200| 11.6825| 11.5025 N |
n
1 1 1 14.Q6C0 I 13.S050 I 8.6700 1 9.3200 I 11.6888 1 11.68SSI I
-.3 1 1 I (yi okkh Inm nn I 5.5700 ' o 'Ainn 1 u KO(q| n conb 1
.53 1
1 1 I .
i-*.^uuv
. r,r,r\A I J n
i
n y «-sn 1
ro.L'fvi; i
o r>fio 1 rt nncr, 1
Zl.yJ^J^lKJ \
. y -» y y,/-, 1
: I.J 1 l/U |
a A ~r A r\r\ \
1 |,/ IW |
|
|
I
M
i i 'i.yyuu | i j.05uu | 0./20U 1 y.34501 ii./263| .. ./•*,&$ \J I
i ! " ; i . . 1 1 1 1
5 437.5 i 175% I 15.0400 I 13.9050 I 8.7600 1 9.3850 1 11.7725 1 11.7725 I PENURUNAN/ I
',7 I 1 f~, n.;nn ! 1 a on^n I a 7c,nn 1 Q AA^n I 1 1 7705 I 1 1 772'; I 1 .IAM - I
i . c r-,./-ir-\l a i rinco 1 r> d o cr r-> I . A -t-t/,c I . ^ ~tt-,c I n\ r*,/-> o n |
j ( ,y. w-tuw i i^y.cr^^y^y ( *~i. t *^/vy r C/.^y^y^^j ll.#/C_r| 1 1 . / / to | U.k/UUU

:j i 15.0400 1 i3.9G50j 5.7500 ] 9.5550 i i 1.7725 | ii.7725


:5 j 15.0400 | 13.9050 | 8.7600 | 9.3850 11.7725| 11.7725
:-o I 15.0400 I 13.9050 1 6.7600 | 9.3850 11.7725 1 11.7725
* 1 15 n.mn I 1.3 on^n I 3 7finn 1 Q 3350 11.7725j 11.7725
-.i I ^ c riyinn
, „ ,,
1 -i o oner. 1
, —„ ,
Q 7CC.1 1 ri QQcn a A ~!~rna 1 ^ A 7700
-I- 1y~ . 1
j5 la.u'iuu i io.susu 1 S.765G 1 S.3S50 11.7735 11.7735
I
I 15.0400 | 10.9050 |0./050 | 9.3050 11.//06 .../r-itt
6 I 15.040U | 13.9050| 6.7650 | 9.3850 11.7738 11.7738
50l 1 15.0400 I 13.9100 I 8.7750 1 9.3350 11.7775 11.7775
I
i5 1 ' 15.0500 ' 13.9100 ' 8.7800 ' 9.3850 1 1.7513 11.78! 3
1 I a tr r,rr,r* 1 a *\ r-,yy,r-, 1 r~. y* n trs~\ A A -T rt A r> A A -T CIA i t
.V
1 | I a.v,yviy | i^.a ivy | \J. 1 KJ\J\J | 1 1 . / u 1 0 1 1 , / K> 1 O

JO j [ 15.U5UU | lo.yiuu | 6,7600 j y.3650 11.7613 i 1.7613


i
1 i •" • •1
-V 375 1150% 114.7100 I 13.5400 I 8.5100 i 9.1850 11.4063 11.4863 PENURUNAN/
•o I 1.1 7inn I 13 54nn I a 51nn I Q 1R50 11.4863 1 1 4333 1 JAM =
Tt I .
|
a
i —r. / ^i\a\j |
Tnr\n | . --j ct/-,/-, I
i sy.,yv^/'_i j
ft cz a nn I
VJ. ,y 1 \J\J |
/-\ A oc r\
zj. \ \ j \ j \ j |
I -A
I i.iuiy
An A 1 A A A O A O
1 1 .-Y«J 1 ,_»
El
j 14.7000 i i3.5200 i 5.5 iGG I 9. i55G i i 1.4765 ( i.4766 0.0275
111 | 14.7000 | 13.5200| 0.5100 | 9.1850| 11.4788 11.4788 I
-•21 114.6900 I 13.5100 1 8.5100 1 9.1850 1 11.4738| 11.4738
114 RonnI 13 51nn I a 51nn I Q 1350 1 -|1 4733 I 11 4733
•:Tt
.TT
I a ri cnr.n h i el nn 1

I 14.55GG| 13.51GG i 5.5000 |


a t^nnn I fi
"• mcril
'"^^ | AA AIA.'a
...... .xy |\ AA AHA.vy
. . ... n.
i |
3.1550 I 1i.4713i 11.4713 *' i
-)
11 | 14.0050 | 10.51UU J 0.4you I 9.1550) 11.4013 | 11.4013
1 14.6850 | 3.5100| 8.4950 | 9.1550| 11.4613| 11.4613
'• 2\ I 14.5800 I 1 3.51 COl 8.4950 I 9.1550 1 11.4600 1 11.4600
I i a cnnn 1 - 3 5050 ' a /<oc;n I o <c;t;.-i I i i yi^AA I ( i ac=\m\
]
1 . « ror,n i » r, r~ n r~ y, 1
'I i ZJ. 1 JJW j 1 1.-r^uu j 1 l.-ryuu
I I 14.bc;uU | 10.50DU | 0.4950 j_ y.iosu | 1 1.45CJL' I 1 1.1500 1 |
a:
<c >7i
\-~
Y"
V)
IE
<
UJ CO ID
i— 111 •7
ri z <
-j
<: D
0 a
j :z
i'N

a
~*^-
s. .*,
z (X)
p- <
•r-
<c IU •<•
«=:
•c-
<C o
0 2'.
— r
Ill
_)
1
UJ
<
Q. \aC a.
III (5
<L 'y- UJ O
r" o a: 7
a <
o a_ cn i-
V
\.i
<-r
h- <
h-
cc
0)
*. <
"^
h- ">
u.
0 CD
cu cn
o
w
0. O
BJ'flBf "iiTiWlrir-"*
nATA PCUCiAUATAW I OAR TCQT TAI3IUT
.„.„ dt ^a'ASKITA KAP.YA
-ting IV JAKyAHIA rt-iurtr\ : ts/ANf\ iiNuuiNtsiA
RORF Pii F NO.: 418
A r*\ C
I CJ O/ L-/ <r_

I I I
1 RFRANJ 1 % HAfUl PFMRAP.AAM I RATA I I
111 / TOU \ 1 DCTD A M 1 riiAi a I r»iAi n | r>iai a 1 r^iiAi a 1 DATA
i i r u r~\
I
i
ly-CM AIU'AM I 1/CTCD A MO A M

1 1 I 1
;

1 1 1
,15| 125 | 50 % I 10.255 | 8.855| 4.705 I 5.020 | 7.2088 | 7.2083 PENURUNAN/
17 I I 10.240 I 3.345 I 4.700 1 5.020 1 7.2013 1 7.201.3 1 JAM =
-t o I I \ n oa=; I A A/1Q I 4.700 1 5.020 1 7.1988 ' 7.1988
„y,'l 4. / GO
1| r- ~„~ 1 -r A 1
/ . 1900 j —0.GGS2u
i "1G.22G | O.OOU 1 V.\J£.\J 1 / . 1 SOO
^° 1
25 i | 1U.22U 1 «.t)i)U | 4.700 | 5.U2U | /.iy2o | 7.1y25
>.3| | 10.210 | 8.820 | 4.700 | 5.020 | 7.1875 1 7.1875
35 1 I 10.205 1 8.815 1 4.700 1 5.020 1 7.1850 I 7.1850
An 1 I inioo 1 a non 1 4.700 1 5 non 1 7 1775 I 7 1775
y c 1 l
I
o Tnr, 1
U. IOV 1
A -> rsy-. l c r-i. c 1 -T A-.-CZ I
t . 1 i t_ vy |
-r A -rnc
I i v. i vy^. 1 . 1 1 C^
I
5G I ; i 0. i 55 | O. ZOO | 4.655 1 O.V IO 1 CIO/OI 7. !575
55 1 | 10.180 J 8.785 | 4.685 | 5.010| 7.1650| 7.1650
00 1 I 10.165 1 8.770| 4.580 I 5.010 1 7.1563 1 7.1563
n5 I I m 155 1 3 77n 1 4.680 1 5 mn I 7 1553 I 7 1553
-i n 1 •in a fir* D "7re; 1 A aor\ c r\A n I 7 -1 COD
| •- |
I . I
15 i i 0. 1 50 5.760 j •A.G75 O.U 1 U 1 7.1495
I
1 I I
17| 52.5 25 % 0.725 8.400 | 3.660 3.945 | 6.1825| 6.1825| PENURUNAN/|
19 1 8.7C5 8.390 i 3.660 3.940 1 6.1733) 6.1733 1 1 JAM = I
o . 1 8 700 8.370 ' 3.650 A QAA | fi 1fifiA1
~. . .
fi i fifiA I n n 1
w.Ot O u.u^u f ^y. <Jcl\j
n nnr, 1 ,> y ^oo 1
V. 1 \JKJ\J |
r> yy,y,^ 1
\J. 1 \J\J^J I
|j
d ^/ |

27 j o.u/u 0.30U I 3.620 a.yuu | D.13i_5 | D. 13V-:D i |


32 | 0.660 8.330| 3.620 3.900 | 6.1275| 6.1275 1 |
37 1 8.645 8.3151 3.610 3.895 1 6.11631 6.1163 I I
AO ! a 5An A 305 1 .a r,on A AKfi | fi nQ7S 1 5 OQ75 I I
17 J 1
I
r, cn,C
O , \^£L^/ *-/ . CJ^i j \ J . *JZ>KJ
^ u=c 1
vy. >~"^,y j
c- n m o
^ . vy^^y^y
1
i
rr n r n n |
ly«. U1Z>*SU 1
|
1

32 | o.6 i5 6.265 j 3.590 3.655 I 6.0556 j 6.0656 i ' • 1


'•>! 1 8.610 8.285 | 3.580 3.850 | 6.0813 [_ 6.0813| |
)2l 8.500 8.270 1 3.580 3.850 | 5.0750 I 6.0750 I |
17 I 8.535 3 P55 1 3.53n 3 353 1 5 0575 I 5 0575 f 1
; n 1 a z.-cl a ocn 1 a con A gfin 1 fi AfiAQ I fi OCAQ 1 1
" 1
1 . .- 1
7 | 5.570 5.25G 1 3.55G o.oou 1 6.0625

1
:o 1 0 o I 5.840 | 5.670| 3.165 1 3.250 | 4.4813| 4.4813 PENURUNAN/1
i'I
C 1 1 5.660 I 5.520 1 3.165 1 3.215 I 4.3900 1 4.3900 1 JAM = I
'! ' fi fi,(fi I fi Ar>n 1 A i Ki; 1 a onn I 4.3350 ' '1.3250 0.07775 '
\j |
rr a a r* I
J.TI\J I
c ^.n 1
,_».\y i \ j 1
<-. a *T-er 1
\y. I cjo | W. 1 KJ\J 1
a y>r>or, \ y r>rz-f^n

o i 1 5.CS/5 I 5.20O I 0.1 00 | a. ioo | 4.^.400 | 4.2400 i


5.270 | 5.180| 3.140| 3.145 | 4.18381 4.1838
11 1 5.190 I 5.105 1 3.120 I 3.130 I 4.1363 1 4.1363
; 1 c-, 11 n I 5 njn 1 3 1 nn I 3 1 nn I 4 OA75 1 4 n375

j | 1
c r—a~. I
-*. o o^y | >_». 1 \yvy j
O.™ I -t. vy\yc_w |
A r^crr^c:

5.020 i 4.S5G | 3.050 | 3.G55 | 4.0563 i A.0353


4.970 | 4.910| 3.080 | 3.075 | 4.0030 | 4.0088
"'!Pr'; | 4.930 | 4.870 1 3.070 | 3.055 I 3.9813 | 3.9313 I |
i1 1 .1 cnn I .1 33n I 3 070 1 3 n.in I . 3 P5nn I 3 0500 I I
; 1 1 1 a nc:i; I ri anr, I A nfifi 1 A mc I A O AAA I A OrC CA I
Oy,-..y..~ C1T IA/ACI/ITA l/ACVA
DATA PEMGAWATAM LQ.AD TEST T^011*'
(Jobang IV JAKAHIA FfiOYEK : BANK iNDONESiA
RORF Pii F NO.: 4ifi
T A M/^<^ A I A r\ o/r^y-n IAMI unl A #-w>'i
I r-\l >l V_J^/-\L_ i c? vj/ u £. i uni-iuni n icjoo

1 1 I 1 I 1
1 1 BEBAN I HAG! L PEMBACAAN 1 RATA I 1
1 IAU | / TI-.M \ I oca A M
D.'AL 1 ! D.'AL 2 ' DIAL 3 ' DIAL 4 ' OATA I lyTTKI AII/-AM l/CTCDAM/^* mI
1" 1
1. l. 1 ...... l I i i I 1

[ 5.20 [_ 1 1 4.610 | 4.750 j 3.015J 3.000 j 3.8938 j 3.8938 i '' !


1 6.20| 1 1 4.510 | 4.470 | 3.005 | ;. 3.000 | 3.7463 | 3.745A|/ |
1 7.20 1 1 1 4 225 I 4.210 1 3.005 1 ' 2.035 I 3 6063 I 3.6063 I
1 A •-.-. 1 1 1 •1.000 ! -1.020' o o.;5 1 ocir, 1
1 ^="-^4 f- L S.'ISSB ! 3."1588 !
1 zJ. dU | 1
1 y, „ ; „ „-r- 1 y„| . ;
l o.otu ] o.o/oi il.z* i u l t.oyu i o.cuuo o.oGGo 1
| 1U.2UI 1
1 3.620 j 3.790 i 2.675' 2.630 i 3.3266 3.3266 ' |
] 11.20] 3.510 3 635 2.835; 2.775: 3 1888 3.1883 ] \
f
'

I 12.20 i 3.470 ! 3.550: 2.525 ! 2.760 ! 3.1535 3.1538 i j


1
! 15 ',r. l
•"•370; 3.460 • 2.750! 2.5=5, •3.0653 '• 5.Q333 I I
o onn i o a r\r\ n ice 1 n c-..yi 1 •
u-'-^y ' v.-rvyvy | t.. 1 \y,y | t.vvu j
| 1O.n'J 3.220 j o.ooGj 2.7i5| 2.435 j I I
16.20 i
1 3.130 j 3.240 | 2.670 | 2.349 I 2.8473 | 2.8473 I 1
i
!-
i
:: -^":- -:[-\:^^^^^
! I ! ! ' ' ' i i i
DiScTUJly'i ;
DiSUAT .-
PT. J At A Cm . MAN G GALA khai AiviA PT. YvACKiTA KARYA

Ir. PUTU G. RAS-JMAWAN

Anda mungkin juga menyukai