Anda di halaman 1dari 16

METODELOGI PENELITIAN

TRANSMISI

KELOMPOK 2
PUTU EKKY DIPAYANA (1615313076)
I GEDE ANDI KUSUMA (1615313085)
5C TL

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI BALI
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................2
1. Latar Belakang.................................................................................................................................2
2. Tujuan..............................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................3
1. Pengertian........................................................................................................................................4
2. Proses Penghasilan Listrik Hingga Sampai ke Konsumen...............................................................4
a. Pembangkit Listrik.......................................................................................................................4
b. Saluran Transmisi........................................................................................................................5
3. Klasifikasi Saluran Transmisi........................................................................................................10
a. Model Saluran Transmisi...........................................................................................................10
4. Klasifikasi Saluran Transmisi Menurut Tegangan Kerja...............................................................10
5. Klasifikasi Berdasarkan Fungsinya Dalam Operasi.......................................................................11
6. Saluran Transmisi AC atau DC......................................................................................................11
7. Tegangan Transmisi.......................................................................................................................12
8. Kapasitansi Saluran Transmisi.......................................................................................................12
9. Sistem Distribusi............................................................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................13
1. Kesimpulan....................................................................................................................................14
2. Pertanyaan :...................................................................................................................................14
3. Jawaban :.......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada jaringan listrik di pembangkit, energy listrik yang dihasilkan berasal dari
perubahan energy kinetic dan energy potensial dari unsur alam, seperti air, udara, gas, dan
cahaya matahari. Dimana unsur alam tersebut yang digunakan untuk menggerakan turbin
hingga mengubah energy mekanik yang terdapat pada unsur alam tersebut menjadi energy
listrik. Kemudian energy listrik tersebut disalurkan menuju pemukiman ataupun
perindustrian yang merupakan daerah daerah yang mempunyai struktur geografis, jarak,
temperature, dan banyaknya penggunaan energy tiap sector baik pemukiman maupun
industry tentu berbeda-beda. Sehingga agar tersalurkannya energy listrik tersebut ke tiap
sector baik pemukiman maupun industry dibentuklah sistem transmisi dalam struktur,
anatomi, dan konstruksi yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi wilayah tujuan dari
berbagai aspek. Dan dalam penyaluran energy tersebut dibutuhkan kelompok-kelompok yang
bekerja untuk membangun sistem jaringan transmisi, memelihara serta mengelola sistem
jaringan tersebut agar tidak terjadi kerusakan, dan tetap terjaga dan berjalan dengan baik
sehingga energy listrik tetap tersalurkan kepada konsumen-konsumen listrik.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui Penghasi listrik dari pembangkit listrik.
2. Mengetahui Sistem saluran transmisi dari pembangkit hingga ke sistem distribusi listrik.
3. Mengetahui Sistem distribusi mengaliri listrik hingga ke konsumen listrik.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pemakai listrik dalam hal ini adalah konsumen atau pelanggan tersebar di beberapa
tempat, sehingga butuh penanganan khusus agar listrik yang di bangkitkan dari Pusat Listrik
(Pembangkit listrik) dapat sampai ke pelanggan dengan kualitas baik. Konsumen dalam hal
ini terbagi atas beberapa yaitu : konsumen Sosial, Rumah Tangga, bisnis, industri dan
penerangan jalan umum (PJU). Sedangkan pusat listrik terdiri dari PLTA (Pusat Listrik
Tenaga Air), PLTM (Pusat Listrik Tenaga Minihidro), PLTD (Pusat Listrik Tenaga Diesel),
PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap), PLTU (Pusat
Listrik Tenaga Uap), PLTP (Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi), PLTN (Pusat Listrik Tenaga
Nuklir) , PLTB (Pusat Listrik Tenaga Bayu), PLTS (Pusat Listrik Tenaga Surya) dan Pusat
Listrik Tenaga Gelombang Laut.
Tenaga listrik awalnya dibangkitkan dari pusat-pusat listrik yang pada umumnya
terletak jauh dari pusat bebannya, yang kemudian tenaga listrik yang dihasilkan dari pusat
lisrik, tegangannya dinaikkan oleh Trafo Step Up yang ada di setiap pusat listrik dan/atau
gardu induk untuk menaikkan tegangan menjadi tegangan tinggi 70 kV dan 150 kV atau
tegangan ekstra tinggi 500 kV karena tegangan generator yang dihasilkan setiap pusat listrik
relatif rendah (6 kV – 24 kV). Setelah tegangan dinaikkan maka kemudian disalurkan melalui
transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan/atau Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET) menuju Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya kembali menjadi
tegangan menengah atau tegangan distribusi primer yang bertegangan 6kV, 12kV atau 20
kV. Namun di Indonesia umumnya di turunkan ke tegangan 20 kV.
2. Proses Penghasilan Listrik Hingga Sampai ke Konsumen
a. Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi
dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga seperti:air,
angin,uap,panas dll.pada sisi pembangkirt terdapat sistem mekanis elektrik yang dapat
merubah energi mekanik menjadi energi listrik pada output pembangkit lisrik di tingkarkan
atau dinaikkan berkali kali lipat, sebelum dikirimkan ke gardu gardu induk menaikkan
tegangan listrik tersebut menggunakan trafo step up. tujuannya adalah agar tidak terjadi loss
tegangan saat di transformasikan. Contoh pembangkit listrik adalah :
1. PLTU(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP),
2. PLTA(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR),
3. PLTGU(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP),
4. PLTP(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI),
5. PLTD(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL),
6. PLTS(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA),
7. PLTO(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK),
8. PLTG(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS),
9. PLTSa(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH),
10. PLTN(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR)
11. PLTPS(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PASANG SURUT)
b. Saluran Transmisi
Saluran Transmisi Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga hingga saluran distribusi listrik sehingga dapat disalurkan ke konsumer
pengguna listik. transmisi mempunyai arti mengirim. Energi listrik dari output trafo step up
.sudah dinaikkan berkali lipat. mengirim listrik dengan jarak ratusan kilo meter antar kota ,
antar provinsi menggunakan instalasi kabel baja dan menara listrik. Pada umumnya saluran
transmisi dalam penggunaannya dapat dibagi dua ;
a) Saluran udara (overhead lines)
saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat yang
digantung pada isolator antar menara atau tiang transmisi. Keuntungan dari saluran
transmisi udara adalah lebih murah, mudah dalam perawatan, mudah dalam mengetahui
letak gangguan, mudah dalam perbaikan, dan lainnya. Namun juga memiliki kerugian,
antara lain: karena berada di ruang terbuka, maka cuaca sangat berpengaruh terhadap
keandalannya, dengan kata lain mudah terjadi gangguan, seperti gangguan hubung
singkat, gangguan tegangan lebih karena tersambar petir, dan gangguan-gangguan
lainnya. Dari segi estetika/keindahan juga kurang, sehingga saluran transmisi bukan
pilihan yang ideal untuk suatu saluran transmisi didalam kota. Klasifikasi teganga
transmisi listrik dengan saluran udara dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)  dengan orde tangangan 200kV-
500kV
 Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW.
 Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi
secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
 Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang (tower)
yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator
yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.
 Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial,
yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya
protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET, Permintaan ganti
rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi, Adanya permintaan ganti
rugi sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya.
 Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500
km.
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan orde tangangan 30kV-150kV
 Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV.
 Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netralnya digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.
 Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-
masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan
Berkas konduktor disebut Bundle Conductor.
 Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif
adalah 100 km.
 Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu
besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah.
 Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring
system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan
dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.

3. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dengan orde tangangan  6kV-30kV


 Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV.
Namun secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini
hampir semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV.
 Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi
yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu
Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen).
 Berdasarkan sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya hanya
pada jarak (panjang) antara 15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari
jarak tersebut, efektifitasnya menurun, karena relay pengaman tidak bisa bekerja
secara selektif.
 Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada (kemampuan likuiditas
atau keuangan, kondisi geografis dan lain-lain) transmisi SUTM di Indonesia
melebihi kondisi ideal di atas.
4. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan orde tangangan  40V-1000V
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan
distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan
rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah
220/ 380 Volt. Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh:
 Susut tegangan yang disyaratkan.
 Luas penghantar jaringan.
 Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
 Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).
 susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan – 10 %, dengan radius pelayanan
berkisar 350 meter.
Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable (LVTC).
b) Saluran kabel tanah (underground cable)
saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam
didalam tanah. Kategori saluran transmisi seperti ini adalah yang favorite untuk
pemasangan di dalam kota, karena berada didalam tanah, maka tidak mengganggu
keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi
alam. Namun juga memilik kekurangan. Seperti : mahalnya biaya investasi dan sulitnya
menentukan titik gangguan dan perbaikannya klasifikasi tegangan transmisi listrik
dengan saluran kabel dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30KV-150KV
SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa),
dengan beberapa pertimbangan
 Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit
mendapatkan tanah untuk tapak tower. 
 Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat,
karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
 Pertimbangan keamanan dan estetika.
 Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Jenis kabel yang digunakan:
 Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross Link Poly
Etheline (XLPE).
 Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper
impregnated).
Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan:
 Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core.
 Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core.
 Pertimbangan fabrikasi.
 Pertimbangan pemasangan di lapangan.
Kelemahan SKTT:
Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT. Pada saat proses
pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang kompleks, karena harus
melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah kota (Pemkot) sampai dengan jajaran
terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-
lain. Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk
desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa sambungan
sesuai kebutuhan.  Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub
Marine Cable) dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu:
 Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).
 Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).
Beberapa hal yang perlu diketahui:
 Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.
 Direncanakan akan didibangun sub marine cable Jawa – Sumatera.
 Untuk Jawa – Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang
(diletakkan) di atas Jembatan Suramadu.
2. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) dengan orde tangangan  6kV-20kV
Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.
Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM adalah: 
 Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.
 Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota dan
pemukiman padat. 
 Pertimbangan segi estetika.
Beberapa hal yang perlu diketahui:
 Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena harga kabel
yang jauh lebih mahal dibanding penghantar udara dan dalam pelaksanaan
pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan banyak pihak.
 Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering menimbulkan
masalah, khususnya terjadinya kemacetan lalu lintas.
 Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit dan
memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan SUTM.
 Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM telah terpasang di wilayah PT.
PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.
3. Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) dengan orde tangangan  40V-1000V
Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam tanah.
Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW) tidak
ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi. Penggunaan SKTR
karena mempertimbangkan:
 Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya karena menggunakan
transmisi SKTM.
 Faktor estetika.
Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah perkotaan,
terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek
estetika. Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan,
antara lain:
 Biaya investasi mahal.
 Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah.
 Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif lama
untuk perbaikannya.
3. Klasifikasi Saluran Transmisi
a. Model Saluran Transmisi
Representasi saluran transmisi dilakukan untuk mempermudah dalam perhitungan-
perhitungan parameter-parameter yang terdapat dalam saluran transmisi. Untuk
merepresentasikan saluran transmisi ke dalam rangkaian ekivalennya, tergantung dari
panjang saluran transmisi tersebut.Dilihat dari segi panjangnya, saluran transmisi terbagi
menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Saluran transmisi pendek
Saluran transmisi pendek adalah suatu saluran transmisi yang mempunyai
panjang kurang atau sama dengan 80 km.
2. Saluran transmisi menengah
Yang dimaksud dengan saluran transmisi menengah adalah saluran transmisi
yang memiliki panjang saluran antara 80 km sampai dengan 250 km. 
3. Saluran transmisi panjang
Yang merupakan golongan saluran transmisi panjang adalah saluran transmisi yang
memiliki panjang lebih dari 250 km.
4. Klasifikasi Saluran Transmisi Menurut Tegangan Kerja
Di Indonesia,standar tegangan transmisi adalah : 66, 150, 380, dan 500KV, dan
klasifikasi menurut tegangan ini masih belum nyata. Tetapi di negara-negara yang telah
maju, terutama dalam bidang transmisi, seperti: USA, Rusia, Kanada, dimana tegangan
transmisi telah mencapai harga 1000KV, maka di sana klasifikasi berdasarkan tegangan
adalah:
a. Tegangan Tinggi: sampai 138 KV
b. Tegangan Ekstra Tinggi (Extra High Voltage, EHV) antara 220-785 KV
c. Tegangan Extra Tinggi (Ultra High Voltage, UHV) di atas tegangan 765 KV.

5. Klasifikasi Berdasarkan Fungsinya Dalam Operasi


Berdasarkan Fungsinya dalam operasi, saluran transmisi sering diberi nama:
a. transmisi : yang menyalurkan daya besar dari pusat-pusat pembangkit ke daerah beban,
atau antara dua atau lebih sistem. Yang terakhir ini disebut juga sebagai saluran
interkoneksi atau "tie-line"
b. sub-transmisi: sub-transmisi ini biasanya adalah transmisi percabangan dari saluran yang
tinggi ke saluran yang lebih rendah
c. distribusi : Di Indonesia telah ditetapkan bahwa tegangan distribusi adalah 20 KV.

6. Saluran Transmisi AC atau DC
Menurut jenis arusnya dikenal sisitem arus bolak-balik yaitu arus bolak-balik
(Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Oleh karena itu. Di dalam
system AC, penaikan dan penurunan tegangannya sangat mudah dilakukan dengan bantuan
transformator. Itulah sebabnya maka dewasa ini saluran transmisi di dunia sebahagian besar
adalah saluran AC. Di dalam system AC ada sistem fasa tunggal dan sistem fasa tiga. Sistem
tiga phasa memiliki keuntungan lainnya, antara lain:
a. Daya yang disalurkan lebih besar,
b. Nilai sesaat (instantaneous value) konstan,
c. Mempunyai medan magnet putar.
gan dengan keuntungan dan kerugiannya, dewasa ini saluran transmisi di dunia
sebagian besar menggunakan saluran transmisi AC. Saluran transmisi DC baru dapat
dianggap ekonomis jika jarak saluran udaranya antara 400 km sampai 600 km, atau untuk
saluran bawah tanah dengan panjang 50 km. Hal itu disebabkan karena biaya peralatan
pengubah dari AC ke DC dan sebaliknya (converter & inverter) masih sangat mahal,
sehingga dari segi ekonomisnya saluran AC akan tetap menjadi primadona dari saluran
transmisi.

7. Tegangan Transmisi
Apabila tegangan transmisi dinaikkan, maka daya guna penyaluran akan naik oleh
karena rugi-rugi transmisi turun, pada besaran daya yang disalurkan sama. Namun, penaikan
tegan transmisi berarti juga penaikan isolasi dan biaya peralatan juga biaya gardu induk. Oleh
karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan memperhitungkan daya yang
disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, keandalan (reliability), biaya peralatan untuk
tegangan tertentu, serta tegangan-tegangan yang sekarang ada dan yang akan di rencanakan.
Penentuan tegangan juga harus dilihat dari segi standarisasi peralatan yang ada. Penentuan
tegangan transmisi merupakan bagian dari perancangan system tenaga listrik secara
keseluruhan. Tingkat tegangan yang lebih tinggi, selain untuk memperbesar daya hantar dari
saluran transmisi yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, juga untuk memperkecil
rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran transmisi. Jelas sudah, dengan mempertinggi
tegangan maka tingkat isolasi pun harus lebih tinggi, dengan demikian biaya peralatan juga
akan tinggi. Meskipun tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai tegangan transmisi, di
Indonesia, pemerintah telah menyeragamkan deretan tegangan tinggi sebagai berikut:
a. Tegangan Nominal (kV): (30) - 66 - 150 - 220 – 380 – 500,
b. Tegangan tertinggi untuk perlengkapan (kV): (36) – 72,5 – 170 – 245 – 420 - 525.
Tegangan nominal 30 kV hanya diperkenankan untuk daerah yang tegangan distribusi
primer 20 kV tidak dipergunakan. Penentuan deret tegangan diatas, disesuaikan dengan
rekomendasi dari International Electrotechnical Commission (IEC).

8. Kapasitansi Saluran Transmisi


Kapasitansi saluran transmisi adalah akibat selisih potensial antara penghantar,
kapasitansi menyebabkan penghantar penghantar itu bermuatan seperti yang terjadi dengan
plat plat kapasitor bila ada selisih potensial diantaranya. Kapasitansi antar penghantar
penghantar adalah muatan per unit selisih potensial. Kapasitansi antara penghantar sejajar
adalah suatu konstanta yang tergantung pada ukuran dan jarak pemisah antara penghantar.
Untuk saluran daya yang panjangnya kurang dari 80 km ( 50 mile), pengaruh kapasitansi ini
kecil dan biasanya dapat diabaikan. Suatu tegangan bolak balik yang terpasang pada saluran
transmisi akan menyebabkan muatan pada penghantar penghantarnya disetiap titik bertambah
atau berkurang sesui dengan kenaikan dan penurunan nilai saat tegangan antara penghantar
penghantar pada titik tersebut. Aliran muatan adalah arus, dan arus yang disebabkan oleh
pengisian dan pengosongan bolak balik ( alternate charging dan discharging ) suatu saluran
karena tegangan bolak balik disebut arus pengisian saluran. Arus pengisian mengalir dalam
saluran transmisi meskipun saluran itu dalam keadaan terbuka. Hal ini mempengaruhi jatuh
tegangan sepanjang saluran , efesiansi, factor daya saluran dan kestabilan sistem dimana
saluran tersebut merupakan salah satu bagiannya.

9. Sistem Distribusi
merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk
menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke
konsumen, instalasi distribusi meliputi gardu induk didalam GI (gardu induk) terdapat trafo
step down yg berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik sehingga akan digunakan oleh
konsumen. Setelah dari trafo step down GI. Energi listrik disalurkan menggunakan instalasi
tegangan menengah , meliputi tiang beton, trafo TM, panel pembagi dengan penghantar
kabel baja orde tegangan TM (tegangan menengah) adalah 20 KV – 150 KV tegangan tsb
masuk pada sisi primer dan keluar (output) pada sisi sekunder dg tegangan 220V – 380V
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Untuk memproduksi listrik dibutuhkan Pembangkit Listrik dari berbagai sumber tenaga.
b. Untuk menyalurkan ke konsumer pengguna listik dibutuhkan Saluran Transmisi sebagai
penyalur tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga hingga saluran distribusi listrik.
c. Untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai
ke konsumen, membutuhkan Sistem distribusi.

2. Pertanyaan :
1. Odi (Kelompok 3)
Apa kekurangan dari transmisi bawah tanah?
2. Pratama Anggi (Kelompok 11)
Jenis isolator yang bisa di pakai pada jaringan transmisi?
3. Tomi Artawan
Jelaskan bagaimana sistem proteksi dari transmisi?

3. Jawaban :
1. Kekurangan dari transmisi bawah tanag :
 Biaya pembuatan jaringan mahal.
 Gangguan biasanya bersifat permanen.
 Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan engan menggunakan sistem
hantaran udara.
 Sulit untuk melakukan perluasan jaringan.
 Pemasangannya jauh lebih sulit dibandingkan dengan sistem hantaran udara.
2. Jenis isolator yang dipakai pada jaringan transmisi :
 Isolator gantung
 Isolator jenis pasak
 Isolator pos saluran
 Isolator batang panjang
3. sistem proteksi pada transmisi :
 Relay arus lebih
Jika dalam suatu transmisi terdapat gangguan yang berupa arus lebih, maka dalam
waktu yang singkat relay arus lebih akan bekerja sehingga jaringan transmisi akan
tidak terhubung sementara.
 Relay hubung tanah
Jika dalam transmisi tenaga listrik terjadi hubung singkat antara kabel fasa dan tanah,
maka relay hubung tanah akan langsung bekerja dalam waktu yang singkat,
sehingga
sistem menjadi aman karena tidak terjadi kerusakan yang signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

A.S. Pabla, Sistem Distribusi Daya Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994
Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta, 2000
Iman Sugandi Cs, Panduan Instalasi Listrik, Gagasan Usaha Penunjang
Tenaga Listrik - Copper Development Centre South East Asia, 2001.
https://www.scribd.com/search?page=1&content_type=tops&query=saluran%20transmisi
https://www.scribd.com/doc/202476118/Klasifikasi-Saluran-Transmisi
https://www.scribd.com/doc/86231442/Kategori-Saluran-Transmisi-Berdasarkan-Pemasangan
https://www.scribd.com/doc/143862490/Makalah-Perencanaan-Sistim-Transmisi
https://www.scribd.com/presentation/251796998/Perencanaan-Sistem-Transmisi-Tenaga-Listrik

Anda mungkin juga menyukai